Anda di halaman 1dari 7

Volume VII, No.

1 Juni 2020 Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat


ISSN 2460 - 9374

HUBUNGAN POLA KONSUMSI JAJANAN DENGAN STATUS GIZI SISWA - SISWI KELAS V
SDK NAPUNGLITI DESA HEPANG KECAMATAN LELA KABUPATEN SIKKA

Dominikus Martinus Lait 1, Wihelmus Nong Baba 2


1,2
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Nusa Nipa

ABSTRAK

Gizi anak dapat terpenuhi dan anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Masa
anak-anak terutama masa sekolah dasar merupakan masa dimana anak sedang mengalami
banyak sekali aktivitas dan harus didukung dengan pola konsumsi sesuai tumbuh kembang usia
mereka. Masalah gizi pada dasarnya merupakan refleksi konsumsi zat gizi yang belum
mencukupi kebutuhan tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui hubungan pola
konsumsi makanan jajanan dengan status gizi siswa-siswi SDK Napungliti.
Penelitian ini merupakan penelitian Korelasi dengan pendekatan cross sectional.
Besarnya sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang. Masing- masing variabel yang diteliti
diuji dengan mengunakan uji Kandall Twotall.
Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai signifikan 0,274 > 0,05, dengan variabel
independen pola konsumsi jajan sebagian besar responden memiliki pola konsumsi jajan yang
tidak baik, dan variabel dependen status gizi sebagian responden memiliki status gizi normal.
Berdasarkan hasil uji Kandall Twotall didapatkan tidak ada hubungan antara pola
konsumsi jajan dengan stastus gizi. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden memliliki pola konsumsi jajan yang tidak baik, dan sebagian besar memiliki status
gizi normal. Saran bagi Kepala SDK Napungliti hendaknya pihak sekolah lebih selektif lagi
memilih makanan jajan apa saja yang akan masuk ke dalam kantin sekolah.

Kata kunci : Pola, Konsumsi Jajan, Status Gizi

69
Volume VII, No. 1 Juni 2020 Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat
ISSN 2460 - 9374

ABSTRACT

THE RELATION OF SNACK CONSUTION PATTERN WITH NUTRITIONAL A STATUS


OF FIFTH GRADE STUDENT AT SDK NAPUNGLITI
HEPANG VILLAGE LELA SUB DISTRIC SIKKA

Dominikus Martinus Lait 1, Wihelmus Nong Baba 2

Child nutrition can be fulfilled and children can grow and thrive well.child hood,
especially in elementary activities and must be supported by consumption patterns according to
their age. Nutrional problems are basically a reflection of the conduption of nutrients that have
not yet covered the body’s needs. The purpose of this study was to determine the relation
between consumption patterrns of snacks and the nutrition status of Napungliti elementary
school students.
This study is a correlation study were 30 people. Each of the variables studied was
tested by using the Twotall test.
This study shows that the significant value of 0,274>0,05 with the independent variable
consumption pattern of the majority of the respondents had a bad consumption pattern, and the
dependent variable nutrional status of some respondents had normal nutrition status. Based on
the results of the twotall candlestick test it was found that there was no realitionship between
consumption of snack and nutrional status.
From the result of the study it can be concluded that the majority of the respondents had
bad consumption patterns and wost have normal nutritional status. Suggestion for the SDK
Napungliti head should the school be more selective in choosing any snacks that will enter the
school canteen.

