Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

Masalah gizi dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling mempengaruhi secara
kompleks. Salah satu yang mempengaruhinya yaitu ibu, keadaan gizi dipengaruhi
oleh kemampuan ibu menyediakan makanan yang cukup untuk anak serta pola asuh
yang dipengaruhi oleh factor pendapatan keluarga, pendidikan, perilaku dan jumlah
saudara. (Rapal ,Rompas , danIsmanto, 2014)
Malnutrisi menjadi penyebab dari 2,6 juta kematian anak di seluruh dunia.
Anak-anak mampu bertahan hidup dengan gizi kurang, tetapi mereka menderita
gangguan fisik dan kognitif seumur hidup mereka, Karena tidak mendapatkan nutrisi
yang mereka butuhkan di awal kehidupan mereka. Pertumbuhan fisik dan otak
mereka menempati posisi paling rentan. Anak dengan awal kehidupan kurang gizi,
efek negatifnya mereka akan menderita sebagian besar ireversibel. (Asnol dan
Priyatna, 2014)

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan
dan penggunaan zat gizi dimana zat gizi sangat penting bagi tubuh dapat menjadi
sumber energi, pemeliharaan jaringan tubuh, serta mengatur bentuk tubuh. Status gizi
anak diukur menggunakan pengukuran antropometri yang terdiri dari umur, berat
badan (BB), dan tinggi badan (TB). (Septikasari, 2018)
Anak merupakan kebanggan bagi setiap orang tua maka dari itu peran Ibu
sangat penting dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak. Pertumbuhan
merupakan bertambahnya ukuran dan struktur tubuh sedangkan perkembangan
merupakan hasil matangnya susunan saraf yaitu kemampuan bicara dan perasaan
emosional. (Noordati, 2018)

Anak usia 24-59 bulan termasuk dalam kelompok anak yang rentan terkena
masalah gizi seperti stunting, pada usia ini anak harus mendapat dari ibu agar supaya
anak bisa mendapatkan nutrisi yang baik jika anak kurang mendapat perhatian maka
akan berpengaruh terhadap pertumbuhannya. (Ibrahim, danRatih, 2014)
Pertumbuhan dan perkembangan ini dipengaruhi oleh pola asuh yang
dilakukan orangtua. Pola asuh ialah praktik pengasuhan yang diterapkan kepada anak
balita dan pemeliharaan kesehatannya serta erat kaitannya dengan tumbuh kebang
anak di masa yang akan datang. (Munawaroh, 2015)

Usia 24-59 bulan merupakan usia rentan anak mudah terkena penyakit.
Malnutrisi merupakan kelainan gizi yang terdapat pada anak dan dibedakan menjadi 2
yaitu overnutrition dan undernutrition. Overnutrition adalah keadaan tubuh akibat
mengkonsumsi zat gizi melebihi kebutuhan tubuh, undernutrition adalah keadaan
kurang mengkonsumsi zat gizi yang tidak cukup bagi tubuh. (Hidayati, Hanifah,
Sary. 2019)

Secara global hampir 200 juta anak umur dibawah 5 tahun mengalami
stunting, 340 juta balita mengalami kurang gizi, dan 40 juta anak umur dibawah 5
tahun mengalami kelebihan berat badan. Di Asia Tenggara terdapat 17,2 % balita
mengalami gizi buruk. (UNICEF, 2019)
Tahun 2018 di Indonesia terdapat status gizi buruk yang berjumlah 3,9%,
kasus gizi kurang sebanyak 13,8%, dan balita yang status gizinya normal berjumlah
82,3% berdasarkan indeks BB/U. Sedangkan balita yang sangat pendek berjumlah
11,5%, pendek 19,3% dan normal 69,2% berdasarkan indeks TB/U. Balita dengan
status gizi sangat kurus 3,5%, kurus 6,7%, normal 81,8% dan gemuk berjumlah 8,0%.
(Riskesdas,2018).

Di Provinsi Sulawesi utara ada 39 kasus gizi buruk pada tahun 2015, dan
terdapat 1 kasus gizi buruk di Kabupaten Minahasa, bedasarkan data dari Dinas
Kesehatan Provinsi Sulut UPTD Balai Data Surveilans dan SIK.

