Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENCUCI TANGAN

TERHADAP PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA ANAK


DI SD MUHAMMADIYAH WIROBRAJAN III

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains Terapan
pada Program Studi Bidan Pendidik Jenjang D IV
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun Oleh:
SANTI SEPTIAN NINGSIH
201410104005

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK DIV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2014/2015

i
ii
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENCUCI TANGAN
TERHADAP PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA ANAK
DI SD MUHAMMADIYAH WIROBRAJAN III

EFFECT OF HANDWASHING HEALTH EDUCATION TOWARD


HANDWASHING BEHAVIOR IN CHILDREN OF SD
MUHAMMADIYAH WIROBRAJAN III

Santi Septian Ningsih, Yuli Isnaeni


Program Studi Bidan Pendidik DIV STIKES‘Aisyiyah Yogyakarta
Email: sanguh25@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini mengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan terhadap


perilaku mencuci tangan pada anak di SD Muhammadiyah Wirobrajan III. Metode pre-
eksperimen dengan rancangan one group pretest-posttest design digunakan dalam
penelitian ini. Responden penelitian terdiri dari 38 anak kelas V dan diambil dengan
menggunakan teknik simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan
kuesioner dan dianalisis dengan teknik uji Wilcoxon.
Analisis Wilcoxon menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi diperoleh nilai
sehingga . Ada pengaruh signifikan pendidikan kesehatan mencuci
tangan terhadap perilaku mencuci tangan pada anak di SD Muhammadiyah Wirobrajan
III.

Kata Kunci : pendidikan kesehatan, perilaku mencuci tangan

Abstract : This research analyzed the effect of handwashing health education toward
handwashing behavior in children of SD Muhammadiyah Wirobrajan III. Pre-
experiment research with one group pretest-post-test design approach used in this
research. Respondent consisted of 38 children of 5th grade and were taken by simple
random sampling. Data collected by questionnaire and analyzed by wilcoxon match pair
test. Wilcoxon Match Pair Test analysis showed that at , values
obtained, so . There was a significant effect of handwashing health education
toward handwashing behavior in children of SD Muhammadiyah Wirobrajan III.

Keywords : health education, handwashing behavior

iii
LATAR BELAKANG
Kajian WHO menyatakan bahwa kelas V pada tanggal 26-11-2014
cuci tangan dengan sabun dapat didapatkan hasil jumlah seluruh siswa
mengurangi angka kejadian diare sebesar kelas V sebanyak 76 siswa, dari hasil
47%. Fewtrell dkk. (2005) juga absensi 3 bulan terakhir terdapat 49 siswa
menemukan bahwa cuci tangan pakai yang tidak masuk sekolah karena sakit,
sabun dapat mengurangi angka penderita peneliti juga melakukan wawancara
diare hingga 50% dan diare hingga 30%. dengan wali kelas di mana siswa yang
Hasil Riskesdas pada tahun 2007 tidak masuk sekolah diketahui sakit diare,
menunjukkan bahwa perilaku cuci tangan demam, dan influenza.
masyarakat Indonesia masih rendah. Hasil wawancara kepada 5 siswa
Demikian pula pada anak usia sekolah mengenai perilaku mencuci tangan
dasar, baru sekitar 17% yang melakukan menemukan bahwa seluruh siswa hanya
cuci tangan dengan sabun dengan benar. kadang-kadang melakukan cuci tangan
Sedangkan hasil Riskesdas tahun 2010 pada saat sebelum dan setelah makan.
menunjukkan bahwa, secara nasional yang Berdasarkan data diatas penulis tertarik
telah memenuhi standar kriteria PHBS mengambil judul “Pengaruh Pendidikan
baik sebesar 38,7 %. Kesehatan Mencuci tangan terhadap
Dari hasil studi pendahuluan yang perilaku mencuci tangan pada anak di SD
saya lakukan di SD Muhammadiyah III Muhammadiyah Wirobrajan III.
Wirobrajan Kota Yogyakarta pada anak

METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini digunakan metode personal hygiene diukur dengan kuesioner
pre eksperiment dengan pendekatan one sebelum perlakuan (pretest) dan setelah
group pre-test post-test desaign dimana perlakuan (posttest). Perlakuan pendidikan
rancangan ini tidak menggunakan diberikan sebanyak 1 kali secara
kelompok pembanding (kontrol). Perilaku demonstrasi.

