Abstrak
Pendahuluan: Prevalensi masalah status gizi dengan berat badan kurang di Indonesia pada saat ini (19,6%). Berdasarkan
data yang diperoleh, masih ditemukan anak dengan status gizi kurang pada usia 1-3 tahun di wilayah Kalijudan Kota
Surabaya. Pola pemberian makan tepat merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk perbaikan/peningkatan
status gizi dengan cara memenuhi kebutuhan gizi anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan hubungan pola
pemberian makan dengan status gizi anak usia 1–3 tahun di wilayah Kalijudan Kota Surabaya. Metode: Desain penelitian
yang digunakan adalah penelitian cross sectional dengan pola pemberian makan sebagai variabel independen dan status
gizi sebagai variabel dependen. Sampel diambil dari 154 ibu dan anak. Metode sampling menggunakan Consecutive
sampling. Pengumpulan data dengan kuesioner, kemudian analisis data menggunakan Spearman Rho di tingkat signifikansi
α ≤ 0,05. Hasil dan Analisis: Ada hubungan kuat antara pola pemberian makan dengan status gizi (r = 0,640). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pola pemberian makan tidak tepat dengan status gizi sangat kurus (44%), pola pemberian
makan tepat dengan status gizi normal 89,7%). Diskusi dan Kesimpulan: Upaya untuk meningkatkan status gizi anak usia
1-3 tahun yang berkaitan dengan pola pemberian makan harus ditingkatkan untuk mencapai status gizi normal. Penelitian
lebih lanjut dapat memperhatikan pola pemberian makan berdasarkan angka kecukupan gizi anak.
Kata kunci: pola pemberian makan, status gizi, anak usia 1–3 tahun
Abstract
Introduction: The prevalence of nutritional status problems with underweight in Indonesia at the moments is (19.6%).
Data showed that children with less nutritional status aged 1–3 years in Kalijudan, Surabaya are existed. Provide feeding
pattern properly is one effort to improve the nutritional status by fulfilling the needs of the child nutrition. The purpose
of this study was to explain the relationship of feeding pattern and nutritional status in children aged 1–3 years in the
Kalijudan district, Surabaya. Methods: The research design used was cross-sectional study with dietary habit as the
independent variable and nutritional status as dependent variable. The sample was taken from 154 mothers and children.
Consecutive sampling was deployed. Data collection by questionnaires, and then data analysis using the Spearman’s
Rho in level of significance α ≤ 0.05. Result and Analysis: There was strong relationship between feeding pattern and
nutritional status (r = 0.640). The result showed that inappropriate feeding patterns with nutritional status is very thin
(44.4%) a proper feeding patterns with normal nutritional status (89.7%). Discussion and Conclussion: The efforts to
improve nutritional status of children aged 1–3 years related to feeding patterns should be improved in order to achieve
a normal nutritional status. Further research may explore on the feeding patterns based on dietary allowances.
146
Pola Pemberian Makan Diperlukan (Toni Subarkah, Nursalam, Praba Diyan Rachmawati)
yang cepat. Sehingga, memerlukan kebutuhan gizi buruk sebanyak 366 balita dan di wilayah
gizi yang paling banyak dibandingkan pada kecamatan Mulyorejo ditemukan (8,4%) balita
masa-masa berikutnya. Apabila kebutuhan dengan status gizi buruk (Dinkes Surabaya,
nutrisi tidak ditangani dengan baik maka anak 2014).
mudah mengalami gizi kurang (Ningsih et al., Berdasarkan data operasi timbang berat
2015). badan dibanding tinggi badan (BB/TB) tahun
Kek u r a nga n g i z i pa d a nega r a 2015 Puskesmas Kalijudan didapatkan status
berkembang diantaranya terjadi karena pola gizi balita sangat kurus 5 balita dan kurus 170
pemberian makan yang tidak sesuai (Ningsih balita yang tersebar di tiga wilayah. Wilayah
et al., 2015). Pola pemberian makan yang Kalijudan menepati posisi paling tinggi
diberikan kepada balita akan mempengaruhi dengan status gizi sangat kurus 2 balita dan
proses pertumbuhan balita karena dalam kurus 97 balita. Menurut Karp et al., (2012)
asupan gizi tersebut mengandung zat gizi yang menjelaskan bahwa pola makan dan perilaku
penting untuk pertumbuhan, kesehatan, dan orang tua seperti memonitor asupan nutrisi,
kecerdasan (Purwani & Mariyam, 2013). Pola membatasi jumlah makanan, respon terhadap
pemenuhan status gizi pada anak merupakan pola makan, dan memperhatikan status gizi
salah satu upaya pemenuhan kebutuhan dasar anak memberikan dampak yang berarti bagi
anak akan asah, asih dan asuh (Rachmawati, status gizi anak.
