Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS AGREGAT DEWASA (PRIA):

DOSEN PENGAMPU :

Fitrayeni S.Kp., MA.

DIAJUKAN OLEH:

KELOMPOK 4

PUTRI RAHMADANI 1711311011

MUTIARA YERIVANDA 1711311017

DHEANA MUTIA 1711313025

DEA ANGEALABERTI 1711313033

NATASHA IRMAYUNI 1711313043

FAKULTAS KEPERAWATAN

ILMU KEPERAWARAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami kirimkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa ,karena atas rahmat
dan karunia-Nya kami dapat membuat dan menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“Tehnik Penelusuran Kepustakaan”. Pada makalah ini kami tampilkan hasil diskusi kami,
kami juga mengambil beberapa kesimpulan dari h

asil diskusi yang kami lakukan.

Kami mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan laporan ini, diantaranya:
1. Yang terhormat Ibu Fitrayeni S.Kp., MA dosen mata kuliah Metedologi Penelitian

2. Pihak-pihak lain yang ikut membantu dalam pelaksanaan maupun proses penyelesaian
makalah ini.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para
pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran. Namun,
kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan maupun pembahasan dalam
makalah ini,sehingga belum begitu sempurna.Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki kekurangan- kekurangan tersebut
sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Padang, 3 Februari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................2

DAFTAR ISI .........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................4
1.3 Tujuan.................................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Overview Tumbuh Kembang Dewasa (Pria)......................................................................5

2.2 Permasalahan Kesehatan Penyakit Kronik...........................................................................6

2.3 Permasalahan Kesehatan Reproduksi...................................................................................8


2.4 Proses Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Dewasa Pria...............................................11
2.5 Promosi Prevensi Kesehatan Pada Dewasa Pria..................................................................15
2.6 Analisa Jurnal Komunitas Dewasa Pria..............................................................................19

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................30

3.2 Saran...................................................................................................................................30

Daftar Pustaka...........................................................................................................................31

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, serta
bertambahnya penduduk dan masyarakat maka, maka perlu adanya perawat kesehatan
komunitas yang dapat melayani masyarakat dalam dalam hal pencegahan, pemeliharaan,
promosi kesehatan dan pemulihan penyakit, yang bukan saja ditujukan kepada individu,
keluarga, tetapi juga dengan masyarakat dan inilah yang disebut dengan keperawatan
komunitas.
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan keperawatan. (Pradley, 1985; Logan dan Dawkin, 1987).

1.2 Rumusan Masalah


1.Bagaiamana pria dewasa dalam komunitas ?
2. Apa saja masalah kesehatan yang dihadapi pria dewasa dalam komunitas ?
3. Bagaimana askep masalah kesehatan pria dewasa dalam komunitas ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaiamana pria dewasa dalam komunitas
2. Untuk mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi pria dewasa dalam komunitas
3. Untuk mengetahui askep masalah kesehatan pria dewasa dalam komunitas

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Overview Tumbuh Kembang Dewasa (Pria)

Pertumbuhan (growth) adalah merupakan peningkatan jumlah dan besar sel di seluruh
bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan mensintesis protein-protein baru,
menghasilkan penambahan jumlah dan berat secara keseluruhan atau sebagian. Dalam
pertumbuhan manusia juga terjadi perubahan ukuran, berat badan, tinggi badan, ukuran tulang
dan gigi, serta perubahan secara kuantitatif dan perubahan fisik pada diri manusia itu. Dalam
pertumbuhan manusia terdapat peristiwa percepatan dan perlambatan. Peristiwa ini merupakan
kejadian yang ada dalam setiap organ tubuh.

Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu,yaitu secara
bertahap,berat dan tinggi anak semakin bertambah dan secara simultan mengalami peningkatan
untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial maupun spiritual ( Supartini, 2000).
Perkembangan (development) adalah perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah
sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkatkan dan meluasnya kapasitas seseorang melalui
pertumbuhan, kematangan atau kedewasaan (maturation), dan pembelajaran (learning).
Perkembangan manusia berjalan secara progresif, sistematis dan berkesinambungan dengan
perkembangan di waktu yang lalu. Perkembangan terjadi perubahan dalam bentuk dan fungsi
kematangan organ mulai dari aspek fisik, intelektual, dan emosional. Perkembangan secara
fisik yang terjadi adalah dengan bertambahnya sempurna fungsi organ. Perkembangan
intelektual ditunjukan dengan kemampuan secara simbol maupun abstrak seperti berbicara,
bermain, berhitung. Perkembangan emosional dapat dilihat dari perilaku sosial lingkungan
anak.
Istilah dewasa mempunyai pengertian yang banyak. Menurut Knowles (1979), orang
dewasa tidak hanya dilihat dari segi biologis semata, tetapi juga dari segi sosial, dan psikologis.

Ditinjau dari segi umur, bahwa yang disebut dewasa itu dimulai sejak menginjak usia
20 tahun (meskipun belum menikah) atau sejak seseorang menikah (meskipun belum berusia
20 tahun). Lebih lanjut Havighust membagi masa dewasa menjadi tiga fase, yaitu masa dewasa
awal 18 – 30 tahun, masa dewasa pertengahan 30 – 55 tahun, dan masa dewasa akhir 55 tahun
lebih (Armin, 2002).

