Anda di halaman 1dari 76

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT

DALAM KOMUNITAS POPULASI RENTAN SAAT BENCANA


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Keperawatan Gerontik

TIM DOSEN
Inggrid Dirgahayu, S.Kp., MKM

Disusun Oleh:
A. R. Azzaki AK.1.16.002
Dini Erika Sandi AK.1.16.012
Ferdy Fatullah AK.1.16.020
Juliana Hidayati AK.1.16.027
Sri Nuryanti AK.1.16.050

Kelas A, Kelompok 6

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI KENCANA BANDUNG
2019
Kata Pengantar

Puji dan syukur Tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas
Rahmat-Nya yang telah dilimpahkan sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Agregat Dalam Komunitas Populasi
Rentan Saat Bencana” yang merupakan salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan
Gerontik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan masih terdapat
beberapa kekurangan, hal ini tidak lepas dari terbatasnya pengetahuan dan wawasan
yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik
dan saran yang konstruktif untuk perbaikan di masa yang akan datang, karena
manusia yang mau maju adalah orang yang mau menerima kritikan dan belajar dari
suatu kesalahan.

Akhir kata dengan penuh harapan penulis berharap semoga makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Lansia dengan Gangguan Kognitif dan Intelektual”
mendapat ridho dari Allah SWT, dan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
bagi pembaca umumnya. Amiin....

Bandung, April 2019

Tim Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii

BAB I Pendahuluan 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2

BAB II Tinjaun Teori


2.1 Konsep Komunitaspada Area Bencana 3
2.2 Konsep Agregat Populasi Rentan 4
2.3 Peran Perawat dalam Bencana 14
2.4

BAB III Tinjauan Kasus


3.1 Kasus__________________________________________________ 54
3.2 Asuhan Keperawatan Kasus___________________________________

BAB IV Penutup
4.1 Kesimpulan_____________________________________________
4.2 Saran__________________________________________________

Daftar Pustaka 55

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap wilayah tempat tinggal manusia memiliki resiko bencana.
Seringkali resiko tersebut tidak terbaca oleh komunitas dan karenanya tidak
dikelola dengan baik. Hal ini menyebabkan terkadang, dan mungkin juga
sering, bencana terjadi secara tak terduga-duga. Dampak paling awal dari
terjadinya bencana adalah kondisi darurat, dimana terjadi penurunan drastis
dalam kualitas hidup komunitas korban yang menyebabkan mereka tidak
mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dengan kapasitasnya
sendiri. Kondisi ini harus bisa direspons secara cepat, dengan tujuan utama
pemenuhan kebutuhan dasar komunitas korban sehingga kondisi kualitas
hidup tidak makin parah atau bahkan bisa membaik.
Bencana harus ditangani secara menyeluruh setelah situasi darurat
itu direspons. Setiap akibat pasti punya sebab dan dampaknya, maka bencana
sebagai sebuah akibat pasti punya sebab dan dampaknya, agar penanganan
bencana tidak terbatas pada simpton simpton persoalan, tetapi menyentuh
substansi dan akar masalahnya. Dengan demikian kondisi darurat perlu
dipahami sebagai salah satu fase dari keseluruhan resiko bencana itu sendiri.
Penanganan kondisi darurat pun perlu diletakkan dalam sebuah perspektif
penanganan terhadap keseluruhan siklus bencana. Setelah kondisi darurat,
biasanya diikuti dengan kebutuhan pemulihan (rehabilitasi), rekonstruksi
(terutama menyangkut perbaikan-perbaikan infrastruktur yang penting bagi
keberlangsungan hidup komunitas), sampai pada proses kesiapan terhadap
bencana, dalam hal ini proses preventif.
Perbedaan mendasar ditemukan antara kerja dalam kondisi darurat
dengan kerja penguatan kapasitas masyarakat secara umum. Dalam kondisi
darurat, waktu kerusakan terjadi secara sangat cepat dan skala kerusakan
yang ditimbulkan pun biasanya sangat besar. Hal ini menyebabkan perbedaan
dalam karakteristik respon kondisi darurat. Komitmen, kecekatan dan
pemahaman situasi dan kondisi bencana (termasuk konflik) dalam rangka
memahami latar belakang kebiasaan, kondisi fisik maupun mental komunitas
korban dan karenanya kebutuhan mereka, sangat dibutuhkan. Selain itu,

1
sebuah kondisi darurat juga tidak bisa menjadi legitimasi kerja pemberian
bantuan yang asal-asalan. Dalam hal ini perlu dipahami bahwa sumber daya
sebesar apapun yang kita miliki tidak akan cukup untuk memenuhi seluruh
kebutuhan komunitas korban bencana. Di sisi lain, sekecil apapun sumber
daya yang kita miliki akan memberikan arti bila didasarkan pada pemahaman
kondisi yang baik dan perencanaan yang tepat dan cepat, mengena pada
kebutuhan yang paling mendesak.
Bencana, apapun sebabnya, merupakan hal yang menganggu tatanan
masyarakat dalam segala aspeknya, baik psikologis, ekonomi, sosial budaya
maupun material. Jika kita mengamini faktum bahwa setiap orang memiliki
hak untuk hidup layak maka komunitas manapun yang mengalami bencana
berhak atas bantuan kemanusiaan dalam batas-batas minimum

1.2 Rumusan Masalah


Adapun Rumusan Masalah pada Makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan agregat populasi rentan?
2. Sebutkan macam-macam populasi rentan!
3. Bagaimana Asuhan keperawatan untuk agregat dalam komunitas
populasi rentan saat bencana

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas
Keperawatan Komunitas II. Selain itu juga untuk memberikan wawasan dan
pengetahuan mengenai Asuhan Keperawatan Pada Agregat Dalam Komunitas
Populasi Rentan Saat Bencana.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Komunitas Pada Area Bencana


A. Definisi Bencana
Bencana adalah suatu fenomena alam yang terjadi yang menyebabkan
kerugian baik materiil dan spiritual pada pemerintah dan masyarakat (Urata,
2008). Fenomena atau kondisi yang menjadi penyebab bencana disebut hazard
( Urata, 2008).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia bencana adalah
peristiwa pada suatu wilayah yang mengakibatkan kerusakan ekologi,
kerugian ekologi, kerugian hidup bagi manusia serta menurunnya derajat
kesehatan sehingga memerlukan bantuan dari pihak luar (Effendy & Mahfudli,
2009). Disaster menurut WHO adalah setiap kejadian, situasi, kondisi yang
terjadi dalam kehidupan ( Effendy & Mahfudli, 2009).

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bencana


1. Faktor alami
Faktor alami merupakan keadaan mudah terjadinya bencana atau
kerentanan tergantung kondisi alam seperti bentuk geografis, geologi,
cuaca, iklim (Urata, 2008).
2. Faktor sosial
Faktor social adalah kerentanan akibat ulah manusia, contohnya:
pembangunan bangunan di daerah yang miring, meningkatnya angka
urbanisasi, kemiskinan, pengendalian bencana yang tidak tepat (Urata,
2008).

C. Jenis Bencana Alam


Jenis-jenis bencana alam terdiri 3 bagian (Urata, 2008)
1. Bencana alam ( natural disaster)
Bencana yang terjadi akibat kerusakan ekosistem dan telah terjadi
kelebihan kapasitas komunitas yang terkena dampaknya.
a. Gempa bumi
b. Letusan gunung api
3
c. Tsunami
d. Tanah longsor
e. Banjir
f. Banjir bandang
2. Bencana buatan manusia
Bencana buatan manusia adalah penyebabnya ditimbulkan oleh aktivitas
manusia contohnya kecelakaan kereta, kecelakaan kereta, kecelakaan
lalulintas, kebocoran gas.
3. Bencana khusus
Bencana khusus dibedakan menjadi empat kategori yaitu:
a. Tipe menyebar ke wilayah yang luas contohnya radio aktif dan nuklir
b. Tipe komplek jika terjadi bencana pertama di susul bencana kedua
dank ke tiga serta di susul penyebarannya.
c. Tipe gabungan atau campuran, bencana ini terjadi campuran antara
bencana alam dengan bencana akibat ulah manusia.
d. Tipe jangka panjang, tipe ini memerlukan waktu pengecekan lokasi
kejadian dan penyelamatan korban.

2.2.Agregat Populasi / Kelompok Rentan


A. Definisi
Pengertian Kelompok Rentan tidak dirumuskan secara eksplisit dalam
peraturan perundang-undangan, seperti tercantum dalam Pasal 5 ayat (3)
Undang-Undang No.39 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa setiap orang yang
termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh perlakuan dan
perlindungan lebih berkenaan dengan kekhususannya. Dalam penjelasan pasal
tersebut disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kelompok masyarakat yang
rentan, antara lain, adalah orang lanjut usia, anakanak, fakir miskin, wanita
hamil dan penyandang cacat. Sedangkan menurut Human Rights Reference
disebutkan, bahwa yang tergolong ke dalam Kelompok Rentan adalah:
a. Refugees (pengungsi)
b. Internally Displaced Persons (IDPs) (orang orang yang terlantar)
c. National Minoritie (kelompok minoritas)
d. Migrant Workers (pekerja migran )
4
e. Indigenous Peoples (orang pribumi/penduduk asli dari tempat
pemukimannya)
f. Children (anak)
g. Women (wanita)
Menurut Departeman Hukum dan Hak Asasi Manusia, kelompok rentan
adalah semua orang yang menghadapi hambatan atau keterbatasan dalam
menikmati standar kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan berlaku umum
bagi suatu masyarakat yang berperadaban. Jadi kelompok rentan dapat
didefinisikan sebagai kelompok yang harus mendapatkan perlindungan dari
pemerintah karena kondisi sosial yang sedang mereka hadapi.
Populasi rentan atau populasi beresiko adalah kondisi yang
mempengaruhi kondisi seseorang atau populasi untuk menjadi sakit atau sehat
(Kaakinen, Hanson, Birenbaum dalam Stanhope & Lancaster, 2004). Pandera
mengkategorikan faktor resiko kesehatan antara lain genetik, usia, karakteristik
biologi, kesehatan individu, gaya hidup dan lingkungan. Jika seseorang
dikatakan rawan apabila mereka berhadapan dengan penyakit, bahaya, atau
outcome negatif. Faktor pencetusnya berupa genetik, biologi atau psikososial.
Populasi rawan atau rentan merupakan kelompok-kelompok sosial yang
memiliki peningkatan risiko yang relatif atau rawan untuk menerima pelayanan
kesehatan.
Memahami akibat dari bencana adalah manusia potensial menjadi
korban, sehingga perlu kita perlu memahami dua hal yang perlu mendapatkan
fokus utama adalah mengenali kelompok rentan dan meningkatkan kapasitas
dan kemampuan masyarakat dalam menanggulangi bencana. Kerentanan
adalah keadaan atau sifat manusia yang menyebaabkan ketidakmampuan
menghadapi bencana yang berfokus pada pencegahan, menjinakkan, mencapai
kesiapan, dan dalam menghadapi dampak tertentu.
Undang-undang penanggulangan bencana pada pasal 56 dan pasal 26
(1) menjelaskan bahwa masyarakat yang rentan adalah masyarakat yang
membutuhkan bantuan diantaranya bayi, balita, anak-anak, ibu hamil, ibu
menyusui, lansia. Kerentanan dalam masyarakat dapat dikelompokkan
menjadi :

5
1) Kerentanan fisik
Adalah resiko yang dihadapimasyarakat dalam menghadapi ancaman
bahaya tertentu, misalnya kekuatan rekonstruksi bangunan rumah pada
daerah rawan banjir dan gempa.
2) Kerentanan ekonomi
Adalah kemampuan ekonomi individu atau masyarakat dalam
mengalokasikan dana utuk mencegas dan penanggulangan bencana.
3) Kerentanan social
Kerentanan social dilihat dari aspek pendidikan, pengetahuan tentang
ancaman dan penanggulangan bencana, serta ingkat kesehatan yang
rendah.
4) Kerentanan lingkungan
Kerentanan yang melihat aspek tempat tinggal masyarakat dan lingkungan
sekitarnya.