Key words: patterm, consumption of snacks, nutrition

70
Volume VII, No. 1 Juni 2020 Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat
ISSN 2460 - 9374

PENDAHULUAN antara variabel independen dan variable


Pertumbuhan dan perkembangan anak dependen (Nursalam, 2012).
salah satunya dipengaruhi oleh zat gizi yang
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswi
dikonsumsi sehari-hari. Awal usia 7 tahun anak
kelas V SDK Napungliti, besar populasi
mulai masuk sekolah, mulai berkenalan dengan
sebanyak (30) orang. Sampel dalam penelitian
suasana, lingkungan dan kebiasaan baru dalam
ini adalah siswa siswi kelas V SDK Napungliti
kehidupannya sehingga mempengaruhi kebiasaan
berjumlah 30 orang. Sampling yang digunakan
makan anak.
non probability sampling dengan teknik total
Gizi anak dapat terpenuhi dan anak dapat
sampling.
tumbuh dan berkembang dengan baik. World
Health Organization (WHO) menunjukan pada Analisis univariat dilakukan terhadap setiap
tahun 2016, sekitar 43 juta anak balita variabel dari hasil peneliti, dimana analisis ini
mengalami kelebihan berat badan. Hampir 35 menghasilkan distribusi, frekuensi dan
juta anak yang mengalami kelebihan berat badan presentasi dari setiap variabel diteliti, baik
tinggal di negara berkembang dan sisanya variabel independen maupun dependen.
sebanyak 8 juta anak berada di negara maju.
(Irianto, 2016). Berdasarkan Laporan Akhir Hasil Analisis bivariat dilakukan untuk melihat
Monitoring Dan Verifikasi Profil Keamanan variabel bebas secara sendiri dengan variabel
PJAS Nasional tahun 2016, menunjukkan bahwa terikat digunakan uji statistic Kandall Twotall.
98,9% anak jajan di sekolah dan hanya 1% yang Uji statistik digunakan untuk mengetahui adanya
tidak pernah jajan (Tanziha, 2017). Berdasarkan tingkatan hubungan antara variabel dependen dan
Laporan Akhir Hasil Monitoring Dan Verifikasi variabel independen.
Profil Keamanan PJAS Nasional tahun 2016, HASIL
data selanjutnya menunjukkan bahwa PJAS
menyumbang 31,06% energi dan 27,44% protein Data Umum
dari konsumsi jajan harian.
1. Usia responden
Berdasarkan pusat data dan informasi
kementrian kesehatan RI situasi pangan jajanan No Umur f %
anak sekolah (PJAS) mengatakan bahwa anak 1 10 2 6.7
usia 7 sampai 12 tahun merupakan konsumen 2 11 12 40.0
tersering dalam mengonsumsi makanan jajanan. 3 12 16 53.3
Hasil Survei Demografi Kesehatan Jumlah 30 100.0
Indonesia baik tahun 2007 dan Riskesdas 2013 Sumber : Data primer, 2019.
menunjukkan di Provinsi NTT bahwa prevalensi
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa
gizi kurang menurun dari 20,4% SDKI 2007
responden lebih banyak berusia 12 tahun (53.3%)
menjadi 13,0% Riskesdas 2013 dan kondisi
dan paling sedikit berusia 10 tahun (6.7%)
tersebut diikuti dengan penurunan prevalensi gizi
buruk 9,0% SDKI 2007 menjadi 4,9% Riskesdas
2. Jenis Kelamin
2013 (Kemenkes, 2017). Standar gizi buruk di
Kabupaten Sikka masih dibawah standar yang No Jenis kelamin f %
ditetapkan yakni 0,5%. Kabupaten Sikka. 1 Laki-laki 18 60.0
2 Perempuan 12 40.0
Menunjukkan bahwa anak yang gizi baik
Jumlah 30 100.0
sebanyak 79,33% sedangkan anak dengan gizi
Sumber: Data primer, 2019
kurang sebanyak 25,5% dan gizi buruk sebanyak
0,1% (Dinkes Sikka, 2018). Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa
Berdasarkan hasil observasi peneliti di responden berjenis kelamin laki-laki berjumlah
SDK Napungliti banyak dijumpai pedagang 18 orang (60.0%) dan berjenis kelamin
yang menjual aneka jajanan anak, baik di dalam perempuan berjumlah 12 orang (40.0%)
sekolah maupun di luar sekolah. Di dalam area
sekolah rata-rata memiliki 2 buah kantin yang Data Khusus
menjual aneka jenis makanan jajan. 1.Pola konsumsi jajan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka No Kategori f %
penulis ingin melakukan penelitian dengan 1 Baik 14 46.7
judul”apakah ada hubungan pola konsumsi 2 Tidak baik 16 53.3
jajanan dengan status gizi siswa-siswi kelas V Jumlah 30 100.0
SDK Napungliti, Desa Hepang, Kecamatan Lela, Sumber: Data primer, 2019
Kabupaten Sikka”.
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa
METODE terdapat 16 orang (53.3% )siswa-siswi memiliki
Jenis penelitian ini menggunakan desain pola konsumsi tidak baik dan sebanyak 14
rancangan penelitian korelasi dengan pendekatan orang (46.7%) siswa-siswi yang memiliki pola
cross sectional yaitu untuk mengkaji hubungan konsumsi jajan yang baik.

