Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN POLA KONSUMSI DAN TINGKAT EKONOMI KELUARGA

DENGAN STATUS GIZI REMAJA DI SMK PLUS


MUHAMMADIYAH TUALANG

Niswatul arifah 1)Dedi Rochyani, M.Kes 2)Rizki Rahmawati Lestari, M.Kes 3)Prodi Gizi
Program Sarjana, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pahlawan Kampar, Riau,
Indonesia

ABSTRAK

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok


orang yang diakibatkan oleh konsumsi penyerapan (absorbsi) dan penggunaan zat gizi
makanan masa lalu.. Pendahuluan : Status gizi pada remaja dapat dipengaruhi
beberapa faktor, baik secara langsung maupun tidak langsung. Faktor secara langsung
dari status gizi adalah konsumsi pangan. Dengan masalah utama hubungan pola
konsumsi dengan status gizi remaja dan hubungan tingkat ekonomi keluarga dengan
status gizi remajadi SMK Plus Muhammadiyah Tualang. Tujuan untuk menganalisis
hubungan antara pola konsumsi dan tingkat ekonomi keluarga dengan status gizi remaja
di SMK Plus Muhammadiyah Tualang. Metode : Desain penelitian yang digunakan
adalah analitik kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitian pendekatan
merupakan penelitian yang menekankan waktu pengukuran dan observasi data variabel
indenpenden dan dependen hanya pada satu waktu (Nursalam, 2013). Populasi
penelitian ini adalah 61 orang. Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan metode
Total Sampling. Hasil : Sebanyak 50,8 % dari total responden berjenis kelamin laki-laki
dan 49,2% berjenis kelamin perempuan dengan usia berkisar antara 16-19 tahun.
Sebagian besar keluarga responden (72,1%) memiliki pendapatan keluarga di atas UMK
(Upah Minimum Kabupaten). Dari keseluruhan responden baik responden laki-laki
maupun responden perempuan dengan umur 16-19 tahun, sebagian konsumsi energi
seharinya berada pada kategori tidak cukup. (55,7%). Simpulan : Bagi siswa yang
mempunyai status gizi masih kurang dan memiliki asupan energi dan protein tidak
cukup hendaknya lebih memeperhatikan pola makan yang sehat sehingga dapat
meningkatkan status gizinya. Bagi orang tua atau wali siswa hendaknya memperhatikan
asupan makanan anak sehari-hari sehingga anaknya bisa mempunyai status gizi yang
baik juga untuk membantu anak memiliki pertumbuhan yang optimal.

Kata kunci : Satus Gizi, Remaja, Pola Konsumsi, Tingkat Ekonomi Keluarga

ABSTRACT
Nutritional status is the state of health of a person or group of people caused by
consumption and consumption of past food nutrients. Introduction : Nutritional status in
adolescents can be influenced by several factors, either directly or indirectly. The direct
factor of nutritional status is food consumption. The main problem is the relationship
between consumption patterns and adolescent nutritional status and the relationship
between family economic level and adolescent nutritional status at SMK Plus
Muhammadiyah Tualang. The purpose of this study was to analyze the relationship
between consumption patterns and family economic level with the nutritional status of
adolescents at SMK Plus Muhammadiyah Tualang. Methods: The research design used
is quantitative analysis using a research design approach, which is a research that
emphasizes the time of measurement and observation of independent and dependent
variable data only at one time (Nursalam, 2013). The population of this study was 61
people. Sampling in this study using the Total Sampling method. Results: As many as
50.8% of the total respondents were male and 49.2% were female with ages ranging
from 16-19 years. Most of the respondent's families (72.1%) have a family income
above the UMK (Regency Minimum Wage). From all respondents, both male
respondents and female respondents aged 16-19 years, some of their daily energy
consumption is in the insufficient category. (55.7%). Conclusion: For students who
have poor nutritional status and have insufficient energy and protein intake, they should
pay more attention to healthy eating patterns so that they can improve their nutritional
status. Parents or guardians of students should pay attention to their children's daily
food intake so that their children can have a good nutritional status as well as to help
children have optimal growth.