Keberadaan kelompok rentan yang antara lain mencakup anak, kelompok


perempuan rentan, penyandang cacat, dan kelompok minoritas mempunyai arti
penting dalam, masyarakat yang tetap menjunjung tinggi nilai-nilai HAM.
Untuk memberikan gambaran keempat kelompok masyarakat tersebut selama
ini, maka penelaahan perlu diawali dengan mengetahui keadaan sebenarnya
yang terjadi di dalam masyarakat. Faktor yang mempengaruhi kelompok rentan
adalah
a. Budaya
b. Ekonomi
c. Pendidikan
d. Lingkungan
e. usia.
Sedangkan dampak dari kelompok rentan adalah
a. Menurunnya status kesehatan
b. Membuat stress
c. keluarga tersebut menjadi putus as
d. bertambahnya penyakit kronis
e. kurangnya komunikasi social dengan lingkungan.
6
Berbagai bukti empiris menunjukan bahwa masih dijumpai keadaan
dari kelompok rentan yang belum sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
Upaya perlindungan guna mencapai pemenuhan hak kelompok rentan telah
banyak dilakukan Pemerintah bersama masyarakat, namun masih dihadapkan
pada beberapa kendala yang antara lain berupa: kurangnya koordinasi antar
instansi pemerintah, belum terlaksananya sosialisasi dengan baik, dan
kemiskinan yang masih dialami masyarakat.

B. Macam-macam Populasi Rentan


1. Populasi Rentan Penyakit Mental
Gangguan kesehatan mental bukanlah sebuah keluhan yang hanya
diperoleh dari garis keturunan. Tuntutan hidup yang berdampak pada stress
berlebih akan berdampak pada gangguan kesehatan mental yang lebih
buruk.
Di berbagai pelosok Indonesia masih ditemui cara penanganan yang
tidak tepat bagi para penderita gangguan kesehatan mental. Penderita
dianggap sebagai makhluk aneh yang dapat mengancam keselamatan
seseorang untuk itu penderita layak diasingkan oleh masyarakat. Hal ini
sangat mengecawakan karena dapat mengurangi kemungkinan untuk
seorang penderita pulih. Untuk itu pemberian informasi, mengedukasi
masyarakat sangatlah penting terkait kesehatan mental agar stigma yang ada
di masyarakat dapat dihilangkan dan penderita mendapatkan penanganan
yang tepat. Menurut WHO, kesehatan mental merupakan kondisi dari
kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat
kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar,
untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di
komunitasnya.
Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi) dan
memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan manusia dan dalam
hubungannya dengan manusia lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa
kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan dan merupakan kondisi
yang memungkinkan perkembangan fisik, mental dan sosial individu secara
7
optimal, dan yang selaras dengan perkembangan orang lain. Seseorang yang
“sehat jiwa atau mental” mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Merasa senang terhadap dirinya serta
a. Mampu menghadapi situasi
b. Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup

c. Puas dengan kehidupannya sehari-hari


d. Mempunyai harga diri yang wajar

e. Menilai dirinya secara realistis, tidak berlebihan dan tidak pula


merendahkan
2. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain serta
a. Mampu mencintai orang lain
b. Mempunyai hubungan pribadi yang tetap
c. Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda
d. Merasa bagian dari suatu kelompok
e. Tidak "mengakali" orang lain dan juga tidak membiarkan orang lain
"mengakali" dirinya
3. Mampu memenuhi tuntutan hidup serta
a. Menetapkan tujuan hidup yang realistis
b. Mampu mengambil keputusan
c. Mampu menerima tanggungjawab
d. Mampu merancang masa depan
e. Dapat menerima ide dan pengalaman baru

2. Populasi Rentan Kecacatan


Menurut Undang-undang No.4 tahun 1997 yang dimaksud dengan
penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan atau
mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan
baginya untuk melakukan 7 Firman Lubis, Kesehatan Hak Asasi Manusia:
Perspektif Indonesia, t.t. kegiatan secara selayaknya. Dari sisi
pengelompokkannya, maka penyandang cacat dapat dikelompokkan menjadi 3
(tiga) hal : (a) Penyandang cacat fisik; (b) Penyandang cacat mental; (c)
Penyandang cacat fisik dan mental.
8
Penyandang cacat juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam
segala aspek kehidupan dan penghidupan, diantaranya adalah berhak
memperoleh pekerjaan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatan yang ada pada
mereka. Perhatian masyarakat akan keterbatasan yang dimiliki Penyandang
cacat masih sangat kurang, bahkan seringkali diabaikan dan dianggap sebagai
beban. Tidak jarang ketersediaan lapangan pekerjaan yang layak sesuai dengan
kemampuan yang mereka miliki menjadi masalah tersendiri yang perlu
mendapat perhatian.
Pasal 14 UU No.4 tahun 1997 jo Pasal 28 - Pasal 31 PP No.43 tahun
1998 tentang "Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat"
mewajibkan bahwa setiap pengusaha yang memiliki jumlah karyawan 100
orang atau lebih pada perusahaannya wajib mempekerjakan minimal satu orang
penyandang cacat untuk memenuhi persyaratan jabatan dan kualifikasi
pekerjaan, atau kurang dari 100 orang jika perusahaan tersebut menggunakan
teknologi tinggi. Hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan HAM di
Medan dan Surabaya tahun 2002 menunjukkan, bahwa kuota tenaga kerja bagi
penyandang cacat yang diwajibkan oleh UU tersebut di atas belum dipatuhi oleh
perusahaan. Padahal UU No.4 Tahun 1997 memiliki daya paksa untuk
dijatuhkannya sanksi pidana bagi pengusaha atau perusahaan yang tidak
mematuhinya. Oleh karena itu pihak Kepolisian dan Kejaksaan berwenang
melakukan penyidikan atas pelanggaran UU tersebut karena termasuk tindak
pidana. Rendahnya implementasi disebabkan antara lain ketidaktahuan, enggan
melaksanakan, tidak ada pengawasan baik dari pemerintah maupun masyarakat,
serta tidak ada penegakan hukum. Dengan demikian penyandang cacat perlu
memahami hak-haknya bukan berarti diistimewakan, tetapi juga jangan
dimarginalkan.

Keberadaan kelompok rentan yang antara lain mencakup anak, kelompok


perempuan rentan, penyandang cacat, dan kelompok minoritas mempunyai arti
penting dalam, masyarakat yang tetap menjunjung tinggi nilai-nilai HAM.
Untuk memberikan gambaran keempat kelompok masyarakat tersebut selama
ini, maka penelaahan perlu diawali dengan mengetahui keadaan sebenarnya
yang terjadi di dalam masyarakat.
9
1. Anak
Anak memiliki posisi dan peran sosial penting sebagai bagian dari
anggota masyarakat. Masalah anak yang berkembang di masyarakat masih
dianggap menjadi tanggungjawab orang tua, karena anak tidak berdaya,
lemah, dan polos. Anak hampir selalu menjadi pihak yang dirugikan.
Namun. di lain pihak ada pandangan positif dari masyarakat yang
menunjukkan bahwa anak adalah penerus keturunan yang dapat
mengangkat status sosial dan ekonomi orang tua. Sehingga orang tua
berusaha memenuhi kebutuhan anak. Walaupun anak semula dipandang
sebagai beban ekonomi, tetapi karena keberhasilan anak akan mengangkat
derajat orang tua, maka orang tua akan mengusahakan apa saja agar masa
depan anak lebih baik dari mereka. Akibatnya ketergantungan anak
terhadap orang tua tinggi yang mengakibatkan kemandirian anak berkurang.
Sedangkan pandangan negatif masyarakat menunjukan bahwa anak adalah
seorang yang dapat dijadikan sarana mencari nafkah. Akibatnya anak
dipaksa bekerja dan tidak dapat sekolah, menjadi anak jalanant, terlantar
dan tidak dapat tumbuh wajar.
Anak yang karena umumya secara fisik dan mental lemaht polos,
dan rentan sering ditempatkan pada posisi yang kalah dan hanya diperlukan
sebagai obyek. Inisiatif, ide, keinginan dan kemauan anak sering tidak
diakui, apa yang baik menurut orang tua adalah terbaik untuk anak
akibatnya kreatifitasnya berkurang. Sebagian masyarakat memandang
bahwa anak adalah aset ekonomi, banyak anak banyak rezeki. Pandangan
ini ternyata telah mendorong sikap orang tua memberlakukan anak-anaknya
sebagai aset ekonomi sehingga anak dipekerjakan untuk menambah
penghasilan keluarga. Sesungguhnya masalah anak akan selesai jika
masing-masing orang tua bertanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan
anaknya.
Bangsa Indonesia sudah selayaknya memberikan perhatian terhadap
perlindungan anak karena amanat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28b
ayat 2 menyatakan bahwa 'Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh kembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi'. Disisi lain, perlindungan terhadap keberadaan anak
10
ditegaskan secara eksplisit dalam 15 pasal yang mengatur hak-hak anak
sesuai Pasal 52 - Pasal 66 UU No.39 tahun 1999 tentang HAM.
Dalam hubungan ini, Pemerintah melalui Keppres No.88 tahun 2000
telah menetapkan Rencana Aksi Nasional Penghapusan Trafiking
Perempuan dan Anak serta menetapkan Gugusan Tugas untuk memerangi
dan menghapus kejahatan trafiking. Bidang garapan yang
diimplementasikan mencakup perlindungan dengan mewujudkan norma
hukum terhadap pelaku traflking, rehabilitasi din reintegrasi sosial bagi
korban trafiking serta kerja sama dan koordinasi dalam penanggulangan
trafiking.
Produk hukum yang paling menonjol dalam upaya perlindungan
terhadap anak yang belum tersosialisasi dengan baik adalah adanya 5 (lima)
UU yang mengatur tentang anak, yaitu : (a) UU No.4 tahun 1979 tentang
kesejahteraan anak; (b) UU No.3 tahun 1997 tentang Pengadilan anak; (c)
UU No.20 tahun 1999 tentang pengesahan Konvensi ILO No.138 mengenai
usia minimum untuk diperbolehkan bekerja; (d) UU No.1 tahun 2000
tentang pengesahan Konvensi ILO No.182 mengenai Pelarangan dan
Tindakan segera penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk
anak; dan (e) UU No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak; disamping
Undang-undang tersebut terdapat Keputusan Presiden No.36 tahun 1990
tentang Ratifikasi Konvensi Hak Anak tahun 1986.
Dari kelima UU tersebut secara umum dapat dikatakan, bahwa
secara kuantitatif sudah cukup banyak Peraturan perundangan yang
memberikan Perlindungan kepada anak yang sejalan dengan UU No.39
tahun 1999 tentang HAM. Secara kuantitatif keberadaan Undang-undang
yang memberikan Perlindungan kepada anak sudah cukup banyak, tetapi
dalam implementasi Peraturan Perundang-undangan tersebut belum
sepenuhnya dapat dilaksanakan. Hal ini disebabkan antara lain: (a)
Pembentukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang
didasarkan pada UU No.23/2002 tentang Perlindungan Anak masih belum
terwujud; (b) Upaya penegakan hukum (Law Enforcement) masih
mengalami kesulitan; (c) Harmonisasi berbagai UU yang memberikan
perlindungan kepada anak dihadapkan pada berbagai hambatan; dan (d)
11
Sosialisasi Peraturan perundang-undangan kepada masyarakat belum
sepenuhnya dapat dilakukan dengan baik.
Anak-anak masuk kedalam kategori rentan karena :
1. Fisik yang masih lemah
2. Psikis yang masih labil
3. Pengetahuan yang masih terbatas
4. Pengalaman hidup yang kurang

2. Kelompok Perempuan Rentan


Masalah kekerasan terhadap kemanusiaan, khususnya perempuan
menyita perhatian dan kepedulian banyak pihak. Kekerasan terhadap
perempuan dalam rumah tangga merupakan pelanggaran HAM dan
dibanyak negara dikategorikan sebagai kejahatan dan untuk mencegahnya
dapat dilakukan oleh para petugas penegak hukum.