71
Volume VII, No. 1 Juni 2020 Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat
ISSN 2460 - 9374

Status gizi diatas menunjukan bahwa terdapat 53.3% siswa-


1. Frekuensi status gizi siswi yang memiliki pola konsumsi jajan yang
tidak baik sebanyak 16 orang, dan terdapat
No Kategori F % 46.7% siswa-siswi yang memiliki pola konsumsi
1 Sangat kurus 8 26.7 jajan yang baik sebanyak 14 orang. Hasil
2 Kurus 4 13.3 penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
3 Normal 18 60.0 dilakukan oleh Angkey (2014) dengan judul
Jumlah 30 100.0 hubungan pola konsumsi makanan jajanan
Sumber: Data primer, 2019 dengan status gizi pada anak Sekolah Dasar
Negeri IKIP 1 Makasar. Berdasarkan
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa penelitiannya terdapat 143 responsen, dan yang
terdapat 18 orang (60.0% )siswa-siswi yang memiliki pola konsumsi jajan yang baik
memiliki status gizi normal, dan terdapat 4 orang sebanyak 47 orang (32,9%), sedangkan yang
(13.3%) siswa-siswi yang memiliki status gizi memiliki pola konsumsi jajan yang tidak baik
kurus. sebanyak 96 orang (67.1%). Penelitian yang
sama yang dilakukakn oleh Yuni (2012) yang
2. Pola konsumsi jajan dengan status gizi
memiliki 32 responden, dan yang memiliki pola
Status gizi konsumsi jajan yang tidak baik sebanyak 29
Pola Sang % Kur % No % orang (96,62%), dan memiliki pola konsumsi
konsums at us rm jajan yang baik sebanyak 3 orang (9,38%).
i jajan kuru al Konsumsi makanan yang tidak sehat dapat
s mengakibatkan penurunan status gizi dan
Tidak 3 18.8 2 12.5 11 68.8 meningkatkan angka kesakitan pada anak
baik sekolah. Kebiasaan jajan atau mengkonsumsi
Baik 5 35.7 212 12.5 7 50. makanan jajanan yang salah di massa kanak-
Slumber: Data primer, 2019 kanak, dapat menimbulkan penyakit yang
Berdasarkan tabel di atas menunjukan sifatnya akut dan kronis. Sedangkan apabila anak
bahwa terdapat (68.8%) siswa- siswi yang jajan sembarangan dapat memicu timbulnya
memiliki pola konsumsi yang tidak baik tetapi berbagai macam penyakit berbahaya. Masalah
memiliki status gizi yang normal, sebanyak 11 kegemukan dan penyakit yang mungkin
orang dan terdapat (14.3%) siswa-siswi yang menyerang anak-anak pada usia sekolah dapat
memiliki pola konsumsi yang baik tetapi diminimalisir dengan selalu memberikan
memiliki status gizi yang kurus, sebanyak 2 pengetahuan mengenai makanan jajanan kepada
orang. anak (Notoatmodjo, 2013).
Sikap merupakan kecenderungan melakukan
tindakan terhadap memilih makanan jajanan.
Hasil Uji Dengan Rumus Kandall Twotall Perilaku sendiri merupakan suatu aktifitas
Nosing maupun reaktif pada diri seseorang terhadap
Variabel N P Sig Koefisien memilih makanan jajanan. Perilaku seseorang
Value korelasi dapat dipengaruhi oleh pengetahuan,
Pola 30 0.05 0.275 -0.195 kepercayaan, sikap dan orang dianggap penting
konsumsi atau benar, oleh sebab itu anak akan cenderung
jajan melakukan kebiasaan dari lingkungan sekitar
dengan (Notoatmodjo, 2013).
status gizi Hasil penelitian menunjukkan sikap anak yang
Sumber: Data primer, 2019 mendukung sebagian yang berperilaku jajan yang
kurang baik. Hal ini disebabkan anak yang
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukan mempunyai sikap mendukung terpengaruh oleh
bahwa berdasarkan hasil tabulasi silang, analisis lingkungan terutama teman sebayanya. Sikapnya
dengan mengunakan uji Kandall Twotall yang mendukung dalam pemilihan makanan
diperoleh hasil bahwa nilai sig 0,274 > 0,05 (Notoatmodjo, 2013).
sehingga Ha diterima dan Ha ditolak, sehingga B. Status Gizi Siswa-Siswi SDK Napungliti
tidak ada hubungan antara variabel independen
pola konsumsi jajan dengan variabel dependen Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat
status gizi konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukan bahwa
PEMBAHASAN terdapat 60.0% siswa-siswi yang memiliki status
A. Pola Konsumsi Jajan Siswa-Siswi SDK gizi normal sebanyak 18 orang, dan terdapat
Napungliti 13.3% siswa-siswi yang memiliki status gizi
kurus sebanyak 4 orang. Penelitian ini sejalan
Pola jajan anak merupakan suatu perilaku dengan penelitian Angkey (2014) dengan judul
mengkonsumsi aneka jajanan yang dilakukan hubungan pola konsumsi makanan jajanan
anak pada usia sekolah. Berdasarkan tabel 5.3 dengan status gizi pada anak Sekolah Dasar

