Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/342065669

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Makan pada Remaja SMA


Negeri 1 Palu

Article · March 2016

CITATIONS READS

14 4,682

3 authors, including:

Nikmah Utami Dewi


Universitas Tadulako
30 PUBLICATIONS   82 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Chidlren and Nutrition Status View project

All content following this page was uploaded by Nikmah Utami Dewi on 15 June 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Preventif, Volume 7 Nomor 1, Maret 2016 : 1- 64

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MAKAN


PADA REMAJA SMA NEGERI 1 PALU

Nurdin Rahman, Nikmah Utami Dewi, Fitra Armawaty

Bagian Gizi Masyarakat, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Tadulako

ABSTRAK

Perilaku makan adalah suatu keadaan yang menggambarkan perilaku seseorang


terhadap tata krama makan, frekuensi makan, pola makan, kesukaan makan, dan
pemilihan makanan. Konsumsi zat gizi yang tidak optimal berkaitan dengan kesehatan
yang buruk. Bila konsumsi zat gizi selalu kurang dari kecukupan maka seseorang akan
mengalami gizi kurang, sebaliknya jika konsumsi melebihi kecukupan akan menderita
gizi lebih dan obesitas. Konsumsi zat gizi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
akan membantu remaja mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku makan terbagi atas faktor eksternal dan
internal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Faktor-faktor yang berhubungan
dengan perilaku makan pada remaja SMA Negeri 1 Palu”. Jenis penelitian survei
analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study. Populasi berjumlah 921 orang dan
jumlah responden sebanyak 91 orang, menggunakan teknik proportional random
sampling. Data penelitian ini diuji secara statistik dengan uji Chi-square. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendapatan orang tua (ρ= 0,004)
dan pengetahuan gizi (ρ = 0,000) dengan perilaku makan. Dengan pendapatan yang
diperoleh, keluarga dapat mengonsumsi makanan bergizi seimbang seperti tahu, tempe,
ikan, sayur-sayuran yang harganya relatif terjangkau. Melalui pengetahuan gizi,
responden menjadi tahu bahwa kesehatan berhubungan erat dengan makanan yang
dikonsumsi sehari-hari. Dalam penelitian ini ditemukan pula tidak ada hubungan antara
teman sebaya (ρ= 1,000) dengan perilaku makan. Mayoritas responden masih tinggal
bersama orang tua sehingga orang tua masih memegang peranan penting dalam
membentuk perilaku makan anak.

Kata Kunci : Perilaku Makan, Gizi Remaja.

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Nurdin Rahman, Nikmah Utami Dewi, Fitra : 43-52) 43
Jurnal Preventif, Volume 7 Nomor 1, Maret 2016 : 1- 64