Menurut Hurlock (1968) masa dewasa dibagi menjadi 3 periode, yaitu

5
- Masa dewasa awal / dewasa muda (berusia antara 18 atau 20 tahun sampai 40 tahun)

- Masa dewasa madya / setengah baya / paruh baya (40 - 60 tahun)

- Masa dewasa lanjut / masa tua (berusia 60 tahun hingga akhir kehidupannya atau sampai
mati)

2.2 Permasalahan Kesehatan Penyakit Kronik

Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi penyakit tidak menular mengalami


kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, antara lain kanker, stroke, penyakit ginjal
kronis, diabetes melitus, dan hipertensi. Dijelaskan Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Siswanto, prevalensi kanker naik dari 1,4 persen (Riskesdas 2013)
menjadi 1,8 persen di 2018 dengan prevalensi tertinggi di Provinsi DI Yogyakarta.

Begitu pula dengan prevalensi stroke naik dari 7 persen menjadi 10,9 persen, sementara
penyakit ginjal kronik naik dari 2 persen menjadi 3,8 persen. Berdasarkan pemeriksaan gula
darah, prevalensi diabetes melitus naik dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen; dan hasil
pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8 persen menjadi 34,1 persen.

a. Kardiovaskular
Faktor risiko yang berkontribusi terhadap penyakit jantung dapat
dipisahkan menjadi dua kategori: pribadi dan turun-temurun. Faktor risiko
pribadi termasuk jenis kelamin, usia, ras / etnis, kadar kolesterol, diabetes,
obesitas, aktivitas fisik, tekanan darah tinggi, dan merokok. faktor risiko utama
untuk penyakit jantung pada pria yaitu hipertensi, hiperlipidemia, penggunaan
tembakau, diabetes, kurang aktivitas fisik, konsumsi alkohol yang berlebihan,
dan rendah konsumsi buah dan sayuran setiap hari.

b. Kanker
Kanker disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal
meliputi asap tembakau (merokok), bahan kimia, radiasi. Faktor internal yang
mewarisi mutasi gen, hormon, kondisi kekebalan tubuh, dan mutasi gen yang
terjadi dari metabolisme. Kanker paru-paru atau kanker bronkial adalah nomor
satu penyebab kematian akibat kanker di kalangan orang dewasa. Merokok
adalah faktor risiko utama untuk kanker paru-paru. Jumlah rokok yang dihisap
dan jumlah tahun merokok peningkatan Suatu risiko individu terkena kanker

6
paru-paru. Faktor risiko lain termasuk pemaparan dalam pekerjaan atau
lingkungan asap rokok, radon, asbes, kerentanan genetik, dan riwayat TBC.

c. Obesitas
Obesitas dapat terjadi ketika kita sering mengonsumsi makanan dan
minuman tinggi kalori, dengan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang
sesuai. Kebutuhan rata-rata kalori bagi wanita dewasa yang aktif secara fisik
per hari adalah sekitar 2000, sedangkan bagi pria dewasa yang juga aktif secara
fisik adalah 2500 kalori.
Masalah berat badan berlebih atau obesitas timbul saat kita
mengonsumsi makanan dengan kadar kalori dan lemak melebihi dari jumlah
yang dibutuhkan. Kalori yang tidak berubah menjadi energi dan tidak terpakai
tersebut akan disimpan dalam bentuk lemak dalam tubuh. Seiring waktu,
penumpukan lemak ini menambah berat badan yang mengarah pada berat badan
berlebih hingga obesitas.
Selain pola makan yang tidak sehat serta tubuh yang kurang aktif
bergerak, obesitas juga bisa disebabkan oleh faktor-faktor lainnya, seperti:
 Keturunan atau genetik. Faktor ini dapat berpengaruh pada jumlah
lemak yang diserap tubuh atau digunakan sebagai energi. Contoh
masalah genetik yang langka adalah sindrom Prader-Willi
 Efek samping obat-obatan. Beberapa jenis obat yang dapat
menyebabkan kenaikan berat badan adalah antidepresan, antipsikotik,
antikonvulsan, kortikosteroid, obat diabetes, dan obat penghambat beta.
 Kurang tidur. Perubahan hormon yang terjadi ketika kita kurang tidur
dapat meningkatkan nafsu makan. Hal ini dapat mengarah kepada
obesitas
 Pertambahan usia. Makin tua usia kita, maka makin besar pula risiko
bertambahnya berat badan. Hal ini diakibatkan oleh metabolisme tubuh
yang menurun dan massa otot yang berkurang.