Padahal berbagai kebijakan yang mengatur tindak kekerasan tidak


sedikit produkproduk hukum yang telah dikeluarkan. Persoalan utama yang
berkaitan dengan kekerasan adalah tidak adanya hukum yang secara khusus
memberikan perlindungan bagi perempuan yang mengalami dan menjadi
korban tindak kekerasan seperti KDRT. Memang setiap kekerasan dapat
dijaring dengan pasal-pasal kejahatan tapi terbatas pada tindak pidana
umum. Oleh karena itu perlu pengaturan atau hukum yang secara khusus
untuk memberikan hak yang secara khusus untuk memberikan perlindungan
terhadap tindak kekerasan terhadap perempuan dalam arti merumuskan
tindak pidana sebagai kejahatan sampai dengan upaya hukum bagi para
korban dan saksi. Dalam hal ini tidak hanya pengaturan dalam pemberian
sanksi kepada para pelaku, tapi juga mengatur tentang proses tuntutan
hukum serta kompensasi, pemulihan dan pengamanan diri korban
(Kalibonso Rita Serena : 2000:99).

Menyadari bahwa Indonesia merupakan bagian dari masyarakat


Internasional yang terikat komitmen Internasional, maka kekerasan dalam
bentuk apapun terhadap perempuan harus dihentikan agar terciptanya rasa
aman, damai, adil dan sejahtera dengan memegang prinsip-prinsip keadilan
yang mengedepankan dan menjunjung HAM. Apabila hal ini tidak
12
dilakukan, maka Indonesia dapat diasingkan dalam tata pergaulan mereka.
Indonesia sebagai negara yang sudah menandatangani CEDAW
(Convention on Elimination of all Forum of Discrimination Against
Women), yaitu Konvensi PBB tentang penghapusan terhadap semua bentuk
diskriminasi terhadap perempuan, pada tanggal 24 Juli 1984, pemerintah
Indonesia terikat dan tunduk pada konvensi tersebut. Dengan demikian
konvensi tersebut telah menjadi instrumen hukum nasional yang sah dan
mengikat sebagai bagian dari sistem hukum nasional yang dikenal dengan
Konvensi Perempuan.

Lebih jauh lagi, dalam Pasal 5 Konvensi Perempuan tersebut


dinyatakan bahwa adanya jaminan persamaan tingkah laku, baik sosial dan
budaya, antara laki-Iaki dan perempuan untuk mencapai penghapusan
prasangka, kebiasaan dan segala praktekpraktek yang menimbulkan
penindasan salah satu jenis kelamin. Disamping itu, Pasal 15 juga
menyatakan bahwa negara juga menjamin dan mewajibkan persamaan laki-
Iaki dan perempuan dihadapan hukum.

Sedangkan untuk bidang kesehatan reproduksi, Pasal 12 menetapkan


bahwa negara-negara peserta wajib membuat peraturan-peraturan yang
tepat untuk menghapus diskriminasi terhadap wanita di bidang
pemeliharaan kesehatan, dan supaya menjamin diperolehnya pelayanan
kesehatan termasuk pelayanan yang berhubungan dengan keluarga
berencana, atas dasar persamaan antara pria dan wanita.

Dalam kerangka kebijakan nasional yang berkaitan dengan tindak


kekerasan terhadap perempuan, perlu didasari oleh Zero Tolerance Policy
artinya tidak ada tindak kekerasan pada apapun yang dapat diterima. Hal ini
berarti bahwa kebijakan sosial (Social Policy) dan kebijakan penegakan
hukum (Law Enforcement Policy) yang menghormati dan melindungi
harkat, martabat dan kodrat perempuan adalah sarana guna memerangi
tindak kekerasan terhadap perempuan.

3. Penyandang Cacat
Salah satu masalah sosial yang dihadapi bangsa Indonesia pada saat
ini antara lain adalah masalah penyandang cacat. Penyandang cacat juga
13
mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam segala aspek kehidupan
dan penghidupan, diantaranya adalah berhak memperoleh pekerjaan sesuai
dengan jenis dan derajat kecacatan yang ada pada mereka. Perhatian
masyarakat akan keterbatasan yang dimiliki Penyandang cacat masih sangat
kurang, bahkan seringkali diabaikan dan dianggap sebagai beban. Tidak
jarang ketersediaan lapangan pekerjaan yang layak sesuai dengan
kemampuan yang mereka miliki menjadi masalah tersendiri yang perlu
mendapat perhatian.

Penyandang cacat diharapkan mampu mengembangkan dan


meningkatkan kemampuan fisik, mental dan sosialnya sehingga diharapkan
yang bersangkutan mampu bekerja sesuai dengan tingkat kemampuan,
pendidikan dan keterampilan yang dimiliki serta sesuai dengan minat dan
pengalamannya, sehingga mencapai kemandirian di tengah kehidupan
masyarakat. Kendati perlu dipertimbangkan jenis pekerjaan yang sesuai
jenis dan tingkat kecacatan mereka, sebagai tenaga kerja bukan cacat
(normal), dan pekerjaan tersebut benar-benar dapat dijadikan sumber mata
pencaharian yang layak dalam masyarakat.

Pasal 14 UU No.4 tahun 1997 jo Pasal 28 - Pasal 31 PP No.43 tahun


1998 tentang "Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat"
mewajibkan bahwa setiap pengusaha yang memiliki jumlah karyawan 100
orang atau lebih pada perusahaannya wajib mempekerjakan minimal satu
orang penyandang cacat untuk memenuhi persyaratan jabatan dan
kualifikasi pekerjaan, atau kurang dari 100 orang jika perusahaan tersebut
menggunakan teknologi tinggi. Hasil penelitian Badan Penelitian dan
Pengembangan HAM di Medan dan Surabaya tahun 2002 menunjukkan,
bahwa kuota tenaga kerja bagi penyandang cacat yang diwajibkan oleh UU
tersebut di atas belum dipatuhi oleh perusahaan. Padahal UU No.4 Tahun
1997 memiliki daya paksa untuk dijatuhkannya sanksi pidana bagi
pengusaha atau perusahaan yang tidak mematuhinya.

Oleh karena itu pihak Kepolisian dan Kejaksaan berwenang


melakukan penyidikan atas pelanggaran UU tersebut karena termasuk
tindak pidana.
14
Dengan demikian maka upaya pemberdayaan penyandang cacat
melalui kebutuhan kuota tenaga kerja tersebut bisa efektif untuk
meningkatkan kesejahteraan penyandang cacat di Indonesia. Sedangkan
kendala yang dihadapi para penyandang cacat adalah upaya Pemerintah
Pusat maupun daerah belum mengalokasikan anggaran yang cukup untuk
rehabilitasi pendidikan dan kesejahteraan sosial penyandang cacat.
Aksebilitas fisik bangunan umum dan lingkungan bagi penyandang cacat
belum dilaksanakan kendati telah ada peraturannya.

Pada kenyataannya masih adanya keterbatasan jumlah gedung dan


fasilitas umum (seperti mal, pasar, sarana penyeberangan jalan, kantor
pemerintah, sekolah dan bank) yang menyediakan akses bagi penyandang
cacat, meskipun telah diatur dalam PP No.43 Tahun 1998 tentang Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat. Rendahnya
implementasi disebabkan antara lain ketidaktahuan, enggan melaksanakan,
tidak ada pengawasan baik dari pemerintah maupun masyarakat, serta tidak
ada penegakan hukum. Dengan demikian penyandang cacat perlu
memahami hak-haknya bukan berarti diistimewakan, tetapi juga jangan
dimarginalkan.

4. Kelompok Minoritas
Permasalahan yang dihadapi di berbagai daerah Indonesia adalah
masih banyak diskriminasi terhadap kelompok minoritas baik etnis maupun
agama, padahal mereka sebagai masyarakat atau suku bangsa harus
diberlakukan sama dengan kelompok mayoritas lainnya.

Dalam rangka pemajuan dan perlindungan kaum minoritas antara


lain adanya larangan diskriminasi karena diskriminasi berdampak negatif
pada kaum minoritas secara politik, sosial, budaya dan ekonomi serta
merupakan sumber utama terjadinya ketegangan. Diskriminasi berarti
menunjukan perbedaan, pengecualian, pembatasan atau pengistimewaan
apapun berdasarkan alasan seperti ras, warna kulit, bahasa, agama atau asal-
usul kebangasaan atau sosial, status kelahiran atau status lainnya, yang
mempunyai tujuan atau pengaruh untuk meniadakan atau merusak
pengakuan, penikmatan, pemenuhan semua hak dan kebebasan dari semua
15
orang yang setara.

Rambu-rambu perlindungan yang penting yang akan


menguntungkan kaum minoritas mencakup pengakuan sebagai pribadi
dihadapan hukum, persamaan dihadapan badan-badan pengadilan,
persamaan dihadapan hukum, perlindungan hukum yang sama disamping
hak penting seperti kebebasan beragama, menyatakan pendapat dan
berserikat.

Dalam hubungan ini telah banyak diberlakukan berbagai peraturan


perundangan sebagai instrumen hukum dan HAM nasional disamping
instrumen HAM Internasional, seperti: (a) Konvenan Internasional
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Ras 1965 (Pasal 1); (b) Deklarasi
UNESCO tentang Ras dan Prasangka Ras 1978 (Pasal 1, 2 dan 3); dan (c)
Deklarasi Berdasarkan Agama dan Kepercayaan 1981 (Pasal 2).

Sedangkan penjelasan ketentuan umum Undang-undang Hak Asasi


Manusia No. 39 tahun 1999, diskriminasi adalah pembatasn, pelecehan atau
pengucilan yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada perbedaan
manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik,kelompok, golongan, status
sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa yang berakibat pengurangan,
penyimpangan atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan HAM dan
kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam
bidang ekonomi, sosial, budaya dan aspek kehidupan lainnya. Secara
normatif bentuk perlindungan hukum telah diatur melalui instrumen
internasional maupun nasional yang berkaitan dengan HAM terhadap
kelompok minoritas, namun dalam implementasi masih dinilai perlu untuk
menjadi perhatian bersama. Hal ini mencakup pola interaksi antara
kelompok minoritas dengan kelompok lainnya untuk dilakukan dengan baik
berlandaskan azas keterbukaan dan toleransi terhadap tata nilai semua
kelompok yang ada di masyarakat.

16
2.3.Peran Perawat Dalam Bencana
Peran perawat diharapkan dalam setiap bencana yang terjadi. Peran perawat
menurut fase bencana:
1. Fase pre impact
a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam
penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai kegiatan pemerintahan, organisasi
lingkungan, Palang Merah Nasinal, maupun lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi memberikan
tanggap bencana.
c. Perawat terlibat dalam promosi kesehatan dalam rangka meningkatkan
tanggap bencana, meliputi usaha pertolongan diri sendiri, pelatihan
pertolongan pertama dalam keluarga dan menolong anggota keluarga yang
lain, pembekalan informs cara menyimpan makanan dan minuman untuk
persediaan, perawat memberikan nomer telepon penting seperti nomer
telepon pemadam kebakaran, ambulans, rumah sakit, memberikan
informasi peralatan yang perlu dibawa (pakaian, senter).
2. Fase impact
a. Bertindak cepat.
b. Perawat tidak memberikan janji apapun atau memberikan harapan palsu
pada korban bencana.
c. Konsentrasi penuh pada hal yang dilakukan.
d. Berkoordinasi dengan baik dengan tim lain.
e. Bersama pihak yang terkait mendiskusikan dan merancang master plan
revitalizing untuk jangka panjang.
Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan
tindakan pertolongan pertama. Ada saat dimana ”seleksi” pasien untuk
penanganan segera (emergency) akan lebih efektif. (Triase).
a. Merah — paling penting, prioritas utama. keadaan yang mengancam
kehidupan sebagian besar pasien mengalami hipoksia, syok, trauma dada,
perdarahan internal, trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, luka
bakar derajat I-II.

17
b. Kuning — penting, prioritas kedua. Prioritas kedua meliputi injury dengan
efek sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok karena dalam keadaan
ini sebenarnya pasien masih dapat bertahan selama 30-60 menit. Injury
tersebut antara lain fraktur tulang multipel, fraktur terbuka, cedera medulla
spinalis, laserasi, luka bakar derajat II.
c. Hijau — prioritas ketiga. Yang termasuk kategori ini adalah fraktur
tertutup, luka bakar minor, minor laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi.
d. Hitam meninggal. Ini adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari
bencana, ditemukan sudah dalam keadaan meninggal.
3. Fase post-impact
a. Memberikan terapi bagi korban bencana untuk mengurangi trauma.
b. Selama masa perbaikan perawat membantu korban bencana alam untuk
kembali ke kehidupan normal.
c. Beberapa penyakit dan kondisi fisik yang memerlukan pemulihan dalam
jangka waktu lama memerlukan bekal informasi dan pendampingan.