72
Volume VII, No. 1 Juni 2020 Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat
ISSN 2460 - 9374

Negeri IKIP 1 Makassar. Yang memiliki status konsumsi jajan dengan variabel dependen status
gisi kurus 12 orang (8.4%), normal 69 orang gizi.
(48.3%), dan obesitas 62 orang (43.4%). Hasil ini Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
juga sesuai dengan penelitian Anzarkusuma yang dilakukan oleh Noviani (2016) yang
(2014) yaitu status gizi berdasarkan IMT/U z- mendapatkan hasil tidak ada hubungan antara
skor yang terbanyak adalah pada 46 kategori kebiasaan jajan dengan status gizi dengan hasil
normal sebanyak 75% dan yang paling sedikit penelitian ρ 0,781 (ρ>0,005). Penelitian yang
adalah kurus sebanyak 6,5%. Status gizi anak sama yang dilalakukan oleh Angry (2015) yang
sekolah yang dibutuhkan adalah karbohidrat, mengunakan uji statistic chi square diperoleh
protein, lemak dan mineral (Suhardjo, 2013). nilai P = 0,828 yang berarti tidak ada hubungan
Pemenuhan status gizi yang baik sangat yang bermakna antara pola konsumsi makanan
dibutuhkan oleh anak usia sekolah. Pemenuhan jajanan dengan status gizi anak Sekolah Dasar
gizi yang tepat sangat penting untuk menunjang Negeri IKIP I Makassar. Namun penelitian ini
pertumbuhan dan perkembangan anak sekolah berbeda dengan penelitian yang di lakukan oleh
dengan baik. Manfaat pemenuhan nutrisi pada Mariza (2013) dengan hasil terdapat hubungan
anak sekolah antara lain pertumbuhan tulang, yang bermakna antara kebiasaan jajan dengan
otot dan gigi, mengoptimalkan kognitif dan status gizi lebih pada anak dengan hasil uji
meningkatkan prestasi belajar, daya tahan tubuh, statistik menunjukkan hasil p-value 0,001 < 0,05.
mengurangi resiko penyakit dimasa depan,
Hal ini mungkin terjadi karena dalam penelitian
meningkatkan produktivitas dimasa depan. Status
ini hanya melihat frekuensi jajan saja tanpa
gizi seseorang dipengaruhi oleh dua hal, yaitu
memperhatikan kualitas dan kuantitas makanan
faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer
jajanan tersebut. Kebiasaan sarapan juga dapat
adalah tingkat kecukupan zat gizi, yang
mempengaruhi status gizi anak di samping
berhubungan dengan kualitas dan kuantitas
kebiasaan jajan. Seorang anak yang sehat dan
ketersediaan pangan, pola makan, tingkat
normal akan tumbuh sesuai dengan potensi
pendidikan dan pengetahuan gizi, budaya, dan
genetik yang dimilikinya, tetapi pertumbuhan ini
sosial ekonomi. Faktor sekunder terkait dengan
juga akan dipengaruhi oleh asupan gizi yang
faktor-faktor yang menyebabkan tingkat
dikonsumsi dalam bentuk makanan. Kekurangan
kecukupan gizi tidak sampai didalam sel-sel