d. Diabetes
Beberapa faktor resiko diabetes
 Genetik

7
Memiliki riwayat keluarga diabetes, baik tipe diabetes mellitus 1 ataupn
2
 Kegemukan
(Berat badan lebih /IMT > 23 kg/m2) dan Lingkar Perut (Pria > 90 cm
dan Perempuan > 80cm)
 Kurang aktivitas fisik
Aktivitas fisik bisa membantu seseorang untuk mengontrol berat badan,
membakar glukosa sebagai energi, dan membuat sel tubuh lebih sensitif
terhadap insulin. Itulah mengapa, orang yang kurang beraktivitas fisik
akan lebih mudah terkena diabetes tipe 2.
 Dislipidemia(Kolesterol HDL ≤ 35 mg/dl, trigliserida ≥250 mg/dl)
 Riwayat penyakit jantung
Hipertensi/ Tekanan darah Tinggi (> 140/90 mmHg)
 Diet tidak seimbang (tinggi gula, garam, lemak dan rendah serat)
 Usia. Risiko terkena diabetes tipe 2 akan meningkat seiring
bertambahnya usia.
2.7 Permasalahan Kesehatan Reproduksi
a. HIV
HIV bisa menginfeksi semua orang dari segala usia. Akan tetapi, risiko
tertular HIV lebih tinggi pada pria yang tidak disunat, baik pria heteroseksual
atau lelaki seks lelaki. Risiko tertular HIV juga lebih tinggi pada individu
dengan sejumlah faktor, di antaranya:
 Hubungan seks tanpa mengenakan kondom. Risiko penularan akan
lebih tinggi melalui hubungan seks anal, dan hubungan seks dengan
berganti pasangan.
 Menderita infeksi menular seksual. Sebagian besar infeksi menular
seksual menyebabkan luka terbuka di kelamin penderita, sehingga
meningkatkan risiko tertular HIV.
 Berbagi suntikan. Pengguna NAPZA suntik umumnya berbagi jarum
suntik dalam menggunakan narkoba.
b. Prostat
Penyebab kanker prostat adalah perubahan atau mutasi genetik pada sel
di dalam kelenjar prostat. Mutasi ini menyebabkan sel tersebut berkembang

8
secara tidak normal dan membentuk sel kanker. Namun, penyebab mutasi ini
sendiri belum diketahui secara pasti.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker
prostat, yaitu:
 Usia
Risiko kanker prostat akan semakin tinggi seiring pertambahan usia.
Sebagian besar penderita kanker ini adalah pria berusia di atas 65 tahun.
 Obesitas
Seseorang yang mengalami obesitas berisiko tinggi menderita kanker
prostat yang lebih agresif.
 Riwayat kesehatan keluarga
Jika salah satu anggota keluarga pernah menderita kanker prostat, maka
risiko terkena kanker prostat makin meningkat.
 Pola makan
Konsumsi makanan tinggi kalsium diduga dapat meningkatkan risiko
berkembangnya kanker prostat.
 Paparan bahan kimia
 Bahan kimia, seperti senyawa kadmium, dapat meningkatkan risiko
kanker prostat. Kadmium adalah senyawa logam yang terkandung di
dalam rokok dan beberapa jenis makanan, seperti daging merah, ikan,
dan gandum.
 Penyakit menular seksual
Beberapa jenis penyakit menular seksual, seperti gonore dan chlamydia,
dapat menyebabkan peradangan pada prostat dan memicu terjadinya
kanker prostat.
 Vasektomi
Vasektomi atau tindakan sterilisasi pada pria dapat memengaruhi fungsi
kelenjar prostat, sehingga risiko seseorang untuk terkena kanker prostat
lebih tinggi
c. Testiskular
Permalasahanyang ditemui yaitu kanker testis. Pemicu utama kanker
testis tidak diketahui secara pasti sampai saat ini. Namun yang jelas, kanker

9
testis terjadi ketika sel-sel di dalam testis tumbuh secara abnormal dan tidak
terkendali.
Meski pemicunya belum diketahui secara pasti, ada beberapa faktor
yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk menderita kanker
testis, di antaranya:
 Testis tidak turun (kriptorkismus). Testis dibentuk di abdomen dan
biasanya turun ke dalam skrotum setelah bayi laki-laki dilahirkan atau
pada setahun pertama hidupnya. Pada kasus anomali, testis tidak turun.
Istilah medis untuk kondisi ini adalah undescended testicle atau
kriptorkismus.
 Pernah menderita kanker testis. Pria yang sudah pernah mengalami
kanker testis disarankan untuk melakukan pemeriksaan lanjutan setelah
pengobatan. Mereka memiliki risiko terkena kanker testis dengan
kemungkinan 12 kali lipat lebih besar dibanding orang normal, pada
bagian testis yang lain.
 Riwayat kesehatan keluarga. Jika terdapat anggota keluarga, seperti
ayah dan saudara kandung laki-laki yang menderita kanker testis, maka
peluang seseorang mengalami kondisi ini juga akan meningkat.
 Usia. Kanker testis lebih sering terjadi pada usia antara 15-49 tahun.
Kasus terbanyak terjadi pada pria usia 30-34 tahun. Meski begitu, tidak
menutup kemungkinan kanker ini terjadi di usia-usia yang lain.
 Tinggi badan. Makin tinggi tubuh seorang pria, peluangnya untuk
mengalami kanker testis juga makin besar. Hubungan antara tinggi
badan dengan risiko terkena kanker dilatarbelakangi oleh faktor
makanan yang dikonsumsi. Anak berbadan tinggi mungkin lebih banyak
mengonsumsi makanan tinggi kalori saat masa pertumbuhan. Hal itu
berpotensi meningkatkan risiko terkena kanker testis.
 Pertumbuhan testis yang abnormal. Kondisi tertentu, seperti sindrom
Klinefelter, bisa menyebabkan testis tidak berkembang secara normal.
Hal ini akan meningkatkan risiko kanker testis.
 HIV dan AIDS. Penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh ini
juga menyebabkan penderitanya rentan mengalami kanker testis.