2.4.Konsep Keperawatan Komunitas


A. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah
kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau
kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis dan
sosial ekonomi maupun spiritual dapat ditentukan. Pengkajian keperawatan
komunitas merupakan suatu proses tindakan untuk mengenal komunitas.
Mengidentifikasi faktor positif dan negatif yang berbenturan dengan masalah
kesehatan dari masyarakat hingga sumber daya yang dimiliki komunitas
dengan tujuan merancang strategi promosi kesehatan. Dalam tahap pengkajian
ini terdapat lima kegiatan, yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisis
data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas
masalah.
a. Pengumpulan Data
Tujuan: Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh
informasi mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat
18
ditentukam tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah
tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan
spiritual serta factor lingkungan yang mempengaruhinya. Kegiatan
pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :
1) Data inti
a) Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
b) Data demografi
c) Vital statistic
d) Status kesehatan komunitas
2) Data lingkungan fisik
a) Pemukiman
b) Sanitasi
c) Fasilitas
d) Batas-batas wilayah
e) Kondisi geografis
3) Pelayanan Kesehatan Dan Sosial
a) Pelayanan kesehatan
b) Fasilitas sosial (pasar, took, swalayan)
4) Ekonomi
a) Jenis pekerjaan
b) Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan
c) Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan
d) Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga, dan lanjut
usia
5) Keamanan dan transportasi
a) Keamanan
b) Transportasi
6) Politik dan pemerintahan
a) System pengorganisasian
b) Struktur organisasi
c) Kelompok organisasi dalam komunitas
d) Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
7) System komunikasi
19
a) Sarana umum komunikasi
b) Jenis alat komunikasi dan digunakan dalam komunitas
c) Cara penyebaran informasi
8) Pendidikan
a) Tingkat pendidikan komunitas
b) Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal dan non formal)
c) Jenis bahasa yanhg digunakan
9) Rekreasi
a) Kebiasaan rekreasi
b) Fasilitas tempat rekreasi
b. Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari
1) Data Subjektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan
oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas, yang
diungkapkan secara langsung melalui lisan.
2) Data Objektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan
pengukuran.
c. Sumber Data
1) Data primer
Data yang dikumpulakn oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa atau
perawat kesehatan masyarakat dari individu, keluarga, kelompok
dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.
2) Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya :
kelurahan, catatan riwayat kesejatan pasien atai medical record.
(Wahit, 2005)
d. Cara Pengumpulan Data
1) Waancara atatu anamnesa
2) Pengamatan
3) Pemeriksaan Fisik
e. Pengolahan Data
20
1) Klasifikasi data atau kategorisasi data
2) Perhitungan prosentase cakupan dengan menggunakan telly
3) Tabulasi data
4) Interpretasi data
(Anderson and Mc Farlane 1988. Community as Client

2. Analisis Data
Tujuan analisis data :
a. Menetapkan kebutuhan komuniti
b. Menetapkan kekuatan
c. Mengidentifikasi pola respon komuniti
d. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan
e. Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan
3. Prioritas masalah
Prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu
mempertimbangkan berbagai factor sebagai criteria:
a. Perhatian masyarakat
b. Prevalensi kejadian
c. Berat ringannya masalah
d. Kemungkinan masalah untuk diatasi
e. Tersedianya sumber daya masyarakat
f. Aspek politis.
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hirarki kebutuhan
menurut Abraham H. Mashlow yaitu:
a. Keadaan yan mengancam kehidupan
b. Keadaan yang mengancam kesehatan
c. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
4. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik
yang actual maupun potensial. Masalah actual adalah masalah yang
diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah
21
masalah yang mungkin timbul kemudian. (American Nurses Of Association
(ANA). Dengna demikian diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan
yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah kesehatan pasien yang
dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.
5. Perencanaan
a. Tahapan pengembangan masyarakat:
b. Persiapan, penentuan prioritas daerah
c. Pengorganisasian, pembentukan pokjakes.
d. Tahap diklat
e. Tahap kepemimpinan
f. Koordinasi intersektoral
g. Akhir, supervisi atau kunjungan bertahap.
6. Pelaksanaan/Implementasi
a. Tanggung jawab melaksanakan kegiatan:
b. Bantuan mengatasi masalah kurang
c. Nutrisi, mempertahankan kondisi seimbang, meningkatkan kesehatan
d. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang gizi
e. Advokat komunitas.
7. Evaluasi atau penilaian
Dilakukan dengan konsep evaluasi struktur, proses, hasil.
Fokus:
a. Relevansi antara kenyataan dengan target
b. Perkembangan/ kemajuan proses, kesesuaian dg perencanaan, peran
pelaksana, fasilitas dan jumlah peserta
c. Efisiensi biaya, bagaimana mencari sumber dana
d. Efisiensi kerja, apakah tujuan tercapai, apakah masyarakat puas.
e. Dampak, apakah terjadi perubahan status kesehatan. lama.
8. Proses Evaluasi
a. Menilai respon verbal dan nonverbal
b. Mencatat adanya kasus baru yg dirujuk ke RS

B. Diagnosa Keperawatan

22
1. Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko berhubungan dengan Kurang
dukungan sosial (Domain 1. Promosi kesehatan. Kelas 2. Manajemen
Kesehatan 00188).
2. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan
gangguan fungsi kognitif (Domain 1.Promosi kesehatan. Kelas 2.
Manajemen kesehatan 00099).
3. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan gangguan fungsi psikososial
(Domain 6 : Persepsi Diri. Kelas 3. Citra Tubuh 00118).
4. Risiko Perilaku Kekerasan terhadap orang lain.

23
C. Rencana Keperawatan
No NANDA NOC NIC
1. Domain 1: Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Koping 5230
Promosi kesehatan. Kelas 2. Manajemen keperawatan selama 3 x 24 jam 1. bantu pasien dalam mengidentifikasi tujuan jangka
Kesehatan 00188 Perilaku Kesehatan diharapkan klien mampu : pendek dan jangka panjang yang tepat
Cenderung Berisiko berhubungan dengan Kepercayaan mengenai kesehatan : 2. bantu pasien dalam memeriksa sumber – sumber
Kurang dukungan sosial kontrol yang diterima 1702 yang tersedia untuk memenuhi tujuan – tujuannya
Definisi : Dengan kriteria hasil : 3. dukungan hubungan pasien dengan orang yang
Hambatan kemampuan untuk mengubah 1. Menerima tangguangjawab memiliki ketertarikan dan tujuan yang sama
gaya hidup / perilaku dalam cara yang terkait dengan keputusan 4. bantu pasien untuk menyelesaikan masalah dengan
memperbaiki status kesehatan. kesehatan cara yang konstruktif
Batasan Karakteristik: 2. Meminta untuk terlibat dalam 5. dukung pasien untuk mengidentifikasi deskripsi yang
 Gagal melakukan tindakan keputusan kesehatan realistik terhadap adanya perubahan dalam peran
mencegah masalah kesehatan 3. usaha untuk mengumpulkan 6. berikan penilaian mengenai pemahaman pasien
 Gagal mencapai pengendalian Informasi terhadap proses penyaki
optimal 4. Keyakinan bahwa keputusan 7. gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan
 Meminimalkan perubahan status sendiri yang mengontrol hasil jaminan
kesehatan kesehatan 8. gunakan suasana penerimaan

 Tidak menerima perubahan status


kesehatan

54
5. Keyakinan bahwa tindakan 9. bantu pasien untuk mengubah program atau
sendiri yang mengontrol hasil mengembangkan strategi lain untuk mencegah
kesehatan kebosanan dan keluar / berhenti dari latihan.
6. Kesediaan untuk menunjukkan
pengganti pembuat keputusan
7. Kesediaan untuk memiliki
keinginan untuk hidup saat ini

55
2. Domain 1: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peningkatan Sistem Dukungan 5440
Promosi kesehatan. Kelas 2. Manajemen selama 3 x 24 jam diharapkan klien 1. identifikasi respon psikologis terhadap situasi dan
kesehatan 00099. Ketidakefektifan mampu : ketersediaan sistem dukungan
Pemeliharaan Kesehatan berhubungan Perilaku promosi kesehatan 1602 2. tentukan kecukupan dari jaringan sosial yang ada
dengan gangguan fungsi kognitif Dengan kriteria hasil : 3. identifikasi tingkat dukungan keluarga, dukungan
Definisi : Ketidakmampuan 160201 menggunakan perilaku yang keuangan, dan sumber daya lainnya
mengidentifikasi , mengelola, dan/atau menghindari risiko 4. tentukan hambatan terhadap sistem dukungan yang
mencari bantuan untuk mempertahankan 160202 memonitor lingkungan terkait tidak terpakai dan kurang dimanfaatkan
kesehatan. dengan risiko 5. monitor situasi keluarga saat ini dan jaringan
Batasan Karakteristik: 160203 memonitor perilaku personal dukungan yang ada
 Ketidakmampuan bertanggung terkait dengan risiko 6. anjurkan pasien untuk berpartisipasi dalam kegiatan
jawab untuk memenuhi praktik 160221 keseimbangan aktifitas dan sosial dan masyarakat
kesehatan dasar istirahat 7. anjurkan hubungan dengan orang – orang yang
 Kurang dukungan sosial 160222 mempertahankan tidur yang memiliki minat dan tjuan yang sama
 Kurang pengetahuan adekuat 8. rujuk pada suatu kelompok swadaya atau sumber daya
tentangpraktik kesehatan dasar 160205 menggunakan teknik-teknik yang berbasis internet, yang sesuai

 Pola perilaku kurang mencari pengurangan stres yang efektif 10. rujuk pada program pencegahan atau pengobatan

bantuan kesehatan 160206 menjaga hubungan sosial berbasis masyarakat yang sesuai
160208 mendukung kebijakan publik 11. sediakan layanan dengan sikap peduli dan
yang sehat mendukung

56
160209 menggunakan sumber-sumber 12. libatkan keluarga, orang terdekat, dan teman – teman
finansial untuk meningkatkan dalam perawatan dan perencanaan
kesehatan

57
3. Domain 6 : Persepsi Diri. Kelas 3. Citra Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peningkatan Citra Tubuh 5220
Tubuh 00118. Gangguan Citra Tubuh selama 3 x 24 jam diharapkan klien 1. tentukan harapan citra diri pasien didasarkan pada
berhubungan dengan gangguan fungsi mampu : tahap perkembangan
psikososial Citra Tubuh 1200 2. gunakan bimbingan antisipasif menyiapkan pasien
Definisi : Konfunsi dalam gambaran Dengan kriteria hasil : terkait dengan perubahan – perubahan citra tubuh yang
mental tentang diri – fisik individu. 120001 gambaran internal diri telah diprediksikan
Batasan Karakteristik : 120002 kesesuaian anatara realitas 4. bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan –
 Depersonaliasi bagian tubuh tubuh dan ideal tubuh dengan perubahan bagian tubuh disebabkan adanya penyakit atau
melalui penggunaan kata ganti penampilan tubuh pembedahan, dengan cara yang tepat
impersonal 120003 deskripsi bagian tubuh 5. bantu pasien menentukan keberlanjutan dari perubahan
 Gangguan fungsi tubuh terkena (dampak) – perubahan aktual dari tubuh atau tingkat fungsinya
 Gangguan dtruktur tubuh 120016 sikap terhadap menyentuh 6. tentukan perubahan fisik saat ini apakah berkontribusi

 Menekankan pada kekuatan yang bagian tubuh yang terkena (dampak) pada citra diri pasien

tersisa 120017 sikap terhadap penggunaan 8. bantu pasien untuk menentukan pengaruh dari peer

 Menolak menerima perubahan strategi untuk meningkatkan group terhadap persepsi pasien mengenai citra tubuh saat

