ABSTRAK
Kebanyakan remaja putri kurang memahami dan memperhatikan tentang personal hygiene dalam
kehidupan sehari-hari. Perawatan personal hygiene yang salah dapat memicu berkembangnya kuman
dan penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara pengetahuan
dengan sikap dalam melakukan personal hygiene.
Penelitian ini menggunakan desain korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua remaja putri kelas VII A dan B dengan menggunakan teknik total
sampling didapatkan sampel sejumlah 37 responden. Variabel independent yaitu pengetahuan remaja
putri tentang personal hygiene dan variabel dependent yaitu sikap remaja putri dalam melakukan
personal hygiene. Lokasi penelitian di SMPN 2 Mojo Kabupaten Kediri tanggal 23 Maret 2018.
Instrumen penelitian menggunakan kuesioner, kemudian data diolah melalui editing, coding,
scoring, tabulating lalu analisis data menggunakan uji statistik Chi-Square.
Hasil penelitian dari 37 responden didapatkan pengetahuan cukup sejumlah 21 responden (56%)
dan didapatkan sikap positif sejumlah 25 responden (67,6%). Berdasarkan hasil uji chi-square
diperoleh nilai χ²hitung = 7,36 dan χ²tabel = 5,991 dengan taraf signifikan 0,05% sehingga χ²hitung >
χ²tabel maka dapat disimpulkan H₁ diterima, artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap
remaja putri kelas VII A dan B tentang personal hygiene di SMPN 2 Mojo Kabupaten Kediri.
Masih banyak remaja putri berpengetahuan cukup dengan sikap negatif sehingga diperlukan
peningkatan pengetahuan tentang personal hygiene dari pihak sekolah (Guru BK) guna
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran remaja putri akan pentingnya personal hygiene,
diharapkan dengan pengetahuan yang cukup remaja putri mampu bersikap positif dalam melakukan
personal hygiene.
engan Penerapan MediaTerhadap Tingkat Keyakinan Diri dan Keberhasilan Menyusui pada Ibu Post partum
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan daerah tropis sehingga tenaga kesehatan gigi adalah 29,6% (Persatuan
membuat keadaan tubuh menjadi lebih lembab Dokter Gigi Indonesia, 2013). Dari data
dan berkeringat. Akibatnya bakteri mudah penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita
berkembang dan menyebabkan bau tidak sedap menunjukkan bahwa 75% wanita Indonesia
terutama pada bagian lipatan tubuh yang tertutup pernah mengalami menstruasi dan pernah
seperti ketiak dan lipatan organ genetalia pada mengalami infeksi berupa keputihan abnormal
perempuan. Untuk menjaga agar tubuh tetap dan 1 kali serangan infeksi jamur pada vagina
dalam keadaan bersih harus memperhatikan wanita (Bkkbn, 2011). Sedangkan hasil
kebersihan perseorangan atau personal hygiene. penelitian dari Widyanto (2014) Kota Surabaya
Kebersihan merupakan hal yang sangat penting diketahui bahwa 67% remaja telah dapat
dan harus diperhatikan karena kebersihan akan melakukan perawatan organ reproduksi eksternal
mempengaruhi kesehatan dan perilaku seseorang. (vulva).
Kebersihan perorangan atau personal hygiene Banyak masalah kesehatan gigi dan mulut
adalah suatu tindakan untuk kesehatan seseorang, yang menjadi persoalan bagi para remaja, seperti
untuk menjaga kesejahteraan fisik dan psikis. gigi berlubang, posisi tidak teratur, adanya
Terutama pada masa remaja, personal hygiene pewarnaan pada gigi, gusi berdarah, sariawan
harus lebih diperhatikan. Menurut Tarwoto & dan bau mulut. Masalah kesehatan gigi dan
Wartonah (2015), kebersihan diri merupakan mulut dapat mengganggu produktivitas kerja dan
kondisi yang sangat penting dalam kehidupan pergaulan sehari-hari, dan dapat menimbulkan
sehari-hari karena mempengaruhi kesehatan dan persoalan pada remaja saat memasuki dunia kerja
psikis seseorang. Kebersihan diri seseorang nantinya (Depkes, 2012:37). Pada permasalahan
merupakan bagian dari penampilan dan harga perawatan organ reproduksi sangatlah penting.
diri sehingga jika seseorang mengalami Jika tidak dirawat dengan benar, makan dapat
keterbatasan dalam pemenuhan kebutuhan menyebabkan berbagai macam akibat yang dapat
personal hygiene bisa jadi akan memengaruhi merugikan, misalnya infeksi. Cara pemeliharaan
kesehatan secara umum. dan perawatan dapat dilakukan menurut agama,
Cuci tangan sering dianggap sebagai hal budaya, maupun medis. Cara pemeliharaan dan
yang sepele oleh remaja, padahal cuci tangan perawatan alat reproduksi ini sesuai dengan jenis
bisa memberi kontribusi pada peningkatan status kelamin, tetapi juga ada yang bersifat umum
kesehatan fisik pada remaja. Berdasarkan (Eny, 2011:23).
fenomena yang ada terlihat bahwa anak-anak Berdasarkan latar belakang diatas maka
usia sekolah mempunyai kebiasaan kurang peneliti tertarik melakukan penelitian dengan
memperhatikan perlunya cuci tangan dalam judul “Hubungan Pengetahuan dengan Sikap
kehidupan sehari-hari, terutama ketika di Remaja Putri Kelas VII A dan B Tentang
lingkungan sekolah. Dari hasil penelitian Personal Hygiene di SMPN 2 Mojo Kabupaten
Fajriyati (2013), menunjukkan bahwa kebiasaaan Kediri”.
CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) tidak hanya
mengurangi, tapi mencegah kejadian diare
hingga 50 % dan ISPA hingga 45 %. Masalah
lainnya dapat dilihat dari hasil Survei Riset
Kesehatan Dasar di Indonesia tahun 2013, antara
lain: prevalensi penduduk yang mempunyai
masalah gigimulut adalah 23,4%, penduduk yang
telah kehilangan seluruh gigi aslinya adalah
1,6%, prevalensi nasional karies aktif adalah
43,4%, dan penduduk dengan masalah gigi-mulut
dan menerima perawatan atau pengobatan dari
METODE
Desain penelitian yang digunakan dalam pada tanggal 23 Maret 2018 di SMPN 2 Mojo
penelitian ini adalah desain penelitian Kabupaten Kediri.
korelasional (hubungan antar variabel) dengan Populasi dalam penelitian ini adalah semua
menggunakan pendekatan cross sectional. remaja putri kelas VII A dan B di SMPN 2 Mojo
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini Kabupaten Kediri sejumlah 37 responden terdiri
adalah variabel independen yaitu pengetahuan dari kelas VII A sejumlah 20 responden dan
remaja putri kelas VII A dan B tentang personal kelas VII B sejumlah 17 responden. Dengan
hygiene, dan variabel dependen yaitu sikap menggunakan sampel penelitian total sampling.
remaja putri kelas VII A dan B dalam melakukan Pengambilan data dilakukan dengan
personal hygiene. Waktu penelitian dilaksanakan menggunakan kuesioner penelitian yang disusun
Hasil
A. Data Umum
1. Umur
Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Remaja Putri Kelas VII A dan
B di SMPN 2 Mojo Kabupaten Kediri, Tanggal 23 Maret 2018
2. Ruang Kelas
Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Ruang Kelas Remaja Putri Kelas VII
A dan B di SMPN 2 Mojo Kabupaten Kediri, Tanggal 23 Maret 2018
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui dari 37 responden, kelas VII A memiliki prosentasi
jumlah siswi tertinggi yaitu 21 responden (57%).
