OLEH :
MANADO 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
I. KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Tumor adalah suatu benjolan atau struktur yang menempati area tertentu pada tubuh, dan
merupakan neoplasma yang dapat bersifat jinak atau ganas (FKUI,2008 : 268).
Sedangkan Kanker adalah suatu penyakit yang di tandai dengan pembagian sel yang tidak
teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik
dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi
sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan
kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel dan
fungsi lainnya (Gale, 2000 : 177).
Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal / neoplasma yang
muncul dari jaringan epithelial dari kolon. Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel
kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau rektum. Kanker kolon adalah
pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon dan menginvasi jaringan
sekitarnya( Brunner and Suddarth ,2001: 810 )
Dari beberapa pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa kanker kolon adalah
suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan sehat
di sekitar kolon (usus besar).
B. ETIOLOGI
Penyebab dari kanker kolon antara lainnya :
1) Diet
Makanan yang mengandung zat kimia menyebabkan kanker pada usus besar.
Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada perut, yang mempercepat
usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang tinggi lemak trutama lemak
hewan dari daging merah, menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob,
menyebabkan timbulnya kanker di dalam usus besar. Diet dengan karbohidrat murni
yang mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat mengurangi waktu peredaran
dlam usus besar. Beberapa kelommpok menyarankan diet yang mengandung sedikit
lemak hewan dan tinggi sayuran & buah-buahan (e.g Mormons, seventh Day
Adventists).
Makanan yang harus di hindari :
Daging merah, lemak hewan, makanan berlemak, daging atau ikan goreng
panggang, karbohidrat yang di saring (example: sari yang di saring).
Makanan yang harus di konsumsi
Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan
kubis (seperti brokoli, brussels sprouts), butir padi yang utuh, cairan cukup
2) Kelainan kolon
Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.
Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna karsinoma.
Kondisi ulserative : penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko
terkena karsinoma kolon.
3) Genetik
Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon mempunyai
frekuensi 3 ½ kali lebih banyak dari pada anak-anak yang orang tuanya sehat.
C. PATOFISIOLOGI
1) Anatomi fisiologi kolon
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi
utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon tediri dari
kolon menanjak (ascending), kolon melintang transverse), kolon menurun
(descending), sigmoid, dan rektum. Bagian kolon dari usus buntu hingga
pertengahan kolon melintng sering di sebut dengan “kolon kanan”, sedangkan
bagian sisanya serng di sebut dengan “kolon kiri” .
2) Perubhan patologi
Karsinoma kolon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor
ini tumbuh tidak terdeteksi sampai gejala-gejala muncul secara perlahan dan tampak
membahayakan. Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode. Tumor mungkin
menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di perut, mencapai serosa dan
mesenterikfat, kemudian umor ini mulai mendekat pada organ yang ada di
sekitarnya, kemudian meluas ke dalam lumen pada usus besar atau menyebar ke
limfa atau pada sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi ini langsumg masuk dari tumor
utama melewati pembuluh darah pada usus besar melalui limfa, setelah sel tumor
masuk pada sistem sirkulasi, biasanya sel bergerak menuju liver. Tempat yang kedua
adalah tampat yang jauh kemudian metastase ke paru-paru.
Kelenjar Adrenalin, Ginjal, Kulit, Tulang, Otak. Penambahan untuk infeksi secara
langsung dan menyebar melalui limfa dan sistem sirkulasi, tumor kolon juga dapat
menyebar pada bagian peritonial sebelum pembedahan tumor di lakukan.
Penyebaran terjadi ketika tumor di hilangkan dan sel kanker dari tumor pecah
menuju ke rongga peritonial.
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut:
A: Kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.
B1: kanker telah meinfiltrasi lapisan muskularis mukosa.
B2: kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.
C1 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu
sampai empat buah
C2 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari lima buah.
D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang
luas dan tidak dapat di operasi lagi.