 Persepsi yang merefleksikan penampilan ini

perubahan pandangan 120018 sikap untuk meningkatkan 9. bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan –
fungsi (tubuh) perubahan disebabkan oleh pubertas dengan cara yang
120009 penyesuaian terhadap tepat
perubahan status kesehatan

58
120008 penyesuaian terhadap 11. bantu pasien mendiskusikan perubahan – perubahan
perubahan fungsi tubuh oleh penuaan dengan cara yang tepat
14. identifikasi dampak dari budaya pasien, agama, ras,
jenis kelamin, dan usia terkait dengan citra diri
15. monitor frekuensi dari pernyataan mengkritisi diri
16. monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh
yang mana
33. gunakan latihan membuka diri dengan kelompok
remaja atau yang lain yang sangat kesal pada atribut fisik
yang normal

59
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus
Geget Nero merupakan suatu daerah yang setiap tahunnya terkena bencana
banjir, tahun ini daerah geget nero terkena bencana banjir, yang menurut warga ini
adalah banjir yang terbesar dari sebelum-sebelumnya, banjir di daerah geget nero
mencapai 3 meter sehingga banyak warga yang mengungsi ke tempat pengungsian
di sekitar wilayah geget nero, karena rumah tempat tinggalnya sudah tidak dapat
dihuni untuk sementara karena terkena banjir, di pengungsian warga tinggal di
tenda, sarana air bersih sangat kurang, warga mendapatkan sarana air bersih hanya
untuk minum saja, sedangkan untuk mandi, gosok gigi dan cuci pakaian warga
menggunakan air hujan atau menggunakan air dari sungai yang ada di sekitar
pengungsian, MCK di wilayah pengungsian pun terbatas hanya ada 7 MCK yang
tersedia untuk 100 warga pengungsi, tidak ada tempat pembuangan sampah khusus
dikarenakan TPS tergenang air, sehingga sampah hanya dikumpulkan di area yang
kosong sehingga menimbulkan bau tidak sedap dan banyak lalat.
Ketika dilakukan pemeriksaan oleh tim medis dari puskesmas setempat,
didapatkan 50% balita terkena scabies dan 30% balita terkena diare, terdapat juga
1 balita yang meninggal karena diare, ketika warga di kaji oleh tim medis, warga
mengatakan sulit untuk pergi ke pelayanan kesehatan karena hampir seluruh akses
jalan terkena banjir sehingga sulit dilalui, transportasi yang digunakan selama ini
adalah perahu karet hanya tidak banyak, sehingga warga harus mengantri untuk bisa
menggunakannya.
Banyak warga yang terlihat menangis, murung ada juga yang sering mengeluh
karena mereka takut rumahnya hanyut, takut rumahnya rusak dan takut tidak punya
tempat tinggal, tidak punya pakaian dan barang-barang lainnya karena rusak
terkena banjir.

60
3.2 Asuhan Keperawatan Komunitas Di Daerah Geget Naro
Kode KK : (Tidak Ada Dalam Kasus) RT: (Tidak Ada Dalam Kasus)
Dusun : Geget Nero RW:(Tidak Ada Dalam Kasus)

I. Data Inti (Penduduk)


a. Data Umum
1. Data Demografi (Tidak Ada Dalam Kasus)
Nama
Suku Gol.
Anggota Kead. Imuni
No Umur JK / Agama Pend Pek. Dara PUS
Masyara fisik sasi
Ras h
kat

2. Gizi (Tidak Terdapat Dalam Kasus)


1. Frekuensi makan per hari :
 Satu kali  Dua kali  Tiga kali
2. Cara pengolahan makanan di Masyarakat
 Dipotong-cuci-masak  Dicuci-potong-masak
 Potong-masak

61
3. Konsumsi Lauk-pauk (daging,tahu,tempe,ikan,dsb)
 Setiap hari  Kadang-kadang
 Tidak pernah
4. Konsumsi sayur-sayuran :
 Setiap hari  Kadang-kadang
 Tidak pernah
5. Konsumsi buah-buahan:
 Setiap hari  Kadang-kadang
 Tidak pernah
6. Konsumsi garam yodium :
 Ya (30-80 ppm)  Tidak
7. Pantangan makan dalam Masyarakat :
 Ikan  Sayur  Telur

3. Kesakitan
1. Apakah ada anggota Masyarakat yang menderita penyakit (3 bulan
terakhir) :  Ya  Tidak
Ketika dilakukan pemeriksaan oleh tim medis dari puskesmas
setempat, didapatkan 50% balita terkena scabies dan 30% balita
terkena diare.

2. Bila ya, Sebutkan jenis penyakitnya


Scabies dan diare.

3. Sarana Pelayanan kesehatan yang sering digunakan Masyarakat jika


anggota Masyarakat sakit :
 Rumah sakit  Dokter praktek  Dukun

Puskesmas  Mantri/bidan praktek  Lain-lain


Warga mengatakan sulit untuk pergi ke pelayanan kesehatan karena
hampir seluruh akses jalan terkena banjir sehingga sulit dilalui.

62
4. Kematian
1. Apakah ada anggota Masyarakat yang meninggal (satu tahun
terakhir):  Ya  Tidak

2. Bila ya, disebabkan oleh :


1.Sakit  Kecelakaan  Lain-lain
Terdapat juga 1 balita yang meninggal karena diare

b. Data Khusus
1. Pasangan Usia Subur (PUS) (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
a) Penggunaan Alat kontrasepsi
1. Jenis kontrasepsi yang dipakai PUS :
 IUD  Susuk  Vasektomy
 Suntik  Kondom  Alami
 Pil  Tubectomy
2. Bila tidak alasannya :
 Dilarang suami  Tidak tahu
 Agama  Lain-lain sebutkan

b) Ibu hamil (Pada Masyarakat yang memiliki ibu hamil)


(Tidak Terdapat Dalam Kasus)
1. Umur kehamilan :
 1 - 12 mg  12- 24 mg 24 - 36 mg  > 36 mg
2. Faktor Resiko kehamilan :
 Resti (ada satu/lebih faktor resiko)
 Tidak Resti (tidak ada faktor resiko)

63
Jawaban
No Faktor Resiko
Ya Tdk
a. Usia Bumil < 20 atau > 35 tahun
b. Tinggi badan < 150 cm
c. Jarak kehamilan < 2 tahun
d. Kehamilan > 4 kali
e. Riwayat keguguran sebelumnya
f. Mempunyai riwayat tekanan darah tinggi (> 140/90
g. mmHg)
h. Menderita penyakit berat (jantung, asma, DM, dll)
i. Muntah-muntah yang berlebihan
j. Sering pusing
k. Kaki bengkak
l. Anemia (Hb < 10 gr%), lihat KMS Bumil
Protein urine (+), lihat KMS Bumil

3. Berapa kali ibu memeriksakan kehamilannya :


 Tidak diperiksa  K1 (1-3x)  K4 (≥4x)
4. Bila Ya, Dimana :
 Rumah sakit  Ke dokter praktek  Dukun beranak
 Puskesmas  Perawat/bidan praktek
 Lain-lain sebutkan.....................
5. Bila Tidak alasannya :
 Dilarang suami  Tidak tahu
 Lain-lain sebutkan.....................
 Agama  Biaya
6. Apakah BUMIL mengkonsumsi tablet penambah darah saat ini :
 Ya  Tidak

64
c) Persalinan (satu tahun yang lalu)
1. Pertolongan persalinan anak pada satu tahun terakhir oleh :
 Tenaga Kesehatan  Paraji
2. Bila ke Paraji, alasannya :
 Tidak tahu  Biaya  Budaya/kebiasaan masyarakat
 Lain-lain......
3. Tempat pertolongan persalinan :
 Rumah sakit  Di rumah
 Puskesmas  Bidan/dokter praktek
 Polindes
4. Kondisi bayi saat dilahirkan :
 Lahir hidup  Lahir mati  Lahir cacat
5. Adakah neonatus yang meninggal dalam 1 th terakhir :
 Ya  Tidak
6. Bila ya apa sebabnya :
 Tetanus  Diare  ISPA  Lain-lain..................

d) Buteki (pada klg yang memiliki anak usia menyusui)


1. Apakah ada buteki :
 Ya  Tidak
2. Bila ya apakah ibu meneteki anaknya :
 Ya  Tidak
3. Bila ya usia anak berapa :
 1 hr-6 bulan  6 bl-2 tahun  Lebih 2 th
4. Bila tidak alasannya :
 Dilarang suami  Kecantikan
 Tidak tahu  Pekerjaan
 Penyakit
 Lain-lain sebutkan..................

65
2. Bayi/Balita (pada klg yg memiliki bayi/balita)
1. Penyakit yang dialami bayi/balita sekolah 3 bulan terakhir
 TBC  Asma  Campak  Penyakit kulit

 Diare  Lain-lain, Scabies


Ketika dilakukan pemeriksaan oleh tim medis dari puskesmas
setempat, didapatkan 50% balita terkena scabies dan 30% balita
terkena diare.
2. Apakah bayi/balita diimunisasi : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
 Ya  Tidak
3. Bila tidak diimunisasi alasannya: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
 Tidak tahu  Tidak ada manfaatnya
 Lain-lain sebutkan....
4. Apakah anak memiliki KMS : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
 Ya  Tidak
5. Bila ya, bagaimana BB anak (lihat KMS): (Tidak Terdapat Dalam
Kasus)
 Bawah garis merah
 Di atas garis merah
 Tidak punya KMS
6. Apakah setiap bulan dibawa ke Posyandu : (Tidak Terdapat Dalam
Kasus)
 Ya  Tidak
7. Bila tidak alasannya (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
 Jauh dari posyandu
 Merasa tidak ada manfaatnya
 Tidak punya waktu
 Lain-lain sebutkan .................
8. Apakah anak mendapat makanan tambahan : (Tidak Terdapat
Dalam Kasus)
 Ya  Tidak

66
9. Apakah anak mendapatkan vit A: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
 Ya  Tidak
10. Pada umur berapa anak mendapatkan makanan pendamping ASI :
 < 6 bulan  ≥ 6 bulan (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
3. Kesehatan usia pra sekolah (pada klg yg memiliki anak pra sekolah)
(Tidak Terdapat Dalam Kasus)
1. Penyakit yang dialami anak usia pra sekolah 3 bulan terakhir
 TBC  Asma  Tiphoid  Penyakit kulit
 Gangguan telinga (OMP)  Diare
 Lain-lain, sebutkan ..................
2. Kegiatan yang dilakukan anak
 sekolah PAUD/TK  play group
 agama/mengaji  Lain-lain sebutkan.
3. Kebiasaan tidak sehat :
 sulit makan
 makan jajanan pasar
 hiper/overaktif
 Lain-lain, sebutkan .........................

4. Kesehatan usia sekolah (pada klg yg memiliki anak usia sekolah)


(Tidak Terdapat Dalam Kasus)
1. Penyakit yang dialami anak usia sekolah 3 bulan terakhir
 TBC  Asma  Tiphoid  Penyakit kulit
 Kecelakaan  Lain-lain, sebutkan ..................
2. Kegiatan anak yang dilakukan di luar sekolah :
 main game/PS  les musik/bimbel/OR
 agama/mengaji  Lain-lain sebutkan ...............
3. Kebiasaan tidak sehat :
 merokok
 makan jajanan pasar
 Lain-lain, sebutkan ........................

67
5. Kesehatan Remaja (pada klg yang memiliki remaja)
(Tidak Terdapat Dalam Kasus)
1. Penyakit yang dialami remaja 3 bulan terakhir
 Maag/gastritis  TBC  Asma  Tipes
 HIV/AIDS  Lain-lain, sebutkan ..................
2. Kegiatan remaja di luar sekolah yang dilakukan
 Keagamaan  Olah raga
 Karang taruna  Lain-lain sebutkan ...............
3. Penggunaan waktu luang :
 Begadang  Kursus keterampilan
 Rekreasi  Lain-lain sebutkan ................
4. Kebiasaan tidak sehat yang dilakukan :
 Merokok
 Minum minuman keras
 Penggunaan obat-obatan/narkoba
 Lain-lain, sebutkan .........................