atau kelebihan zat gizi akan mempengaruhi
tubuh manusia, seperti status kesehatan,
status gizi anak (Hermina, 2012).
gangguan penyakit infeksi dan non infeksi,
sanitasi lingkungan dan pelayanan kesesehatan Anak usia sekolah membutuhkan zat gizi lebih
(Suhardjo, 2013). banyak untuk pertumbuhan dan aktivitasnya,
Faktor penyebab langsung yaitu dilihat dari dimana pertumbuhan fisik, intelektual, mental
asupan makan termasuk ketika di rumah, apabila dan sosial terjadi secara cepat, sehingga
konsumsi makan di rumah baik dan dijamin oleh golongan umur ini perlu mendapat perhatian
orang tuanya, maka anak akan terjaga khusus. Hal ini perlu diperhatikan, karena
kesehatannya sehingga status gizi anak akan kebiasaan makanan yang dikonsumsi sejak masa
tetap stabil. Selain itu faktor penyebab tidak anak-anak akan membentuk pola kebiasaan
langsung yaitu persediaan makan di rumah, makan selanjutnya (Hermina, 2012).
perawatan anak oleh orang tua dan pelayanan
kesehatan dan sanitasi lingkungan (Istiany, Pola konsumsi adalah berbagai informasi yang
2014). memberikan gambaran mengenai jumlah dan
Status gizi yang baik atau optimal akan tercapai jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari
apabila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang oleh satu orang dan mempunyai ciri khas untuk
digunakan secara efisien, sehingga suatu kelompok masyarakat tertentu. Pola
memungkinkan pertumbuhan fisik, pertumbuhan makan adalah cara seseorang atau sekelompok
otak, kemampuan kerja otak. Cadangan energi orang (keluarga) dalam memilih makanan
yang rendah dan tinggi lemak akan berdampak sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologi,
pada penurunan produktivitas dan prestasi belajar psikologis, kebudayaan dan sosial (Siswanti,
pada anak sekolah sebagai akibat kekurangan 2014).
dan kelebihan zat gizi. Kekurangan atau Ada pun responden yang memiliki pola
kelebihan zat gizi akan mempengaruhi status gizi konsumsi jajan yang tidak baik tetapi memiliki
anak (Syarfaini, 2013). status gizi yang kurus sebanyak 2 orang, hal ini
C. Hubungan Pola Konsumsi Jajan Dengan dapat disebabkan orang tua tidak membudayakan
Status Gizi disiplin makan pada anak, mereka cenderung
menuruti kemauan anak tanpa memperhatikan
Berdasarkan hasil tabulasi silang, analisi dengan nilai gizi yang anak mereka makan. Adapun
mengunakan uji Kandall Twotall diperoleh hasil responden yang pola konsumsi jajan yang tidak
bahwa nilai sig 0,274 > 0,05 sehingga Ho baik dengan status gizinya normal sebanyak 11
diterima dan Ha ditolak, sehingga tidak ada responden hal ini dapat disebabkan karena
hubungan antara variabel independen pola responden memiliki kebiasaan mengkonsumsi