10
 Merokok. Orang yang merokok secara aktif dalam jangka waktu yang
lama berisiko terkena kanker testis.

2.4 Proses Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Dewasa Pria

A. Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis
terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi
oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada
fisiologis, psikologis, sosial elkonomi, maupun spiritual dapat ditentukan.
Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :
1. Data Inti
a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Termasuk data umum mengenai lokasi daerah binaan (yang dijadikan praktek
keperawatan komunitas), luas wilayah, iklim, tipe komunitas (masyarakat rural atau
urban), keadaan demografi, struktur politik, distribusi kekuatan komunitas dan pola
perubahan komunitas.
b. Data demografi
Kajilah jumlah komunitas berdasarkan : usia, jenis kelamin, status perkawinan, ras atau
suku, bahasa, tingkat pendapatan, pendidikan, pekerjaan, agama dan komposisi keluarga.
c. Vital statistic
Uraikan data tentang: angka kematian kasar atau CDR, penyebab kematian, angka
pertambahan anggota, angka kelahiran.

2. Status Kesehatan Komunitas


Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital statistik antara lain:
dari angka mortalitas, morbiditas, IMR, MMR, cakupan imunisasi. Selanjutnya status
kesehatan komunitas kelompokkan berdasarkan kelompok umur : bayi, balita, usia
sekolah, remaja dan lansia. Pada kelompok khusus di masyarakat: ibu hamil, pekerja
industry, kelompok penyakit kronis, penyakit menular.
Adapaun pengkajian selanjutnya dijabarkan sebagaimana dibawah ini :
a. Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas
b. Tanda – tanda vital : tekanan darah, nadi, respirasi rate, suhu tubuh.
c. Kejadian penyakit (dalam satu tahun terakhir)
11
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari :
1) Pola pemenuhan nutrisi
2) Pola pemenuhan cairan elektrolit
3) Pola istirahat tidur
4) Pola eliminasi
5) Pola aktivitas gerak
6) Pola pemenuhan kebersihan diri
f. Status psikososial
g. Status pertumbuhan dan perkembangan
h. Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan
i. Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan
j. Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan merokok, minum kopi yang berlebihan,
mengkonsumsi alkohol, penggunaan obat tanpa resep, penyalahgunaan obat terlarang,
pola konsumsi tinggi garam, lemak dan purin.

3. Data Lingkungan Fisik


a. Liat bagaimana Konsisi pemukiman
b. Bagaimana sanitasinya
1) Bagaimana Penyediaan air bersih (MCK)
2) Kaji Penyediaan air minum
3) Kaji Pengelolaan jamban : bagaimana jenisnya, berapa jumlahnya dan
bagaimana jarak dengan sumber air
4) Kaji Sarana pembuangan air limbah (SPAL)
5) Kaji Pengelolaan sampah
c. Fasilitas
d. Bagaimana kondisi geografisnya
e. Kaji bagaimana pelayanan kesehatannya
f. Kaji bagaimana perekonomian daerah tersebut
g. Kaji bagaimana keamanan dan transportasinya
h. Kaji Politik pemerintahan
i. Kaji System komunikasi
j. Kaji bagaiaman Pendidikan didaerah tersebut
k. Kaji bagaimana rekreasi

12
Sumber Data pengakajian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dalam hal ini perawat kesehatan masyarakat dari
individu, keluarga, kelompok dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan atau
pengkajian.
2) Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya : kelurahan,
catatan riwayat kesehatan pasien atau medical record.

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang aktual
maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian,
sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. Jadi diagnosa
keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah
kesehatan yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Dengan demikian diagnosis
keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan.

C. Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah
ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.

Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan kesehatan masyarakat antara lain


sebagai berikut:

1. Identifikasi alternatif tindakan keperawatan


2. Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan
3. Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun perencanaan melalui kegiatan
musyawarah masyarakat desa atau lokakarya mini
4. Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia
5. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan yang sangat
dirasakan masyarakat.
6. Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai
7. Tindakan harus bersifat realistis

13
D. Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah
disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat kesehatan masyarakat harus
bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainya. Dalam hal ini melibatkan pihak Puskesmas,
Bidan desa dan anggota masyarakat.

Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada keperawatan
komunitas adalah :

a. Inovative
b. Integrated, Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan sesama
profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat berdasarkan azas
kemitraan.
c. Rasional, Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus
menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana program yang telah
disusun.
d. Mampu dan mandiri
e. Ugem, Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemampuannya dan
bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan tercapai.
Dalam melaksanakan implementasi yang menjadi fokus adalah : program kesehatan
komunitas dengan strategi, komuniti organisasi dan partnership in community (model for
nursing partnership).

E. Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan pedoman atau
rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari
dan tingkat kemajuan kesehatan masyarakat.
2.5 Promosi Prevensi Kesehatan Pada Dewasa Pria

Promosi Kesehatan Pada Dewasa Awal/Dewasa Muda (20-40 Tahun)

Promosi Kesehatan untuk Dewasa Muda

14
Tes dan Skrining Kesehatan Keamanan

 Pemeriksaan rutin (setiap 1- 3 tahun  Tindakan perlindungan terhadap


untuk wanita; setiap 5 tahun untuk sinar matahari
pria)  Tindakan keselamatan di tempat
 Imunisasi seusai rekomendasi, kerja
seperti booster tetanus-difteria  Dukungan keselamatan di air (mis.,
 Pemeriksaan gigi secara teratur (mis., tidak boleh menyelam di air yang
setiap tahun) dangkal)
 Penyaringan penglihatan dan Nutrisi dan Olahraga
pendengaran secara berkala
 Pentingnya asupan zat besi yang kuat
 Pemeriksaan payudara profesional
dalam diet
setiap 1-3 tahun
 Faktor nutrisi dan olahraga yang
 Pemeriksaan Papanicolaou smear
dapat menyebabkam penyakit
setiap tahun atau saat mulai aktivitas
kardiovaskular (mis., obesitas,
seksual
asupan kolesterol dan lemak, kurang
olahraga)

 Pemeriksaan testikular sendiri setiap Interaksi Sosial


bulan
 Mendukung hubungan personal yang
 Skrining, untuk penyakit
mendorong diskusi mengenai
kardiovaskular (mis., tes kolesterol
perasaan, kekhawatiran dan rasa
setiap 5 tahun apabila hasilnya
takut
normal; rekanan darah untuk
 Menyusun tujuan jangka panjang dan
mendeteksi hipertensi; nilai dasar
pendek mengenai pilihan pekerjaan
EKG pada usia 35 tahun untuk pria
dan karier
 Uji kulit untuk tuberkulosis setiap 2
bulan

(Eliopoulos, 2004 ; Miller, 2003). Berikut ini adalah pembahasan kebutuhan ini sesuai dengan
kegiatan pencegahan primer, sekunder, dan tersier

1. Pencegahan Utama

15
Seperti dibahas sebelumnya dalam teks ini, kegiatan pencegahan primer
melibatkan tindakan-tindakan yang membuat seseorang tetap sehat. Kegiatan
pencegahan primer seperti pendidikan kesehatan, tindak lanjut dari praktik kesehatan
pribadi yang sehat (misalnya flossing, penggunaan sabuk pengaman, olahraga),
penapisan rutin yang direkomendasikan, dan pemeliharaan jadwal imunisasi yang
sesuai yang dilakukan oleh orang dewasa yang lebih tua yang dapat mereka lakukan
untuk menjaga kesehatan. menjaga kesehatan mereka. Diambil dari berbagai sumber,
ini menyediakan kegiatan pencegahan utama yang dapat digunakan petugas kesehatan
masyarakat ketika bekerja dengan para penatua, baik secara individu atau dalam
kelompok.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder berfokus pada deteksi dini penyakit dan intervensi segera
(lihat Bab 1). Sebagian besar waktu perawat kesehatan komunitas dihabiskan untuk
mendidik masyarakat tentang tindakan pencegahan dan perilaku kesehatan yang positif.
Ini termasuk mendorong individu untuk mendapatkan skrining rutin untuk penyakit
seperti hipertensi, diabetes, atau kanker, yang, jika diidentifikasi lebih awal, dapat
berhasil diobati (AHRQ, 2002).
Banyak perawat, yang bekerja sama dengan lembaga-lembaga masyarakat,
berada dalam posisi untuk membuat program penyaringan berdasarkan keinginan dan
demografi komunitas dan fokus lembaga, membuat mereka dapat diakses oleh populasi
yang dilayani. Orang dewasa yang lebih tua perlu didorong untuk mengikuti jadwal
penyaringan kesehatan yang ditentukan oleh klinik atau penyedia layanan kesehatan
mereka. Jadwal skrining kesehatan yang dijelaskan dalam, Healthwise Handbook
(2006), Organisasi Pemeliharaan Kesehatan terbesar di dunia, yang melayani jutaan
klien, dan disajikan di sini sebagai panduan. Gugus Tugas Pelayanan Preventif Amerika
Serikat (USPSTF) (AHRQ, 2007) mengusulkan pandangan yang lebih komprehensif
tentang intervensi dan rekomendasi untuk pemeriksaan kesehatan berkala terhadap
orang yang berusia lebih dari 65 tahun.
3. Pencegahan tersier
pencegahan tersier melibatkan tindak lanjut dan rehabilitasi setelah penyakit
atau kondisi telah terjadi atau didiagnosis dan perawatan awal telah dimulai. Penyakit
kronis yang umum terjadi pada orang dewasa yang lebih tua, seperti gagal jantung,
stroke, diabetes, gangguan kognitif, atau radang sendi, tidak selalu dapat dicegah, tetapi
sering kali dapat ditunda hingga tahun-tahun selanjutnya dari kehidupan melalui