3. Tempat Tinggal
Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat Tinggal Remaja Putri Kelas VII A
dan B di SMPN 2 Mojo Kabupaten Kediri, Tanggal 23 Maret 2018
5. Sumber Informasi
Tabel 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi Tentang Personal
Hygiene Pada Remaja Putri Kelas VII A dan B di SMPN 2 Mojo Kabupaten
Kediri, Tanggal 23 Maret 2018
NO. Sumber Informasi Frekuensi Prosentase (%)
1. Orang tua 14 40
2. Teman 0 0
3. Guru 5 14,3
4. Tenaga medis 13 37,2
5. Media massa 3 8,5
35 100
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui dari 37 responden berdasarkan sumber informasi yang
didapat dengan prosentase tertinggi yaitu dari orang tua dengan jumlah 14 responden (40%).
B. Data Khusus
1. Pengetahuan Remaja Putri Kelas VII A dan B Tentang Personal Hygiene
Tabel 6 Pengetahuan Remaja Putri Kelas VII A dan B Tentang Personal Hygiene di
SMPN 2 Mojo Kabupaten Kediri, Tanggal 23 Maret 2018
NO. Indikator Pengetahuan Frekuensi Prosentase (%)
1. Baik 16 43,2
2. Cukup 21 56,8
3. Kurang 0 0
37 100
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui dari 37 responden didapatkan prosentase tertinggi
didapat oleh pengetahuan dengan karakteristik cukup berjumlah 21 responden (56,8%).
2. Indikator Pengetahuan Remaja Putri Kelas VII A dan B Tentang Personal Hygiene
Tabel 7 Indikator Pengetahuan Remaja Putri Kelas VII A dan B Tentang Personal
Hygiene di SMPN 2 Mojo Kabupaten Kediri, Tanggal 23 Maret 2018
Kriteria Pengetahuan
Indikator Pengetahuan Baik Cukup Kurang
No.
ƒ % ƒ % ƒ %
1. Pengertian personal hygiene 33 89,2 4 10,8 0 0
2. Tujuan personal hygiene 13 35,1 17 49,9 7 18,9
Faktor yang mempengaruhi personal
3. 13 35,1 20 54,1 4 10,8
hygiene
4. Prinsip personal hygiene 17 45,9 19 51,4 1 2,7
Dampak yang timbul pada masalah
5. 8 21,6 17 45,9 12 32,5
personal hygiene
37 100 37 100 37 100
Berdasarkan tabtabel 7 dapat diketahui dari 37 Faktor yang mempengaruhi personal hygiene
responden yaitu: prosentase tertinggi dengan hasil kriteria
Pengertian personal hygiene prosentase cukup berjumlah 20 responden (54,1%)
tertinggi berjumlah 33 responden (89,2%) Prinsip personal hygiene prosentase tertinggi
dengan kriteria baik berjumlah 19 responden (51,4%) dengan
Tujuan personal hygiene prosentase tertinggi kriteria cukup
dengan kriteria cukup berjumlah 17 Dampak yang timbul pada masalah personal
responden (49,9%) hygiene prosentase tertinggi dengan kriteria
cukup berjumlah 17 responden (45,9%)
3. Sikap Remaja Putri Kelas VII A dan B dalam Melakukan Personal Hygiene
4. Indikator Sikap Remaja Putri Kelas VII A dan B dalam Melakukan Personal Hygiene
Tabel .9 Indikator Sikap Remaja Putri Kelas VII A dan B dalam Melakukan Personal
Hygiene di SMPN 2 Mojo Kabupaten Kediri, Tanggal 23 Maret 2018
Kriteria Sikap
No. Indikator Sikap Positif Negatif Total
ƒ % ƒ % ƒ %
1. Menerima 22 59,5 15 40,5 37 100
2. Merespon 23 62,2 14 37,8 37 100
3. Menghargai 22 59,5 15 40,5 37 100
4. Bertanggung jawab 22 59,5 15 40,5 37 100
Berdasarkan tabel VII.9 dapat diketahui dari Sikap menghargai dengan prosentase
37 responden yaitu: tertinggi terdapat pada kriteria sikap postif
Sikap menerima dengan prosentase tertinggi dengan jumlah 22 responden (59,5%)
yaitu kriteria sikap postif yang berjumlah 22 Sikap bertanggung jawab dengan prosentase
responden (59,5%) tertinggi terdapat pada kriteria sikap postif
Sikap merespon dengan prosentase tertinggi dengan jumlah 22 responden (59,5%).
terdapat pada kriteria sikap postif dengan
jumlah 23 responden (62,2%)
5. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Remaja Putri Kelas VII A dan B Tentang Personal
Hygiene
Tabel 10 Tabel Silang Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Remaja Putri Kelas VII A
dan B Tentang Personal Hygiene di SMPN 2 Mojo Kabupaten Kediri, Tanggal
23 Maret 2018
Kriteria Sikap
Total
Kriteria Pengetahuan Positif Negatif
ƒ % ƒ % ƒ %
Baik 16 43,2 0 0 16 43,2
Cukup 9 24,3 12 32,4 21 56,8
Kurang 0 0 0 0 0 0
Total 25 67,6 12 32,4 37 100
Berdasarkan hasil dari tabulasi pada tabel Pengetahuan cukup dengan sikap negatif
IV.10 dapat diketahui dari 37 responden berjumlah 12 responden (32,4%)
yaitu : Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh
Pengetahuan baik dan sikap positif sebanyak nilai χ² hitung = 7,36 dan χ² tabel = 5,991
16 responden (43,2%) dan pengetahuan dengan taraf signifikan 0,05 % sehingga
cukup dengan sikap positif berjumlah 9 χ²hitung > χ²tabel.
responden (24,3%)
DISKUSI
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
tercantum pada tabel IV.6 didapatkan 16 Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana
responden (43,2%) memiliki pengetahuan baik, pendapat atau pernyataan responden terhadap
dan 21 responden (56,8%) memiliki pengetahuan suatu objek. Secara tidak langsung dapat
cukup. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dilakukan dengan pernyataan-pernyataan
pengetahuan remaja putri kelas VII A dan B hipotesa kemudian dinyatakan responden melalui
tentang personal hygiene dalam kategori cukup. kuesioner. Sedangkan menurut Azwar
Menurut Ariani (2014:7) Pengetahuan (2011:156) menyatakan bahwa uji pengukuran
(knowledge) merupakan hasil rasa keingintahuan sikap dikelompokkan menjadi 2, yaitu jika skor
manusia terhadap sesuatu dan hasrat untuk T ≥ mean – T : T ≥ 50 adalah positif
meningkatkan harkat hidup sehingga kehidupan (favourable), dan jika skor T < mean – T : T < 50
menjadi lebih baik dan nyaman yang adalah negatif (unfavourable).