A. PENDAHULUAN kardiovaskular (penyakit jantung dan


Perilaku makan adalah suatu pembuluh darah, hipertensi dan stroke),
keadaan yang menggambarkan perilaku diabetes serta kanker yang merupakan
seseorang terhadap tata krama makan, penyebab utama kematian di Indonesia
frekuensi makan, pola makan, (Sugihantono, 2014). Sebagian besar
kesukaan makan dan pemilihan penyakit tidak menular (PTM) tersebut
makanan. Biasanya makanan yang berasosiasi dengan kelebihan berat
sangat disukai remaja ialah makanan badan dan kegemukan yang disebabkan
junk food termasuk makanan–makanan oleh kelebihan gizi. Data Riskesdas
cepat saji (fast food), seperti 2007, 2010, 2013 memperlihatkan
hamburger, pizza, fried chicken, kecenderungan prevalensi obesitas
kentang goreng (friench fries), biskuit (IMT > 25) semua kelompok umur.
gurih dan manis, serta minuman Khusus untuk usia 6-19 tahun
bersoda (Sari, 2008). Hasil penelitian (Riskesdas 2007, 2010) naik dari 5,2%
Przystawski et al (2011) menyebutkan menjadi 5,9%. Menurut Riskesdas
bahwa remaja putri sangat menyukai (2013) laki-laki yang mengalami
makanan cemilan dan obesitas 19,7% dan perempuan 32,9%.
mengonsumsinya setiap hari disamping Kelebihan gizi ini timbul akibat
mengonsumsi makanan utama.[1,2] kelebihan asupan makanan dan
Di Indonesia, proporsi penduduk minuman kaya energi, kaya lemak
berumur ≥ 10 tahun memiliki perilaku jenuh, gula dan garam tambahan,
konsumsi makanan berlemak, namun kekurangan asupan pangan
berkolesterol dan makanan gorengan bergizi seperti sayuran, buah-buahan
sebesar 40,7%, konsumsi makanan asin dan serealia, serta kurang melakukan
sebesar 26,2% dan konsumsi makanan aktivitas fisik (Sugihantono, 2014). Di
manis sebesar 53,1%. Selanjutnya Provinsi Sulawesi Tengah usia 16-18
persentase perilaku kurang konsumsi tahun menyajikan prevalensi gemuk
sayur dan buah sebesar 93,5% sebesar 7,3%. Lain halnya dengan
(Kementerian Kesehatan RI, 2013). Di prevalensi kurus sebesar 8,0% hal ini
Provinsi Sulawesi Tengah proporsi tentunya akan menyebabkan risiko
penduduk berumur ≥ 10 tahun kurang energi protein (KEP).[3]
memiliki perilaku konsumsi makanan Beberapa faktor yang
mie instan sebesar 10,9%, konsumsi mempengaruhi perilaku makan
makanan manis sebesar 49,8%, individu yaitu, pendapatan keluarga,
konsumsi makanan berlemak sebesar teman sebaya, dan pengetahuan gizi.
30,6% serta kurang konsumsi sayur dan Keluarga yang memiliki pendapatan
buah sebesar 95%.[3] ekonomi terbatas akan kurang
Konsumsi zat gizi yang tidak memenuhi keanekaragaman bahan
optimal berkaitan dengan kesehatan makanan yang diperlukan oleh
yang buruk. Keadaan ini akan tubuhnya (Suhardjo, 2006). Hal lain
meningkatkan faktor risiko penyakit adalah meningkatnya teman sebaya
tidak menular (PTM), seperti penyakit dibanding keluarga mengakibatkan

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Nurdin Rahman, Nikmah Utami Dewi, Fitra : 43-52) 44
Jurnal Preventif, Volume 7 Nomor 1, Maret 2016 : 1- 64

remaja mengalami berbagai macam penelitian serupa sebelumnya di SMA


perubahan gaya hidup, perilaku, dan Negeri 1 Palu, maka peneliti tertarik
tidak terkecuali pengalaman dalam untuk mengetahui faktor – faktor yang
menentukan makanan yang dikonsumsi berhubungan dengan perilaku makan
(Soetjiningsih, 2004). Di lain pihak pada remaja SMA Negeri 1 Palu.
menyatakan bahwa kurangnya
pengetahuan akan menyebabkan sikap B. METODE PENELITIAN
yang salah/negatif dalam memenuhi Jenis penelitian yang digunakan
kebutuhan pangan.[4] adalah cross sectional, yaitu untuk
SMA Negeri 1 Palu merupakan mengetahui faktor-faktor yang
salah satu sekolah idaman remaja di berhubungan dengan perilaku makan
Kota Palu. Pada studi pendahuluan pada remaja. Lokasi penelitian adalah
yang dilakukan terhadap 10 remaja di SMA Negeri 1 Palu. Penelitian
SMA Negeri 1 Palu, diantaranya dilaksanakan pada tanggal 30 Mei
terdapat 6 remaja yang mengalami hingga 11 Juni 2014. Populasi dalam
tingkat konsumsi sumber karbohidrat penelitian ini adalah seluruh remaja
tergolong lebih, 3 remaja mengalami yang tercatat di SMA Negeri 1 Palu
tingkat konsumsi sumber protein tahun pelajaran 2013/2014 yaitu
tergolong kurang, dan 5 remaja sebesar 921 orang. Pengambilan
mengalami tingkat konsumsi sumber sampel menggunakan teknik
lemak tergolong lebih. Berdasarkan proportional random sampling dengan
uraian tersebut dan melihat rendahnya jumlah sampel sebesar 91 orang.
perilaku makan remaja, serta belum ada