16
perilaku sehat seumur hidup (AHRQ, 2002) . Namun, ketika mereka terjadi, gejala yang
melemahkan dan efek yang merusak dapat dikontrol melalui saluran kesehatan yang
didorong oleh perawat kesehatan masyarakat dan direkomendasikan oleh praktisi
perawatan primer (Hazard, 2003). Meskipun banyak orang dewasa yang dianggap
umumnya sehat, 80% memiliki setidaknya satu kondisi kronis dan 50% memiliki
setidaknya dua (CDC, 2003b). Sebagian kecil menderita penyakit yang mematikan,
seperti penyakit obstruktif kronis (COPD), kecelakaan pembuluh darah otak, kanker,
atau diabetes mellitus (DM), yang terakhir memerlukan perawatan luas dan manajemen
medis yang sedang berjalan. Masalah kesehatan paling umum dari lansia dalam
komunitas adalah artritis, penglihatan berkurang, gangguan pendengaran, penyakit
jantung, penyakit pembuluh darah perifer, dan hipertensi. Pada tahun 2002, tiga
penyebab utama kematian bagi orang dewasa A.S. di AS adalah penyakit jantung (32%
dari semua kematian), kanker (22%), dan stroke (8%). Ini menyumbang 61% dari
semua kematian dalam kelompok usia ini. Tragedi dari para pembunuh terkemuka ini
adalah bahwa mereka seringkali dapat dicegah. Meskipun risiko untuk
ketidaknyamanan dan kecacatan jelas meningkat dengan bertambahnya usia, kesehatan
yang buruk tidak selalu merupakan konsekuensi yang tak terhindarkan dari pengerjaan.
Tiga perilaku — merokok, pola makan yang buruk, dan aktivitas fisik — adalah akar
penyebab hampir 35% penyakit A.Satha di tahun 2000 (Mokdad, Marks, Stroup, &
Gerberding)

Program Kesehatan Dewasa Pria


a. Layanan komunikasi (telepon, akses darurat ke perawatan kesehatan)
b. Layanan perawatan gigi
c. Layanan makanan dan panduan makanan (seperti Roda Makanan, program komoditas,
atau layanan makan kelompok)
d. Layanan pendamping dan perlindungan
e. Latihan dan program kebugaran
f. Bantuan keuangan dan konseling
g. Kunjungan dan sahabat yang bersahabat
h. Pendidikan kesehatan
i. Tes pendengaran dan bantuan alat bantu dengar
j. Layanan kesehatan di rumah (termasuk perawatan terampil dan layanan pembantu
kesehatan di rumah)

17
k. Bantuan perawatan di rumah (pekerjaan rumah tangga, pekerjaan rumah, dan perbaikan)
l. Hukum bantuan dan konseling
m. Layanan perpustakaan (termasuk kaset dan buku cetak besar)
n. Persediaan atau peralatan medis
o. Supervisi pengobatan
p. Layanan podiatri
q. Program rekreasi dan pendidikan (communitycenters, Elderhostel)
r. Perawatan rutin dari praktisi perawatan kesehatan terpilih
s. Aman, terjangkau, dan perumahan yang sesuai kemampuan
t. Potongan harga warga lanjut usia (makanan, obat-obatan, transportasi, b anks, toko ritel,
dan rekreasi)
u. Layanan bantuan sosial yang ditawarkan bersamaan dengan pemeliharaan kesehatan
v. Terapi wicara atau fisik
w. Kementerian spiritual
x. Layanan transportasi
y. Perawatan penglihatan (meresepkan dan menyediakan kacamata mata; diagnosis dan
perawatan glaukoma dan katarak)
z. Peluang kerja dan pelatihan (V ista, RSVP) Diadaptasi dari Satuan Tugas Layanan
Pencegahan AS. (2000-2003). Bimbing ke layanan pencegahan klinis (edisi ke-3).

2.6 Analisa Jurnal Komunitas Dewasa Pria

1. Pengkajian

a. Core

Demografi

• Nama : tak terkaji

• Usia : 20-39 tahun

• Jenis Kelamin : laki-laki

• Urutan anak : tak terkaji

• Sekolah : tak terkaji

18
• Nama orang tua: tak terkaji

• Pendidikan orang Tua: tak terkaji

• Riwayat kesehatan : tak terkaji

Statistic vital : -

Karakteristik Agregat

Variabel karakteristik agregat dewasa dengan karies gigi meliputi

• Fisik : Orang dewasa usia 20-39 terhadap peawatan gigi dan mulut..

• Psikologis : Seseorang yang kehilangan gigi akibat karies akan mengalami masalah
pengunyahan dan akan merasakan malu dalam tingkat tertentu, menganggu psikologi
seseorang tersebut

• Sosial : Seseorang yang kehilangan gigi akibat karies akan mengalami masalah
pengunyahan dan akan merasakan malu dalam tingkat tertentu pada penampilan diri
yang kemudian akan membatasi interaksi sosial dan komunikasi.

• Perilaku : Orang dewasa berperilaku seperti kurangnya oral hygiene konsumsi tinggi
gluksa dll, sehingga mengakibatkan adanya karies pada gigi.

b. Subsistem

1) Lingkungan Fisik : Adanya kebiasaan tidak menggosok gigi pada lingkungan warga
sekitar yang kurang baik bagi warga

2) Pendidikan : tidak terkaji

3) Sistem kesehatan : kejadian karies gigi pada orang dewasa. Karies yang tidak
dilakukan perawatan gigi sejak dini dapat menyebabkan kerusakan gigi menjadi lebih
parah dan akhirnya dicabut.