1
HASIL PENELITIAN
Profil SD Muhammadiyah Wirobrajan III Yogyakarta
SD Muhammadiyah Wirobrajan III fasilitas lap tangan yang digunakan oleh
terletak di Jalan Kapten Pierre Tendean semua anak sehingga dapat dikatakan
Gang Gatotkaca Wirobrajan Yogyakarta. tidak steril.
Fasilitas sanitasi kurang memadai di Adapun pendidikan perilaku
sekolah ini. Wastafel untuk mencuci mencuci tangan secara khusus belum
tangan hanya terdapat 1 unit pada setiap pernah diberikan dari sekolah.
kelasnya, hanya tersedia fasilitas sabun Pembelajaran ditekankan pada pentingnya
cuci tangan dan tidak ada fasilitas tissue mencuci tangan namun tidak ditekankan
untuk mengeringkan tangan. Hanya ada pada teknik mencuci tangan yang benar.

Karakteristik Responden Kelas V SD Muhammadiyah Wirobrajan III Yogyakarta


Tabel 4.1 Karakteristik Responden SD Muhammadiyah Wirobrajan III
Yogyakarta

Karakteristik Responden f % responden (60,5%) pada penelitian ini


Jenis kelamin Laki-laki 23 60,5 diketahui berjenis kelamin laki-laki dan 15
Perempuan 15 39,5
Usia 11 tahun 28 73,7 responden lainnya (39,5%) berjenis
10 tahun 10 26,3
kelamin perempuan. Ditinjau dari usianya,
Jumlah (n) 38 100
diketahui bahwa sebagian besar atau
Berdasarkan tabel 4.1 ditinjau dari sebanyak 28 responden (73,7%) berusia 11
karakteristik jenis kelaminnya diketahui tahun dan 10 responden lainnya (26,3%)
bahwa sebagian besar atau sebanyak 23 berusia 10 tahun.

Perilaku Mencuci Tangan Sebelum dan Sesudah Pendidikan Kesehatan Mencuci


Tangan
Tabel 4.2 Hasil Pretest dan Posttest Perilaku Mencuci Tangan Anak Kelas V SD
Muhammadiyah Wirobrajan III Yogyakarta
Tingkat Pretest Posttest
Frekuensi Frekuensi (f) Persentase (%) Frekuensi (f) Persentase (%)
Baik 1 2,6 13 34,2
Cukup 15 39,5 24 63,2
Kurang 22 57,9 1 2,6
Jumlah 38 100 38 100

2
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui baik. Setelah mendapatkan pendidikan
bahwa sebelum mendapatkan pendidikan kesehatan mencuci tangan (posttest)
kesehatan mencuci tangan (pretest) sebagian besar atau sebanyak 24
sebagian besar atau sebanyak 22 responden (63,2%) diketahui memiliki
responden (57,9%) diketahui memiliki perilaku mencuci tangan yang cukup dan
perilaku mencuci tangan yang kurang dan 13 responden (34,2%) responden bahkan
hanya 1 responden saja (2,6%) yang diketahui memiliki perilaku mencuci
memiliki perilaku mencuci tangan yang tangan yang baik.