Keywords: Nutritional Status, Adolescents, Consumption Patterns, Family Economic


Level

PENDAHULUAN
Berdasarkan ciri-ciri psikologi remaja, remaja awal dan remaja pertengahan cenderung
berfikir labil dan masih diperhatikan ketat oleh orang tua tentang apapun yang
dilakukan anaknya. Di dunia diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau
18% dari jumlah penduduk dunia. Sensus penduduk 2021 tercatat bahwa jumlah
kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia sebanyak 43 juta orang atau sekitar 18% dari
jumlah penduduk (Budiman dan Riyanto, 2021).
WHO (World Health Organization) sebagai organisasi kesehatan menyatakan, status
gizi seseorang dapat diukur melalui pengukuran antropometri. Setiap individu di dunia
mempunyai pola konsumsi makan yang berbeda sehingga kebutuhan energi yang
didapat dan status gizi tiap individu juga berbeda. Status gizi adalah keadaan tubuh
sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, yang dibedakan antara
status gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih (WHO, 2016).
Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang Yang
diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi) dan penggunaan zat gizi makanan
masa lalu. Dengan menilai status gizi seseorang atau sekelompok orang, maka dapat
diketahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut status gizinya baik ataukah
tidak baik (Almatsier, 2013).
Status gizi pada remaja dapat dipengaruhi beberapa faktor, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Faktor secara langsung dari status gizi adalah konsumsi
pangan. Konsumsi pangan seseorang dapat dilihat secara kualitas maupun kuantitasnya.
Secara kuantitas seseorang dapat dikatakan konsumsinya baik yaitu dengan jumlah
sesuai kebutuhan. Semakin baik kualitasnya juga semakin baik status gizinya. Dalam
penelitian ini konsumsi pangan diketahui dari frekuensi makan dalam satu minggu
(Riyadi, 2014).
Ketika asupan gizi seseorang kurang atau berlebih, maka akan menimbulkan
ketidakseimbangan dalam tubuh, hal ini sangat bertentangan dengan pedoman gizi
seimbang. Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan akan menimbulkan masalah
gizi. Jika asupan gizi seseorang tidak sesuai kebutuhan, seperti gizi kurang yang terjadi
akibat tidak terpenuhinya asupan makanan. Akibat yang terjadi apabila kekurangan gizi
antara lain menurunnya kekebalan tubuh (mudah terkena penyakit), terjadinya gangguan
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, kekurangan energi yang dapat
menurunkan produktivitas tenaga kerja, dan sulitnya seseorang dalam menerima
pendidikan dan pengetahuan mengenai gizi (Ambarwati, 2012).Berdasarkan hasil
penelitian National Health and Nutrition Examination Survey tahun 2017 di Amerika
persentase overweight dan obesitas berdasarkan kelompok umur, anak usia 2-6 tahun
sebesar 26,7%, usia 7-11 tahun sebesar 32,6% dan usia 12-19 tahun sebesar 33,6%. Hal
ini menunjukkan bahwa prevalensi overweight dan obesitas tertinggi pada anak remaja
usia 12-19 tahun. Pada tahun 2016 Asia memiliki prevalensi overweight sebesar 26,4%
pada anak laki-laki dan 16,8% pada anak perempuan. Di Asia Tenggara, angka
overweight mencapai 14% dan 3% obesitas (Bansil, 2016).
Prevalensi status gizi lebih yang terjadi pada 6,6% remaja laki-laki dan 8,1% remaja
perempuan usia 16-18 tahun di Indonesia sebanyak 7,3%, terdiri dari 5,7% gemuk dan
1,6% kurus. Jumlah ini meningkat dari prevalensi gizi lebih remaja pada tahun 2016
yang pada saat itu hanya 1,4%. Prevalensi status gizi kurang yang terjadi pada 13,1%
remaja laki-laki dan 5,7% remaja perempuan usia 16-18 tahun di Indonesia sebanyak
9,4% terdiri dari 1,9% sangat kurus dan 7,5% kurus. Jumlah ini meningkat dari
prevalensi gizi kurang pada tahun 2015 dimana status gizi sangat kurus sebanyak 1,8%
dan 7,1% kurus (Ides, 2016).
Masalah kesehatan seperti kelebihan gizi pada remaja terjadi akibat pola makan yang
tidak memperhatikan kaidah gizi dan kesehatan. Akibatnya, asupan gizi secara kuantitas
dan kualitas tidak sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan.
Kelebihan asupan gizi pada remaja dapat menyebabkan terjadinya overweight
(Widianti, 2012).
Adapun akibat yang terjadi karena overweight pada remaja jika tidak ditangani dengan
cepat akan menimbulkan penyakit dalam jangka pendek dan berhubungan erat dengan
beberapa penyakit seperti radang sendi, kesulitan bernafas, berhenti nafas saat tidur,
nyeri sendi, gangguan menstruasi dan beberapa gangguan kesuburan. Sedangkan jangka
panjang overweight menimbulkan penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus,
hipertensi, dan dislipidemia (Adriani, 2012).
Penyebab terjadinya overweight (kegemukan) umumnya dipengaruhi oleh faktor sosial
budaya, demografi, dan faktor gaya hidup, serta berkaitan dengan risiko beberapa
penyakit degeneratif. Pola konsumsi pangan juga berhubungan signifikan dengan
kondisi kebuthan pangan masyarakat. Terkait dengan hal tersebut, penilaian pola
konsumsi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui
keadaan gizi pada suatu masyarakat (Leyna, 2010).
Faktor lain yang merupakan akar masalah penyebab timbulnya masalah gizi
lebih/overweight, salah satunya adalah faktor ekonomi yang meliputi pendapatan dan
pengeluaran keluarga (Persulessy et al. 2016).
Remaja sering kali menjalani pola makan yang salah karena telah dapat menentukan
makanan yang diinginkannya seperti tidak sarapan pagi, remaja lebih memilih makanan
yang cepat saji dan sering mengkonsumsi makanan yang berada di luar rumah.
Mengkonsumsi makanan yang padat energi dan rendah nilai gizi berpotensi timbulnya
overweight, hal ini diakibatkan oleh penimbunan lemak yang berlebih dari pada yang
dibutuhkan fungsi tubuh, jika pola makan yang salah terjadi dalam waktu yang lama
dan tidak diimbangi dengan aktivitas yang cukup maka kelebihan energi akan dirubah
menjadi lemak dan disimpan dibawah kulit (Keast, 2012).
Di Provinsi Riau termasuk dalam 17 provinsi yang memiliki prevalensi status gizi
sangat gemuk tertinggi di Indonesia. Prevalensi status gizi lebih yang terjadi pada
remaja umur 16-19 tahun di Provinsi Riau sekitar 6,4% gemuk dan 1,5% obesitas. Hal
ini mengindikasikan bahwa pola konsumsi dan tingkat ekonomi keluarga dengan status
gizi pada remaja di Indonesia maupun provinsi masih tergolong rendah sehingga sikap
mereka terhadap pemilihan makanan yang bergizi masih kurang.
Berdasarkan survei awal di SMK Plus Muhammadiyah Tualang didapatkan beberapa
remaja mengalami status gizi lebih sekitar 10 orang dan status gizi normal sekitar 6
orang yang terjadi pada usis 16 – 19 tahun dengan pola konsumsi makan mereka yang
belum sesuai standar gizi dan dipengaruhi juga dengan tingkat ekonomi keluarganya.
Oleh sebab itu, penelitian terkait pola konsumsi dan tingkat ekonomi keluarga dengan
status gizi remaja SMK Plus Muhammadiyah Tualang masih sangat diperlukan.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait
“Hubungan pola konsumsi dan tingkat ekonomi keluarga dengan status gizi
remaja di SMK Plus Muhammadiyah Tualang.”