berkembang sebagai upaya untuk memenuhi Berdasarkan hasil penelitian, peneliti
kebutuhan manusia baik dimasa sekarang berpendapat bahwa sikap merupakan faktor yang
maupun dimasa depan. Sedangkan menurut ada dalam diri manusia yang dapat menimbulkan
Wawan&Dewi (2011:18) dikatakan pengetahuan perilaku tertentu. Jadi, jika seorang remaja putri
cukup dapat diketahui dan diinterpretasikan mempunyai sikap yang baik terhadap personal
dengan skala yang bersifat kualitatif, kriteria hygiene maka akan melahirkan perilaku yang
cukup dengan hasil presentase 56% - 75%. baik pula terhadap personal hygiene. Sikap
Berdasarkan data diatas remaja positif yang ditunjukkan oleh responden cukup
mempunyai pengetahuan tentang personal baik, hal ini membuktikan bahwa responden
hygiene cukup, sedangkan pengetahuan tentang mengetahui tentang personal hygiene. Sikap
personal hygiene sendiri merupakan hal yang merupakan reaksi atau respon seseorang yang
penting bagi remaja terutama pada remaja putri masih tertutup terhadap suatu stimulus atau
yang sudah memasuki masa pubertas yang sudah objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung
mengalami menstruasi dan perubahan bentuk dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih
tubuh. Personal hygiene harus lebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
diperhatikan, untuk mencegah masuknya kuman Berdasarkan dari hasil tabulasi pada tabel
kedalam tubuh dan mencegah timbulnya infeksi, IV.10 dapat diketahui pengetahuan baik dengan
sehingga pengetahuan tentang personal hygiene sikap positif sebanyak 16 responden (43,2%) dan
bagi remaja putri perlu ditingkatkan dengan cara pengetahuan cukup dengan sikap positif
memberikan penyuluhan dan konseling hal ini berjumlah 9 responden (24,3%). Sedangkan pada
bisa dilakukan oleh Guru BK. pengetahuan cukup dengan sikap negatif
Berdasarkan hasil penelitian yang telah berjumlah 12 responden (32,4%).
tercantum pada tabel IV.8 menunjukkan bahwa Menurut Sugiyono (2016:244) menyatakan
sikap remaja putri kelas VII A dan B sejumlah 25 analisa data adalah proses mencari dan
responden (67,6%) bersikap positif dan 12 menyusun secara sistematis data yang diperoleh
responden (32,4%) bersikap negatif. dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
Menurut Wawan&Dewi (2011:37) kokumentasi, dengan cara mengorganisasikan
menyatakan bahwa pengukuran sikap dapat data kedalam kategori, menjabarkan kedalam
Jurnal Kebidanan Dharma Husada Vol. 7, No. 1 April 2018| 685
Lely Khulafaur R : Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Remaja Putri Kelas Vii A Dan B Tentang Personal Hygiene (Di Smpn 2 Mojo
Kabupaten Kediri)
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam umur, pengetahuan, pendidikan, kebiasaan, gaya
pola, memilih mana yang penting dan mana yang hidup, serta kondisi lingkungan. Kebanyakan
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan remaja masih mempunyai pengetahuan yang
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri cukup tentang personal hygiene, sehingga
maupun orang lain. mempengaruhi sikap remaja putri dalam
Jadi pengetahuan dengan sikap itu sebenarnya melakukan personal hygiene.
berkaitan, hal ini dapat dilihat dari bagaimana
individu mendapatkan banyak atau sedikitnya
pengetahuan sehingga dapat mempengaruhi
sikap, baik dalam indikator sikap positf maupun
negatif. Adanya hubungan antara pengetahuan
dengan sikap dalam melakukan personal hygiene
pada remaja putri dapat dipengaruhi oleh faktor
SIMPULAN
Pengetahuan remaja putri kelas VII A dan B VII A dan B tentang personal hygiene di
tentang personal hygiene dari 37 responden SMPN 2 Mojo Kabupaten Kediri,
sebagian besar 21 responden (56,8%) berdasarkan hasil uji statistik chi-square di
mempunyai pengetahuan cukup. peroleh nilai χ² hitung = 7,36 dan χ² tabel =
1. Sikap remaja putri kelas VII A dan B dalam 5,991 dengan taraf signifikan 0,05 %
melakukan personal hygiene di SMPN 2 sehingga χ²hitung > χ²tabel, maka dapat
Mojo Kabupaten Kediri dari 37 responden, disimpilkan bahwa H₁ diterima yaitu ada
didapatkan 25 responden (67,6%) hubungan antara pengetahuan dengan sikap
mempunyai sikap positif. remaja putri kelas VII A dan B tentang
2. Berdasarkan hasil analisa data dapat personal hygiene.
disimpulkan bahwa ada hubungan antara
pengetahuan dengan sikap remaja putri kelas
(Di RT 18 dan 19 RW 3 Dsn Betik, Kelurahan Ngampel, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri)
Abstrak
KB Medis Operatif Pria (MOP) adalah suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria.
Rendahnya penggunan kontrasepsi di kalangan pria dipengaruhi oleh persepsi selama ini bahwa
progam KB hanya diperuntukan bagi wanita, sehingga pria lebih cenderung pasif. Tujuan penelitian
mengetahui hubungan pengetahuan dengan minat suami umur 30-50 tahun dalam menggunakan KB
Medis Operatif Pria (MOP).Desain penelitian yang digunakan korelasional dengan pendekatan Cross
Sectional. Penelitian dilaksanakan tanggal 25-29 Mei 2017 di RT 18 dan 19 RW 03 Dusun Betik,
Kelurahan Ngampel, Kecamatana Mojoroto, Kota Kediri. Populasinya adalah semua suami umur 30-
50 tahun menggunakan sampling jenuh, sampel penelitianya sebanyak 37 responden. Variabel
indepen pengetahuan suami tentang KB Medis Operatif Pria (MOP) diuji dengan kuesioner dan
variabel dependen minat suami umur 30-50 tahun dalam menggunakan KB Medis Operatif Pria
(MOP) diuji dengan kuesioner. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang sudah di uji
validitas dan uji reliabilitas. Pengolahan data meliputi Coding, Editing, Scoring, Tabulating.
Dianalisa dengan chi kuadrat. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden
berpengetahuan cukup sejumlah 22 (59,46%) dan sebagian besar responden memiliki minat rendah
sebanyak 15 (40,54%). Hasil analisis chi square didapatkan nilai p-value = 0,000 < 0,05 maka H1
diterima, artinya ada hubungan pengetahuan dengan minat suami umur 30 – 50 tahun dalam
menggunakan KB Medis Operatif Pria (MOP).Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa
semakin baik pengetahuan suami tentang KB Medis Operatif Pria (MOP) maka semakin tinggi minat
suami menggunakan KB Medis Operatif Pria (MOP). Diharapkan petugas kesehatan lebih aktif
memberikan informasi tentang KB Medis Operatif Pria (MOP), sehingga dapat termotivasi
menggunakan KB medis operatif pria (MOP).
Kata kunci : Pengetahuan, minat suami umur 30-50 tahun, KB Medis Operatif Pria (MOP)
Korespondensi: Ds. Sidomulyo RT 002/RW 002 Kec. Semen Kab. Kediri Jawa Timur HP: 085790256810 ,email:
betristasya@gmail.com
Pendahuluan
Indonesia merupakan salah salah satu negara namun hasilnya masih belum sesuai harapan
berkembang yang memiliki jumlah penduduk (BKKBN, 2011).
terbesar keempat setelah negara China, India, Para suami banyak menganggap bahwa KB
dan Amerika Serikat. Masalah kependudukan Medis Operatif Pria (MOP) sama dengan
yang dihadapi Indonesia saat ini tidak hanya pengebirian, dapat menyebabkan kanker, sperma
jumlah penduduk besar dengan laju pertumbuhan yang tertimbun di dalam tubuh akan
penduduk (LPP) yang relative tinggi, tetapi juga menimbulkan efek negative, dan banyak dari
penyebaran penduduk yang tidak merata, struktur mereka yang merasa khawatir bahwa KB Medis
umur dan kualitas penduduk yang masih rendah. Operatif Pria (MOP) dapat menyebabkan
(Sulistyawati, 2011) kenaikan berat badan dan kelemahan fisik yang
Dengan bertambahnya jumlah penduduk di membuat mereka berfikir panjang untuk menjadi
Indonesia, untuk dapat mengangkat derajat dan akseptor. Dari adanya efek samping tersebut
kehidupan bangsa telah dilaksanakan progam sehingga minat kaum pria mengikuti progam
keluarga berencana (KB). KB juga merupakan Keluarga Berencana masih rendah, mereka masih
salah satu cara yang paling efektif untuk menganggap tabu bila seorang pria mengikuti
meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, progam KB, kurangnya informasi, rendahnya
dan keselamatan keluarga. pengetahuan suami, dan masih adanya anggapan
Berdasarkan UU No.8 tahun 2009, keluarga bahwa KB urusan perempuan.