Ranuh, & Arief, 2016). Pola pemberian Faktor-faktor yang mempengaruhi
makan yang sehat akan berdampak baik status gizi balita secara umum dipengaruhi
pada kesehatan di kemudian hari (Gibson oleh dua faktor yaitu faktor langsung dan
et al., 2012). Asupan nutrisi berlebihan atau faktor tidak langsung (Bappenas, 2010). Faktor
kurang akan berpengaruh pada status gizi langsung atau faktor dari individu atau anak
dan kesehatan anak (Lobstein et al., 2004; yaitu asupan makanan dan penyakit (Diare dan
Must & Strauss, 1999). Di Surabaya status Infeksi Saluran Pernapasan Akut/ISPA). Faktor
gizi kurang masih ditemukan, khususnya di tidak langsung atau faktor dari keluarga yaitu
wilayah Kalijudan Surabaya. Berdasarkan ketersediaan pangan, sanitasi lingkungan,
hasil wawancara dengan petugas gizi dari pola asuh orang tua didalamnya adalah
Puskesmas Kalijudan, dijelaskan bahwa pola pemberian makan, pengetahuan, sikap,
penyebab status gizi kurang disebabkan keterampilan, dan pelayanan kesehatan
oleh pola pemberian makan yang kurang Pola pemberian makan merupakan
tepat, terkait dengan jumlah asupan makan perilaku seseorang yang dapat mempengaruhi
yang tidak sesuai dengan kebutuhan balita. status gizi (Kemenkes RI, 2014). Pola makan
Namun, saat ini hubungan pola pemberian dapat memberikan gambaran asupan gizi
makan dengan status gizi pada anak usia 1–3 mencakup jenis, jumlah, dan jadwal dalam
tahun masih belum terbukti secara empiris di pemenuhan nutrisi (Kemenkes RI, 2014). Pola
wilayah Kalijudan Kota Surabaya. pemberian makan balita akan berpengaruh
Prevalensi berat badan kurang di terhadap kesehatan dimasa depan (Kudlova &
Indonesia pada tahun 2013 adalah (19,6%) yang Schneidrova, 2012). Prinsip kebutuhan nutrisi
terdiri dari (13,9%) gizi kurang dan (5,7%) gizi setiap usia berbeda-beda. Anak pada usia 1–3
buruk (Rikesdas, 2013). Jika dilihat di tingkat tahun bersifat konsumen pasif, kebutuhan
provinsi, data yang diperoleh dari Pemantauan nutrisi anak usia 1-3 tahun tergantung pada
Status Gizi (PSG), Jawa timur memberikan nutrisi yang disediakan oleh ibu (Fauziah,
kontribusi dalam kasus gizi buruk dan kurang 2009). Pemenuhan kebutuhan nutrisi oleh
di Indonesia. Tahun 2012 status gizi balita orang tua akan mempengaruhi kebiasaan
berdasarkan BB/U (berat badan dibandingkan makan selanjutnya (Khosman, 2004).
umur) angka gizi kurang sebesar (10,28%) dan Penilaian status gizi meliputi penilaian
gizi buruk (2,35%) (Dinkes Jawa Timur, 2013). antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.
Kota Surabaya memiliki angka kejadian gizi Menurut Arija et al., (2015) pengukuran
buruk pada tahun 2014 dengan jumlah balita menggunakan Antropometri merupakan salah
147
Jurnal INJEC Vol. 1 No. 2 Desember 2016: 146–154
satu metode yang paling banyak digunakan modifikasi dari kuesioner Child Feeding
untuk menilai dan memantau status kesehatan, Questionnaire (CFQ) (Camci et al., 2014)
status gizi, ser ta per tumbuhan anak. yang berisi 15 item pertanyaan dengan pilihan
Keunggulan pengukuran antropometri adalah, jawaban sangat sering, sering, kadang-
prosedur aman dan sederhana, alatnya murah, kadang, dan tidak pernah. Indentifikasi
mudah dibawa, metode tepat dan akurat, dapat status gizi dalam penelitian ini menggunakan
mengidentifikasi riwayat gizi masa lampau, antropometri dengan pengukuran BB/TB.
dapat mengevaluasi perubahan status gizi Pengukuran BB ditimbang dengan timbangan
tertentu, mengidentifikasi status gizi (kurus, dacin dan TB diukur dengan microtoise.
sangat kurus, normal), dan memiliki ambang Penentuan status gizi diukur bedasarkan
batas yang jelas (Supariasa et al., 2002). kategori dan ambang batas status gizi anak
Upaya perbaikan pola pemberian makan berdasrkan Kementrian Kesehatan Republik
pada masalah gizi telah dimulai oleh Dinas Indonesia (2010).
Kesehatan Jawa Timur pada tahun 2013 Penelitian ini dilakukan di Posyandu
melalui program Pemberian makan tambahan wilayah Kalijudan Kota Surabaya. Penelitian
(PMT) pemulihan, bantuan makanan padat ini dilaksanakan pada tanggal 27 Juni
gizi, bantuan Makanan pendamping air susu 2016 – 30 Juli 2016. Setiap data akan diukur
ibu (MP-ASI), pelaksanaan rujukan gizi menggunakan uji statistik Spearman Rank
dan perawatan penderita untuk balita gizi Corelation yaitu jika ditetapkan nilai
buruk, pembentukan pusat pemulihan gizi signifikansi α ≤ 0,05.
buruk, penyuluhan PMT di posyandu, dan
meningkatkan dukungan lintas sektoral antara
HASIL PENELITIAN
lain menemui tim pangan dan gizi (Dinkes
Jawa Timur, 2013). Berd asa rkan t abel 1 mengenai
Berdasarkan uraian diatas peneliti karakteristik responden diketahui bahwa
ter tarik menganalisis hubungan pola sebagian besar responden adalah ibu dengan
pemberian makan dengan status gizi pada kelompok usia pada kategori usia dewasa
anak usia 1–3 tahun di wilayah Kalijudan awal. Sebagian responden dengan pendidikan
Kota Surabaya. terakhir SMA. Berdasarkan data di atas
pekerjaan ibu sebagian besar sebagai ibu
rumah tangga, sebagian responden memiliki
BAHAN DAN METODE
penghasilan keluarga < UMK Kota Surabaya
Penelitian ini menggunakan desain 2016. Jenis kelamin anak yang diteliti sebagian
penelitian desk riptif analitik dengan besar anak perempuan dan jumlah anak
pendekatan cross sectional. Besar populasi sebagian responden adalah memiliki 2 anak.
terjangkau dalam penelitian ini sebanyak 256 Berdasarkan tabel 2 didapatkan bahwa
orang (ibu dan anak) di wilayah Kalijudan sebagian besar responden memiliki pola
dengan sampel penelitian adalah sebanyak pemberian makan tepat berdasarkan jenis
154 orang (ibu dan anak). Teknik sampling makanan, jumlah makanan, dan jadwal makan.
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Berdasarkan tabel 3 menunjukkan
consecutive sampling. Variabel independen bahwa sebagian besar responden memiliki
dalam penelitian ini adalah pola pemberian status gizi normal.
makan. Variabel dependen dalam penelitian Berdasarkan tabel 4 menunjukkan
ini adalah status gizi. Instrumen dalam bahwa sebagian besar pola pemberian makan
penelitian ini adalah kuisioner dan pengukuran tepat dengan status gizi normal. Hasil uji
antropometri. statistik menggunakan Spearman’s Rho
Pengukuran pola pemberian makan (r s) diperoleh derajat signifikansi sebesar
diukur menggunakan kuesioner yang di p = 0,000 dengan menetapkan derajat
signifikansi α ≤ 0,05.
148
Pola Pemberian Makan Diperlukan (Toni Subarkah, Nursalam, Praba Diyan Rachmawati)
149
Jurnal INJEC Vol. 1 No. 2 Desember 2016: 146–154
Tabel 4. Hubungan antara pola pemberian makan dengan status gizi pada anak usia 1–3 tahun
Status Gizi
Pola Pemberian makan Total
Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk
Tidak Tepat 8 (44,4%) 7 (38,9%) 3 (16,7%) 0 (0,0%) 18 (100,0%)
Tepat 4 (2,9%) 4 (2,9%) 122 (89,7%) 6 (4,4%) 136 (100,0%)
Total 12 (100%) 11 (100%) 125 (100%) 6 (100%) 154 (100%)
Spearman’s rho = 0,640; p = 0,000
Faktor yang mempengar uhi pola tinggi sebanyak 9%. Faktor tersebut penting
pemberian makan adalah pendidikan dan dalam hal pemilihan jenis dan jumlah makanan
pendapatan. Tingkat konsumsi makanan serta penentuan jadwal makan anak sehingga
dipengaruhi oleh pendapatan dan harga pola pemberian makan tepat dan sesuai dengan
produk makanan. Pendapatan tinggi akan anak usia 1–3 tahun.