Hasil Uji Wilcoxon Match Pairs


Tabel 4.3 Hasil Uji Wilcoxon Match Pairs
Rank signifikansi (p) Keterangan
(Positive) 37
0,000 ada perbedaan
(Ties)1

Hasil uji pada tabel 4.3 menunjukkan Wirobrajan III (Dahlan, 2013). Nilai
bahwa hasil uji menghasilkan nilai positive rank sebesar 37 menandakan
signifikan sebesar 0,000. Nilai uji bahwa 37 responden mengalami
signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 peningkatan perilaku mencuci tangan dan
mengindikasikan ada perbedaan yang nilai ties sebesar 1 menunjukkan bahwa
signifikan antara perilaku mencuci tangan hanya ada 1 responden anak tidak
sebelum dan sesudah pendidikan mencuci mengalami peningkatan perilaku mencuci
tangan pada anak SD Muhammadiyah tangan setelah pendidikan mencuci tangan.

PEMBAHASAN
Sebelum mendapatkan pendidikan juga menemukan gambaran perilaku
kesehatan mencuci tangan (pretest) mencuci tangan yang kurang pada anak
sebagian besar atau 57,9% responden didik TK ’Aisyiyah Bustanul Atfal.
diketahui memiliki perilaku mencuci Pada dasarnya siswa sudah memahami
tangan yang kurang dan hanya 2,6% saja teknik mencuci tangan dasar akan tetapi
yang memiliki perilaku mencuci tangan teknik yang diperagakan tidak runtut dan
yang baik. Hasil penelitian ini sesuai menyeluruh. Sebanyak 55,3% responden
dengan penelitian Perdana (2009) yang anak diketahui tidak membersihkan
3
pergelangan tangan saat mencuci sholat. Memotong kuku dapat
tangannya. James dkk., (2008) menghindarkan kita dari kecelakaan dalam
menjelaskan bahwa mencuci tangan berwudhu dan membuat kita terbebas dari
adalah tindakan utama dan terpenting berbagai kuman dan jamur yang mungkin
dalam mengontrol infeksi dan merupakan bersarang di kuku dan akibat-akibat yang
metode terbaik untuk mencegah transmisi ditimbulkan dari kuman dan jamur
mikroorganisme karenanya mencuci tersebut. Dalam HR-Al Bukhari juga
tangan penting untuk dilakukan setelah disebutkan dari Abu Hurairah bahwa
melakukan BAB/BAK, melakukan Rasulullah SAW bersada bahwa
aktivitas sentuhan dengan benda kotor dan memotong kuku termasuk di antara
sebelum kita makan. Penggunaan sabun amalan yang telah diwariskan turun
cair direkomendasikan karena sabun temurun dari umat-umat terdahulu (Wajdi
batang (bar soap) dapat menyebabkan dan Arif, 2008).
transfer bakteri pada pemakaian Fitria dkk. (2012) dalam studinya
berikutnya (Fuller, 2014). menyimpulkan bahwa perilaku tidak
Sebanyak 44,7% responden anak memotong kuku pada anak-anak adalah
diketahui tidak membersihkan ujung salah satu faktor mayor dari penyebab
kukunya saat mencuci tangan. Tassoni infeksi kecacingan pada anak-anak SD.
(2007) mengungkapkan bahwa memotong Jenis penyakit cacingan yang beresiko
kuku harus dilakukan secara teratur karena tinggi untuk timbul adalah penyakit cacing
kuku yang panjang akan mempersulit kita usus yang ditularkan melalui tanah (soil
membersihkan wilayah bawah kuku yang transmitted helminthes).
menjadi tersembunyi. Wilayah bawah Dilihat dari ketersediaan sarana
kuku yang cekung dapat menjadi sarang mencuci tangan seperti wastafel, sabun
kotoran, bakteri maupun jamur dan dan cair dan tissue kering. Setiap kelas di SD
dapat menjadi jalan bagi masuknnya Muhammadiyah Wirobrajan III diketahui
infeksi bakteri atau jamur ke dalam tubuh telah memiliki 1 wastafel namun tidak
kita (Tassoni, 2007). Selain itu dalam HR dilengkapi dengan sabun cair dan tissue
Al-Baihaqi disebutkan bahwa Rasulullah kering. Jumlah wastafel tersebut tidaklah
SAW mengajarkan kita untuk memotong ideal karena seharusnya rasio wastafel
kuku pada hari Jumat sebelum berangkat dengan murid untuk sekolah sehat adalah