berencana adalah upaya mengatur kelahiran Pengetahuan pria yang kurang tentang KB
anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur MOP yang memiliki dampak akan mengurangi
kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan kejantanan dan takut kurang memuaskan istri
bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk serta takut tidak bisa mempunyai anak lagi,
mewujudkan keluarga yang berkualitas. Untuk menyebabkan minat pria menjadi rendah.
mewujudkan keluarga berkualitas yang Padahal kenyataanya MOP tidak akan
hakekatnya keluarga Indonesia yang mempunyai mengurangi kejantanan pria tetapi tujuanya agar
anak ideal, sehat, berpendidikan, sejahtera, tidak terjadi pembuahan atau mengikat saluran
berketahanan, dan terpenuhi hak-hak sel sperma. Beberapa penelitian ahli mengatakan
reproduksinya (Lucky&Titik, 2015:23). bahwa dari pengakuan akseptor kontrasepsi
Macam – macam KB terdiri dari Metode MOP, mereka sama sekali tidak merasakan
Kontrasepsi Jangka Pendek seperti KB suntik, adanya efek samping seperti mengurangi
KB pil, dan Metode Jangka Panjang seperti KB kejantananan pasca operasi (Novianti, 2008).
IUD, KB Implant. Adapun macam Kontrasepsi Permasalahan lain yang dihadapi pembangunan
Mantap yaitu KB MOW (tubektomi) dan KB bidang kependudukan dan keluarga berencana
Medis Operatif Pria (MOP). Dalam program adalah prevalensi pemakaian kontrasepsi, dan
Keluarga Berencana, salah satu masalah yang kebutuhan berKB yang tidak/belum terpenuhi,
dihadapi saat ini adalah masalah penggunaan masih rendahnya pria yang menggunakan
MKJP, yaitu KB Medis Operatif Pria (MOP). kontrasepsi, rendahnya pengetahuan pasangan
KB Medis Operatif Pria (MOP) adalah suatu usia subur tentang KB dan kesehatan reproduksi,
metode kontrasepsi operatif minor pada pria belum optimalnya pembinaan dan kemandirian
yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif, peserta KB, masih terbatasnya kapasitas
memakan waktu operasi yang sangat singkat dan kelembagaan progam KB, masih belum
tidak memerlukan anastesi umum (Handayani, sinergisnya kebijakan pengendalian penduduk
2011:167). (BKKBN, 2010).
Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan Di Indonesia pada tahun 2015 yang
kesertaan pria dalam berKB, yang selama ini menggunakan kontrasepsi MOP sebanyak
lebih ditunjukan kepada wanita untuk membantu 0,65%, MOW sebanyak 3,49%, suntik
menekan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP)
sebanyak 47,78%, pil sebanyak 23,6%, implant Di provinsi Jawa Timur tahun 2015 yang
sebanyak 10,58%, IUD sebanyak 10,73%, menggunakan kontrasepsi suntik sebanyak
kondom sebanyak 3,16% (Profil Kesehatan 58,4%, pil sebanyak 17,3%, IUD sebanyak
Indonesia, 2015 : 121). 11,4%, implant sebanyak 8,3%, MOW sebanyak
Jurnal Kebidanan Dharma Husada Vol. 7, No. 1 April 2018| 689
2,1%, MOP sebanyak 0,8%, kondom sebanyak dan menyebabkan kesalahan persepsi serta
1,7% (Dinkes Provinsi Jatim, 2015 : 40). berujung dengan keengganan suami untuk
Berdasarkan pengambilan data dari dinkes kota menjadi akseptor MOP (Kols, A & Lande, R.
Kediri pada tahun 2016 didapatkan akseptor aktif 2008)
KB Medis Operatif Pria (MOP) sebesar 94 Kurang berperannya suami dalam progam
(0,3%). Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
Berdasarkan laporan dari Puskesmas di disebabkan oleh pengetahuan suami mengenai
Kelurahan Ngampel pada tahun 2017 jumlah KB secara umum sangat rendah, sehingga minat
PUS 945, yang menjadi akseptor KB MOP 2 suami dalam menggunakan KB Medis Operatif
akseptor, KB MOW 30 akseptor, KB IUD 74 Pria (MOP) sangat rendah. Hal ini berdampak
akseptor, KB Kondom 34 akseptor, KB Pil 81 besar pada kesehatan reproduksi wanita, karena
akseptor, KB lain 2 akseptor. semua masalah KB dilibatkan seorang wanita
Rendahnya penggunaan kontrasepsi di kalangan saja.
pria dipengaruhi oleh persepsi selama ini bahwa Pria sebagai kepala keluarga dapat mengambil
progam KB hanya diperuntukan bagi wanita, bagian aktif dalam pelaksanaan KB sehingga
sehingga pria lebih cenderung pasif. Hal ini juga dapat dicapai norma keluarga kecil bahagia dan
nampak dari kecenderungan pengguna tenaga sejahtera (NKKBS). Kebanyakan memiliki
perempuan sebagai petugas dan promoter untuk pengertian bahwa KB hanya untuk wanita
kesuksesan progam KB, padahal praktik KB sehingga perencanaan keluarga menjadi pincang.
merupakan permasalahan keluarga, dimana Metode pria yang dapat dipakai adalah memakai
permasalahan keluarga adalah permasalahan kondom, koitus terputus, pantankeluarga
sosial yang berarti juga merupakan permasalahan berencanag berkala, dan vasektomi sebagai
pria dan wanita. kontap pria (Manuaba, 2009 : 244).
Secara psikologi mengikuti progam KB bagi Keikutsertaan dalam progam Keluarga
sebagian besar para pria dinilai sebagai tindakan Berencana merupakan tanggung jawab bersama
yang asing dan aneh. Jadi tidak ada alasan pria pasangan suami–istri, dan bukannya hanya beban
untuk ber-KB, akibatnya tak cukup banyak dari isteri saja. Peran serta kaum pria dalam
peserta KB pria hingga saat ini. Sedikitnya mensukseskan progam nasional keluarga
peserta pria memang di picu oleh banyak sebab berencana tidak boleh berhenti hanya sampai
antara lain rumor medis, agama, budaya, dan tahap memberikan ijin kepada isterinya, dan
biaya, hal utama lainnya adalah kampanye dan mengantar isterinya pada waktu pelayanan KB
sosialisasi yang minim (BKKBN, 2012). saja. Kaum pria harus juga aktif memanfaatkan
Kendala terbesar dalam usaha meningkatkan pelayanan kontrasepsi khusus bagi pria. Dengan
pencapaian akseptor MOP ini adalah persepsi meningkatkan kepedulian para suami terhadap
publik yang keliru. Diantaranya,terdapat KB akan meningkatkan kesejahteraan keluarga
informasi yang salah yang menyatakan bahwa dalam bentuk keluarga kecil yang berkualitas.