METODE PENELITIAN
Desain penelitian atau rancangan penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan
yang disusun demikian rupa, sehingga peneliti akan dapat memperoleh jawaban untuk
pertanyaan pertanyaan penelitiannya. Rencana itu merupakan suatu skema menyeluruh
yang mencakup program penelitian (Kerlinger, 2010).Desain penelitian yang digunakan
adalah analitik kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitian pendekatan
merupakan penelitian yang menekankan waktu pengukuran dan observasi data variable
indenpenden dan dependen hanya pada satu waktu (Nursalam, 2013).
Populasi merupakan keseluruhan atau totalitas objek yang diteliti yang ciri – cirinya
akan diduga atau ditaksir (estimated) (Nasir, 2011). Populasi penelitian ini adalah 61
orang siswa siswi yang terdaftar di SMK Plus Muhammadiyah Tualang Tahun Ajaran
2021 kelas X, XI, XII jurusan Teknik Komputer Dan Jaringan.Sampel adalah sebagian
yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili seluruh
populasi (Supardi, 2013). Sampel yang akan diambil berasal dari populasi penelitian
yang memenuhi kriteria inklusi.Jumlah pengambilan sampel penelitian ini adalah 60
orang siswa siswi yang terdaftar bersekolah di SMK Plus Muhammadiyah Tualang
Tahun Ajaran 2021.Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan metode Total
Sampling ialah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Hasil Penelitian mengenai karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, umur,
besar keluarga dan pendidikan orang tua dengan gambaran sebagai berikut