6. Kesehatan Dewasa (pada Masyarakat dewasa)


1. Penyakit yang sering diderita :
 Asma  Penyakit kulit
 TBC  Penyakit jantung
 Hipertensi  Gastritis
 Kencing manis  Lain-lain sebutkan ................
2. Kebiasaan tidak sehat yang dilakukan :
 Merokok
 Minum minuman keras
 Penggunaan obat-obatan/narkoba
 Lain-lain, sebutkan .........................

68
7. Kesehatan Lansia (pada Masyarakat yg memiliki lansia)
(Tidak Terdapat Dalam Kasus)
1. Apakah lansia memiliki keluhan/penyakit :
 Ya, sebutkan .......................  Tidak
2. Bila ya, apa :
 Asma  Penyakit kulit
 TBC  Penyakit jantung
 Hipertensi  Stroke
 Kencing manis  Lain-lain sebutkan .........
3. Apakah Lansia saat ini masih bekerja :
 Ya  Tidak
4. Upaya yang dilakukan jika Lansia sakit :
 Berobat ke dokter praktek  Pergi ke dukun/Paranormal
 Berobat ke Mantri  Tidak Berobat/Dibiarkan
 Berobat ke Puskesmas/RS  Lain-lain sebutkan ................
 Mengobati sendiri
5. Penggunaan waktu senggang :
 Senam  Pengajian
 Jogging  Bukan salah satunya
 Berkebun/bertani
6. Kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas berdasarkan
“KATZ” indeks :
 Indeks A : ketergantungan penuh
 Indeks B : beberapa kegiatan dibantu
 Indeks C : mandiri
7. Kebiasaan lanjut usia :
 Merokok  Minum kopi
 Minum teh  Lain-lain, sebutkan.........................

69
II. Lingkungan Fisik
a. Perumahan
1. Kepemilikan : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
 Sewa  Menumpang  Milik sendiri
2. Jenis:
 Permanen  Semi permanen Tidakpermanen (panggung)
3. Lantai: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
 Tanah  Papan  Tegel/semen
4. Ventilasi : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
 > 10% dari luas lantai  < 10 % dari luas lantai  Tidak ada
ventilasi
5. Pencahayaan Sinar matahari:
 Masuk kedalam rumah  Tidak masuk kedalam rumah
6. Luas bangunan/orang : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
 < 8m2 orang  ≤ 8m2 /orang
7. Pemanfaatan pekarangan : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
 Sayuran  Tanaman obat Masyarakat
 Buah-buahan  Tanaman hias
b. Pembuangan
1. Tempat Masyarakat buang air besar :
 Sungai  WC
 Selokan
Lain-lain sebutkan.....................
 Sembarang tempat
MCK di wilayah pengungsian pun terbatas hanya ada 7 MCK yang
tersedia untuk 100 warga pengungsi.
2. Jenis WC :
 Septik tank  WC cemplung
3. Jarak WC dengan sumber air : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
 < 10 m  ≥ 10 m

70
4. Kondisi jamban : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
 Terawat  Tidak terawat
c. Sumber air
1. Sumber air :
 PDAM  Sumur  Sungai
 Mata air
Sarana air bersih sangat kurang, warga mendapatkan sarana air bersih
hanya untuk minum saja, sedangkan untuk mandi, gosok gigi dan cuci
pakaian warga menggunakan air hujan atau menggunakan air dari sungai
yang ada di sekitar pengungsian.

2. Penyediaan air minum :


 PDAM  Sumur  Sungai
 Mata air
Sarana air bersih sangat kurang, warga mendapatkan sarana air bersih
hanya untuk minum.

3. Pengelolaan air minum (yang bersumber bukan dari air olahan/isi ulang)
 Dimasak  Tidak dimasak
(Tidak Terdapat dalam Kasus)

d. Tempat penampungan air


1. Tempat penampungan air : (Tidak Terdapat dalam Kasus)
 Bak  Torn  Gentong  Lain-lain  Ember
2. Kondisi : (Tidak Terdapat dalam Kasus)
 Tertutup  Terbuka
3. Pengurasan : (Tidak Terdapat dalam Kasus)
 setiap hari  setiap 2 hari  setiap 3 hari  Lain-lain,
sebutkan.............
4. Kondisi air :
 Berbau  Berasa

71
 Berwarna  Tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna

e. Pembuangan sampah dan limbah


1. Tempat pembuangan sampah :
 Tempat sampah umum  Sembarang tempat
 Sungai  Diangkut petugas
 Lain-lain, area yang kosong
Tidak ada tempat pembuangan sampah khusus dikarenakan TPS
tergenang air, sehingga sampah hanya dikumpulkan di area yang kosong
sehingga menimbulkan bau tidak sedap dan banyak lalat.

2. Kondisi tempat sampah :


 Tertutup, kedap air  Terbuka, tidak kedap air
 Tertutup, tidak kedap air  Terbuka, kedap air

3. Tempat pembuangan air limbah : (Tidak Terdapat dalam Kasus)


 Got  Sembarang tempat
 Lain-lain, sebutkan...............
 Sungai  Penampungan
4. Kondisi saluran limbah : (Tidak Terdapat dalam Kasus)
 Terbuka  Lancar
 Tertutup  Tergenang

f. Kandang ternak : (Tidak Terdapat dalam Kasus)


1. Kepemilikan kandang ternak :
 Ya  Tidak
2. Letak kandang ternak dengan rumah :
 Menempel dengan rumah  < 10 meter  ≥ 10 meter
3. Kondisi kandang :
 Terawat  Tidak terawat

72
III. Pelayanan Kesehatan & Sosial
1. Sarana kesehatan terdekat dengan rumah :
 Rumah sakit  Puskesmas  Balai pengobatan
 Praktik swasta (dokter, perawat, bidan)
2. Pemanfaatan sarana kesehatan :
 Ya  Tidak
3. Bila tidak, alasannya :
 Sulit dijangkau  Biaya  Lain-lain
Warga mengatakan sulit untuk pergi ke pelayanan kesehatan karena
hampir seluruh akses jalan terkena banjir sehingga sulit dilalui
4. Jenis UKBM yang ada : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
 Pos Yandu  Pos Bindu  Lain-lain,
5. Pos Yandu : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
 Jumlah Bayi ......
 Jumlah Bayi ......
 Jumlah Balita ......
 Jumlah Bayi & Balita yang memiliki KMS ......
 Jumlah Bayi & Balita yang datang bulan ini ......
 Jumlah Bayi & Balita yang naik timbangannya bulan ini ....
 D/S bulan ini : ..... %
 N/D bulan ini : ..... %
 Strata : ......................
6. Pos Bindu (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
 Jumlah pra lansia ...... Jumlah lansia ...... Jumlah lansia resti ......
 Jumlah lansia memiliki KMS ......
 Jumlah lansia yang datang bulan ini ......
 Status gizi/IMT lansia berdasarkan KMS
 Gizi lebih : ........  Gizi normal .....  Gizi kurang ......
7. RW Siaga (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
 Ada, berjalan  Ada, tidak jalan  Tidak ada  Strata :

73
IV. Sosial Ekonomi
1. Penghasilan rata-rata per bulan (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
 < 900.000
 900.000 – 1.500.000
 1..500.000- 2.500.000
 > 2.500.000

2. Kepemilikan dana jaminan kesehatan: (Tidak Terdapat Dalam Kasus)


 Askes  Jamkesmas  Jamsostek  Dana Sehat
 Tidak ada

V. PENDIDIKAN (Tidak Terdapat Dalam Kasus)


1. Sarana Pendidikan
 PAUD  TK/TPA  SD/MI  SMP/MTs
 SLTA/MA Akademi/PT
2. Pengguna
 Masyarat wilayah tersebut
 Masyarat luar wilayah tersebut

VI. KEAMANAN DAN TRANSPORTASI (Tidak Terdapat Dalam Kasus)


1. Perlindungan terhadap keamanan
 Ada, sebutkan ..............
 Tidak ada, alasan ......................
2. Perlindungan terhadap sarana umum (sumber air, MCK, dll)

 Ada, MCK diwilayah pengungsian pun terbatas hanya ada 7 MCK


yang tersedia untuk 100 warga pengungsi
Tidak ada, alasan .....................
3. Sarana tansportasi yang digunakan
 Bis  Angkot/angdes  Ojeg  Kendaraan sendiri
Transportasi yang digunakan selama ini adalah perahu karet hanya tidak
banyak, sehingga warga harus mengantri untuk bisa menggunakannya.

74
4. Jenis kecelakaan/bencana yang sering terjadi
 Kecelakaan lalu lintas : meninggal
 Kecalakaan lalu lintas : patah tulang
 Kecelakaan lalu lintas : luka
 Kecelakaan binatang, sebutkan ..............

 Lain-lain, sebutkan Tahun ini faerah Geget Naro terkena bencana


banjir

VII.Politik Dan Pemerintahan (Tidak Terdapat Dalam Kasus)


1. Kebijakan pemerintah dalam kesehatan Sebutkan :
2. Peran Parpol/LSM terhadap kesehatan Sebutkan :
3. Lain-lain, Sebutkan :

VIII. Komunikasi (Tidak Terdapat Dalam Kasus)


1. Sarana komunikasi penduduk
Papan pengumuman
Speaker/pengeras suara masjid
Surat
Telepon/HP
Lain-lain, sebutkan ..............
2. Bahasa yang digunakan
Asing
Indonesia
Daerah, sebutkan ..............

IX. Rekreasi (Tidak Terdapat Dalam Kasus)


1. Tempat rekreasi Sebutkan
2. Pengguna Sebutkan
3. Cara penduduk melaksanakan rekreas Sebutkan

75
Diagnosis Keperawatan
1. Analisis Data
Data Interpretasi Data Masalah
1. Data Lingkungan Rumah Ketidakmampuan Resiko Penurunan Derajat
DS: Masyarakat dalam Kesehatan Masyarakat Geget
- Warga mengatakan sulit untuk Mengakses Naro ditandai dengan:
pergi ke pelayanan kesehatan Pelayanan Kesehatan - Warga mengatakan sulit
karena hampir seluruh akses untuk pergi ke pelayanan
jalan terkena banjir sehingga kesehatan karena hampir
sulit dilalui seluruh akses jalan terkena
banjir sehingga sulit dilalui
DO: - Banjir di daerah geget nero
- Banjir di daerah geget nero mencapai 3 meter sehingga
mencapai 3 meter sehingga banyak warga yang
banyak warga yang mengungsi mengungsi ke tempat
ke tempat pengungsian di pengungsian di sekitar
sekitar wilayah geget nero, wilayah geget nero, karena
karena rumah tempat rumah tempat tinggalnya
tinggalnya sudah tidak dapat sudah tidak dapat dihuni
dihuni untuk sementara karena untuk sementara karena
terkena banjir terkena banjir
- Di Pengungsian Warga tinggal - Di Pengungsian Warga
di Tenda tinggal di Tenda

76
2. Data Lingkungan Rumah Ketidakmampuan Resiko Penurunan Kesehatan
DO: Masyarakat Lingkungan ditandai dengan:
1. WC Menyediakan - MCK diwilayah pengungsian
- MCK diwilayah pengungsian Fasilitas Umum yang pun terbatas hanya ada 7 MCK
pun terbatas hanya ada 7 menunjang Perilaku yang tersedia untuk 100 warga
MCK yang tersedia untuk Hidup Bersih dan pengungsi
100 warga pengungsi Sehat (PHBS). - Sarana air bersih sangat
kurang, warga mendapatkan
2. Sumber Air sarana air bersih hanya untuk
- Sarana air bersih sangat minum saja, sedangkan untuk
kurang, warga mendapatkan mandi, gosok gigi dan cuci
sarana air bersih hanya pakaian warga menggunakan
untuk minum saja, air hujan atau menggunakan
sedangkan untuk mandi, air dari sungai yang ada
gosok gigi dan cuci pakaian disekitar pengungsian
warga menggunakan air - Tidak ada tempat pembuangan
hujan atau menggunakan air sampah khusus dikarenakan
dari sungai yang ada TPS tergenang air, sehingga
disekitar pengungsian sampah hanya dikumpulkan di
area yang kosong sehingga
3. Tidak ada tempat menimbulkan bau tidak sedap
pembuangan sampah khusus dan banyak lalat
dikarenakan TPS tergenang
air, sehingga sampah hanya
dikumpulkan di area yang
kosong sehingga
menimbulkan bau tidak sedap
dan banyak lalat