KB pria itu membayakan dan semacamnya Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 18
sehingga minat pria untuk menjadi akseptor April 2017 di RT 18 dan RT 19 RW 03 dusun
sangat rendah (Ratih, 2015). Betik, Kelurahan Ngampel, Kecamatan
Pria mengalami kecemasan terhadap Mojoroto, Kota Kediri dilakukan terlebih dahulu
kemampuan mereka mencapai orgasme, terhadap 10 responden dengan wawancara dan
mempertahankan ereksi, dan perubahan pada mengajukan beberapa pertanyaan tentang KB
ejakulat mereka. Sebagian besar kecemasan Media Operatif Pria (MOP). Diperoleh sebanyak
mereka dikarenakan mitos bahwa MOP 2 (20%) responden mengerti tentang KB Medis
menyebabkan impotensi dan disfungsi seksual. Operatif Pria (MOP).4 (40%) menganggap
Mereka mungkin juga cemas terhadap bahwa KB Medis Operatif Pria (MOP) adalah
kemungkinan kanker prostat dan testis. Beberapa pengebirian. Sebanyak 8 (80%) responden
pria mungkin cemas terhadap prosedur dan takut mengatakan kurang mengerti tentang KB Medis
terhadap apa yang mungkin terjadi (Everett, Operatif Pria (MOP) dan efek sampingnya. Dari
2008). 10 (100%) responden tersebut ternyata tidak ada
Fakta tentang keberhasilan MOP yang sangat yang berminat menjadi akseptor KB Medis
efektif untuk mencegah kehamilan sering kali Operatif Pria (MOP) karena takut operasi dan
terabaikan karena para suami yang sering kali efeksamping KB Medis Operatif Pria (MOP).
menjadi korban rumor dan informasi yang salah
690 | Jurnal Kebidanan Dharma Husada Vol. 7, No. 1 April 2018
Betristasia Puspitasari : Hubungan Pengetahuan Dengan Minat Suami Umur 30 – 50 Tahun Dalam Menggunakan KB Medis Operatif Pria (MOP)
Hasil
Karakteristik Responden
1) Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
3. Wiraswasta 8 21,62
4. PNS 2 5,4
Total 37 100
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa dan sebagian kecil responden adalah PNS yaitu
pekerjaan sebagian besar responden adalah sebanyak 2 responden (5,4%).
swasta yaitu sebanyak 25 responden (67,57 %)
Jurnal Kebidanan Dharma Husada Vol. 7, No. 1 April 2018| 691
4) Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak
Berdasarkan tabel IV.6 dapat diketahui dari 37 responden sebagian besar didapatkan 22 (59,46 %)
berpengetahuan cukup dan sebagian kecil berpengetahuan kurang sebesar 3 (8,11 %).
6) Minat suami umur 30-50 tahun dalam menggunakan KB Medis Operatif Pria (MOP)
Berdasarkan tabel dapat diketahui dari 37 responden sebagian besar responden memiliki minat sedang
yaitu 16 (43,2%) dan sebagian kecil responden memiliki minat tinggi yaitu sebesar 6 (16,2%).
7) Hubungan pengetahuan dengan minat suami umur 30-50 tahun dalam menggunakan KB
Medis Operatif Pria (MOP)
Minat
Pengetahuan Tinggi Sedang Rendah Jumlah
N % N % N % N %
Baik 6 16,2 6 16,2 0 0 12 32,4
Berdasarkan hasil analisis chi square menggunakan KB Medis Operatif Pria (MOP)
didapatkan nilai p-value sebesar 0,000 lebih di RT 18 dan 19 RW 03 Dusun Betik,
kecil dari nilai α: 0,05 (0,000 < 0,05), sehingga Kelurahan Ngampel, Kecamatan Mojoroto,
H1 diterima, artinya ada hubungan pengetahuan Kota Kediri.
dengan minat suami umur 30 – 50 tahun dalam
Diskusi
Pengetahuan Suami Umur 30-50 Tahun dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya
Tentang KB Medis Operatif Pria (MOP) di akan semakin banyak. Sebaliknya jika seseorang
RT 18 dan 19 RW 03 Dusun Betik, Kelurahan memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka
Ngampel, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. akan menghambat perkembangan sikap orang
tersebut terhadap penerimaan informasi dan
Berdasarkan tabel pengetahuan suami umur 30- nilai-nilai yang harus diperkenalkan (Mubarak,
50 tahun tentang KB Medis Operatif Pria (MOP) 2011 :83 ).
di RT 18 dan 19 RW 03 Dusun Betik, Kelurahan Dengan pendidikan yang tinggi diharapkan
Ngampel, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri dari pengetahuan yang telah diperoleh tentang KB
37 responden dapat diuraikan bahwa sebagian Medis Operatif Pria (MOP) juga tinggi.
besar responden memiliki pengetahuan dengan Seseorang yang pendidikannya rendah belum
kriteria cukup sebanyak 22 responden (59,46 %). tentu belum tentu pengetahuanya juga rendah
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan misalnya dalam penelitian ini ada beberapa
ini terjadi setelah orang mengadakan responden yang pendidikannya rendah akan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. tetapi pengetahuannya tinggi. Pengetahuan tinggi
Pengindraan terhadap objek terjadi melalui panca tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal,
indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, akan tetapi juga dapat melalui pendidikan non
penciuman, rasa dan raba dengan sendiri (A. formal. Akan tetapi meskipun pendidikan tinggi,
Wawan dkk, 2011:11). tetapi masyarakat masih banyak yang
Pengetahuan tidak dapat muncul dengan mempercayai bahwa banyak anak banyak rejeki.
sendirinya. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh Pada tabel IV.4 terdapat 11 responden masih
dari orang lain atau pengalamannya sendiri, memiliki jumlah anak lebih dari dua yaitu yang
dalam hasil penelitian ini didapatkan bahwa memilik jumlah anak 3 sebanyak10 responden
pengetahuan suami sebagian besar adalah (27%) dan memiliki jumlah anak 4 sebanyak 1
berpengetahuan cukup. Tetapi responden salah responden (2,1). Dapat disimpulkan bahwa
mengartikan pengetahuan yang mereka punya sebagian besar responden banyak yang belum
sehingga menjadi hambatan untuk melakukan tahu kalau jumlah anak terlalu banyak
sesuatu yang menurutnya belum tentu benar. menurunkan kesehatan reproduksi wanita. Pada
Mereka menganggap bahwa KB Medis Operatif kalangan masyarakat dan agama tertentu
Pria (MOP) merupakan jenis pengebirian, dan menganut mitos yang mengatakan banyak “anak
dapat menyebabkan lemah syahwat. Diantaranya banyak rejeki” yang menyebabkan tidak ada
faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah kekawatiran bagi pasangan suami istri untuk
umur, pendidikan, pekerjaan, lingkungan, dan memiliki banyak anak. Namun demikian
sosial budaya. sebaliknya secara teori anggapan sebagian
Salah satu faktor yang mempengaruhi masyarakat itu adalah salah karena dipandang
pengetahuan adalah pendidikan, karena dari sisi kesehatan dengan seringnya seorang
pendidikan untuk menambah dan memperluas wanita melahirkan maka semakin besar pula
pengetahuan. Berdasarkan tabel IV.2 sebagian resiko yang didapat untuk terserang penyakit, hal
besar dari 37 responden 23 (62,3%) ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan
berpendidikan SMA. kondisi sekitar yang mempengaruhi
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan perkembangan dan pengetahuan seseorang.
seseorang kepada orang lain agar dapat Dari hasil penelitian ini banyak
memahami suatu hal. Tidak dapat dipungkiri responden yang berpengetahuan cukup tentang
bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, KB Medis Operatif Pria (MOP), maka petugas
semakin mudah pula mereka menerima informasi kesehatan sebaiknya lebih menekankan
Jurnal Kebidanan Dharma Husada Vol. 7, No. 1 April 2018| 693
pemberian informasi atau penyuluhan mengenai Vasektomi adalah metode sterilisasi
KB Medis Operatif Pria (MOP) seperti lebih dengan cara mengikat saluran sperma (vas
menekankan petugas PLKB untuk terjun deferens) pria. Beberapa alternative untuk
kemasyarakat agar memberikan penyuluhan mengikat saluran sperma tersebut, yaitu dengan
tentang KB secara optimal misalnya disetiap RT mengikat saja, memasang kliptantalum,
diadakan dalam satu bulan sekali supaya kauterisasi, menyuntikan sclerotizing agent,
masyarakat lebih mengerti tentang progam KB menutup saluran dengan jarum, dan
Medis Operatif Pria (MOP). kombinasinya (Atika dkk, 2010:68).