73
Volume VII, No. 1 Juni 2020 Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat
ISSN 2460 - 9374

makanan jajanan yang jumlahnya cenderung mempengaruhi status gizi anak, yaitu persediaan
tidak berlebihan sehingga status gizi responden makan di rumah atau perawatan anak oleh orang
masih tetap normal selain itu diimbangi dengan tua dan pelayanan kesehatan dan sanitasi
aktivitas fisik yang tinggi. Saat ini kemungkinan lingkungan.
besar akan berubah menjadi status gizi yang
tidak normal untuk beberapa waktu kedepan, KESIMPULAN
karena anak yang pola konsumsi makanan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
jajanan tidak baik maka dapat diindikasikan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
bahwa anak tersebut terlalu banyak
mengkonsumsi lemak yang tinggi, mengandung 1. Siswa-siswi SDK Napungliti memiliki pola
bahan pengawet, tinggi gula dan tinggi garam, konsumsi jajan yang tidak baik sebanyak 16
jika responden tersebut mengkonsumsi makanan orang (53,3%), dan yang memiliki pola konsumsi
seperti itu secara terus menerus dan tanpa adanya jajan yang baik sebanyak 14 orang (46,7%).
olahraga dan konsumsi serat, maka status gizi 2. Siswa-siswi SDK Napungliti memiliki status
responden bisa berubah dari normal menjadi gizi sangat kurus 8 orang (26,7%), kurus
gemuk. Kandungan gizi dalam makanan jajanan sebanyak 4 orang (13,3%), normal sebanyak 18
yang rendah, kaya akan lemak dan kalori tetapi orang (60,0%).
rendah serat apabila sering dikonsumsi akan 3. Hubungan pola konsumsi jajan dengan status
berdampak buruk bagi kesehatan dan gizi gizi, hal ini dapat dilihat dari angka signifikan
masyarakat khususnya bagi anak usia sekolah. antar pola konsumsi jajan dengan status gizi
(Putra, 2009). sebesar 0,274, dimana 0,274 > 0,05 dapat
Sedangkan ada responden dengan pola konsumsi disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan
jajan yang baik tetapi status gizinya sangat kurus antara pola konsumsi jajan dengan status gizi.
sebaanyak 5 orang, hal ini bisa disebabkan oleh 4. Pola konsumsi jajan tidak ada hubungan
kesibukan dari orangtua responden membuat dengan status gizi.
kurangnya perhatian yang penuh terhadap status SARAN
gizi responden. Sehingga, meskipun sampel
mengkonsumsi makanan beragam, penyerapan 1. Bagi orang tua siswa-siswi SDK Napungliti
zat gizi menjadi tidak sempurna, dan berdampak hendaknya lebih memperhatikan makanan
pada kesehatan dan gizi anak. Sedangkan adapun jajanan apa saja yang dikonsumsi oleh anak, agar
responden dengan pola konsumsi makanan pola jajan anak semakin membaik. Cara yang