4
1: 20 sehingga idealnya dalam 1 kelas dapat menurunkan resiko pneumonia anak
yang berisi 38 anak terdapat 2 wastafel hingga 50% dan resiko diare hingga 53%.
(Noegroho, 2008). Demikian sehingga Studi Fitria dkk. (2012) juga menyebutkan
ketersediaan sarana mencuci tangan di bahwa perilaku cuci tangan yang benar
sekolah ini belum menunjang bagi dapat menghindarkan anak dari transmisi
perilaku mencuci tangan yang baik. cacing terutama jika anak melakukan
Setelah mendapatkan pendidikan kontak dengan tanah.
kesehatan mencuci tangan (posttest) Hasil uji Wilcoxon menunjukkan
sebagian besar atau 63,2% responden adanya pengaruh yang signifikan dari
diketahui memiliki perilaku mencuci pendidikan kesehatan mencuci tangan
tangan yang cukup dan responden dengan terhadap perilaku mencuci tangan sebelum
perilaku mencuci tangan yang baik pada anak SD Muhammadiyah Wirobrajan
meningkat menjadi 34,2%. Setelah III (Dahlan, 2013).
diberikan pendidikan mencuci tangan Peneliti menduga adanya pengaruh
(posttest), sebagian besar anak mengalami pendidikan mencuci tangan melalui teknik
peningkatan dan telah memahami teknik demonstrasi terjadi karena menurut teori
mencuci tangan yang direpresentasikan. pembelajaran Magnesen disebutkan bahwa
Perilaku yang masih kurang hanya anak hanya mampu memahami 10% dari
ditemui di mana masih ada 23,7% apa yang mereka, 20% dari apa yang
responden anak diketahui masih tidak mereka dengar, 30% dari belajar dari apa
membersihkan pergelangan tangan saat mereka lihat, 50% dari apa yang mereka
mencuci tangannya. Padahal teknik lihat dan mereka dengan, 70% dari apa
mencuci tangan yang benar sangat penting yang mereka katakan sendiri, dan 90%
untuk diketahui oleh anak-anak karena dari apa yang mereka katakan dan lakukan
mencuci tangan adalah tindakan utama sendiri. Penekanan 90% inilah yang dalam
dan terpenting dalam mengontrol infeksi metode pendidikan modern disebut
dan merupakan metode terbaik untuk sebagai metode pedagogic karena
mencegah transmisi mikroorganisme menekankan pada praktek (Cochran-
(James dkk., 2008). Smithn dan Zeichner, 2010).
Studi Luby dkk. (2005) menemukan Adapun ditinjau dari teori serapan
bahwa teknik mencuci tangan yang benar informasi, metode pendidikan demonstrasi

5
dipandang efektif karena memaksimalkan Lilquist dkk. (2005) dan Rabie dkk. (2008)
fungsi panca indera di mana pada sistem mengungkapkan bahwa pendidikan
pembelajaran ini setiap panca indera kita kesehatan dengan metode demonstrasi
menyalurkan informasi dengan tingkat (pedagogic) adalah metode terbaik dan
yang berbeda kepada memori otak. Mata metode paling efektif dalam pendidikan
menyalurkan 75% sampai 87% informasi perilaku cuci tangan dan metode observasi
yang diperoleh ke memori otak, telinga dipandang sebagai metode assessment
menyalurkan 13% informasi yang terbaik karena anak langsung
diperoleh ke memori otak, dan mempraktekkan demonstrasi yang
penggabungan panca indera melalui diberikan.
penggunaan metode demonstrasi Adapun Cochran-Smithn dan Zeichner
setidaknya akan mampu meningkatkan (2010) mengungkapkan bahwa metode
serapan informasi memori otak sampai demonstrasi merupakan metode aktif yang
25% sehingga meningkatkan serapan memadukan seluruh unsur pancaindera
informasi ke memori otak (Maulana sehingga mampu direkam oleh memori
2009). otak secara otomatis sebanyak 75-85%
Hasil penelitian ini juga ditemukan sehingga cocok untuk dipraktekkan
sejalan dengan hasil penelitian Lilquist sebagai metode pendidikan bagi ilmu yang
dkk. (2005), Rabie dkk. (2008) serta bersifat praktikal.
Cochran-Smithn dan Zeichner (2010).