Hal ini menunjukkan suami dalam
Minat Suami Umur 30-50 DAlam menggunakan KB Medis Operatif Pria (MOP)
Menggunakan KB Medis Operatif Pria masih rendah karena adanya persepsi yang salah
(MOP) di RT 18 dan 19 RW 03 Dusun Betik, bahwa KB Medis Operatif Pria (MOP) sama
Kelurahan Ngampel, Kecamatan Mojoroto, dengan pengebirian. Padahal pengertian dari KB
Kota Kediri Medis Operatif Pria (MOP) merupakan
memotong atau mengikat saluran sperma. Para
Berdasarkan tabel hasil suami berfikir bahwa dapat mengganggu
penelitian minat suami umur 30-50 tahun tentang hubungan seksualnya, sehingga para suami takut
KB Medis Operatif Pria (MOP) di RT 18 dan 19 akan menggunakan KB Medis Operatif Pria
RW 03 Dusun Betik, Kelurahan Ngampel, (MOP).
Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri dari 37 Kurangnya perhatian responden
responden dapat diuraikan bahwa sebagian besar (suami) terhadap istri, sebagian besar suami
responden minat suami umur 30-50 tahun dengan menyerahkan segala urusan yang berhubungan
kriteria rendah sejumlah 15 responden (40,54%). dengan KB kepada istrinya. Rendahnya
Dari sini diketahui bahwa suami umur 30 – 50 penggunaan kontrasepsi di kalangan pria
tahun memiliki minat yang rendah. dipengaruhi oleh persepsi selama ini bahwa
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan progam KB hanya diperuntukan bagi wanita,
rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, sehingga pria lebih cenderung pasif. Hal ini
tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya Nampak dari kecenderungan pengguna tenaga
adalah penerimaan akan suatu hubungan antara perempuan sebagai petugas dan promoter untuk
diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kesuksesan progam KB, padahal progam KB
kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar merupakan permasalahn keluarga, dimana
minat (Slameto, 2013: 180) permasalahan keluarga adalah permasalahan
Minat seseorang dapat timbul dari diri sosial yang berarti permasalahan pria dan wanita.
sendiri, dari pikirannya terhadap sesuatu Motivasi merupakan salah satu
merupakan keinginan setelah tahu akan sesuatu. indikator yang mempengaruhi minat.
Minat yang berasal dari diri sendiri bisa timbul Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan
karena suami peduli terhadap kesehatan sejumlah 37 responden berdasarkan soal
reproduksi istrinya dan mengurangi beban kuesioner no.13 mempunyai motivasi rendah
istrinnya. Sedangkan yang mempengaruhi untuk menggunakan KB Medis Operatif Pria
timbulnya minat dari luar adalah dorongan dari (MOP) yaitu 16 responden (43,25%).
orang lain. Misalnya dukungan dan pembinaan Menurut (Supriatna, 2009) motivasi
seperti diadakan penyuluhan dan motivasi merupakan suatu usaha atau pendorong yang
tentang kelebihan dari KB Medis Operatif Pria dilakukan secara sadar untuk melakukan suatu
(MOP) dari tenaga kesehatan kepada para suami, tindakan dan mewujudkan perilaku terarah demi
sehingga membuat para suami mempunyai minat pencapaian tujuan yang diharapkan dalam situasi
yang tinggi menggunakan KB Medis Operatif interaksi.
Pria (MOP) untuk menjaga kualitas keluarga. Motivasi itu diperoleh dari diri sendiri
Bedasarkan tabel IV.6 menunjukkan dan dilakukan secara sadar dalam melakukan
bahwa sebagian besar responden memiliki minat suatu tindakan yang menurutnya dianggap benar
rendah sebanyak 15 responden (40, 54 %), dalam oleh diri sendiri dan mewujudkan tindakan yang
soal kuesioner minat no. 16 “Menurut saya KB terarah demi mencapai tujuan yang
Medis Operatif Pria (MOP) bukan pengebirian diharapkannya. Sedangkan dorongan atau
alat kelamin” dari 37 responden didapatkan 15 dukungan dari orang lain suami akan termotivasi
responden (40,54%) menjawab salah. untuk menggunakan KB Medis Operatif Pria
694 | Jurnal Kebidanan Dharma Husada Vol. 7, No. 1 April 2018
Betristasia Puspitasari : Hubungan Pengetahuan Dengan Minat Suami Umur 30 – 50 Tahun Dalam Menggunakan KB Medis Operatif Pria (MOP)
Daftar Pustaka
Sulistya, Ari. 2012. Pelayanan Keluarga
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Berencana.Jakarta : Salemba Medika.
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta. Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Penulisan
Riset Keperawatan. Seri2. Yogyakarta :
Arum, D.Sujiyatini. 2009. Panduan Lengkap Graha Ilmu.
pelayanan KB Terkini.Yogyakarta : Mitra
Cendikia. Setyorini, Anik. 2014. Kesehatan Reproduksi
dan Pelayanan Keluarga
Budiman. R, Agus. 2014. Kapita Selekta Berencana.Bogor : In Media.
Kuesioner. Jakarta : Salemba Medika. Suratun, MHRP. et al. Pelayanan Keluarga
Berencana dan Pelayanan
Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta : CV. Trans Info
Keluarga Berencana. Yogyakarta : Media.
Pustaka Rihama.
Suzane, Everett. 2008. Buku Kontrasepsi dan
Hartanto, Huriawati. 2010. Ragam Metode Kesehatan Seksual Reproduktif. Jakarta :
Kontrasepsi. Jakarta : EGC. EGC.
Hidayat, A.Alimul. 2014. Metode Penelitian Uliyah, Mar’atul. 2010. Panduan Aman dan
Kebidanan Dan Teknik analisi Data. Seri sehat Memilh Alat KB. Yogyakarta : PT
2. Jakarta : Salemba Medika. Bintang Pustaka abadi (BIPA).
Lestari, Titik. 2015. Kumpulan Teori Untuk Wawan, A. M. Dewi. 2015.Teori dan
Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan. Pengukuran, sikap, dan Perilaku
Yogyakarta : Yogyakarta : Nuha Medika. Manusia.Yogyakarta : Nuha Medika.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2011. Promosi Yuhedi, Lucky. Kurniawati, Titik. 2015. Buku
Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta: Ajar Kependudukan dan Pelayanan KB.
Salemba Medika Jakarta : EGC.
Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Novianti, S. 2014. Faktor Persepsi dan
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. dukungan Istri Yang Berhubungan
dengan Partisipasi KB Pria. Journal
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi [online] Vol 02. Diakses dari :
penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka http://jurnal.eprintis.ums.ac.id//Nomor2./
Cipta. Faktor/Persepsi /dan/dukungan/istri. [24
Februari-2017].
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Buku Panduan
Praktis pelayanan kontrasepsi.Jakarta : Wahyu, H. 2010. Hubungan karakteristik
Tridasa Printer. Suami dengan Keikutsertaan Suami
Menjadi Akseptor KB di wilayah Desa
Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi Karangduwur Kec. Petahan, Kab.
dan Kontrasepsi.Jakarta : TIM. Kebumen, Jawa Tengah. Journal
[online] Vol. 4. [ 01 September 2010]
Proverawati, A. Islaely, a. Aspuah, S. 2010.