menentukan daya beli yang baik. Sebaliknya, Berdasarkan hasil didapatkan 11
pendapatan rendah akan menurunkan daya beli responden memiliki pola pemberian makan
(Sulistyoningsih, 2011). Kunci keberhasilan tidak tepat. Hasil dari kuesioner menunjukkan
dalam pemenuhan gizi anak terletak pada ibu. 9 responden berdasarkan jenis makanan
Kebiasaan makan yang baik sangat tergantung tidak pernah mengonsumsi makanan dengan
kepada pengetahuan dan keterampilan ibu gizi seimbang dan 2 responden jarang
akan cara menyusun makanan yang memenuhi mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang.
syarat zat gizi (Suhardjo, 2003). Menurut Saxton Tingkat konsumsi yang rendah berdasarkan
et al., (2009) pendidikan seorang ibu dalam gizi seimbang apabila ibu tidak memiliki
pemenuhan nutrisi akan menentukan pada pengetahuan tentang pemilihan bahan
pemilihan bahan makanan dan pemenuhan makanan dan dimungkinkan dipengaruhi oleh
kebutuhan gizi, karena pendidikan tinggi penghasilan yang rendah dalam mencukupi
cenderung memilih dan menyeimbangkan kebutuhan nutrisi. Diperkuat dengan hasil
kebutuhan gizi dari anak. Hal ini diperkuat kuesioner, 5 responden memiliki pendidikan
oleh penelitian yang dilakukan oleh Sumaiyah rendah dan 4 responden memiliki tingkat
(2008) di posyandu Desa Putat, Tanggulangin, penghasilan rendah atau di bawah UMK kota
Sidoarjo menjelaskan bahwa sebagian besar Surabaya.
responden dengan pola pemberian kategori Parameter jumlah makanan yang
baik dilatarbelakangi oleh tingkat pendidikan dikonsumsi menunjukkan 9 responden
yang baik. sebagian besar menjawab tidak pernah dan
Hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa jarang mengonsumsi jumlah makanan yang
responden yang memiliki pola makan dibutuhkan anak usia 1–3 tahun, seperti
tepat dipengaruhi oleh pendidikan ibu dan konsumsi nasi 1–3 piring, 2–3 potong lauk
pengetahuan yang baik tentang pemberian hewani, 2–3 potong lauk nabati, menghabiskan
makan anak. Hasil tersebut ditunjukkan bahwa makanan, dan konsumsi 2-3 potong buah dalam
pada pendidikan ibu sebagian responden pada satu hari. Konsumsi makanan berdasarkan
tingkat SMA sebanyak 47% dan perguruan jumlah untuk memenuhi prinsip gizi seimbang
150
Pola Pemberian Makan Diperlukan (Toni Subarkah, Nursalam, Praba Diyan Rachmawati)
juga tergantung daya beli bahan makanan diolah oleh ibu sesuai dengan kebutuhan
yang akan dikonsumsi. Keluarga akan dan kaya gizi. Asupan nutrisi yang sesuai
memilih makanan sesuai dengan kemampuan dengan kebutuhan akan memberikan status
perekonomian yang dimiliki. Sehingga, gizi normal pada anak. Berdasarkan penelitian
kebutuhan nutrisi sesuai dengan prinsip gizi dapat dijelaskan bahwa sebanyak 12 anak yang
seimbang berdasarkan takaran jenis makanan memiliki status gizi sangat kurus. Berdasarkan
tidak dapat dipenuhi. Hal ini diperkuat dengan hasil kuesioner, 8 responden dengan status gizi
sebanyak 6 orang memiliki penghasilan kurang sangat kurus memiliki pola pemberian makan
dari UMK kota Surabaya. tidak tepat berdasarkan jenis makanan, jumlah
Berdasarkan parameter jadwal makan makanan, dan jadwal makan. Hasil kuesioner
menunjukkan 17 responden memiliki pola menjelaskan bahwa terdapat 7 responden yang
pemberian makan yang tidak tepat. Hasil tidak pernah mengonsumsi gizi seimbang
kuesioner menunjukkan responden tidak dan 1 responden jarang mengonsumsi gizi
pernah membuat jadwal makan. Jadwal seimbang. Hal tersebut menunjukkan bahwa
makan merupakan cara ibu untuk mengatur Pola pemberian makan merupakan hal utama
pola makan sesuai dengan waktu yang telah dalam penentuan status gizi. Apabila asupan
ditetapkan. Apabila jadwal makan tidak nutrisi didapat dengan baik dan cukup maka
dibentuk, maka pola makan anak tidak akan status gizi anak akan normal. Sebaliknya,
terbentuk. Jadwal makan sangat penting untuk apabila asupan nutrisi yang didapat kurang
memantau frekuensi makan dan kebutuhan maka status gizi anak sangat kurus.