Berdasarkan tabel nomor 1 menunjukkan bahwa jumlah remaja seluruhnya 61 orang,


sebanyak 31 (50,8%) orang laki-laki dan 30 (49,2%) perempuan. Usia remaja berkisar
antara 16-19 tahun dan proporsi terbesar remaja berada pada usia 17 tahun yaitu 20
orang (39,3%).
Berdasarkan tabel nomor 2 dari 61 anak lebih banyak remaja yang berumur 17-18 tahun
yaitu 47 orang (77,0%) yang terdiri dari 22 orang (36,1%) remaja laki-laki dan 25 orang
(41,0% ) remaja perempuan, sedangkan remaja yang berumur 16 tahun terdapat 12
orang (19,7%) yang terdiri dari 8 orang (13,1%) remaja laki-laki dan 4 orang (6,6%)
remaja perempuan, dan remaja yang berumur 19 tahun terdapat 2 orang (3,3%) yang
terdiri dari 1 orang (1,6%) responden laki-laki dan 1 orang (1,6%) remaja perempuan
Berdasarkan tabel nomor 3 jumlah anggota keluarga remaja yang berkisar antara 3
sampai 9 orang., keluarga dengan jumlah anggota 5 sampai 7 orang memiliki persentase
terbesar yaitu sebanyak 38 orang (62,3%), sedangkan jumlah terkecil adalah anak yang
memiliki jumlah anggota keluarga yang kurang dari 4 orang (13,1%).
Berdasarkan tabel nomor 4 tingkat pendidikan orang tua remaja yang diteliti memilki
tingkat pendidikan yang beragam mulai dari tidak sekolah hingga tamat perguruan
tinggi. Mayoritas ayah responden (52,5%) berpendidikan SMA begitu pula dengan ibu
responden mayoritas juga berpendidikan SMA (45,9%).

Analisa Univariat
Pola Konsumsi
Pada penelitian ini variable yang di observasi adalah Pola Konsumsi, Pendapatan
Keluarga dan Status Gizi siswa SMA Muhammadiyah Tualang, dengan gambaran
sebagai berikut:
Pada tabel 4.2 tergambar bahwa sebagian besar responden/sampel pola konsumsi
makanan nya BAIK sebanyak 52 orang (85,25%), sedangkan yang TIDAK BAIK hanya
sebagian kecil dari siswa yang di ukur yakni sebanyak 9 orang (14,75%).

Pendapatan Keluarga
Untuk pendapatan keluarga hasil observai menggambarkan sebagai berikut seperti di
dalam tabel dibawah ini:

Pada Tabel 4.3 tergambar bahwa sebagian besar responden/sampel berdasarkan


pendapatan keluarganya masuk katagori tinggi sebanyak 35 orang (57,38%), sedangkan
yang rendah berjumlah 27 orang (42,62%).

Status Gizi
Untuk status Gizi hasil pengukuran pada siswa SMA Muhammadiyah Tualang
tergambar sebagai berikut sesuai dengan tabel di bawah ini:

Pada Tabel 4.4 tergambar bahwa sebagian besar responden/sampel berdasarkan status
gizinya masuk katagori normal sebanyak 52 orang (85,25%), sedangkan yang kurus
hanya berjumlah 9 orang (14,75%).