jajanannya baik dengan status gizinya kurus dapat dilakukan antara lain dengan
sebanyak 2 responden hal ini disebabkan karena membawakan bekal ke sekolah.
berdasarkan hasil penelitian responden ini
2. Bagi Kepala SDK Napungliti hendaknya
memiliki kebiasaan makan jajanan dengan
pihak sekolah lebih selektif lagi memilih
frekuensi sering sehingga sehingga berdampak
makanan jajan apa saja yang akan masuk ke
pada status gizi responden menjadi kurang.
dalam kantin sekolah. Sehingga siswa-siswi yang
Sedangkan ada responden yang memiliki pola
membeli jajanan dalam kantin sekolah akan
konsumsi jajan yang baik tetapi memiliki status
terjamin keamanan, kebersihan dan kesehatan
yang normal sebanyak 7 orang hal ini orang tua
makanan jajanan yang mereka makan. Cara yang
telah mengajarkan kepada anak tentang
dapat ditempuh adalah dengan membuka kantin
kebiasaan makan yang baik, yaitu sebagai contoh
sekolah sehat, yaitu kantin yang hanya menjual
sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah.
makanan yang sudah terjamin kesehatannya.
Anak usia sekolah dapat mengikuti pola makan
keluarga serta bentuk dan kebutuhannya harus 3. Bagi Siswa-siswi sekolah dasar hendaknya
diatur. Orang tua cenderung mengatur pola lebih selektif lagi dalam memilih jajan yang akan
makan anaknya berdasarkajenis dan jumlah dikonsumsi. Sehingga kondisi kesehatan dan
makanan yang dimakan dan memperhatikan status gizi siswa-siswi baik. Cara yang dapat
jadwal makann (Putra, 2009). ditempuh adalah dengan mengkonsumsi jajanan
Pendapat peneliti, sesuai dengan hasil penelitian yang hanya dijual dikantin sekolah dan dikemas
yang di dapat bahwah tidak adanya hubungan dengan rapat atau lebih baik membawa bekal dari
antara pola konsumsi jajan dengan status gizi. rumah.
Karena disini peneliti hanya meneliti tentang 4. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya lebih
pola konsumsi jajan anak saja, karena yang kita mengembangkan variabel pola jajan, dan status
ketahui bahwa ada banyak faktor yang dapat gizi. Cara yang dapat ditempuh yaitu dengan
mendukung atau yang dapat mempengaruhi menambahkan variabel lain dan membuat sebuah
status gizi anak seperti salah satu faktor kombinasi baru agar dapat menambah pustaka
penyebab langsung yaitu dilihat dari asupan penelitian di bidang ilmu gizi.
makan termasuk ketika di rumah, apabila
konsumsi makan di rumah baik dan dijamin oleh DAFTAR PUSTAKA
orang tuanya, maka anak akan terjaga Angkey, A. (2014). Hubungan pola konsumsi
kesehatannya sehingga status gizi anak akan makanan jajanan dengan status gizi dengan kadar
tetap stabil. Faktor lain yang dapat kolesterol pada anak sekolah dasar negri Ikip 1