Di desa Kalasey Satu terdapat 93 anak usia 24-59 bulan dan menurut data
yang didapat dari Puskesmas Tateli ada 3 balita yang mengalami gizi kurang.(Data
Profil Puskesmas Tateli, 2019).
Penelitian sebelumnya dari Maki (2019) menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara pola asuh dengan status gizi anak dalam hal praktik pemberian
makan pada anak menurut indeks BB/U (p = 0,003), TB/U (p = 0,007), BB/TB (p =
0,015). (Maki, 2019)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Agow (2018) mengenai pola asuh


dengan status gizi pada balita menunjukkan terdapat hubungan antara praktik
pemberian makan anak dengan status gizi menurut TB/U. (Agow, 2018)

Penelitian juga dilakukan oleh Waani (2019) hasil penelitiannya menyatakan


terdapat hubung anantara pola asuh ibu dengan status gizi pada anak dalam hal
praktik perawatan anak dengan status gizi menurut indeks BB/TB di desa Tateli
Weru. (Waani, 2019)

Desa Kalasey Satu merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan
Mandolang, Kabupaten Minahasa dengan letak geografisnya ada di pesisir pantai,
yang terdiri dari enam jaga dengan luas lahan153 Ha.Memiliki perekonomian yang
rendah hal tersebut membuat nutrisi anak tidak terpenuhi dengan baik . (Profil Desa
Kalasey 2019)

Berdasarkan hal di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian


mengenai hubungan antara pola asuh ibu dengan status gizi anak usia 24-59 bulan di
Desa Kalasey Satu Kecamatan Mandolang Kabupaten Minahasa.

1. 2 RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah
ada hubungan pola asuh ibu dengan status gizi anak usia 24-59 bulan di Desa Kalasey
Satu Kecamatan Mandolang Kabupaten Minahasa?
1.3 TujuanPenelitian
1.3.1 TujuanUmum
Untuk mengetahui hubungan polaasuh ibu dengan status gizi anak usia24-59 bulan di
Desa Kalasey Satu Kecamatan Mandolang Kabupaten Minahasa.
1.3.2 TujuanKhusus

1. Untuk mengetahui gambaran pola asuh dalam hal ini praktik pemberian makan dan
praktik merawat anak usia 24-59 bulan di Desa Kalasey Satu Kecamatan Mandolang
Kabupaten Minahasa.

2.Untuk mengetahui gambaran status gizi anak usia 24-59 bulan di Desa Kalasey
Satu Kecamatan Mandolang Kabupaten Minahasa.

3. Untuk menganalisis hubungan antara praktik pemberian makan dengan status gizi
anak usia 24-59 bulan di Desa Kalasey Satu Kecamatan Mandolang Kabupaten
Minahasa.

4. Untuk menganalisis hubungan antara praktik merawarat anak dengan status gizi
anak usia 24-59 bulan di Desa Kalasey Satu Kecamatan Mandolang Kabupaten
Minahasa.

1.4 Manfaat Penelitian


a. Manfaat Teoritis :
1. Menambah pengetahuan di bidang kesehatan masyarakat khususnya di bidang
gizi.
2. Menjadi tempat pengetahuan yang didapat selama kuliah di Fakultas Kesehatan
Masyarakat.
b. Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan bagi peneliti selanjutnya.
2. Hasil penelitian dapat menambah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa.
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pustaka.
c. Manfaat Kebijakan :
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan yang dapat memberikan
informasi juga menjadi bahan untuk penyusunan atau promosi kesehatan terkait pola
asuh ibu dengan status gizi pada anak di Desa Kalasey Satu Kecamatan Mandolang
Kabupaten Minahasa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Status gizi

2.1.1 Definisi

Status gizi adalah keadaan dimana tubuh yang menjadi interaksi antara asupan energi
dan protein serta zat gizi esensial lainnya dalam keadaan tubuh yang sehat.Status gizi
merupakan ekspresi dari keseimbangan zat gizi dengan kebutuhan tubu, yang
diwujudkan dalam bentuk bagian tertentu. Ketidak seimbangan zat gizi dengan
kebutuhan tubuh akan menyebabkan kelainan patologi bagi tubuh manusia. Keadaan
demikian disebut malnutirition.Secara umum, bentuk kelainan gizi digolongkan
menjadi 2 yaitu overnutrition (kelebihan gizi atau obesitas) dan undernutrition
(kekurangan gizi) (Hidayati T, Hanifa I, dan Sary Y. 2019).