Analisa Bivariat
Hubungan Pola Konsumsi dan Tingkat Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Remaja,
tingkat ekonomi keluarga adalah keadaan yang meliputi tingkat pendidikan orang tua,
besar keluarga dan pendapatan keluarga. Data mengenai tingkat ekonomi keluarga dapat
dilihat pada lampiran hasil penelitian. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan status gizi remaja
berdasarkan indeks TB/U namun tidak terdapat shubungan yang signifikan terhadap
indeks IMT/U. Selain itu, berdasakan hasil penelitian juga diketahui tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dan jumlah anggota
keluarga dan pola konsumsi dengan status gizi remaja berdasarkan indeks TB/U dan
IMT/U. Data mengenai hubungan pola konsumsi dan tingkat ekonomi keluarga dengan
status gizi remaja dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Penjelasan hasil penelitian dari 12 anak yang terdiri dari anak laki-laki dan perempuan
usia 16 - 19 tahun mayoritas memiliki konsumsi energi sehari yang cukup yaitu
sebanyak 9 orang (75%), yaitu sebanyak 7 orang (58,33%) pada anak laki-laki dan 2
orang (16,67%) pada anak perempuan. Untuk konsumsi protein mayoritas (91,7%) anak
memiliki tingkat konsumsi cukup yang terdiri dari 7 orang (58,33) responden laki-laki
dan 4 orang (33,33%) pada anak perempuan.
Sedangakn dari 22 anak laki-laki usia 18-19 tahun mayoritas (86,4%) memiliki
konsumsi energi sehari yang tergolong cukup bila dibandingkan dengan angka
kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan sedangkan anak yang konsumsi energinya
tergolong tidak cukup hanya ada 13,6%. Sedangkan untuk tingkat konsumsi protein
sehari, mayoritas anak memiliki tingkat konsumsi yang tergolong cukup yaitu sebanyak
14 orang (63,6%). Selain itu, pada penelitian ini ada 1 orang anak laki-laki yang berusia
16-17 tahun yang memiliki tingkat konsumsi energi yang tergolong tidak cukup bila
dibandingkan dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkaan namun memiliki tingkat
konsumsi protein yang tergolong cukup.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data yaitu dari 25 anak perempuan usia 18 - 19
tahun lebih banyak yang memilki konsumsi energi sehari tergolong cukup yaitu
sebanyak 22 orang (88%) sedangkan anak yang konsumsi energinya tergolong tidak
cukup ada 3 orang (12%). Selain itu, terdapat juga 1 orang anak perempuan yang
berusia 20 tahun yang memilki tingkat konsumsi energi dan protein seharinya tergolong
tidak cukup bila dibandingkan dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Untuk
konsumsi protein mayoritas (64%) anak memilki tingkat konsumsi protein yang
tergolong cukup.

Mayoritas responden yang berstatus gizi normal yaitu sebanyak 53 orang (82,25%)
sebagian berasal dari keluarga dengan pendapatan tinggi dan rendah tetapi lebih unggul
keluarga dengan pendapatan tinggi sebanyak 27 orang dan dari keluarga pendapatan
rendah sebanyak 25 orang. responden yang berstatus gizi kurus memiliki pendapatan
keluarga tinggi dan rendah yaitu dari keluarga pendapatan tinggi sebanyak 8 orang
(13,11%) sedangkan dari keluarga pendapatann rendah sebanyak 1 orang (01,64%).
Dari analisis bivariat terhadap hubungan pendapatan keluarga dengan status gizi (TB/U)
diperoleh nilai p value = 0,000 (<0,05) yang artinya ada hubungan yang signifikan
antara pendapatan keluarga dengan status gizi berdasarkan indeks TB/U pada remaja di
SMK Plus Muhammadiyah Tualang. Sedangkan Dari analisis bivariat terhadap
hubungan pendapatan keluarga dengan status gizi (IMT/U) diperoleh nilai p value =
0,613 (>0,05), yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan status gizi
berdasarkan indeks IMT/U pada responden di SMK Plus Muhammadiyah Tualang.
SIMPULAN
Dari hasil penelitian dan uraian dari pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
a.Sebagian besar responden pola konsumsi makanan nya BAIK sebanyak 52 orang
(85,25%), sedangkan yang TIDAK BAIK hanya sebagian kecil dari siswa yang di ukur
yakni sebanyak 9 orang (14,75%).
b.Sebagian besar responden berdasarkan tingkat ekonomi keluarga masuk katagori
tinggi sebanyak 36 orang (59,02%), sedangkan yang rendah berjumlah 25 orang
(40,98%).
c.Sebagian besar responden berdasarkan status gizinya masuk katagori normal sebanyak
52 orang (85,25%), sedangkan yang kurus hanya berjumlah 9 orang (14,75%).
d.Status gizi responden berdasarkan indeks IMT/U sebagian besar (95,1%) memiliki
status gizi normal.
e.Ada hubungan yang bermakna antara pola konsumsi dan tingkat ekonomi keluarga
dengan status gizi responden pada taraf uji 5 persen yaitu (p=0,00, p<0,05).