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Hubungan variabel dependen dengan Perilaku Makan
Perilaku Makan
Tidak (𝒙𝟐 )
Variabel
Seimbang Seimbang Jumlah (ρ)
n % n % n %
Pendapatan Orang Tua
Rendah 38 70,4 16 29,6 54 100 (8,207)
Tinggi 14 37,8 23 62,2 37 100 (0,004)
Teman Sebaya
Berpengaruh buruk 21 58,3 15 41,7 36 100 (0,000)
Berpengaruh baik 31 56,4 24 43,6 55 100 (1,000)
Pengetahuan Gizi
Rendah 41 85,4 7 14,6 48 100 30,760)
Tinggi 11 25,6 32 74,4 43 100 (0,000)
Sumber: Data Primer, 2014

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Nurdin Rahman, Nikmah Utami Dewi, Fitra : 43-52) 45
Jurnal Preventif, Volume 7 Nomor 1, Maret 2016 : 1- 64

Hubungan Pendapatan Orang Berdasarkan tabulasi silang


Tua dengan Perilaku Makan pada tabel 1 terdapat pula
Keadaan ekonomi keluarga responden dengan pendapatan orang
berpengaruh terhadap makanan yang tua kategori tinggi yang memiliki
disediakan (Almatsier dkk, 2011). perilaku makan tidak seimbang
Hasil uji Chi Square menyatakan sebesar 37,8%. Hal ini dapat terjadi
nilai ρ sebesar 0,004 atau nilai ρ < karena keluarga dengan pendapatan
0,05 yang artinya bahwa ada tinggi dan tidak dibarengi dengan
hubungan antara pendapatan orang pengetahuan gizi yang baik, dapat
tua dengan perilaku makan pada membuat keluarga tersebut membeli
remaja SMA Negeri 1 Palu. Hal ini makanan apapun, termasuk
sejalan dengan pendapat yang makanan bergizi namun juga
dikemukakan oleh Almatsier dkk makanan tinggi kalori, lemak, gula,
(2011), yakni keluarga dari kalangan serta junk food. Hal ini sejalan
ekonomi tinggi lebih mampu dengan teori yang dikemukakan
menyediakan makanan beraneka oleh Sulistyoningsih (2012),
ragam, seperti daging, ikan, sayur, tingginya pendapatan yang tidak
dan buah-buahan dibandingkan diimbangi dengan pengetahuan gizi
dengan keluarga dari kalangan cukup, akan menyebabkan
ekonomi rendah.[5] seseorang menjadi sangat konsumtif
Penelitian ini sejalan dengan dalam perilaku makannya sehari-
beberapa penelitian lainnya yang hari, sehingga pemilihan suatu
menyatakan ada hubungan antara bahan makanan lebih didasarkan
pendapatan orang tua dengan kepada pertimbangan selera
[8]
perilaku makan pada remaja. Sebuah dibandingkan aspek gizi.
penelitian yang dilakukan oleh Berdasarkan tabulasi silang
Skardal dkk (2012), di Norwegia pada tabel 1 terlihat responden
menunjukkan hubungan yang dengan pendapatan orang tua
signifikan antara status ekonomi kategori rendah lebih banyak
keluarga dengan konsumsi memiliki perilaku makan tidak
makanan. Siswa dari keluarga seimbang sebesar 70,4%. Hal ini
dengan status ekonomi yang tinggi dapat terjadi karena jumlah anggota
memiliki tingkat konsumsi yang keluarga berperan serta dalam
lebih dari sayuran dan ikan pengalokasian pangan. Penelitian
dibanding keluarga dari kalangan yang dilakukan oleh Wulansari
status ekonomi rendah.[6] Penelitian (2009), menunjukkan jumlah
yang dilakukan di SMA Negeri 1 anggota keluarga berhubungan
Tangerang Selatan oleh Rahayu dan secara signifikan dengan konsumsi
Dieny (2011) juga menunjukkan ada sayur.[9] Keadaan tersebut bermakna
hubungan antara pendapatan bahwa keluarga yang berpendapatan
keluarga dan perilaku makan.[7] rendah akan lebih mudah memenuhi
kebutuhan makanan keluarganya