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu atau perwujudan nutritute dalam bentuk variabel tertentu.Status gizi
merupakan bukti seberapa jauh perhatian manusia terhadap kecukupan gizi bagi
tubuh.Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan,
dan penggunaan makanan yang susunan makanannya memenuhi kebutuhan gizi pada
tubuh umumnya dapat menciptakan status gizi yang memuaskan.Status gizi optimal
merupakan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan gizi.Dengan demikian asupan
zat gizi mempengaruhi status gizi seseorang.Selain asupan zat gizi infeksi juga ikut
mempengaruhi.(Adriani dan Wirjatmadi, 2014).

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan
dan penggunaan zat gizi dimana zat gizi sangat dibutuhkan oleh tubuh sebagai
sumber energy, pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh, serta pengatur proses
tubuh. Status gizi anak dapat diukiur berdasarkan pengukuran antropometri yang
terdiri dari umur, berat badan (BB), dan tinggi badan (TB). Umur sangat berperan
dalam menentukan status gizi anak, kesalahan dalam menentukan bias menyebabkan
interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi
badan yang akurat, menjadi tidak berarti jika tidak disertai dengan penentuan umur
yang tepat (Septikasari, 2018).

2.1.2 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi dibagi menjadi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung.
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu
antropometri, klinis, biokimia,dan biofisik. Sedangkan penilaian status gizi secara
tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga penilaian yaitu survei konsumsi makanan,
statistik vital dan faktor ekologi (Triwibowo & Pusphandani, 2015).

Secara umum, status gizi dapat dikatakan sebagai fungsi kesenjangan gizi,
yaitu selisih antara konsumsi zat gizi dengan kebutuhan zat gizi tersebut.
Kesenjangan gizi bermanifestasi menurut tingkatannya, sebagai berikut :

a. Mobilisasi cadangan zat gizi, yaitu upaya menutup kesenjangan yang masih
kecil dengan menggunakan cadangan gizi dalam tubuh.
b. Deplesi jaringan tubuh yang terjadi jika kesenjangan tersebut tidak dapat
ditutupi dengan pemakaian cadangan.
c. Perubahan biokimia, suatu kelainan yang terlihat dalam cairan tubuh.
d. Perubahan fungsional, yaitu kelainan yang terjadi dalam tata kerja faali.
e. Perubahan anatomi, suatu perubahan yang bersifat lebih menetap (Hidayati,
Hanifa, dan Sary, 2019)

Penilaian status gizi anak dapat diukur berdasarkan pengukuran antropometri


yang terdiri dari variable umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Umur sangat
memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan
menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan
maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan
penentuan umur yang tepat (Septikasari, 2018).
2.1.3 Antropometri

Secara umum antorpometri artinya ukuran tubuh manusia,ditinjau dari sudut pandang
gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
(Adriani dan Wirjatmadi, 2014).

1. Berat Badan menurut umur (BB/U)

Berat badan merupakan parameter yang memberikan gambaran massa tubuh.


Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan yang mendadak, seperti adanya
penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan
yang dikonsumsi.Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat
labil.Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan
antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang
mengikuti pertambahan umur. Sebaiknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat
2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau
lebih lambat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran
status gizi. Berikut ini merupakan klasifikasi status gizi berdasarkan indicator
BB/U :

- Gizi buruk : Z-score < -3,0 SD


- Gizi kurang : Z-score > -3,0 s/d Z-score < 2,0 SD
- Gizi baik : Z-score > -2,0 s/d Z-score < 2,0 SD
- Gizi lebih : Z-score > 2,0 SD

Pemantauan pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan


menurut umur dapat dilakukan dengan menggunakan kurva pertumbuhan atau resiko
kekurangan dan kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan
tindakan pencegahan secara lebih cepat sebelum masalah lebih besar.
2. Tinggi badan menurut umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan


pertumbuhan skeletal.Dalam keadaan normal, pertumbuhan tinggi badan sejalan
dengan pertumbuhan umur.Tidak seperti berat badan, pertumbuhan tinggi badan
relative kurang sensitif terhadap masalah kurang gizi dalam waktu yang pendek.
Sehingga pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan Nampak dalam
waktu yang relatif lama. Dengan demikian maka indikator TB/U lebih tepat untuk
menggambarkan pemenuhan gizi pada masa lampau.Indikator TB/U sangat baik
untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan
berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita.Selain itu indikator
TB/U berhubungan dengan status social ekonomi dimana indikator tersebut dapat
memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan serta
akibat perilaku tidak sehat yang bersifat menahun. Berikut ini merupakan
klasifikasi status gizi berdasarkan TB/U :