F. STADIUM KLINIS
Tabel : stadium pada ca. Kolon yang di temukan dengan system TMN
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi perlu di lakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
2) Radiologis
Pemeriksaan radiologis yang dapat di lakukan antara lain adalah foto dada dan
foto kolon ( barium enema). Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat
memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini
menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan
ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi
dengan tes ini. Enema barium secara umum di lakukan setelah sigmoidoscopy dan
colonoscopy.
3) Computer Tomografi (CT)
Membantu memperjelas adanya massa dan luas penyakit. Chest X-ray dan liver
scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis.
4) Histopatologi
Biopsy di gunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis
karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel.
·5) Laboratorium
Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami
perdarahan. Nilai hemoglobin dan hematocrit biasanya turun dengan indikasi
anemia. Hasil tes Gualac positif untuk accult blood pada feces memperkuat
perdarahan pada GI Tract. Pasien harus menghindari daging, makanan yang
mengandung peroksidase (tanaman lobak dan gula bit) aspirin dan vitamin C
untuk 48 jam sebelum diberikan feces spesimen.
·6) Ultrasonografi (USG)
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk
melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan
hati.
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai
berikut ;
a. Pembedahan (operasi)
Operasi adalah penanganan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui
lebih awal dan masih belum metastasis , tetapi tidak menjamin semua sel kanker telah
terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar
jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker.
b. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X,
atau sinar gamma, di fokuskan untuk merusak daerah yang di tumbuhi tumor,
merusak genetik sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak se-sel yang
pembelahan dirinya cepat, antara lain sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung dan
usus, sel darah.. Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan
kehilangan nafsu makan.
c. Kemotherapy
Chemotherapy memakai obat anikanker yang kuat, dapat masuk ke dalam
sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat
chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau di makan, pada
umumnya lebih dari satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek
yang lebih bagus.
d. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari
pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma
ini dapat bersifat sementara atau permanen.
Tujuan Pembuatan Kolostomi adalah.
Untuk tindakan dekompresi usus pada kasus sumbatan / obstruksi usus. Sebagai
anus setelah tindakan operasi yang membuang rektum karena adanya tumor atau
penyakit lain. Untuk membuang isi usus besar sebelum dilakukan tindakan operasi
berikutnya untuk penyambungan kembali usus (sebagai stoma sementara).
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Pengkajian yang dilakukan pada pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan
kesehatan adalah kebiasaan olahraga pada pasien, kemudian diit rendah serat,
selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan klien tentang minum kurang
dari 1.000 cc/hari minimal.
b) Pengkajian mengenai pola nutrisi metabolik pada klien adalah mengenai berat
badan klien apakah mengalami obesitas atau tidak. Selain itu juga perlu dikaji
apakah klien mengalami anemia atau tidak. Pengkajian mengenai diit rendah
serat (kurang makan sayur dan buah) juga penting untuk dikaji.
c) Pengkajian pola eliminasi pada klien adalah mengenai kondisi klien apakah
sering mengalami konstipasi atau tidak. Keluhan mengenai nyeri waktu
defekasi, duduk, dan saat berjalan. Keluhan lain mengenai keluar darah segar
dari anus. Tanyakan pula mengenai jumlah dan warna darah yang keluar.
Kebiasaan mengejan hebat waktu defekasi, konsistensi feces, ada
darah/nanah.
d) Pengkajian pola aktivitas dan latihan pada klien mengenai kurangnya aktivitas
dan kurangnya olahraga pada klien. Pekerjaan dengan kondisi banyak duduk
atau berdiri, selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan mengangkat
barang-barang berat.
e) Pengkajian pola persepsi kognitif yang perlu dikaji adalah keluhan nyeri pada
anus.
f) Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah apakah klien mengalami gangguan
pola tidur karena nyeri atau tidak.
g) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap penyakit. Koping yang
digunakan dan alternatif pemecahan masalah
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan kimia misalnya
penggunaan obat-obat farmasi, hipoksia, lingkungan terapeutik yang terbatas
misalnya stimulus sensori yang berlebihan ; stress fisiologis.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan
cairan tubuh secara oral, pengeluaran integritas pembuluh darah
c. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan, trauma muskuloskletal,
kehancuran yang terus-menerus (misalnya lokalisasi)
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pembedahan.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual /
muntah
f. Konstipasi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat,
kelemahan otot abdomen sekunder akibat mekanisme kanker kolon. Ansietas
berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman terhadap
perubahan status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan orang
yang berarti, krisis stuasi atau krisis maturasi.
Intervensi Keperawatan
1. Perubahan proses Tujuan : Orientasikan R : karena pasien telah
piker meningkatkan kembali pasien meningkat
berhubungan tingkat kesadarn. secara terus- kesadarannya, maka
dengan gangguan Criteria hasil: menerus setelah dukungan dan jaminan
aktivitas dan pasien mampu keluar dari akan membantu
kerja kognitif mengenali pengaruh anastesi ; menghilangkan
(misalnya, keterbatasan diri nyatakan bahwa ansietas.
pikiran sadar, dan mencari operasi telah
orientasi realita, sumber bantuan selesai dilakukan
pemecahan sesuai kebutuhan.
masalah, dan Bicara dengan
penilaian yang pasien dengan
terjadi pada suara yang jelas R : tidak dapat di
individu) dan normal tanpa tentukan kapan pasien
membentak, sadar akan sadar penuh,
penuh akan apa namun sensori
yang di ucapkan pendengaran
merupakan
Gunakan bantalan kemampuan yang
pada tepi tempat pertama kali akan pulih
tidur, lakukan
pengikatan jika R : berikan keamanan
diperlukan bagi pasien selama
tahap darurat,
mencegah terjadinya
cedera pada kepala dan
ekstermits bila pasien
melakukan perlawanan
selama masa
disorientasi
R : kulit yang
dingin/lembab, denyut
yang lemah
mengindikasikan
penurunan sirkulasi
perifer dan di butuhkan
untuk penggantian
cairan tumbuhan.
Berikan
iinformasikan R : pahami penyebab
mengenai sifat ketidaknyamanan ,
ketidaknyamanan, sedangkan jaminan
sesuai kebutuhan emosional
Observasi efek
analgetik R : respirasi mungkin
menurun pada
pemberian narkotik,
dan mungkin
menimbulkan efek-
efek sinergestik dengan
zat-zat anastesi.
R : antibiotik berguna
untuk mematikan
mikroorganisme
patogen pada daerah
yang beresiko terjadi
infeksi
d)Disability :
Kesadaran Motoric Sensoric
Onsedasi (pengaruh obat) Kanan Kiri
GCS : E : 1, M:2 , V:1 . Total 4 11111 111111
Pupil
Ukuran kiri : 2 11111 111111
Ukuran kanan : 2
Refeleks cahaya : ada Penjelasan :
Pasien mengalami penurunan kesadaran
Pengkajian Nyeri Pengkajian resiko jatuh
Verbal Skala : Morse
Pasien mengalami penurunan kesadaran Skor : 80
Penjelasan kualitatif skor :
Beresiko tinggi
Penggunaan sedasi :
Ya
e) Eliminasi :
Urine
Intake (Sebelumnya) Kateter urin
IV : 1000 cc Terpasang : ada
Oral/NGT : - Jenis : kateter folley
Drip : 150cc Karakteristik urine : kuning pekat
Output(Sebelumnya )
Urine : 300 ml
Iwl : 10 x 50 kgbb/24 = 20,8
Balance Cairan :
Kebutuhan cairan actual : +1.179
Bowel
Karakteristik feses (warna ,konsistensi dan Nyeri tekan : tidak tampak nyeri tekan
bau ) Teraba masa : tidak
Klien belum BAB - Status nutrisi :
Hemoroid : tidak ada BB : 50 kg
Asites : tidak tampak asites TB : 161 CM
Stoma : tidak terpasang stoma IMT : 19,5 kg/m
TERAPI OBAT
N DIAGNOSA KEPERAWATAN
O
1 Bersihan Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas din tandai
dengan :
DS: -
DO:
- Pasien mengalami penurunan kesadaran (On sedasi)
- Terdapat sputum didalam mulut dan ETT
- Tampak mengeluarkan secret dari selang ETT
- Tampak cairan secret tertahan di selang ETT
- Bunyi suara paru ronchi
- frekuensi 13x/menit
2 Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi di
tandai dengan:
DS:-
DO:
- Hasil AGD tgl 24 Juni 2021: Ph: 7,36, PcO2: 17,0, Po2:179, Hco3: 9,7
- Pasien tampak pucat
- Pasien penurunan kesadaran (Onsedasi)
- Frekuansi nafas 13 x/m
3 Risiko Perfusi cerebral tidak efektif di tandai dengan
Faktor Risiko
- Hasil AGD tgl 24 Juni 2021: Ph: 7,36, PcO2: 17,0, Po2:179, Hco3: 9,7
- Pasien tampak pucat
- Pasien penurunan kesadaran (Onsedasi)
- Frekuansi nafas 15 x/m TTV : TD:108/66 mmHg,
- N : 69x/m
- Keadaan umum pasien lemah
- Kesadaran Coma
- GCS: E1V1M2
4 Risiko Infeksi ditandai dengan
Faktor Risiko:
- Leukosit 35,9 g/dL
- Terpasang Endotrakeal Tube
- Terpasang Kateter Folley
- Terpasang selang post laparotomy
- Terpasang NGT
- Hb : 9,9 d/dL
DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
3 Risiko Perfusi cerebral tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen Penigkatan Tekana Intrakranial
di tandai dengan keperawatan diharapkan suplai (I.06194)
Faktor Risiko aliran darah ke otak lancar dengan Observasi
- Hasil AGD tgl 24 Juni 2021: kriteria hasil: - Monitor Keadaan Umum dan tanda –
Ph: 7,36, PcO2: 17,0, - Mendemonstrasikan status tanda Vital
Po2:179, Hco3: 9,7 sirkulasi yang ditandai Terapeutik
- Pasien tampak pucat dengan systole dan diastole - Minimalkan Stimulus dengan
- Pasien penurunan kesadaran dalam rentang normal menyediakan lingkungan yang tenang
(Onsedasi) - Mengdemonstrasikan - Berikan Posisi Head up 30 derajat
- Frekuansi nafas 15 x/m TTV kemampuan kognitif yang - Pertahankan oksigenasi
: TD:108/66 mmHg, ditandai dengan - Kolaborasi :
- N : 69x/m berkomunikasi dengan jelas - Kolaborasi pemberian sedasi dan anti
- Keadaan umum pasien dan sesuai dengan konvulsan
lemah kemampuan - menunjukan - Kolaborasi pemberian diuretic osmosis
- Kesadaran Coma perhatian, konsentrasi dan
- GCS: E1V1M2 orientasi
- Menunjukan fungsi sensori
motori cranial yang utuh :
tingkat kesadaran membaik,
tidak ada gerakan involunter
4 Risiko Infeksi ditandai dengan Setelah dilakukan asuhan Pencegahan infeksi(I.14539)
Faktor Risiko:
keperawatan selam 3x 8 jam Observasi
- Leukosit 35,9 g/dL
- Terpasang Endotrakeal Tube diharapkan tingkat infeksi menurun - Monitor adanya demam
- Terpasang Kateter Folley
dengan kriteria hasil: - Monitor tanda dan gejala infeksi dan hasil lab
- Terpasang selang post Tingkat Infeksi (L.14137) Terapeutik
laparotomy
- Tidak ada demam - Batasi jumlah pengunjung
- Terpasang NGT
- Hb : 9,9 d/dL - Tidak terjadi kemerahan,bengka - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
- Hasil Lab membaik dengan pasien dan lingkungan pasien
- Lakukan perawatan ventilator dan personal
Hygiene.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian terapi
C. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
- Memonitor Ventilator
Hasil :
Klien mendapatkan terapi oksigen
lewat ventilator dan ETT
- Memonitor Keadaan Umum dan tanda
–tanda Vital
Hasil: KU : Lemah, TTV : TD: 100/63
mmHg, S: 36,5, N: 63x/m, RR: 17x/m,
SpO2 : 100%