4) Ekonomi : tidak terkaji

5) Keamanan dan transportasi : tidak terkaji

19
6) Kebijakan dan pemerintahan : kebijakan pemerintah tentang perawtan diri

7) Komunikasi :

a. Komunikasi formal

Media komunikasi yang dewasa untuk memperoleh informasi pengetahuan tentang kesehatan
melalui buku dan sosialisasi dari pendidik

b. Komunikasi Informal

Komunikasi/diskusi yang dilakukan remaja sekolah dengan guru dan orang tua, peran guru dan
orang tua dalam menyelesaikan dan mencegah masalah anak sekolah, keterlibatan guru dan
orang tua dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah anak usia sekolah. Dalam hal ini anak
sering berbicara berlebihan saat jam pelajaran, menjawab pertanyaan sebelum orang lain
menyelesaikan pertanyaannya

8) Rekreasi

Tak terkaji.

c. Persepsi

Persepsi terhadap penyakit dewasa yaitu karies gigi sudah cukup baik, dimana orangtua mau
membawa anaknya ke fasilitas kesehatan untuk diperiksa keadaannya dan melakukan beberapa

Motode Penelitian
Metode yang digunakan oleh peneliti adalah observasional analitik dengan desain
studi cross sectional. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian karies gigi,
dan variabel bebas yaitu oral hygiene, susunan gigi, pH saliva, skor plak, konsumsi
kariogenik, dan praktik sikat gigi. Pemeriksaan dengan indeks (karies, plak, oral
hygiene, pH Saliva ), observasi, dan wawancara.
Sedangkan Populasi Terjangkau Pemilihan populasi studi dalam penelitian ini
menggunakan teknik simple random sampling dimana peneliti melakukan pengundian
terhadap 10 RW lalu didapatkan RW 008 dengan jumlah 4 RT.
NO Data Pengkajian

1. Core:

20
. 1. Demografi
a . Jumlah Sampel : populasi target dalam
penelitian ini ialah seluruh orang dewasa
usia 20-39 tahun yang tinggal di sekitar
wilayah RW 008, Dadapsari, Semarang Utara
yaitu sebanyak 138 orang. Populasi
penelitian ini ialah orang dewasa usia 20-
39 tahun yang tinggal di sekitar wilayah
RW 008 dengan kriteria Inklusi; berusia 20-
39 tahun, merupakan penduduk yang tinggal di
sekitar RW 008, dan bersedia menjadi
responden dan dengan kriteria eksklusi

2. Karakteristik penduduk :
Karakteristik kejadian karies gigi pada orang
dewasa usia 20-39 tahun

Perilaku :

orang dewasa usia 20-39 tahun yang tinggal


di sekitar wilayah RW 008

Sosial :

Sikap orang dewasa usia 20-39 tahun yang


tinggal di sekitar wilayah RW 008, Dadapsari,
Semarang terhadap kejadian karies gigi

Psikologi :

21
Terbatasnya media edukasi personal kesehatan
gigi dan mulut membuat masyarakat/warga tidak
bisa termotivasi dalam menjaga kesehatanya

Subsystem:

1. Lingkungan fisik :
Adanya kebiasaan tidak menggosok gigi pada
lingkungan warga sekitar yang kurang baik bagi
warga

1. Keamanan dan transportasi:


a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
jumlahresponden yang melakukan gosok

-Oral hygiene buruk berisiko 1,9 kali mengalami


karies gigi dibandingkan dengan oral hygiene
baik. Dari data hasil pemeriksaan didapatkan
sebanyak 90,9% responden memiliki nilai
kalkulus lebih tinggi dibandingkan nilai debris
88,5%. Brunson berpendapat bahwa insiden
kakulus mencapai kenaikan terbesar pada usia
30 tahunan dan akan semakin meningkat
seiring dengan bertambahnya usia. 2. Hasil dari
tabulasi silang pengetahuan kesehatan gigi dan
mulut serta perilaku menggosok gigi

2. Analisis Data Diagnosa Keperawatan

1. Defisit perawatan diri pada agregat dewasa 1 Defisit perawatan diri

22
b/d kebiasaan pada lingkungan yang kurang pada agregat dewasa b/d
baik kebiasaan pada lingkungan
Tanda mayor : yang kurang baik

Subjek : Menolak melakukan perawatan diri

Objektif : minat melakukan perawatan diri kurang

23
3. Luaran Keperawatan Perawatan Diri (L.
11103)
-Perawatan Diri (L. 11103)
Indicator :
-status kognitif ((L 09086)
-verbalisasi keinginan
melakukan perawatan diri
skala 4

-mempertahankan
kebersihan diri skala 4

-mempertahankan
kebersihan mulut

-status kognitif (L 09086)

Indicator :

-kemampuan membuat
keputusan skala 4

-proses informasi skala 4

-pertimbangan alternative
saat memutuskan skala 4

-pemahaman makna situasi


skala 4

24
4. 1.Defisit perawatan diri pada agregat dewasa b/d 1.Defisit perawatan diri
kebiasaan pada lingkungan yang kurang baik pada agregat dewasa b/d
kebiasaan pada lingkungan
yang kurang baik
Dukungan perawatan diri (0301)

Perawatan mulut (0305)


Dukungan perawatan
diri (0301)

Aktivitas :

-identifikasi kebiasaan
aktivitas perawatan diri
sesuai usia

-monitor tingkat
kemandirian

-Identifikasi kebutuhan alat


bantu kebersihan diri

-Sediakan lingkungan yang


terapeutik

Siapkan keperluan pribadi

-dampingi dalam
melakukan perawatan diri
sampai mandiri

25
Perawatan mulut (0305)

Aktivitas :