- Sangat pendek : Z-score < -3,0 SD


- Pendek : Z-score > -3,0 s/d Z-score < -2,0 SD
- Normal : Z-score > -2,0 SD
- Tinggi : Z-score > 2,0 SD
3. Berat badan menurut Tinggi badan (BB/TB)

BB/TB merupakan indikator pengukuran antropometri yang paling baik, karena


dapat menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitive dan spesifik.
Berat badan berkorelasi linier dengan tinggi badan, artinya perkembangan berat
badan akan diikuti oleh pertambahan tinggi badan. Oleh karena itu, berat badan
yang normal akan proporsional dengan tinggi badannya. Berikut ini merupakan
klasifikasi status gizi berdasarkan indikator BB/TB :

- Sangat kurus : Z-score < -3,0 SD


- Kurus : Z-score > -3,0 s/d Z-score < -2,0 SD
- Normal : Z-score > -2,0 s/d Z-score < 2,0 SD
- Gemuk : Z-score > 2,0 SD

Indikator-indikator diatas merupakan indicator yang digunakan dalam menentukan


status gizi anak (Septikasari, 2018).

Menurut UNICEF ada tiga faktor yang mempengaruhi status gizi pada anak yaitu
penyebab langsung, penyebab tidak langsung, dan penyebab mendasar.Terdapat dua
penyebab langsung yang mempengaruhi status gizi, yaitu asupan gizi yang kurang
dan penyakit infeksi.Kurangnya asupan gizi dapat disebabkan karena terbatasnya
jumlah asupan makanan yang dikonsumsi atau makanan tidak memenuhi unsur gizi
yang yang dibutuhkan.Sedangkan infeksi menyebabkan rusaknya beberapa fungsi
organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik.Penyebab
tidak langsung yang mempengaruhi status gizi yaitu tidak cukup pangan, pola asuh
yang tidak memadai, sanitasi air bersih, dan pelayanan kesehatan yang tidak
memadai.Penyebab mendasar atau akar masalahnya yaitu terjadinya krisis ekonomi,
politik dan sosial termasuk bencana alam, yang mempengaruhi ketersediaan pangan,
pola asuh dalam keluarga dan pelayanan kesehatan serta sanitasi yang memadai, yang
akhirnya mempengaruhi status gizi anak (UNICEF 2010).

2.2 Pola Asuh

Pola asuh adalah waktu untuk mendampingi anak ketika makan dan pengetahuan ibu
tentang kebersihan dilihat dari ibu yang selalu mencuci tangan sebelum
mempersiapkan makanan dan mengolah makanan.Pola asuh meliputi
perhatian/dukungan ibu terhadap anak, pemberian ASI atau makanan pendamping
anak, rangsangan psikososial, praktek kebersihan dan perawatan anak (Palviani I,
2014).

Pola asuh yang telah dilakukan oleh ibu kepada anaknya memiliki pengaruh
yang besar dalam membentuk kepribadian anak mereka. Pola asuh yang baik akan
menjadikan kepribadian anak yang baik pula untuk menjadi pribadi yang mempunyai
tata karma, sopan santun, aturan, norma agama dan moral serta etika yang baik lalu
mampu menjalin hubungan interpersonal yang positif (Ahsan, 2016).
Pola pengasuhan anak sebagai penyebab tidak langsung yang mempengaruhi
status gizi anak, didefinisikan sebagai perilaku pengasuhan orang tua yang meliputi
pemberian ASI dan makanan pendamping ASI (MP – ASI), perawatan anak selama
sakit, stimulasi psikososial, pola asuh makan, pola asuh kesehatan. Pola asuh ibu
yang memadai sangat penting tidak hanya bagi daya tahan anak tetapi juga
optimalnya perkembangan fisik dan mental anak serta kondisi kesehatan anak. Pola
asuh makan sebagai bagian dari pola asuh orangtua menjadi daar kecukupan gizi bagi
anak (Proboningrum, 2016).

Pola asuh merupakan interaksi yang terjadi diantara ibu dan anak.Semakin
eratnya interaksi ibu dan anak, maka semakin baik kualitas dan kuantitas peranan ibu
dalam mengasuh anak.Hal tersebut karena pola asuh merupakan indikator atas peran
ibu dalam mengasuh anak.Kasih saying merupakan kebutuhan dasar yang dapat
membantu pertumbuhan yang sempurna dalam tahap tumbuh kembang anak (Adriani
dan Wirjatmadi, 2014).