Panduan Memilih
kontrasepsi.Yogyakarta : Nuha Medika.
Abstrak
Di Indonesia hingga kini pendidikan seks terus ditolak banyak pihak. Pendidikan sekss
dicurigai sebagai kegiatan kontra produktif dan mengarah pada pornografi. Akses terhadap
pendidikan seks juga minim, serta hanya sebagian orang tua bersikap positif terhadap
pendidikan seks yang diberikan kepada remaja. Banyak orang tua yang bersikap canggung
untuk terbuka dengan anak-anak tentang persoalan seksualitas. Padahal, dengan sikap keliru
tersebut, anak justru akan berusaha mencari sendiri pengetahuan yang berhubungan dengan
kehidupan seksual. Akibatnya pengetahuan yang diperoleh bisa setengah-setengah atau
bahkan keliru sehingga dapat menjerumuskan anak pada hal yang negatif. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh orang tua di Desa
Jatilengger RT 04/ RW 02 Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar sebanyak 30 responden.
Hasil penelitian ini didapatkan bahwasanya sikap orang tua tentang pendidikan seks pada
remaja adalah positif sebanyak 14 responden (46,66%). Dari berbagai komponen sikap
didapatkan bahwasanya sikap orang tua tentang pendidikan seks pada remaja adalah negatif
16 sebanyak responden (53,33%).
Simpulan dari penelitian ini adalah pentingnya pemberian informasi pada orang tua khususnya yang
mempunyai anak pada usia remaja tentang pentingnya pendidikan seks pada remaja dengan
menggunakan pendekatan sesuai dengan tahapan perkembangan remaja.
Korespondensi: Ds. Pesantren RT 009/RW 002 Kediri Jawa Timur HP: 081231352032 ,email: dealovanining@gmail.com
Hasil
Karakteristik Responden
3,33%
PT
36,66%
pernah
63,33%
ti dakpernah
Dilihat dari gambar IV.7 dari 30 responden diketahui sebanyak 2 responden (18,18%)
diketahui sebanyak 9 responden (81,82%) memperoleh informasi dari surat kabar.
pernah memperoleh informasi tentang
pendidikan seks pada remaja dari televisi dan
Nining Istighosah : Sikap Orang Tua Tentang Pendidikan Seks Pada Remaja Di Desa Jatilengger Rt 04/ Rw 02 Kecamatan Ponggok
Kabupaten Blitar
f. Komponen Sikap Orang Tua Tentang Pendidikan Seks Pada Remaja Di Desa
Jatilengger RT04/RW02 Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar.
Dari tabel diatas menunjukan bahwa, seks pada remaja dengan sikap positif dan 15
komponen sikap kognitif dari 30 responden responden 50% menghadapi pendidikan seks
diketahui sebanyak 24 responden 80% pada remaja dengan sikap negatif dan sikap
menanggapi pendidikan seks pada remaja konatif dari 30 responden diketahui sebanyak
dengan perilaku positif dan6 responden 20% 11 responden 36,66% menanggapi
menanggapi pendidikan seks pada remaja pendidikan seks pada remaja dengan perilaku
dengan perilaku negatif, komponen sikap positif dan 19 responden 63,33%
afektif dari 30 responden diketahui sebanyak menanggapi pendidikan seks pada remaja
15 responden 50% menghadapi pendidikan dengan perilaku negatif.
Diskusi
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa yang dikemukakan Azwar bahwa media
dari segi komponene sikap kognitif orang masa mempunyai pengaruh yang sangat
tua tentang pendidikan seks pada remaja di besar dalam pembentukan opini dan
Desa Jatilengger Kecamatan Ponggok kepercayaan orang. Meskipun pengaruh
Kabupaten Blitar dengan sikap positif media masa tidak sebesar pengaruh interaksi
sebanyak 24 responden (80%). individual secara langsung namun dalam
Dari segi komponen kognitif pembentukan proses pembentukan dan perubahan sikap,
sikap, sikap seseorang dipengaruhi olehhal peranan media masa tidakkecil artinya
yang berkaitan dengan pengetahuan, (Azwar, 2011: 34). Informasi yang diperoleh
pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang mempengaruhi pemikiran individu dalam
berhubungan dengan bagaimana orang menentukan sikap.
mempersepsikan terhadap sikap.(Wawan, Informasi yang kurang pada individu dapat
2010 : 32). mempengaruhi sikap dari pada individu itu
Pengetahuan atau pandangan seseorang sendiri. Dari 11 responden 36,66% yang
disini dipengaruhi oleh beberapa faktor sudah pernah memperoleh informasi
diantaranya media masa atau sumber mengenai pendidikan seks pada remaja 9
informasi dan pengalaman pribadi juga dapat responden 81,82% memperoleh informasi
mempengaruhi sikap. Dari hasil penelitian dari televisi, 2 responden 18,18%
didapatkan 11 responden 36,66 % orang tua memperoleh informasi dari surat kabar.
pernah mendapat informasi tentang Sedikitnya sumber informasi akan
pendidikan seks pada remaja dan 19 memberikan pengaruh terhadap sikap
responden 63,33% orang tua belum pernah seseorang, semakin banyak media masa yang
mendapat informasi tentang pendidikan seks disediakan dan informasi yang diperoleh
pada remaja. Hal itu sesuai dengan teori maka semakin banyak pula seseorang itu dan
sosial yang dialami oleh individu juga dapat senang terhadap objek sikap. (Wawan, 2010
mempengaruhi sikap individu. Interaksi : 32).
sosial bisa berbentuk di dalam atau diluar Rasa senang atau tidak senang dapat
rumah. Pada penelitian ini diperoleh hasil dipengaruhi oleh pengalaman pribadi
bahwa 18 responden 60% orang tua cenderung membentuk sikap negatif
mempunyai kebiasaan sehari-hari di rumah, terhadap sesuatu. Pengalaman ini
dan 12 responden 40% orang tua mempunyai diaplikasikan ke sikap tanpa
kebiasaan sehari-hari diluar rumah. Hal ini dimusyawarahkan, tanpa meminta pendapat
sesuai dengan yang dikemukakan Azwar, orang lain. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa sikap sosial terbentuk dari adanya sebanyak 30 responden (100%) memiliki
interaksi sosial yang di alami oleh individu status menikah. Jadi tidak terdapat responden
(Azwar, 2011: 30). Manusia merupakan yang berstatus janda/duda. Sikap negatif ini
makhluk sosial yang tidak dapat hidup tumbuh karena mempunyai beragam
sendiri, karena itu sosialisasi dan komunikasi pengalaman, baik itu pahit maupun manis
dengan lingkungan sekitar perlu dijaga. dari orang terdekat orang tua yaitu suami
Apabila orang tua ada pada lingkungan yang atau istrinya. Hal ini sesuai yang
kondusif, mereka akan memperoleh sifat- dikemukakan oleh Azwar, bahwa individu
sifat positif yang mengembangkan nilai-nilai cenderung untuk memiliki sikap yang
insaninya. Karena lingkungan yang kodusif konfornis, terhadap orang yang dianggapnya
bisa menyebabkan interaksi yang kondusif. penting domotifasi oleh keinginan untuk
Interaksi yang kondusif ini yang dapat berafiliasi atau beranggota dan keinginan itu
membentuk kepribadian seseorang yang untuk menghindari konflik dengan orang
tampak dari cara bicara, berfikir maupun yang dianggap penting tersebut (Azwar,
cara pandangnya terhadap sesuatu, tentunya 2011: 32). Individu yang dianggap penting
pandangannya yang positif. merupakan orang terdekat dan paling sering
Maka dari itu interaksi sosial yang positif berinteraksi dengan respomden.
yang dilakukan orang tua baik dari Orang yang terdekat dengan orang tua atau
aktifitasnya yang dilakukan di dalam rumah orang yang dianggap penting dapat
ataupun di luar rumah perlu di pertahankan mempengaruhi pengambilan sikap
atau dijaga agar dapat membentuk sikap atau seseorang. Apabila orang yang terdekat
pandangan yang positif terhadap objek tersebut tidak memberi dukungan atau
tertentu khususnya tentang pendidikan seks bersikap negatif terhadap objek tertentu
pada remaja ini. maka berpengaruh besar pada pengambilan
b. Sikap Negatif sikap seseorang tersebut, karena pada
Dari segi komponen afektif pembentukan umumnya individu cenderung untuk
sikap,sikap orang tua tentang pendidikan memiliki sikap yang searah dengan orang
seks pada remaja sebanyak 15 responden yang dianggap penting.