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Nurdin Rahman, Nikmah Utami Dewi, Fitra : 43-52) 46
Jurnal Preventif, Volume 7 Nomor 1, Maret 2016 : 1- 64

jika jumlah anggota keluarga pengaruhnya terhadap pembentukan


sedikit. Menurut Suhardjo (2006), perilaku makan, lingkungan yang
semakin besar jumlah anggota dimaksud adalah salah satunya
keluarga, maka pembagian pangan teman sebaya.[8]
untuk tiap individu akan Hasil analisis uji Chi Square
berkurang. [4]
Namun demikian, menyatakan nilai ρ sebesar 1,000
terdapat pula responden dengan atau nilai ρ > 0,05 yang artinya tidak
pendapatan orang tua kategori ada hubungan antara teman sebaya
rendah yang memiliki perilaku dengan perilaku makan pada remaja
makan seimbang sebesar 29,6%. Hal SMA Negeri 1 Palu. Hal ini dapat
ini dapat terjadi karena responden terjadi karena ketika anak
memiliki kebiasaan makan yang menginjak usia remaja, kebiasaan
gemar mengonsumsi sumber makan dapat dipengaruhi oleh
karbohidrat contohnya nasi, sumber lingkungan seperti teman sebaya,
protein nabati contohnya tahu dan namun orang tua juga mempunyai
tempe yang harganya relatif peranan penting dalam membentuk
terjangkau, serta sayur dan buah kebiasaan makan anaknya
[5]
yang dapat menopang kecukupan (Almatsier dkk, 2011). Menurut
gizi yang dibutuhkan oleh tubuhnya Santrock (2003), pengaruh teman
agar dapat tumbuh optimal. Menurut mulai memegang peranan penting
(Sulistyoningsih, 2012) variabel dalam pembentukan konsep diri
pendapatan dan harga merupakan anak.[10] Namun demikian,
faktor yang cukup dominan dalam hubungan keluarga masih sangat
mempengaruhi konsumsi pangan mempengaruhi perkembangan
seseorang.[8] Dalam hal ini keluarga kepribadian anak tersebut. Bersama
akan menyediakan jenis makanan keluarga pula anak belajar tentang
yang mudah diperoleh dari nilai-nilai, sikap dan perilaku baik
sekitarnya dengan harga yang sesuai dan buruk. Oleh karena itu,
dengan kondisi ekonomi keluarga pengaruh keluarga terhadap
tersebut. perkembangan anak lebih besar
Hubungan Teman Sebaya dengan dibandingkan pengaruh teman
Perilaku Makan sebaya. Lebih lanjut pada masa
Berdasarkan tabel 1 remaja, individu mulai membentuk
menunjukkan bahwa teman sebaya dan memiliki konsep diri yang lebih
yang memberikan pengaruh baik akurat dari pada masa-masa
lebih banyak yakni 60,4% sementara sebelumnya.[11]
teman sebaya yang memberikan Penelitian ini sejalan dengan
pengaruh buruk yakni 39,6%. Hal penelitian lainnya yang menyatakan
ini sesuai dengan pendapat yang tidak ada hubungan antara teman
dikemukakan oleh Sulistyoningsih sebaya dengan perilaku makan.
(2012) yang mengatakan, faktor Penelitian yang dilakukan terhadap
lingkungan cukup besar dua sekolah di Kota Surabaya