nutrisi sesuai dengan kebutuhan anak. Hasil penelitian ini juga menunjukkan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa terdapat 6 responden memiliki status
sebagian responden memiliki status gizi gizi gemuk. Hasil kuesioner menunjukkan
normal. Status gizi normal adalah apabila bahwa 6 responden memiliki pola pemberian
tubuh memperoleh asupan gizi yang baik maka makan tepat. Hal tersebut dikarenakan asupan
pertumbuhan dan kesehatan secara umum pada nutrisi yang berlebih akan berpengaruh
kondisi baik. Menurut Sutomo dan Anggraini pada status gizi anak. Pemenuhan nutrisi
(2010) status gizi adalah kondisi kesehatan yang diberikan ibu tidak hanya berdasarkan
yang tampak pada tubuh berkat adanya asupan ragam terhadap jenis makanan, namun harus
zat gizi melalui makanan dan minuman memperhatikan jumlah dari makanan yang
yang sesuai dengan kebutuhan. Kesesuaian diberikan.
kebutuhan nutrisi dapat diperoleh dari susunan Berdasarkan hasil penelitian ini
makanan yang memenuhi kebutuhan tubuh. menunjukkan bahwa pola pemberian makan
Status gizi normal diwujudkan dalam adanya berhubungan dengan status gizi anak usia 1–3
keselarasan antara berat badan terhadap tinggi tahun. Pola pemberian makan tepat sebagian
badan anak. Faktor-faktor yang mempengaruhi besar memiliki status gizi normal dan pola
status gizi anak diantaranya adalah asupan pemberian makan tidak tepat sebagian besar
gizi dan pola asuh dalam pemberian makan memiliki status gizi sangat kurus dan kurus.
(UNICEF, 1998). Asupan gizi yang masuk Kebutuhan nutrisi anak harus dipenuhi
dalam tubuh manusia akan menentukan untuk mendapatkan status gizi normal. Hal
status gizi dan kesehatan. Gizi yang diperoleh tersebut harus dilakukan oleh pengasuh
bermanfaat untuk kelangsungan hidup k hususnya ibu unt uk proses t umbuh
manusia (Nix, 2013). Pola asuh orang tua kembang dan kecerdasan anak (Hidayat,
akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang 2008). Pemenuhan kebut uhan nut risi
anak. Hal tersebut dapat dilakukan melalui diperoleh melalui pemberian makan anak
pemberian makan anak (Soekirman, 2000). untuk mendapatkan status gizi yang sesuai
Anak dengan status gizi normal dapat dengan kebutuhan (Handono, 2010). Menurut
dikatakan telah mendapatkan asupan gizi penelitian yang dilakukan oleh Realita (2010)
sesuai dengan kebutuhan. Nutrisi berupa menjelaskan bahwa pola pemberian makan
makanan yang telah dipilih bahannya dan tepat berpengaruh terhadap status gizi
151
Jurnal INJEC Vol. 1 No. 2 Desember 2016: 146–154
(pertumbuhan) anak. Hasil tersebut didukung berpotensi mengalami status gizi kurang
oleh penelitian Wello (2009), ada hubungan bahkan buruk. Pola pemberian makan tepat
pola pemberian makan dengan status gizi pada harus mecakup asupan gizi seimbang agar
balita di semarang. Pola pemberian makan dapat mencapai status gizi normal (Laksmi,
yang tepat maka status gizi anak semakin 2008). Berdasarkan hasil penelitian Askering
meningkat. Sebaliknya, apabila pola pemberian (2007) menyatakan bahwa ibu yang memiliki
makan tidak tepat maka anak mengalami sikap baik mengenai pemberian makan
status gizi kurang. Diperkuat oleh penelitian berbanding lurus dengan perilakunya.