(50%). Dari segi afektif sikap seseorang Oleh karena itu orang terdekat dari orang tua
dipengaruhi oleh perasaan individu terhadap perlu memberikan dukungan atau
objek sikap dan menyangkut masalah emosi. memberikan pandangan yang positif
Aspek emosional inilah yang biasanya terhadap pendidikan seks pada remaja ini,
berakar paling dalam sebagai komponen hal ini karena mereka memiliki peran yang
sikap dan merupakan aspek yang paling besar dalam pembentukkan sikap orang tua
bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang tersebut. Dengan dukungan yang positif atau
mungkin akan mengubah sikap seseorang. sikap yang positif tentang pendidikan seks
Komponen afektif menyangkut masalah pada remaja dari orang terdekat maka orang
emosional subjektif seseorang terhadap suatu tua akan bersikap searah atau positif pula.
objek sikap.Komponen ini yang Berdasarkan Komponen Konatif Sikap
berhubungan dengan rasa senang atau tidak a. Sikap Positif
610 | Jurnal Kebidanan Dharma Husada Vol. 7, No. 1 April 2018
611
Dilihat dari komponen konatif pembentukan bersikap positif tentang pendidikan seks pada
sikap positif orang tua tentang pendidikan remaja tersebut.
seks pada remaja sebanyak 11 responden b. Sikap Negatif
(36,66%). Dari segi konatif menunjukkan Dilihat dari komponen konatif pembentukan
bagaimana prilaku atau kecenderungan sikap, sikap negatif orang tua tentang
berprilaku yang ada didalam diri seseorang pendidikan seks pada remaja sebanyak 19
berkaitan dengan objek sikap yang responden (63,33%). Dari segi konatif sikap
dihadapinya. Komponen ini berhubungan dipengaruhi oleh hal berhubungan dengan
dengan kecenderungan bertindak terhadap kecenderungan bertindak terhadap objek
objek sikap. (Wawan, 2010 : 32). sikap. (Wawan, 2010 : 32).
Kecenderungan bertindak terhadap sesuatu Pribadi yang cenderung acuh atau sibuk
objek ini dapat dipengaruhi oleh umur atau dalam kehidupan sehari-hari secara tidak
kedewasaan seseorang. Hasil penelitian langsung mempengaruhi pembentukan
menunjukkan dari 30 responden di atas sikapnya. Disini orang tua yang terfokus
terlihat bahwa 17 responden (56,66%) dengan urusan pekerjaannya sehingga
berusia >35tahun, 12 responden (40%) mereka tidak mempunyai waktu untuk
berusia diantara 31-35 tahun, dan 1 memperhatikan perubahan-perubahan yang
responden (3,33%) berusia diantara 26- dialami remaja. Dengan situasi seperti ini
30tahun. orang tua akan cenderung membentuk sikap
Menurut (Soemarmi, 2006), semakin tua usia negatif. Dari hasil penelitian menunjukkan
individu semakin meningkat pula dari 30 responden 2 responden 6,66%
kematangan berbagai fungsi fisiologi. bekerja sebagai petani, 24 responden bekerja
Dengan bertambahnya umur maka wiraswasata, 4 responden PNS.
pertumbuhan seseorang akan berlangsung Kesibukan orang tua inilah yang dapat
terus meneruskepada tingkat kematangan membentuk sikap negatif, karena dengan
tertentu pada fungsi-fungsi jansmani. kesibukannya orang tua cenderung bersikap
Semakin cukup umur tingkat kematangan acuh dan tidak memperhatikan perubahan-
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam perubahan yang terjadi di sekitarnya
berfikir dan bekerja. khususnya perubahan pada pergaulan para
Semakin dewasa seseorang maka semakin remaja pada saat ini.
banyak pengalaman-pengalaman hidup yang Maka dari itu perlu meningkatkan sosialisasi
telah di dapat yang kemudian tertanam nilai- tentang pendidikan terhadap orang tua
nilai pada dirinya, dan kemudian dapat melalui kelompok belajar, perkumpulan
mempengaruhi seseorang dalam RT/RW, kelurahan. Agar para orang tua
pengambilan sikap atau perilaku pada objek dapat lebih memahami tentang pendidikan
tertentu. seks remaja. Dan supaya para orang tua
Dengan kedewasaan orang tua diharapkan dapat merubah pandangan dan sikapnya
semakin terbukanya wawasan dan tentang pendidikan seks pada remaja.
pengetahuan terhadap objek tertentu. Dan Kemudian dengan perluasan informasi pada
orang tua juga diharapkan semakin mampu institusi terkait seperti Dikbud, Diknas, KUA
menilai atau memberikan pandangan yang dan instansi kesehatan untuk penyebarluasan
positif tentang pendidikan seks pada remaja pendidikan seks remaja pada orang tua.
ini. Selanjutnya dengan pandangan yang
positif tersebut kemudian dapat merubah
sikap orang tua yang negatif menjadi
Simpulan
Nining Istighosah : Sikap Orang Tua Tentang Pendidikan Seks Pada Remaja Di Desa Jatilengger Rt 04/ Rw 02 Kecamatan Ponggok
Kabupaten Blitar
Dari berbagai komponen sikap didapatkan Adanya anggapan tabu pada beberapa orang tua
bahwasanya sikap orang tua tentang tentang pendidikan seks pada remaja perlu
pendidikan seks pada remaja adalah positif mendapatkan perhatian dari petugas kesehatan
sebanyak 14 responden (46,66%). Dari mengenai pemberian informasi mengenai
berbagai komponen sikap didapatkan kesehatan reproduksi dan pendidikan seks
dengan pendekatan sesuai tahap perkembangan
bahwasanya sikap orang tua tentang
remaja.
pendidikan seks pada remaja adalah negatif
16 sebanyak responden (53,33%).
Notoadmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat
Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.
Nawita, Muslik. 2013. Bagaimana Menjelaskan Seks
pada Anak.Bandung: Yrama Widya.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
__________. 2011. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Suherman, A. Sherly. 2013. Edukasi Seks untuk
Remaja. Bandung: Yrama Widya.
Daftar Pustaka Sunaryo. 2004. Psikoogi Untuk Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Azwar, Syaifudin. 2009. Sikap Manusia dan Teori Ahmadi, Abu. 2008. Psikologi Sosial. Jakarta : PT.
Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rineka Cipta
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Wawan, Dewi. 2010. Pengetahuan, Sikap dan
Kebidanan & Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Medika. Admin. (2009). Pendidikan Seks pada Remaja.
Maryam, Siti. 2012. Peran Bidan yang Kompeten Available from : http://www.inimedanbung.com
Terhadap Suksesnya MDG’s. Jakarta: Salemba
Medika.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.