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Nurdin Rahman, Nikmah Utami Dewi, Fitra : 43-52) 47
Jurnal Preventif, Volume 7 Nomor 1, Maret 2016 : 1- 64

menunjukkan bahwa perilaku makan menginginkan penampilan otot


remaja lebih banyak mendapat seperti olahragawan sehingga
pengaruh dari orang tua, sebagian menyebabkan mereka cenderung
besar subjek lebih banyak mengonsumsi suplemen gizi.[5]
menghabiskan waktu di rumah Terdapat pula responden dengan
bersama keluarga daripada teman kategori teman sebaya memberikan
sebayanya, sehingga orang tua pengaruh buruk yang memiliki
masih berperan besar dalam perilaku makan seimbang sebesar
pemilihan makanan di rumah.[12] 41,7%. Hal ini dapat disebabkan
Berdasarkan tabulasi silang oleh mayoritas responden masih
pada tabel 8 menunjukkan tinggal bersama dengan orang tua,
responden dengan kategori teman dimana para orang tua tersebut dapat
sebaya memberikan pengaruh buruk menyediakan kebutuhan pangan
lebih banyak memiliki perilaku yang diperlukan oleh anaknya.
makan tidak seimbang sebesar Menurut Sulistyoningsih (2012),
58,3%. Situasi tersebut dapat terjadi orangtua masih tetap memegang
karena aktivitas yang banyak di luar peranan penting sebagai model atau
rumah membuat remaja jarang contoh bagi anak-anaknya dalam hal
makan di rumah bersama keluarga perilaku makan yang sehat, orang
serta menghabiskan waktu bersama tua bertanggungjawab terhadap
teman-temannya dan makan masalah makanan dirumah, jenis
merupakan bentuk sosialisasi dan makanan yang disediakan, juga
rekreasi. Menurut Keller (2008), harus memberikan petunjuk
kekuatan dari teman sepermainan mengenai hal-hal yang penting
sangat kuat pada masa anak-anak kepada anak, sehingga mereka
dan remaja karena kebanyakan mampu menentukan makanan yang
waktunya dihabiskan di sekolah atau sehat disaat mereka jauh dari
tempat lain bersama dengan rumah.[8]
temannya, sehingga teman Berdasarkan tabulasi silang
sepermainan dapat mengubah pada tabel 1 terlihat responden
perilaku dan kebiasaan yang baik dengan kategori teman sebaya
dan sehat berkaitan dengan pola memberikan pengaruh baik lebih
makan.[13] Pengaruh faktor banyak memiliki perilaku makan
lingkungan ini pula membuat tidak seimbang sebesar 56,4%. Hal
responden ingin tampil seperti tersebut dapat disebabkan oleh sikap
temannya yang memiliki bentuk para remaja yang gemar mencoba
tubuh ideal, khususnya remaja putri. hal baru, dalam hal ini responden
Perasaan ini dapat menyebabkan mulai belajar untuk menentukan
mereka mencoba mengubah bentuk sendiri makanan yang akan
tubuhnya dengan membatasi dikonsumsi tanpa adanya pengaruh
konsumsi makanan bergizi dari teman sebaya. Menurut
seimbang, sedangkan remaja putra Sulistyoningsih (2012), remaja

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Nurdin Rahman, Nikmah Utami Dewi, Fitra : 43-52) 48
Jurnal Preventif, Volume 7 Nomor 1, Maret 2016 : 1- 64