74
Volume VII, No. 1 Juni 2020 Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat
ISSN 2460 - 9374

Makasar (skripsi). Fakultas ilmu kesehatan Nursalam. (2012). Konsep dan Penerapan
universitas islam negri Alauddin. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi
2. Jakarta : Selemba Medika
Aulia JN., Trias Mahmudiono. (2017). Snacking
At School Increased The Risk Of
Overweight/Obesity In Children. Jurnal Berkala
Natya, M.L.S. (2014). Hubungan antara
Epidemiologi, Volume 5 Nomor 3, September
pengetahuan, pola konsumsi jajan dengan status
2017, hlm. 311-324.
gizi siswa sekolah dasar di wilaya kabupaten
Bondika Aprilia (2011). The factor related to Cilacap (skripsi). Fakultas teknik universitas
snacks preference in elementary schoool negri Yogyakarta.
children.
Nurul ID., Siti FP., Suyatno. (2017). Hubungan
Dominikus Minggu (2017). Profil kesehatan konsumsi makanan jajanan terhadap status gizi
profinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2017. (kadar lemak tubuh dan IMT/U) pada siswa
sekolah dasar negri 01 Sumurboto Semarang.
Engkun R, Lilik K., Neti Hernawati (2015). Food
Jurnal kesehatan masarakat, voi 5 No 1 tahun
consumption pattern, health status and its
2017.
relationship with nutritional status and
development of under five years children. Jurnal Priyo, H.H. Wiyono, S. dan Priyo, T.H. (2017)
Gizi Pangan, Juli 2015, 10(2): 93-100. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Trans Info
Media 2017.
Feprianto HK., Saichudin., Desiana (2010).
Gambaran perilaku jajan dan aktifitas fisik pada Roy, A. S. 2013. Pedoman Panggan Jajan Anak
siswa sekolah dasar SDN Oro-Oro kota Batu. Sekolah Dasar. Jakarta : Direktorat SPP 2013.
Indah SA, Erry YM, Idrus J, Dudung A. (2014). Suyanto. 2011. Metodologi dan aplikasi
Nutritrional status based on primary school penelitian keperawatan. Yogyakarta : Nuha
student’s dietary intake in rajeg district Medika.
Tanggerang city.
Sella D., Atti Y., Neni Maemunah. (2017). The
Imaniar, H. (2014). Pola konsumsi jajan status relationship between snacking behavior and
gizi dan prestasi belajar siswa SD Negri 064027 nutritional status of elementary school students
kecamatan Medan (skripsi). Medan. Fakultas of SDN Tunggal Wulung 3 Malang.
kesehatan masarakat universitas Sumatra utara
Tri P.L., Listyani H., Shoim Dasuki. Hubungan
Medan.
pola konsumsi makanan jajanan dengan
Kurnia N., Effatul A., Dewi Astiti. (2016). morbiditas dan status gizi anak sekolah dasar di
Snacking habits and diet with nutritional status of wilayha Kartasura. Jurnal Kesehatan vol 4 No 1.
elementary school children in SD Sonosewu Juni 2011.
Bantul Yogyakarta. Jurnal gizi dan dientik
Yuni Marisa at (2012). The association of
Indonesia, Vol. 4, No. 2, Mei 2016: 97-104.
breakfast comsumtion habit and snacing habit
Kusuma, E.W. dan Proverwati, A. (2011). with nutritional status among elementary school
Penilaian Status Gizi, Yogyakarta : Aulia students in pedurungan subdistric semarang city.
Medika 2011.
Yuni YM., Aryu Candra. 2013. Hubungan antra
Kementrian Kesehatan. (2018). Buku Saku kebiasaan sarapan dengan kebiasaan jajan
Pemantauan Status Gizi. Jakarta : Kemenkes dengan status gizi anak sekolah dasar di
2018. kecamatan Pedurongan kota semarang. Journal
of Nutrition College. Volume 2, Nomor 1, Tahun
Kurnia N., Afifa E., Dewi Astiti. Snacking habits
2013, Halaman 208.
and diet with nutritional status of elementary
school children in SD Sonosewu Bantul Yuniti, Hidayat, & Yayuk. ( 2009). Snacking
Yogyakarta. Jurnal gizi dietetik Indonesia vol 4 Habits Among Elementary School Student, Case
No 2. Mei 2016. Study in SDN Lawanggintung 01 Kota Bogor.
Jurnal Gizi dan Pangan, Nopember 2009 4(3): 16
Kindi, Yuliana, & Kasmita (2013). Hubungan
pengetahuan makanan dengan frekuensi
konsumsi makanan jajanan pada anak sekolah
dasar pembangunan laboratorium universitas
negri padang.
Leily, Oktavianus, & Rizal. (2012). Preference
and frequency of street food consumption among
elementary school children at Cijeruk Sub-
district, Bogor District. Jurnal Gizi dan Pangan,
Juli 2012, 7(2): 119—126.

75

Anda mungkin juga menyukai