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan besar atau sebanyak 24 anak (63,2%)
1. Sebelum mendapatkan pendidikan SD Muhammadiyah Wirobrajan III
kesehatan mencuci tangan, sebagian Yogyakarta memiliki perilaku mencuci
besar atau sebanyak 22 anak (57,9%) tangan yang cukup
SD Muhammadiyah Wirobrajan III 3. Ada pengaruh pendidikan kesehatan
Yogyakarta memiliki perilaku mencuci mencuci tangan terhadap perilaku
tangan yang kurang. mencuci tangan pada anak SD
2. Setelah mendapatkan pendidikan Muhammadiyah Wirobrajan III
kesehatan mencuci tangan, sebagian Yogyakarta

6
Saran dan sabun cair pada setiap wastafel
1. Bagi Guru SD Muhammadiyah III karena penggunaan lap tangan secara
Yogyakarta masal dapat menyebabkan pertukaran
Pihak guru dapat semakin meningkatkan bakteri dari tangan ke tangan dan
perilaku cuci tangan pada anak dengan mencuci tangan harus dilakukan dengan
membiasakan kebiasaan mencuci sabun cair untuk menghilangkan bakteri
tangan sebelum dan setelah makan transien.
siang melalui teknik demonstrasi dari 3. Bagi Peneliti Lanjut
guru kepada murid. Peneliti lanjut disarankan untuk
2. Bagi Kepala Sekolah SD mengukur pengaruh pendidikan
Muhammadiyah III Yogyakarta kesehatan mencuci tangan tidak hanya
Kepala sekolah disarankan untuk terhadap perilaku mencuci tangan anak
menetapkan kebijakan untuk melainkan juga terhadap kebiasaan
meningkatkan fasilitas wastafel menjadi mencuci tangan dan pengetahuan teknik
2 wastafel pada setiap kelas sesuai mencuci tangan pada anak.
dengan petunjuk sekolah sehat. Fasilitas
tersebut harus dilengkapi dengan tissue

DAFTAR PUSTAKA
Cochran-Smithn, M.; Zeichner, K.M. Luby, S.p; Agboatwalla, M.; Feikin,
2010. Studying Teacher D.R.; Painter, J.; Bilihimer, W.;
Education: The Report of the Altar, A.; Hoekstra, R.M. 2005.
AREA Panel Research and Effect of Handwashing on Child
Teaching. Routledge, New York. Health: A Randomized
Controlled Trial. Lancet
Fewtrell , L.; Kaufmann R.B.; Kay D., 366:225-233.
Enanoria W.; Haller, L.;
Colford, J.M.C. 2005. Water Maulana, H. 2009. Promosi Kesehatan.
Sanitation, and Higiene Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Intervention to Reduce Jakarta.
Diarrhoea in Less Developed
Countries. Lancet Infectious Perdana, I T. 2009. Gambaran Perilaku
Diseases 5 (1): 42-52. Cuci Tangan Pakai Sabun Pada
Anak Didik TK ‘Aisyiyah
Fuller, J.K. 2014. Surgical Technology: Bustanul Atfar gendingan
Principles and Practice. Elsevier Yogyakarta. Skripsi Tidak
Heatlh Sciences, Philadelphia. Dipublikasikan. STIKES
‘Aisyiyah Yogyakarta.
7
Kemenkes RI. 2008. Riset Kesehatan
Dasar 2007. Badan Penelitian,
Jakarta.

Tassoni, P. 2007. Child care and


Education Volume 2. Pearson
(Heinemann), Essex

Wajdi, F.; Arif, L. 2008. Superberkah


Shalat Jumat. Hikmah,
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai