Anda di halaman 1dari 3

Masa remaja merupakan suatu masa transisi dari masa kanak-kanak kemasa

dewasa dengan batasan usia 13-18 tahun. Remaja rentan mengalami masalah gizi
karena merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai
dengan perubahan fisik fisiologis dan psikososial. Disamping itu kelompok ini berada
pada fase pertumbuhan yang pesat (growth spurt) sehingga dibutuhkan zat gizi yang
relatif lebih besar jumlahnya. Gizi pada masa remaja penting sekali untuk diperhatikan,
Masa remaja perubahan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Masa ini terjadi
perubahan secara fisik, mental maupun sosial. Hal tersebut menyebabkan
permasalahan yang sering terjadi dikalangan remaja adalah kelebihan berat badan (over
weight), kurang berat badan (underweight) dan pola makan yang salah (Noviyanti,
2017).
Remaja masuk ke dalam fase pertumbuhan cepat kedua dan selanjutnya
pertumbuhan fisik menurun saat masuknya usia dewasa muda. Oleh karena itu, remaja
membutuhkan makanan yang adekuat tidak hanya dari segi kuantitas tapi juga dari segi
kualitas. Semakin bervariasi atau beraneka ragam makanan yang dikonsumsi remaja
akan dijamin terpenuhinya kecukupan zat gizi yang selanjutnya akan berdampak pada
status gizi dan kesehatannya (Purnakarya dan Azrimaidaliza, 2011).
Status gizi merupakan ukuran keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi untuk anak dan penggunaan zat-zat gizi yang diindikasikan dengan berat
badan dan tinggi badan anak. Kebutuhan gizi untuk remaja sangat besar
dikarenakan masih mengalami pertumbuhan. Remaja membutuhkan energi/kalori,
protein, kalsium, zat besi, zinc dan vitamin untuk memenuhi aktifitas fisik seperti
kegiatan-kegiatan disekolah dan kegiatan sehari-hari. Setiap remaja menginginkan
kondisi tubuh yang sehat agar bisa memenuhi aktifitas fisik. Konsumsi energi
berasal dari makanan, energi yang didapatkan akan menutupi asupan energi yang
sudah dikeluarkan oleh tubuh seseorang. Banyak remaja tidak mementingkan
antara asupan energi yang dikeluarkan dengan asupan energi yang masuk, hal
ini akan mengakibatkan permasalahan gizi seperti pertambahan berat badan atau
sebaliknya jika energi terlalu banyak keluar akan mengakibatkan kekurangan gizi
(Mardalena, 2017).
Pola makan pada dasarnya merupakan variabel yang secara langsung
berhubungan dengan status gizi. Pola makan diketahui dengan banyak cara antara lain
dengan menilai frekuensi penggunaan bahan makanan dan asupan gizi. Frekuensi
penggunaan bahan makanan lebih cenderung pada pemilihan bahan makanan untuk
dikonsumsi setiap hari sedangkan asupan gizi adalah akibat langsung dari sebuah
aktifitas memilih makanan untuk dikonsumsi. Pola makan remaja akan menentukan
jumlah zat-zat gizi yang diperlukan oleh remaja untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Jumlah makanan yang cukup sesuai dengan kebutuhan akan
menyediakan zat-zat gizi yang cukup pula bagi remaja guna menjalankan kegiatan fisik
yang sangat meningkat. Pada kondisi normal diharuskan untuk makan 3 kali dalam
sehari dan keseimbangan zat gizi (Noviyanti, 2017).
Salah satu hal yang dapat mempengaruhi pola makan adalah pengetahuan gizi.
Pengetahuan gizi merupakan pemahaman seseorang mengenai gizi seimbang yang
diperlukan oleh tubuh sehingga dapat 5 menjaga kesehatan secara optimal. Seseorang
yang memiliki pengetahuan gizi baik diharapkan memiliki asupan zat gizi yang baik pula.
Pengetahuan gizi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi perilaku makan
seseorang. Perilaku makan berkaitan dengan konsumsi makanan yang mencakup
pemilihan jenis makanan, kebiasaan makan, pola makan, frekuensi makan dan asupan
energi. Masalah yang terkait dengan perilaku makan yang utama adalah mengenai
kurangnya asupan zat gizi terutama asupan energi dalam sehari (Bening S, 2014).
Hasil Riset Kesehatan Dasar presentasi remaja (umur 13-15 tahun) menurut
status gizi (TB/U) di Provinsi Sulawesi Barat ada 9,99% remaja dengan kategori status
gizi sangat pendek, 31,85% status gizi pendek, dan 58,16% status gizi normal
sedangkan presentasi remaja menurut status gizi (IMT/U) diprovinsi Sulawesi Barat ada
1,00% remaja dengan kategori status gizi sangat kurus, 6,91% dengan kategori status
gizi kurus, 79,90% dengan status gizi normal, 8,54% dengan kategori status gizi gemuk
dan 3,66% dengan kategori status gizi obesitas (Riskesdas,2018).
Presentasi status gizi remaja umur 13-15 tahun menurut status gizi (TB/U) di
Kota Mamuju 11,15% dengan kategori status gizi sangat pendek, 33,88% dengan
kategori status gizi pendek, dan 54,97% dengan kategori status gizi normal. Menurut
status gizi (IMT/U) remaja di Kota Mamuju 0,67% dengan kategori status gizi sangat
kurus, 7,02% kategori status gizi kurus, 76,57% kategori status gizi normal, 11,42%
dengan kategori status gizi gemuk, dan 4,32% dengan kategori status gizi obesitas
(Riskesdas, 2018).
Salah satu faktor yang mempengaruhi gizi pada remaja adalah pengetahuan
tentang gizi yang berdampak pada status gizi remaja . Berdasarkan masalah tersebut
peneliti tertarik dan terdorong untuk mengadakan penelitian “Gambaran Pengetahuan
Gizi Seimbang, Pola Makan dan Status Gizi pada Remaja di SMPN 1 Mamuju tahun
2023”.

Masalah gizi yang timbul pada usia sekolah khususnya remaja dipicu oleh
beberapa faktor seperti kebiasaan makan yang buruk, pemahaman gizi yang salah,
kesukaan yang berlebihan terhadap satu jenis makanan, promosi yang berlebihan
tentang produk makanan di media masa dan maraknya produk impor makanan.
Pengetahuan pangan dan gizi juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
status gizi sehingga diperlukan pendidikan gizi secara formal maupun non formal
(Sulistyoningsih, 2012).
Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi
dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan
prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan memantau
berat badan secara teratur dalam rangka mempertahankan berat badan normal untuk
mencegah masalah gizi (Kemenkes RI, 2014).
Masalah gizi seimbang di Indonesia masih merupakan masalah yang cukup
berat. Pada hakikatnya berpangkal pada keadaan ekonomi yang kurang dan
terbatasnya pengetahuan tentang gizi. Pengetahuan gizi akan mempengaruhi kebiasaan
makan atau perilaku makan suatu masyarakat. Apabila penerimaan perilaku baru
didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut
dapat berlangsung lama. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak disadari oleh pengetahuan
dan kesadaran tidak akan berlangsung lama. Seperti halnya juga pada remaja apabila
mempunyai pengetahuan yang baik tentang gizi diharapkan mempunyai status gizi yang
baik pula (Notoatmodjo, 2007).

Anda mungkin juga menyukai