biasanya menjadi bebas dalam yang tidak didasari oleh


memutuskan untuk memilih pengetahuan.[14] Hasil uji Chi
makanan sesuai dengan Square menyatakan nilai ρ sebesar
keinginannya, misalnya remaja lebih 0,000 atau nilai ρ < 0,05 yang
suka mengonsumsi jenis makanan artinya bahwa ada hubungan antara
junk food.[8] Hal ini sesuai dengan pengetahuan gizi dengan perilaku
teori yang dikemukakan oleh makan pada remaja SMA Negeri 1
Notoatmodjo (2007) dimana remaja Palu. Pengetahuan gizi menjadi
cenderung bersikap kritis, tersalur landasan dalam menentukan
melalui tingkah lakunya yang konsumsi pangan seseorang.
bersifat eksperimen (mencoba- Melalui bekal pengetahuan gizi
coba), tindakan dan sikap seperti ini dapat meningkatkan kemampuan
jika tidak dibimbing dan diarahkan seseorang untuk menerapkan
dengan baik tentu berakibat buruk pengetahuan gizinya dalam memilih
baginya.[14] Namun demikian maupun mengolah bahan makanan
terdapat pula responden dengan sehingga kebutuhan gizi dapat
kategori teman sebaya memberikan tercukupi.[16]
pengaruh baik yang memiliki Penelitian ini sejalan dengan
perilaku makan seimbang sebesar beberapa penelitian lainnya yang
43,6%. Hal ini dapat terjadi karena menyatakan bahwa ada hubungan
sebagian responden menganggap antara pengetahuan gizi dengan
teman sebayanya merupakan sumber perilaku makan. Sebuah penelitian
informasi yang terpercaya dalam studi cross sectional oleh Nyapera
menyampaikan manfaat gizi (2012) terhadap 280 siswa di Kenya
seimbang, dimana responden lebih menunjukkan ada korelasi antara
mudah menerima informasi yang pengetahuan gizi dan diet pada
disampaikan oleh temannya. Hal ini siswa untuk melakukan praktik gizi
sesuai teori yang dikemukakan oleh seimbang.[17] Di Indonesia,
Ryan (2001), yakni siswa berbagi penelitian yang dilakukan oleh
pengalaman dan bertukar informasi Mubarokah dkk (2013) terhadap
dan dari interaksi antara anggota siswi SMA di Pondok Pesantren
kelompok sebaya ini muncul Putri Asy-Syarifah Mranggen
konteks mengenai kepercayaan. Demak menunjukkan bahwa ada
Konteks kelompok sebaya ini hubungan negatif antara
cenderung mempengaruhi banyak pengetahuan gizi santriwati dan
hasil, termasuk motivasi dan konsumsi mie instan dengan nilai ρ
keterlibatan remaja di sekolah.[15] sebesar 0,000 (<0,05).[18]
Hubungan Pengetahuan Gizi Berdasarkan tabulasi silang
dengan Perilaku Makan pada tabel 1 menunjukkan
Menurut teori, perilaku yang responden dengan pengetahuan gizi
didasari oleh pengetahuan akan kategori rendah lebih banyak
bertahan lama daripada perilaku memiliki perilaku makan tidak

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Nurdin Rahman, Nikmah Utami Dewi, Fitra : 43-52) 49
Jurnal Preventif, Volume 7 Nomor 1, Maret 2016 : 1- 64