2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh ibu, yaitu :

1. Pendidikan orangtua

Pengetahuan tentang gizi orang tua dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
diantaranya adalah umur diamana semakin tua umur maka proses perkembangan
mentalnya menjadi baik, intelegensi atau kemampuan untuk belajar dan berpikir
abstrak untuk menyesuaikan diri dalam situasi baru, kemudian lingkungan dimana
seseorang belajar akan hal-hal baik juga buruk tergantung pada sifat kelompok,
budaya yang memegang peran penting dalam pengetahuan, pendidikan merupakan
hal yang mendasar untuk mengembangkan pengetahuan, dan pengalaman yang
merupakan guru terbaik dalam mengasah pengetahuan (Notoatmodjo, 2012).
2. Tingkat pendapatan keluarga

Keadaan ekonomi keluarga lebih mudah diukur dan berpengaruh besar pada konsumsi
pangan, dimana konsumsi pangan pada balita ditentukan dari pola asuh gizi, terutama
pada keluarga golongan miskin. Hal ini disebabkanpenduduk golongan miskin
menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan makanan.
Dua pengaruh ekonomi yang cukup dominan sebagai determinan pola asuh gizi adalah
pendapatan keluarga dan harga (baik harga pangan maupun harga komoditas
kebutuhan dasar). Perubahan pendapatan dapat mempengaruhi pola asuh gizi yang
secara langsung mempengaruhi konsumsi pangan pada balita. Meningkatnya
pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan
kuantitas yang lebih baik. Sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan
penurunan dalam hal kualitas dan penurunan kuantitas pangan yang dibeli.( Pratama
dan Zain, 2012 )

3. Membimbing Anak
Bimbingan anak adalah kegiatan keluarga yang sangat penting, karena anak
merupakan komponen dari generasi penerus yang akan melanjutkan kehidupan
keluarga dan kehidupan masyarakat yang akan juga melestarikan kebudayaan yang
diteruskannya. Membimbing anak diartikan memberi kesempatan kepada anak
mengembangkan pertumbuhan jasmani maupun bakatnya didalam batas-batas
kebudayaan masyarakat yang ada, serta mengekspresikan kemampuannya
semaksimal mungkin untuk kepentingan anak itu sendiri dan otomatis untuk
kepentingan masyarakatnya.(Ahmad, 2008).
2.2.2 Pemberian ASI dan MP-ASI
a. ASI
Air susu ibu adalah makanan yang baik untuk bayi terutama pada bulan-bulan
pertama, karena ASI memenuhi syarat kesehatan. ASI mengandung nutrisi yang
dapat membangun juga merupakan penyedia energi dalam susunan yang diperlukan.
ASI tidak memberatkan fungsi traktus digestivus dan ginjal serta menghasilkan
pertumbuhan fisik yang optimum.(Adriani dan Wirjatmadi, 2012).
Keunggulan utama ASI dibandingkan susu formula, yaitu memiliki enzim-
enzim yang alami dan sangat berguna bagi pencernaan anak serta kandungan
nutrisinya lengkap. Hal ini menjadikan ASI sebagai makanan yang mudah dicerna
dan diserap oleh tubuh anak bahkan bayi baru lahir. Oleh karena itu orang tua perlu
tahu bebrapa keunggulan ASI sebagai berikut :
1. Mencukupi kebutuhan nutrisi
2. Menambah kecerdasan
3. Menghemat biaya
4. Bagus untuk kesehatan ibu dan anak
5. Membantu mengatur jarak kelahiran
6. Baik untuk kekebalan tubuh
b. MP-ASI
MP-ASI adalah singkatan dari makanan pendamping air susu ibu. Maksudnya adalah
makanan tambahan yang diberikan kepada anak yang masih menyusui dari ibunya.
Kadang ASI hanya dapat dinikmati oleh anak hingga usia 3 bulan atau bahkan kurang
hal ini disebabkan berbagai kendala, misalnya ibunya sibuk bekerja hingga belum
punya waktu untuk menyusui, bisa juga karena kurang baiknya produksi ASI yang
dihasilkan baik secara kualitas maupun kuantitas. Setelah memasuki umur tertentu
umumnya pada usia 6 bulan kebutuhan nutrisi dari anak sudah bertambah saat inilah,
anak mulai memerlukan makanan pendamping ASI. Sebaiknya ibu mulai
mengenalkan pemberian MP-ASI apabila MP-ASI tidak segera diberikan maka krisis
untuk mengenalkan makanan padat yang memerlukan keterampilan mengunyah,
umunya 6-7 bulan dikhawatirkan akan terlewati apabila terjadi maka anak akan
mengalami kesulitan untuk menelan makanan atau akan menolak makan bila diberi
makanan padat. (Sudaryanto, 2014).
2.2.3 Sikap merawat

Sikap merupakan cara seseorang yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya
dapat melihat terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang
dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial (Notoatmodjo, 2012).

2.2.4 Praktik atau tindakan

Suatu sikap optimis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain ada fasilitas (Notoatmodjo, 2007).

Praktik memberi makan pada anak meliputi pemberian ASI, makanan yang
bergizi.Pemberian makanan bergizi dianjurkan untuk anak melalui peran ibu.(Istiany,
2014).

2.3 Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi

Kebutuhan zat gizi anak akan tercukupi dengan diberikannya pola asuh gizi yang baik
dan memadai. Pola asuh gizi anak akan selalu terkait dengan kegiatan pemberian
makan untuk memenuhi kebutuhan gizinya yang akhirnya akan berkontribusi
terhadap status gizi (Istiany, 2014).

Pola asuh pemberian makan merupakan kemampuan orangtua dan keluarga untuk
menyediakan waktu, perhatian dan dukungan dalam memberikan makanan kepada
anaknya.Pola asuh ibu dalam memberikan makan dipengaruhi oleh ketersediaan
pangan dan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi (Loya, 2016).

Pola asuh pemberian makanan oleh orang tua mempunyai hubungan yang
signifikan terhadap status gizi balita. Semakin baik pola asuh yang diberikan maka
semakin baik status gizi balita dan sebaliknya apabila ibu memberikan pola asuh yang
kurang baik dalam pemberian makanan pada balita maka status gizi balita juga akan
terganggu. Terdapat hubungan pola asuh ibu dengan status gizi karena peranan orang
tua sangat berpengaruh dalam keadaan gizi anak, ibu memegang peranan penting
dalam pertumbuhan pada anak, asuhan orang tua terhadap anak mempengaruhi
tumbuh kembang anak melalui kecukupan makanan dan keadaan kesehatan
(Munawaroh, 2015).

Adanya hubungan pola asuh ibu dengan status gizi anak dikarenakan peranan
orangtua sangat berpengaruh terhadap status gizi anak, pola asuh memegang peranan
penting dalam terjadinya gangguan pertumbuhan pada anak, asuhan ibu terhadap
anak juga mempengaruhi tumbuh kembang anak melalui kecukupan nutrisi dalam
makanan yang disiapkan (Manumbalang, 2017).
2.4 Kerangka Teori

STATUS GIZI

Penilaian Status Gizi Antropometri

Pola asuh

Pendidikan orangtua, Tingkat pendapatan, dan


membimbing anak

Pemberian ASI dan


Sikap Merawat Praktek atau tindakan
MP-ASI
METODE
METODE
METODE PENELITIAN
PENELITIAN
PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
3.1 Jenis
3.1 Jenis Jenis penelitian ini
Penelitian
Penelitian adalah penelitian
Jenis penelitian ini
Jenis penelitian observasional analitik
adalah penelitian
2.5 Kerangka Konsep

Variabel Bebas

Pola Asuh Variabel Terikat

Praktek Merawat Anak STATUS GIZI

Praktek Pemberian
Makan

2.6 Hipotesis
1) Terdapat hubungan antara pola asuh dengan status gizi pada anak usia
24-59 bulan di Desa Kalasey Satu Kecamatan Mandolang Kabupaten
Minahsa.
2) Terdapat hubungan antara praktek merawat anak usia 24-59 bulan dengan
status gizi (BB/U) di Desa Kalasey Satu Kecamatan Mandolang
Kabupaten Minahasa.
3) Terdapat hubungan antara praktek pemberian makan anak usia 12-36
bulan dengan status gizi (BB/U) di Desa Kalasey Satu Kecamatan
Mandolang Kabupaten Minahasa.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitikdengan menggunakan
desain atau rancangan penelitian potong lintang (cross sectional).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat
Penelitian ini dilakukan di Desa Kalasey Satu Kecamatan Mandolang Kabupaten
Minahasa.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulanJanuari-Februari 2020.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh anak usia 24-59 bulan di Desa Kalasey Satu
Kecamatan Mandolang Kabupaten Minahasa berjumlah 90 anak dan penelitian ini
menggunakan jenis total sampling yang berarti seluruh populasi dijakan sampel
penelitian.
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.4.1. Kriteria Inklusi
1. Ibu bersedia menjadi responden.
2. Ibu yang berdomisilidiDesaKalaseySatu.
3. Anak yang diasuhsendiriolehibunya.
4. Ibusehatjasmanidanrohani.
3.3.2. Kriteria Eksklusi
1. Anak yang sakitdancacat yang mempengaruhi BB dan TB.
3.5 Variabel Penelitian

Variabel Bebas : Pola Asuh Ibu

Variabel Terikat : Status Gizi


3.6 Definisi Operasional

Skala
No. Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran Klasifikasi
Data
1. Status Status Beratbadanadalah Status gizi berdasarkan Ordinal
gizi gizimenggunakanpengukura ukuranmasatubuha indikator berat badan
nkeadaanfisikpadaanakbalit nak yang menurut umur (BB/U)
adenganmelakukanpenguku ditentukandenganc 1. Gizi kurang, bila
ranantropometri (BB/U), arapenimbanganm nilai Z-
(PB/U), (BB/PB) enggunakantimba Scoretidakterletakant
sesuaidenganStandartAntro ngan digital merek ara -3 SD sampai< -2
pometriPenilaian Status GEA SD
Gizi RI denganangkaketeli 2. Gizi baik, bila nilai
NO:1995/KEMENKES/SK/ tian 0,1 Kg. Z-Score
XII/201 terletakantara-2 SD
Panjangbadanadal sampai 2 SD
ahukurantinggitub 3. Gizi lebih, bila nilai
uhanak yang Z-Score > 2 SD
ditentukandenganc 4. Giziburuk, bilanilai
arapengukuranme Z-Score <-3 SD
nggunakanalatmic Status gizi berdasarkan
rotoisdenganangka indikator panjang badan
ketelitian 0,1 cm. menurut umur (TB/U)
a. Pendek, bila nilai Z-
Scoreterletakantara -
3 SD sampai -2 SD
b. Normal, bila nilai Z-
Scoreterletakantara-2
SD sampai 2 SD
c. Tinggi, bila nilai Z-
Score >2 SD
d. Sangatpendek,
bilanilai Z-score <-3
SD
Status gizi berdasarkan
indikator berat badan
menurut panjang badan
(BB/TB)
1. Kurus, bila nilai Z-
Scoreterletakantara -
3 SD sampai-2 SD
2. Normal, bila nilai Z-
Scoreterletakantara -
2 SD sampai 2 SD
3. Gemuk, bila nilai Z-
Score >2 SD
4. Sangatkurus,
bilanilai Z-Scrore<-3
2. Pola Pola asuh Wawancara Praktik merawat anak Nominal
asuh ibu merupakanntindakanorangtu dengan menggunakan kuesioner
aterhadapanaknyadengancar menggunakan yang terdiri dari 15
amemperlihatkankasihsayan kuesioner pertanyaan dengan skor
gorangtua, pertanyaan yaitu :
polapemberianmakan yang A. Ya : skor 2
baikdanpraktikpemberianma B. Tidak : skor 1
kandenganmemberikannutri Jumlah keseluruhanskor
siseimbang, adalah 30. Dari hasil
rangsanganpsikososisalterha penjumlahan skor
dapanaksertapraktikhigyene pertanyaan akan
sanitasidalamkeluarga. dikategorikan sebagai
1. Praktik merawat anak berikut :
1. Baik : apabila skor
<nilai mean
2. Kurang baik : apabila
skor <nilai mean
Katergoripemberianskor
didapatdarijumlahskorni
laitertinggiditambahnila
iterendahdibagidua.
30+20
Sehingga = 25
2

Praktikpemberianmaka
2. Praktek pemberian
nmenggunakankuesione
r yang terdiridari 15
pertanyaandengan 2
pilihanjawaban,
jikapertanyaanpositif
diberikanskoryaitu :
2 Ya : skor 2
3 Tidak : skor 1
Pertanyaannegatif
diberikanskor :
1. Ya : skor 1
2. Tidak : skor 2
Jumlahkeseluruhansko
radalah 30
darihasilukurpraktikpe
mberianmakanyaitu :
4. Kurangbaik :
Apabilaskor<26
5. Baik :
Apabilaskor> 26
Kategoripemberiansko
rdidapatdarijumlahskor
nilaitertinggiditambah
nilaiterendahdibagidua
.
30+22
Sehingga = 26
2

1.