SARAN
Dari hasil penelitian ini, penulis mengemukakan beberapa saran diantaranya:
a.Bagi Siswa
Bagi siswa yang mempunyai status gizi masih kurang dan memiliki asupan energi dan
protein tidak cukup hendaknya lebih memeperhatikan pola makan yang sehat sehingga
dapat meningkatkan status gizinya.S
b.Bagi Orang Tua/Wali Siswa
Bagi orang tua/wali siswa hendaknya memperhatikan asupan makanan anak sehari-hari
sehingga anaknya bisa mempunyai status gizi yang baik juga untuk membantu anak
memiliki pertumbuhan yang optimal.
c.Bagi Sekolah
- Diharapkan agar sekolah memberikan edukasi kepada siswa mengenai hal yang
berkaitan dengan gizi seperti rutin mengingatkan siswa untuk selalu sarapan pagi dan
juga memilih jajanan yang sehat.
- Sebaiknya pihak sekolah ikut serta dalam upaya peningkatan gizi siswa yaitu dengan
mengadakan kantin sekolah yang menyediakan makanan yang sehat dan bersih sesuai
dengn persyaratan gizi.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebaiknya menggunakan desain penelitian lain untuk melihat efek Tingkat Ekonomi
dan Pola Konsumsi terhadap status gizi remaja serta hendaknya melibatkan responden
yang lebih besar jumlahnya dengan kriteria yang lebih heterogen.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, R. P & Nasution, N. (2012). Buku pintar tntang status gizi remaja.
Yogyakarta : Cakrawala Ilmu.

Bansil P., Kuklina E. V., Merritt R. K., Yoon P. W., (2016). Associations Between
Sleep Disorders, Sleep Duration, Qualiy of Sleep, and Hypertension : result from the
national and nutrition examination Survey, 2005 to 2008. American Society of
Hypertension.
Black R. (2013). Maternal and Child Undernutrition and Overweight In Low Income
and Middle-Income Countries, The Lancet. 382 (13). 427 - 451.

Budiman & Riyanto A. (2016). Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan Dan Sikap
Dalam Peneitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika pp 66-69

Departemen Gizi Dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat. (2016).


Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Dinas Kesehatan Provinsi Riau. 2019. Profil Kesehatan. Dinkes Prov Riau.

Dinas Kesehatan Kabupaten Siak. 2020. Profil Kesehatan. Dinkes Kabupaten Siak.

Fikawat, Sandra. (2017). Gizi Anak dan Remaja. Depok : Rajawali Pers.

Hastono SP.(2007). Basic Data Analysis For Health Research Training : Analisa Data
Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Hidayat, A.A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta
: Salemba Medika.

Irawati, A. (2009). Pengetahuan Gizi Murid SMP dan SMA di Kodya Bogor. Bogor.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Departemen Kesehatan RI.

Kaibi, Muslimah, Nur.(2017). Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Makro dengan Status Gizi Warga Binaan Lapas Anak Wanita Tangerang. Nutrire
Diaita, volume (9), nomor (2).

Kemenkes RI. (2017). Buku Kesehatan Status Gizi Remaja. Kementerian Kesehatan
dan JICA. Jakarta.

Kusurnah. (2017). Fenomena Obesitas. Jakarta: PT. Buku Kita.

Korompis GC. (2014). Biostatistik Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Nasir A, Muhith A, Ideputri ME. (2010). Buku Ajar : Metodologi Penelitian Kesehatan,
Konsep Pembuatan Karya Tulis dan Thesis Untuk Mahasiswa Kesehatan. Yogyakarta :
Nuha Medika.

Notoadmojo, S. (2005). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Pengan, Arnawa.( 2015). Gizi Rumah Tangga dan Pengolahan Makanan. Medan :
SCPP.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Standar Antropometri Anak.

Suyaputra, K dan Nadhiroh, S. R. (2015). Perbedaan Pola Makan Dan Aktifitas Fisik
Antara Remaja Obesitas Dengan Non Obesitas. Makara Kesehatan, 16(1), 45-50.
UNICEF. (2020). The State of the World’s Children 2020. New York: Oxford
University Press for UNICEF.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Standar Antropometri Anak.

WHO. (2012). Nutrition in adolescene – Issues and Challenges for the Health Sector.

Anda mungkin juga menyukai