seimbang sebesar 85,4%. Hal ini sebesar 25,6%. Dengan pengetahuan


dapat terjadi karena responden tidak gizi yang cukup tidak menjamin
menerima pendidikan khusus gizi di seseorang akan memiliki perilaku
sekolah serta kurangnya makan yang sesuai anjuran pedoman
iklan/promosi mengenai prinsip gizi gizi seimbang, apabila pengetahuan
seimbang sehingga berdampak pada itu tidak dilandasi dengan sikap
perilaku makan mereka. Menurut ataupun keinginan dan motivasi
Sulistyoningsih (2012), lingkungan yang kuat untuk memenuhi
sekolah serta adanya promosi kebutuhan gizi. Menurut Khomsan
melalui media elektronik maupun (2000), memiliki pengetahuan gizi
cetak merupakan faktor lingkungan yang baik tidak berarti bahwa
yang berpengaruh terhadap seseorang akan menerapkannya
pembentukan perilaku makan.[8] dalam kehidupannya sehari-hari.[16]
Pendidikan gizi di sekolah berguna Disamping itu, memberikan
untuk membentuk perilaku positif informasi tentang cara-cara
dalam hal memenuhi kebutuhan gizi mencapai hidup sehat akan
sebagai salah satu unsur penting meningkatkan pengetahuan dan
yang mendukung status kesehatan menimbulkan kesadaran namun
seseorang. Tidak hanya itu, perubahan perilaku dengan cara ini
keberadaan iklan makanan dan akan memakan waktu lama.[14]
minuman melalui media elektronik Meskipun demikian terdapat pula
ataupun media cetak sangat besar responden dengan pengetahuan gizi
pengaruhnya dalam membentuk kategori tinggi lebih banyak
pola makan. Meskipun demikian, memiliki perilaku makan seimbang
terdapat pula responden dengan yaitu 74,4%, berbekal pengetahuan
pengetahuan gizi kategori rendah gizi yang cukup tersebut dapat
yang memiliki perilaku makan mempengaruhi mereka untuk
seimbang sebesar 14,6%. Hal ini mengonsumsi makanan yang bergizi
dapat terjadi karena responden tidak serta memahami bahwa makanan
memilih-milih makanan yang telah berhubungan erat dengan kesehatan
disediakan oleh keluarganya seperti dan tumbuh kembang seseorang.
ikan, tempe, serta sayur-sayuran. Hal ini sejalan dengan teori yang
Menurut Sulistyoningsih (2012), dikemukakan oleh Sulistyoningsih
kesukaan seseorang terhadap (2012), pengetahuan gizi merupakan
makanan terbentuk dari kebiasaan penguasaan remaja tentang makanan
makan yang terdapat dalam sebuah bergizi seimbang, dimana pada usia
keluarga.[8] remaja merupakan usia yang
Berdasarkan tabulasi silang membutuhkan asupan zat-zat gizi
pada tabel 1 menunjukkan yang seimbang dan sesuai dengan
responden dengan pengetahuan gizi kebutuhan remaja untuk membantu
kategori tinggi yang memiliki mencapai pertumbuhan dan
[8]
perilaku makan tidak seimbang perkembangan yang optimal.

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Nurdin Rahman, Nikmah Utami Dewi, Fitra : 43-52) 50
Jurnal Preventif, Volume 7 Nomor 1, Maret 2016 : 1- 64

diri, kepercayaan dan nilai-nilai


D. KESIMPULAN DAN SARAN pribadi, serta perkembangan
Berdasarkan hasil penelitian dapat psikologis kesehatan) yang
disimpulkan bahwa : mempengaruhi perilaku makan
a. Ada hubungan pendapatan orang tua individu.
dengan perilaku makan pada remaja
SMA Negeri 1 Palu. DAFTAR PUSTAKA
b. Tidak ada hubungan teman sebaya
dengan perilaku makan pada remaja
SMA Negeri 1 Palu. 1. Sari, R.W. (2008). Bahaya
c. Ada hubungan pengetahuan gizi Makanan Cepat Saji dan Gaya
dengan perilaku makan pada remaja Hidup Sehat (Dangerous Junk
SMA Negeri 1 Palu. Food). Yogyakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Adapun saran yang diberikan 2. Przystawski, J. Stelmach, M.
berdasarkan hasil penelitian ini adalah : Grygiel, G. Mardas, M. dan
a. Bagi SMA Negeri 1 Palu, Walkowiak, J. (2011). Dietary
disarankan perlunya program Habits and Nutritional Status
penyuluhan atau edukasi terhadap of Female Adolescents from
siswa-siswi tentang perilaku makan The Great Poland Region.
yang tepat melalui penyuluhan Polish Journal of Food and
Pedoman Gizi Seimbang agar siswa- Nutrition Science, Vol. 61(1),
siswi memiliki pengetahuan yang 73-78.
lebih serta memiliki kesadaran 3. Kementerian Kesehatan RI.
untuk mengonsumsi makanan (2013). Riset Kesehatan Dasar
bergizi. 2013. Jakarta: Badan Penelitian
b. Bagi remaja SMA Negeri 1 Palu dan Pengembangan Kesehatan.
disarankan untuk mengonsumsi 4. Suhardjo. (2006). Pangan dan
makanan bergizi agar makanan yang Gizi Pertanian. Jakarta:
dikonsumsi dapat memenuhi dan Universitas Indonesia.
mencukupi kebutuhan gizi masing- 5. Almatsier, S. Susirah, S. dan
masing individu. Moesijanti, S. (2011). Gizi
c. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan Seimbang dalam Daur
dapat mengkaji faktor lain baik Kehidupan. Jakarta: PT
faktor eksternal (karakteristik Gramedia Pustaka Utama.
keluarga, kebiasaan orang tua, 6. Skardal, M. Western, I.M.
norma dan nilai-nilai sosial budaya, Anne, M.S. dan Nina, C.O.
media massa, fast food, kesukaan (2012). Sosioeconomic
makanan, pengetahuan gizi, serta Differences in Selected Dietary
pengalaman pribadi) maupun faktor Habits Among Norwegian 13-
internal (kebutuhan dan karakteristik 14 Year-olds. Norway:
fisiologis, gambaran tubuh, konsep University of Agder.