Tella (2012) di Mapaget bahwa pola pemberian Menur ut Notoadmojo (2010) perilaku
makan yang seimbang berhubungan dengan seseorang dipengaruhi oleh sikap. Dalam
status gizi anak. Hal tersebut penting terhadap pembentukan sikap terdapat tiga komponen
pertumbuhan anak. Pola pemberian makan yang dapat mendukung terbentuknya perilaku.
yang baik harus dilakukan sejak dini dengan Komponen tersebut adalah pengetahuan,
cara memberikan makanan yang bervariasi pikiran, keyakinan serta emosi. Namun, sikap
dan memberikan informasi kepada anak waktu yang dimiliki seseorang belum tentu langsung
makan yang baik. Dengan demikian, anak terwujud dalam sebuah tindakan khususnya
akan terbiasa dengan pola makan sehat. pola pemberian makan.
Hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa Pola pemberian makan tepat belum tentu
pola pemberian makan yang diberikan orang memiliki komposisi zat gizi yang seimbang.
tua mampu meningkatkan status gizi anak. Berdasarkan penelitian ini ditemukan 4
Pola pemberian makan yang diberikan orang responden memiliki pola pemberian makan
tua berdasarkan jenis makanan, jumlah tepat, tetapi memiliki status gizi kurus dan
makanan, dan jadwal makan yang tepat sangat kurus. Sesuai dengan hasil kuesioner,
mampu memberikan status gizi normal. hal tersebut dikarenakan responden jarang
Sebaliknya, pola pemberian makan yang tidak mengonsu msi ba ha n ma k a na n ya ng
tepat sesuai dengan jumlah, jenis, dan jadwal mengandung lemak, protein, dan vitamin
akan memiliki status gizi anak sangat kurus (buah dan sayur), meskipun frekuensi makan
dan kurus. Perlu ditekankan kepada orang tua teratur. Pemenuhan nutrisi yang diberikan
bahwa pola pemberian makan yang sesuai atau oleh Ibu kepada anak sering kali tidak
tepat harus dipenuhi dengan pemilihan bahan memperhatikan kecukupan gizi anak. Ibu
makanan yang mengandung gizi seimbang. cenderung memberikan nutrisi seadanya
Dengan makanan bergizi dan menu yang sesuai dengan kemauan anak.
seimbang diharapkan anak mendapatkan Berdasarkan tabulasi silang tabel 4
nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Apabila menjelaskan bahwa responden dengan pola
pemenuhan nutrisi tercapai dengan baik maka pemberian makan tepat sejumlah 6 responden
status gizi anak normal, anak sehat dan mampu memiliki status gizi gemuk. Asupan nutrisi
beraktivitas dengan baik. berlebih akan mempengaruhi status gizi dan
Tabulasi silang pada tabel 4 terdapat kesehatan anak (Lobstein et al., 2004; Must &
responden dengan pola pemberian makan tepat Strauss, 1999). Menurut Kemenkes RI (2014)
dengan status gizi sangat kurus 4 responden prinsip pola pemberian makan berpedoman
dan satu gizi kurus 4 responden. Pola pada gizi seimbang. Gizi seimbang memiliki
pemberian makan merupakan perilaku yang 4 pilar diantaranya 1) konsumsi makanan
dapat mempengaruhi status gizi (Kemenkes beragam atau bervariasi; 2) Perilaku hidup
RI, 2014). Peningkatan kualitas hidup dan bersih; 3) Melakukan aktivitas fisik untuk
kesehatan dapat dilakukan dengan pemenuhan membantu proses metabolisme tubuh dengan
nutrisi. Banyak orang yang menerapkan pola baik; 4) Mempertahankan dan memantau berat
makan vegetarian karena makanan tersebut badan. Dengan demikian, pemenuhan nutrisi
tidak mengandung kolesterol, murah, dan anak harus disesuaikan dengan prinsip gizi
sehat. Namun, pemenuhan nutrisi yang tidak seimbang.
disertai dengan kecukupan gizi maka dapat
152
Pola Pemberian Makan Diperlukan (Toni Subarkah, Nursalam, Praba Diyan Rachmawati)
153
Jurnal INJEC Vol. 1 No. 2 Desember 2016: 146–154
154