-identifikasi kondisi umum

-identifikasi kondisi oral

-Monitor kebersihan mulut


lidah dan gusi

-pilih sikat gigi sesuai


kondisi pasien

-dekatkan alat dalam


jangkauan untuk
melakukan perawatan
mulut mandiri

-fasilitasi menyikat gigi


secara mandiri

-Sikat gigi minimal 2 kali


sheari

26
LAMPIRAN

Format Bukti Diskusi Mahasiswa

N Nama Pengalaman Diskusi Simpulan Bacaan Diskusi


O

Putri Rahmadani Pengalaman saya dari Permasalahan kesehatan reproduksi


diskusi ini bisa pada pria terjadi seperti prostat, HIV
1 (1711311011)
mengungkapkan pendapat dan Kanker testicular dimana masih
.
dan saling tukar pikiran banyak menimbulkan kematian
dengan teman sekelompok sehingga perlunya peran perawat agar
untuk memecahkan dapat bisa melakukan intervensi serta
masalah dalam pencegahan terharap permasalahan
kesalahpahaman tersebut.
memahami materi tanpa
merugikan salah satu
pihak.

2 Mutiara Pengalaman saya selama Program kesehatan pada dewasa


. Yerivanda menjalani diskusi bersama antara lain :
kelompok saya, kami bias aa. Layanan komunikasi (telepon,
(1711311017)
mengungkapkan pendapat akses darurat ke perawatan
dan mendiskusikannya kesehatan)

27
bersama-sama. Menerima bb. Layanan perawatan gigi
pendapat teman dan saling cc. Layanan makanan dan panduan
menghargai satu sama lain. makanan (seperti Roda Makanan,
Saling bekerja sama untuk program komoditas, atau layanan
mengahsilkan hasil diskusi makan kelompok)
yang baik. dd. Layanan pendamping dan
perlindungan
ee. Latihan dan program kebugaran
ff. Bantuan keuangan dan konseling
gg. Kunjungan dan sahabat yang
bersahabat
hh. Pendidikan kesehatan
ii. Tes pendengaran dan bantuan alat
bantu dengar
jj. Dan lain lain

Natasha Pengalaman saya selama Factor-faktor resiko permasalahan


Irmayuni diskusi adalah kami bia pada laki-laki dewasa di pengaruhi oleh
3
(1711313043) bertukar pikiran saling factor eksternal dan internal. Factor
.
membantu kekurangan- internal merupakan factor genetik atau
kekurangan kelompok keturunan yang beresiko. Sedangkan
tentang materi serta bias eksternal factor yang menimbulkan
menyampaikan pendapat risiko penyakit itu muncul misalnya
masing- masing dan gaya hidup yang tidak baik, pemaparan
mendiskusikan perbedaan zat kimia.
menjadi satu pemikiran
sehingga menghasilkan
hasil diskusi yang baik

4 Dheana Mutia Pengalaman saya selama Perkembangan (development) adalah


. (1711313025) menjalani diskusi bersama perubahan secara berangsur-angsur dan
kelompok saya, kami bias bertambah sempurnanya fungsi alat
mengungkapkan pendapat tubuh, meningkatkan dan meluasnya

28
dan mendiskusikannya kapasitas seseorang melalui
bersama-sama. Menerima pertumbuhan, kematangan atau
pendapat teman dan saling kedewasaan (maturation), dan
menghargai satu sama lain. pembelajaran (learning).
Saling bekerja sama untuk Perkembangan manusia berjalan secara
mengahsilkan hasil diskusi progresif, sistematis dan
yang baik. berkesinambungan dengan
perkembangan di waktu yang lalu.

5 Dea Angelaberti Dari diskusi kelompok Masih banyak masalah yang dialami
. (1711313033) kami bise bertukar pikiran, oleh para pria dewasa di komunitas,
dan saling melengkapi jika dan ada askep yang menntukan
masih ada yang kurang dan bagaimana seorang perawat bertindak
Menerima pendapat teman pada masalah tersebut.
dan saling menghargai satu
sama lain. Saling bekerja
sama untuk mengahsilkan
hasil diskusi yang baik.

29
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berbagai masalah keperawatn dikomunitas bisa dicegah dengan beberapa cara
yang diilakukan perawat salah satungya dengan memberikan pendidikan kesehatan
kepada masyarakat luas, dan jika telah terjadi suatu masalah dikomunitas yang
berhubungan dengan kesehatan perawat pun mampu untuk memperbaiki nya dengan
melaksanakan asuhan keperawatan pada komunitas.

3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, diharapkan para pembaca
menggunakan makalah ini selai sebagai bahan tambahan bacaan, pembaca jugabisa
mencari referensi lain utnuk melengkapi hal yang tidak ada dalam makalah ini.

30
Daftar Pustaka

Bustan,M.N.,2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2 Rineka Cipta, Jakarta.

Kemenkes RI,2016.InfoDatin:Situasi Penyakit HIV/AIDS di Indonesia.Jakarta: Pusdatin

Kemenkes RI.

Judit Ann Alender. Community Health Nursing. 2010 Wolters Kluwer Health | Lippincott

Williams & Wilkins.

Indrayanti1, Junaiti Sahar2, Henny Permatasari. Peningkatan Kemampuan Dan Penurunan

Tekanan Darah Pada Agregate Dewasa Hipertensi Sesudah Mengikuti Intervensi Modifikasi

Perilaku Dengan Hypnocaring (Moluca) Di Curug, Cimanggis, Depok. Jurnal Kesehatan :


2018

31

Anda mungkin juga menyukai