3.7 Pengumpulan Data


- Data Primer : Data yang di ambil secara langsung dari responden dengan
wawancara menggunakan kuesioner.
- Data sekunder : Data jumlahanakusia 24-59 bulandiDesaKalaseySatu yang
diambildariPuskesmasTateli.
3.8 Instrumen Pengumpulan data
Instrumen Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Lembar kuesioner yang sudah diuji validitasnya dan pernah digunakan oleh Agow
M.S dalam penelitiannya tahun 2018. Kuesioner ini diartikan sebagai daftar
pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, dimana responden dalam wawancara
tinggal memberikan jawaban.
2. Pengukuran tinggi badan menggunakan alat ukur mikrotois merek gea dengan
kapasitas panjang 200 cm tingkat ketelitian 0,1 cm.
3. Pengukuran berat badan menggunakan alat timbangan digital merek gea dengan
kapasitas 120 kg tingkat ketelitian 0,1 kg.
a. Tahapan penelitian
1. TahapPersiapan
a. Membuat surat izin penelitian
b. Mengkordinasikan jadwal dengan pemerintah desa untuk mengambil data
c. Menyiapkan lembar kesediaan menjadi responden
d. Menyiapkan alat yang akandigunakan yaitu timbangan dan mikrotois
e. Menyiapkan kuesioner identitas responden
f. Menyiapkan alat tulis menulis
2. TahapPelaksanaan
Pada tahapan pelaksanaan meliputi pengukuran variabel dengan melaksanakan
wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner.
Prosedur pelaksanaan penelitian ini sebagai berikut :
a. Peneliti menjelaskan menengenai penelitian ini dengan calon responden
b. Memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden
c. Jika bersedia maka langsung dilakukan wawancara terhadap responden
berdasarkan kuesioner yang telah dibuat sebelumnya.
d. Pengukuran tinggi badan anak menggunakan microtoise
1. Pilih bidang vertikal yang datar
2. Pasang mikrotoise pada bidang tersebut dengan kuat dengan cara
meletakannya didasar bidang / lantai, kemudian tarik ujung meteran hingga 2
meter ke atas secara vertikal / lurus hingga microtoise menunjukan angka nol
3. Pasang penguat seperti paku dan lakban pada ujung agar posisi alat tidak
bergeser
4. Mintalah subjek yang akan diukur untuk melepaskan alas kaki (sepatu dan
kaos kaki) dan melonggarkan ikatan rambut (bila ada)
5. Persilahkan subjek untuk berdiri tepat dibawah microtoise
6. Pastikan subjek berdiri tegap, pandangan lurus kedepan, kedua lengan
berada disamping, posisi lutut tegak / tidak menekuk, dan telapak tangan
menghadap ke paha (posisi siap).
7. Catatlah hasil dari pengukuran tinggi badan.
e. Pengukuran berat badan menggunakan timbangan digital :
4) Letakan timbangan pada bidang yang rata dan tidak miring.
5) Mintahlah subjek yang akan ditimbang untuk melepaskan alas kaki
(sepatu dan kaos kaki).
6) Persilahkan subjek untuk naik keatas timbangan,
7) Pastikan subjek berdiri tegap, pandangan lurus kedepan, kedua lengan
berada disamping, posisi lutut tegap, telapak tangan menghadap kepaha (
posisi sikap sempurna).
8) Catatlah hasil dari pengukuran berat badan.
C. Tahap Penyelesaian
Sebagai tahap penyelesaian yaitu memeriksa kembali data-data yang telah
terkumpul untuk memastikan semua data sudah lengkap, selanjutnya data-data
tersebut diolah dan dianalisis.
3.9 Pengolahan Data
1. Pengolahan data
1. Editing (penyunting data), yaitu rekapitulasi semua data pengukuran responden
atau pemeriksaan kembali data yang dikumpulkan.
2. Coding(pengkodean), yaitu melakukan pengkodean jawaban dari responden.
3. Data entry, yaitu memasukan jawaban-jawaban responden dalam bentuk kode
(angka dan huruf) kedalam program atau software komputer.
4. Data Cleaning (pembersihan data), yaitu kegiatan pengecekan kembali untuk
melihat kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya
untuk kemudian dilakukan koreksi.

2. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis data univariat untuk mengetahui dan mendeskripsikan karakteristik setiap
variable penelitian yang meliputi praktik merawat anak dan praktik pemberian
makan pada anak yang disajikan dalam table distribusi frekuensi.
2. Analisis bivariat
Analisis data bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas
(pola asuh ibu) dan variabel terikat (status gizi), denganmenggunakanuji chi-
square.

Anda mungkin juga menyukai