77
3. Kesehatan Bayi dan Balita Ketidaktahuan, Penurunan Kesehatan Bayi dan
DO: Ketidakmampuan Balita di Geger Naro ditandai
- Ketika dilakukan Masyarakat Dalam dengan:
pemeriksaan oleh tim medis Memaksimalkan - Ketika dilakukan
dari puskesmas setempat, Kesehatan Bayi/ pemeriksaan oleh tim medis
didaptakan 50% balita Balita dari puskesmas setempat,
terkena scabies dan 30% (Memaksimalkan didaptakan 50% balita
belita terkena diare, terdapat Pemeriksaan terkena scabies dan 30%
juga 1 balita yang meninggal Kesehatan) belita terkena diare, terdapat
karena diare juga 1 balita yang meninggal
karena diare

4. Kesehatan Dewasa
DO:
- Banyak warga yang terlihat Ketidakmampuan Resiko penurunan kesehatan
menangis, murung, ada juga Dewasa dalam Dewasa ditandai dengan:
yang sering mengeluh karena Pengelolaan - Banyak warga yang terlihat
mereka takut rumahnya Mekanisme Koping menangis, murung, ada juga
hanyut, takut rumahnya (Kecemasan) yang sering mengeluh
rusak dan takut tidak punya karena mereka takut
tempat tinggal, tidak punya rumahnya hanyut, takut
pakaian dan barang-barang rumahnya rusak dan takut
lainnya karena rusak terkena tidak punya tempat tinggal,
banjir tidak punya pakaian dan
barang-barang lainnya
karena rusak terkena banjir

78
Skoring
Masalah Keperawatan A B C D E F G H Total

Resiko Penurunan Derajat Kesehatan Masyarakat Geget Naro


ditandai dengan Warga mengatakan sulit untuk pergi ke
pelayanan kesehatan karena hampir seluruh akses jalan
terkena banjir sehingga sulit dilalui, Banjir di daerah geget
nero mencapai 3 meter sehingga banyak warga yang 4 4 3 2 4 4 5 4 30
mengungsi ke tempat pengungsian di sekitar wilayah geget
nero, karena rumah tempat tinggalnya sudah tidak dapat
dihuni untuk sementara karena terkena banjir, dan Di
Pengungsian Warga tinggal di Tenda.
Resiko Penurunan Kesehatan Lingkungan ditandai dengan
MCK diwilayah pengungsian pun terbatas hanya ada 7 MCK
yang tersedia untuk 100 warga pengungsi, Sarana air bersih
sangat kurang, warga mendapatkan sarana air bersih hanya 4 3 3 3 4 4 4 4 29
untuk minum saja, sedangkan untuk mandi, gosok gigi dan
cuci pakaian warga menggunakan air hujan atau
menggunakan air dari sungai yang ada disekitar pengungsian

79
dan Tidak ada tempat pembuangan sampah khusus
dikarenakan TPS tergenang air, sehingga sampah hanya
dikumpulkan di area yang kosong sehingga menimbulkan bau
tidak sedap dan banyak lalat.
Penurunan Kesehatan Bayi dan Balita di Geger Naro ditandai
dengan Ketika dilakukan pemeriksaan oleh tim medis dari
puskesmas setempat, didaptakan 50% balita terkena scabies 5 3 5 5 4 4 4 4 34
dan 30% belita terkena diare, terdapat juga 1 balita yang
meninggal karena diare
Resiko penurunan kesehatan Dewasa ditandai dengan Banyak
warga yang terlihat menangis, murung, ada juga yang sering
mengeluh karena mereka takut rumahnya hanyut, takut
3 3 3 3 3 2 3 3 24
rumahnya rusak dan takut tidak punya tempat tinggal, tidak
punya pakaian dan barang-barang lainnya karena rusak
terkena banjir

80
Keterangan : Pembobotan :
A. Risiko keparahan 1. Sangat Rendah
B. Minat masyarakat 2. Rendah
C. Kemungkinan diatasi 3. Cukup
D. Waktu 4. Tinggi
E. Dana 5. Sangat Tinggi
F. Fasilitas
G. Sumberdaya
H. Tempat

2. Daftar Diagnosis Keperawatan Komunitas


1) Penurunan Kesehatan Bayi dan Balita di Geger Naro ditandai dengan Ketika
dilakukan pemeriksaan oleh tim medis dari puskesmas setempat, didaptakan
50% balita terkena scabies dan 30% belita terkena diare, terdapat juga 1 balita
yang meninggal karena diare
2) Resiko Penurunan Derajat Kesehatan Masyarakat Geget Naro ditandai dengan
Warga mengatakan sulit untuk pergi ke pelayanan kesehatan karena hampir
seluruh akses jalan terkena banjir sehingga sulit dilalui, Banjir di daerah geget
nero mencapai 3 meter sehingga banyak warga yang mengungsi ke tempat
pengungsian di sekitar wilayah geget nero, karena rumah tempat tinggalnya
sudah tidak dapat dihuni untuk sementara karena terkena banji, dan Di
Pengungsian Warga tinggal di Tenda.
3) Resiko Penurunan Kesehatan Lingkungan ditandai dengan MCK diwilayah
pengungsian pun terbatas hanya ada 7 MCK yang tersedia untuk 100 warga
pengungsi, Sarana air bersih sangat kurang, warga mendapatkan sarana air
bersih hanya untuk minum saja, sedangkan untuk mandi, gosok gigi dan cuci
pakaian warga menggunakan air hujan atau menggunakan air dari sungai yang
ada disekitar pengungsian dan Tidak ada tempat pembuangan sampah khusus

81
dikarenakan TPS tergenang air, sehingga sampah hanya dikumpulkan di area
yang kosong sehingga menimbulkan bau tidak sedap dan banyak lalat.
4) Resiko penurunan kesehatan Dewasa ditandai dengan Banyak warga yang
terlihat menangis, murung, ada juga yang sering mengeluh karena mereka takut
rumahnya hanyut, takut rumahnya rusak dan takut tidak punya tempat tinggal,
tidak punya pakaian dan barang-barang lainnya karena rusak terkena banjir

82
3. Intervensi Keperawatan Komunitas
Tujuan Evaluasi
No DX Intervensi
Umum Khusus Kriteria Indikator
1 I Penurunan Setelah dilakukan 1. Kognitif 1. Masyarakat 1. Masyarakat
Kesehatan tindakan Masyarakat bisa Mengetahui Tanda dan Mengetahui Tanda dan
Bayi dan Keperawatan Selama memahami materi Gejala Penurunan Gejala Penurunan
Balita di 1x24 Jam yang diberikan. Kesehatan Kesehatan
Geger Naro Masyarakat a. Masyarakat Mampu a. Menggali
dapat diharapkan: 2. Afektif menjawab/ Pengetahuan
Teratasi Mengetahui Tanda Masyarakat bisa mengungkapkan Masyarakat
dan Gejala memilih tindakan terkait Tanda dan Mengenai Penurunan
Penurunan Kesehatan yang tepat untuk Gejala Penurunan Kesehatan
Pada Bayi dan Balita menangani Kesehatan
masalah. b. Mendiskusikan
Setelah dilakukan b. Masyarakat Mampu dengan Masyarakat
tindakan 3. Psikomotor memahami tentang mengenai Penyebab
Keperawatan Selama Masyarakat dapat Penyebab Masalah. Masalah
1x30 Menit mendemonstrasikan
Masyarakat cara perawatan 2. Masyarakat Dapat 2. Masyarakat dapat
diharapkan: Dapat Bayi dan Balita Mengambil Keputusan mengambil Keputusan

54
mengambil dengan Penurunan a. Masyarakat Mampu a. Identifikasi Tindakan
Keputusan Kesehatan Menjawab/ Yang sudah
Mengungkapkan dilakukan
Setelah dilakukan Tindakan yang
tindakan sudah dilakukan.
Keperawatan Selama
1x24 Jam b. Masyarakat Mampu b. Diskusikan
Masyarakat menjelaskan pentingnya
diharapkan: Mampu Pentingnya memahami Tanda
Merawat Bayi dan memahami Tanda dan Gejala Penurunan
Balita dengan dan Gejala Kesehatan Pada Bayi
Penurunan Kesehatan Penurunan dan Balita
Kesehatan Pada
Setelah dilakukan Bayi dan Balita
tindakan
Keperawatan Selama
1x24 Jam
Masyarakat
3. Masyarakat Mampu 3. Masyarakat Mampu
diharapkan: Dapat
Merawat Bayi dan Merawat Bayi dan

55
memodifikasi Balita dengan Balita dengan
Lingkungan yang Penurunan Kesehatan Penurunan Kesehatan
menunjang a. Masyarakat Mampu a. Menggali Tindakan
MelakukanTindakan yang sudah
Setelah dilakukan Pada Bayi dan Balita dilakukan.
tindakan dengan Penurunan
Keperawatan Selama kesehatan
1x40 Menit
Masyarakat b. Masyarakat Mampu b. Diskusikan tentang
diharapkan: Mampu Memahami Cara cara perawatan Pada
Memanfaatkan Perawatan Pada Bayi dan Balita
Pelayanan Kesehatan Bayi dan Balita dengan Penurunan
dengan Penurunan Kesehatan.
kesehatan

c. Masyarakat Mampu
c. Demonstrasikan
Mendemonstrasikan
mengenai cara
mengenai Cara
perawatan
perawatan

56
d. Ajarkan cara
melakukan perawatan

e. Berikan Reward
4. Masyarakat Dapat 4. Masyarakat dapat
Memodifikasi Memodifikasi
Lingkungan yang Lingkungan yang
Menunjang. Menunjang
a. Masyarakat dapat a. Diskusikan dengan
memahami cara Masyarakat tentang
memodifikasi memodifikasi
lingkungan untuk lingkungan untuk
mencegah mencegah
Komplikasi dari Komplikasi dari
Penurunan Penurunan
Kesehatan. Kesehatan

b. Berikan Reward

57
5. Masyarakat Mampu 5. Masyarakat Mampu
memanfaatkan memanfaatkan
Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan
a. Masyarakat Mampu a. Menggali Persepsi
Menjawab mengenai Masyarakat
Persepsi Pelayanan Mengenai Pelayanan
Kesehatan. Kesehatan

b. Diskusikan dengan
b. Masyarakat Mampu Masyarakat
Memahami Pentingnya
Pentingnya memanfaatkan
memanfaatkan pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan yang ada di
Lingkungan Sekitar.

58
2 II Resiko Setelah dilakukan 1. Kognitif 1. Masyarakat Mengenal 1. Masyarakat Mengenal
Penurunan tindakan Masyarakat bisa tentang Dampak Dampak Bencana
Derajat Keperawatan Selama memahami materi Bencana Banjir Banjir terhadap
Kesehatan 1x40 Menit yang diberikan. terhadap Penurunan Penurunan Derajat
Masyarakat Masyarakat Derajat Kesehatan Kesehatan
Geget Naro diharapkan: 2. Afektif a. Masyarakat Mampu a. Menggali
Dapat Mengenal tentang Masyarakat dapat menjawab/ Pengetahuan
Teratasi Dampak Bencana mendiskusikan mengungkapkan Masyarakat
Banjir Terhadap tindakan untuk terkait Dampak Mengenai Dampak
Penurunan Derajat Memelihara Bencana Banjir Bencana Banjir
Kesehatan Kesehatan. terhadap Penurunan terhadap Penurunan
Masyarakat Derajat Kesehatan. Derajat Kesehatan.
3. Psikomotor
Setelah dilakukan Masyarakat dapat b. Masyarakat Mampu b. Mendiskusikan
tindakan mendemonstrasikan memahami tentang dengan Masyarakat
Keperawatan Selama cara untuk Bagaimana Cara Bagaimana Cara
1x30 Menit meningkatkan Memelihara Memelihara
Masyarakat Kesehatan. Kesehatan Kesehatan.
diharapkan: Dapat

59
mengambil 2. Masyarakat Dapat 2. Masyarakat dapat
Keputusan untuk Mengambil mengambil Keputusan
Mencegah dampak Keputusan untuk untuk Mencegah
dari Bencana Banjir Mencegah Dampak Dampak dari Bencana
Terhadap Kesehatan dari Bencana Banjir Banjir Terhadap
Masyarakat Terhadap Kesehatan Kesehatan Masyarakat
Masyarakat a. Identifikasi Tindakan
Setelah dilakukan a. Masyarakat Mampu Yang sudah
tindakan Menjawab/ dilakukan.
Keperawatan Selama Mengungkapkan
1x24 Jam Tindakan yang sudah
Masyarakat dilakukan.
diharapkan: b. Diskusikan
b. Masyarakat Mampu pentingnya
1. Mampu Merawat menjelaskan memahami Dampak
Kesehatan Pentingnya Bencana Banjir
Individu memahami Dampak terhadap Kesehatan
Bencana Banjir
terhadap Kesehatan

60
Setelah dilakukan 3. Masyarakat Mampu 3. Masyarakat Mampu
tindakan Merawat Kesehatan Merawat Kesehatan
Keperawatan Selama Individu Individu
2x24 Jam a. Masyarakat Mampu a. Menggali Tindakan
Masyarakat Melakukan Tindakan yang sudah dilakukan.
diharapkan: Dapat untuk memelihara
memodifikasi Kesehatan
Lingkungan yang b. Diskusikan tentang
dapat dilakukan b. Masyarakat Mampu cara Memelihara
sesuai dengan arahan Memahami Cara Kesehatan
dari Perawat Memelihara
Kesehatan
Setelah dilakukan c. Ajarkan cara
tindakan c. Masyarakat Mampu melakukan perawatan
Keperawatan Selama Mendemonstrasikan Memelihara
1x40 Menit mengenai Cara Kesehatan
Masyarakat Memelihara
diharapkan: Mampu Kesehatan d. Berikan Reward

61
Memanfaatkan 4. Masyarakat Dapat 4. Masyarakat dapat
Pelayanan Kesehatan Memodifikasi Memodifikasi
Lingkungan yang Lingkungan yang
Dapat Dilakukan Dapat dilakukan sesuai
sesuai dengan arahan dengan arahan dari
dari Perawat. Perawat.
a. Masyarakat dapat a. Diskusikan dengan
memahami cara Masyarakat tentang
memodifikasi memodifikasi
lingkungan yang lingkungan yang
menunjang menunjang
Kesehatan Kesehatan
b. Berikan Reward
5. Masyarakat Mampu 5. Masyarakat Mampu
memanfaatkan memanfaatkan
Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan
a. Masyarakat Mampu a. Menggali Persepsi
Menjawab mengenai Masyarakat
Persepsi Pelayanan MengenainPelayanan
Kesehatan. Kesehatan

62
b. Masyarakat Mampu b. Diskusikan dengan
Memahami Masyarakat
Pentingnya Pentingnya
memanfaatkan memanfaatkan
Pelayanan Kesehatan pelayanan Kesehatan
yang ada di
Lingkungan Sekitar.
3 III Resiko Setelah dilakukan 1. Kognitif 1. Masyarakat 1. Masyarakat
Penurunan tindakan Masyarakat bisa Mengetahui Tanda dan Mengetahui Tanda dan
Kesehatan Keperawatan Selama memahami materi Gejala Penurunan Gejala Penurunan
Lingkungan 1x24 Jam yang diberikan. Kesehatan Lingkungan Kesehatan
dapat Masyarakat a. Masyarakat Mampu a. Menggali
Teratasi diharapkan: 2. Afektif menjawab/ Pengetahuan
Mengetahui Tanda Masyarakat bisa mengungkapkan Masyarakat
dan Gejala memilih tindakan terkait Tanda dan Mengenai Penurunan
Penurunan Kesehatan yang tepat untuk Gejala Penurunan Kesehatan
Lingkungan. menangani masalah. Kesehatan Lingkungan
Lingkungan

63
Setelah dilakukan 3. Psikomotor b. Masyarakat Mampu b. Mendiskusikan
tindakan Masyarakat dapat memahami tentang dengan Masyarakat
Keperawatan Selama mendemonstrasikan Penyebab Masalah. mengenai Penyebab
1x30 Menit cara perawatan Bayi Masalah
Masyarakat dan Balita dengan
diharapkan: Dapat Penurunan 2. Masyarakat Dapat 2. Masyarakat dapat
mengambil Kesehatan Mengambil Keputusan mengambil Keputusan
Keputusan a. Masyarakat Mampu a. Identifikasi Tindakan
Menjawab/ Yang sudah
Setelah dilakukan Mengungkapkan dilakukan
tindakan Tindakan yang
Keperawatan Selama sudah dilakukan.
1x24 Jam
Masyarakat b. Masyarakat Mampu b. Diskusikan
diharapkan: Mampu menjelaskan pentingnya
Merawat Bayi dan Pentingnya memahami Tanda
Balita dengan memahami Tanda dan Gejala Penurunan
Penurunan Kesehatan dan Gejala Kesehatan
Penurunan Lingkungan

64
Setelah dilakukan Kesehatan
tindakan Lingkungan
Keperawatan Selama
1x24 Jam 3. Masyarakat Mampu 3. Masyarakat Mampu
Masyarakat Merawat Lingkungan Merawat Lingkungan
diharapkan: Dapat a. Masyarakat Mampu a. Menggali Tindakan
memodifikasi MelakukanTindakan yang sudah
Lingkungan yang Merawat dilakukan.
menunjang Lingkungan

b. Masyarakat Mampu b. Diskusikan tentang


Setelah dilakukan Memahami Cara cara perawatan Pada
tindakan Perawatan Pada Lingkungan
Keperawatan Selama Lingkungan
1x40 Menit
Masyarakat c. Masyarakat Mampu c. Demonstrasikan
diharapkan: Mampu Mendemonstrasikan mengenai cara
Memanfaatkan mengenai Cara perawatan
Pelayanan Kesehatan perawatan Lingkungan
Lingkungan

65
d. Ajarkan cara
melakukan perawatan
Lingkungan
e. Berikan Reward
4. Masyarakat Dapat 4. Masyarakat dapat
Memodifikasi Memodifikasi
Lingkungan yang Lingkungan yang
Menunjang Kesehatan Menunjang Kesehatan
a. Masyarakat dapat a. Diskusikan dengan
memahami cara Masyarakat tentang
memodifikasi memodifikasi
lingkungan yang lingkungan yang
menunjang Menunjang
Kesehatan Kesehatan
b. Berikan Reward

66
4 IV Resiko Setelah dilakukan 1. Kognitif 1. Masyarakat 1. Masyarakat
penurunan tindakan Masyarakat Usia Mengetahui Tanda dan Mengetahui Tanda dan
kesehatan Keperawatan Selama Dewasa bisa Gejala Penurunan Gejala Penurunan
Dewasa 1x24 Jam memahami materi Kesehatan Kesehatan
dapat Masyarakat Usia yang diberikan. a. Masyarakat Mampu a. Menggali
Teratasi Dewasa diharapkan: menjawab/ Pengetahuan
Mengetahui Tanda 2. Afektif mengungkapkan Masyarakat
dan Gejala Masyarakat Usia terkait Tanda dan Mengenai Penurunan
Penurunan Kesehatan Dewasa bisa Gejala Penurunan Kesehatan
memilih tindakan Kesehatan
Setelah dilakukan yang tepat untuk
tindakan menangani masalah. b. Masyarakat Usia b. Mendiskusikan
Keperawatan Selama Dewasa Mampu dengan Masyarakat
1x30 Menit 3. Psikomotor memahami tentang Usia Dewasa
Masyarakat Usia Masyarakat Usia Penyebab Masalah. mengenai Penyebab
Dewasa diharapkan: Dewasa dapat Masalah
Dapat mengambil mendemonstrasikan
Keputusan

67
Pola Koping yang 2. Masyarakat Usia 2. Masyarakat dapat
Setelah dilakukan Adaptif Dewasa Dapat mengambil Keputusan
tindakan Mengambil Keputusan a. Identifikasi Tindakan
Keperawatan Selama a. Masyarakat Mampu Yang sudah
1x24 Jam Menjawab/ dilakukan
Masyarakat Mengungkapkan
diharapkan: Mampu Tindakan yang sudah
Merawat Kesehatan dilakukan.

Setelah dilakukan b. Masyarakat Mampu b. Diskusikan


tindakan menjelaskan pentingnya
Keperawatan Selama Pentingnya memahami Tanda
1x24 Jam memahami Tanda dan Gejala Penurunan
Masyarakat Usia dan Gejala Kesehatan.
Dewasa diharapkan: Penurunan
Dapat memodifikasi Kesehatan.
Lingkungan yang
menunjang
Kesehatan

68
3. Masyarakat Mampu 3. Masyarakat Mampu
Merawat kesehatan Merawat Lingkungan
a. Menggali Tindakan
a. Masyarakat Mampu yang sudah
Melakukan dilakukan.
Tindakan Merawat
kesehatan b. Diskusikan tentang
cara perawatan
b. Masyarakat Mampu kesehatan
Memahami Cara
Perawatan c. Demonstrasikan
kesehatan. mengenai cara
perawatan kesehatan.
c. Masyarakat Mampu
Mendemonstrasikan
mengenai Cara d. Ajarkan cara
perawatan melakukan perawatan
kesehatan. kesehatan.
e. Berikan Reward

69
4. Masyarakat Dapat 4. Masyarakat dapat
Memodifikasi Memodifikasi
Lingkungan yang Lingkungan yang
Menunjang Kesehatan Menunjang Kesehatan

a. Masyarakat dapat a. Diskusikan dengan


memahami cara Masyarakat tentang
memodifikasi memodifikasi
lingkungan yang lingkungan yang
menunjang Menunjang
Kesehatan Kesehatan

b. Berikan Reward

70
Plan of Action (PoA)
Penanggung
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Sumber Biaya Waktu/ Tempat
Jawab
1. Penkes Mengenai Cara  Primer Bayi dan balita Pemerintah  Waktu : Kamis, 25 1. Kepala Desa
Memelihara Kesehatan Mengetahui Tanda Gejala serta April 2019 Geget Naro
Penurunan Kesehatan, masyarakat  Pukul : 08.00 s.d 2. Kelas Kecil
Serta Cara Merawat Geget Naro Selesai
Kesehatan dan  Tempat : Daerah
Mencegahan terhadap Geget Naro
Komplikasi yang bisa
terjadi
 Sekunder
Meningkatkan Pola Hidup
yang Sehat dalam
Mencegah Penurunan
Kesehatan.
 Tersier
Mencegah Agar
Penurunan Kesehatan
dapat diminimalisir.

71
2. Penkes Mengenai  Primer Masyarakat Pemerintah  Waktu : Kamis, 25 1. Kepala Desa
Lingkungan Sehat Mengetahui Ciri- ciri Geget Naro April 2019 Geget Naro
Lingkungan Sehat, Serta  Pukul : 08.00 s.d 2. Kelas Kecil
Cara Pencegahan terhadap Selesai
Penurunan Kesehatan  Tempat : Daerah
Lingkungan. Geget Naro
 Sekunder
Meningkatkan Pola Hidup
yang Sehat dalam
Mencegah Penurunan
Kesehatan Lingkungan.
 Tersier
Mencegah Agar
Penurunan Kesehatan
Lingkungan dapat
diminimalisir.

72
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

54
DAFTAR PUSTAKA

Riasmini, Ni Made dkk,. 2017. PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN Individu,


Keluarga, Kelompok dan Komunitas dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC dan
NIC di Puskesmas dan Masyarakat. Universitas Indonesia (UI-Press) : Jakarta
Wulandari, Sri. Dkk. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Agregat Dalam Komunitas
Populasi Rentan : Penyakit Mental, Kecacatan, Dan Populasi Terlantar. Di akses
tanggal 5 Desember 2018
Iman B, Aisiyah. Dkk. 2017. Askep Pada Agregat Dalam Komunitas Populasi Rentan
(Penyakit Mental, Kecacatan, Dan Populasi Terlantar). Di akses tanggal 5
Desember 2018

55

Anda mungkin juga menyukai