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Nurdin Rahman, Nikmah Utami Dewi, Fitra : 43-52) 51
Jurnal Preventif, Volume 7 Nomor 1, Maret 2016 : 1- 64

7. Rahayu, S.D. Dieny, F. 13. Notoatmodjo, S. (2007).


(2011). Citra Tubuh, Kesehatan Masyarakat Ilmu
Pendidikan Ibu, Pendapatan dan Seni. Jakarta: PT Rineka
Keluarga, Pengetahuan Gizi, Cipta.
Perilaku Makan dan Asupan 14. Ryan, A.M. (2001). The Peer
Zat Besi pada Siswi SMA. Group As A Context For The
Jurnal Media Medika Development Of Young
Indonesia, Volume 46(3) Adolescents Motivation And
8. Sulistyoningsih, H. (2012). Achievement. Child
Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Development, Volume 72,
Anak, Yogyakarta: Graha Ilmu. 1135–1150.
9. Wulansari, N.D. (2009). 15. Khomsan, A. (2000). Teknik
Konsumsi serta Preferensi Pengukuran Pengetahuan Gizi.
Buah dan Sayur Pada Remaja Fakultas Pertanian: Institut
SMA dengan Status Sosial Pertanian Bogor.
Ekonomi yang berbeda di 16. Nyapera, V. (2012). Nutrition
Bogor. Skripsi, Fakultas Knowledge, Attitudes And
Ekologi Manusia: Institut Practices Of Children From
Pertanian Bogor. Santrock, Isinya And Nkoile Primary
J.W. (2003). Perkembangan Schools In Kajiado District,
Remaja edisi keenam. Jakarta: Kenya. Kenya: Kenyatta
Penerbit Erlangga. University.
10. Papalia, D.E. (2004). Human 17. Mubarokah, A. Sartono, A. dan
Development (9th ed). Mc Isworo, J.T. (2013). Hubungan
Graw Hill: New York. Pengetahuan Gizi Dan
11. Sarintohe, E. (2012). Perilaku Keamanan Pangan Dengan
Makan pada Remaja yang Konsumsi Mie Instan Pada
Obesitas (Tinjauan dari Social Santriwati SMA Pondok
Cognitive Theory). Bandung: Pesantren Asy-Syarifah
Universitas Kristen Maranatha. Mranggen Demak. Jawa
12. Keller. (2008). Encyclopedia of Tengah: Universitas
Obesity. Sage Publications. Muhamadiyah Semarang.
London.

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Nurdin Rahman, Nikmah Utami Dewi, Fitra : 43-52) 52
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai