Marlina Rajagukguk
Universitas Methodist Indonesia, Indonesia
Abstrak
The impact of food and the use of nutrients consumed by a person that affects the state of a person's body is
called nutritional status. Nutritional status is divided into several indicators. In 2017, UNICEF stated that
there were 51 million (7.5%) under-fives experiencing wasting, 151 million (22%) under-fives experiencing
stunting and 92 million (13.5%) under-fives in the world. The research was conducted using the literature
study method or literature review that focuses on the results of writing related to the relationship eating
parenting with nutritional status in toddlers through searching accredited journal sites such as Google
Schoolar, Google, and Pubmed, in the 2017-2021 period. Based on the research that has been done, there is a
relationship between eating parenting and nutritional status in toddlers.
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak makanan dan penggunaan zat gizi yang dikonsumsi
seseorang yang mempengaruhi keadaan tubuh. Status gizi dibagi menjadi beberapa indikator. Pada
tahun 2017, UNICEF menyatakan bahwa ada 51 juta (7,5%) balita mengalami wasting, 151 juta (22%)
balita mengalami stunting dan 92 juta (13,5%) balita di dunia. Penelitian menggunakan metode studi
literatur atau literature review yang berfokus pada hasil penulisan terkait hubungan pola asuh pola
asuh dengan status gizi pada balita melalui penelusuran situs jurnal terakreditasi seperti Google
Schoolar, Google, dan Pubmed, tahun 2017-2021. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada
hubungan pola asuh makan dengan status gizi pada balita.
How to Cite: Rajagukguk, Marlina (2022). Hubungan Pengetahuan Pola Asuh dan Pola Makan.
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology)
7(2): 184-203
*Corresponding author: ISSN 2549-1660 (Print)
E-mail: marlinarajagukguk20@ yahoo.com ISSN 2550-1305 (Online)
204
PENDAHULUAN mempengaruhi otak anak (Sholikah et al.,
2017).
Keadaan pada tubuh manusia yang
Masalah gizi dipengaruhi oleh banyak
merupakan dampak dari makanan dan
faktor yang saling mempengaruhi secara
penggunaan zat gizi yang dikonsumsi
kompleks. Ditingkat rumah tangga,
seseorang disebut dengan status gizi
keadaan gizi dipengaruhi oleh kemampuan
(Puspasari & Andriani, 2017). Salah satu
rumah tangga menyediakan pangan dalam
penilaian status gizi balita adalah dengan
jumlah dan jenis yang cukup serta pola
pengukuran antropometri yang
asuh yang dipengaruhi oleh faktor
menggunakan indeks berat badan menurut
pendidikan, perilaku dan keadaan
umur (BB/U) dan dikategorikan dalam
kesehatan rumah tangga (Soekirman,
“gizi lebih, gizi baik gizi kurang, gizi buruk”
2010).
(Marimbi, 2010).
Pola asuh makan yang diterapkan oleh
Balita merupakan usia yang rawan
ibu akan berpengaruh terhadap
mengalami masalah gizi, jika pada usia ini
pertumbuhan dan perkembangan balita,
pertumbuhan dan perkembangan anak
sehingga pada masa ini balita
tidak terjadi secara optimal maka akan
membutuhkan 3 asupan makan yang
gagal menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas. Hal ini diperkuat dengan
berkualitas. Asupan zat gizi merupakan hal
penelitian yang dilakukan di Nusa
penting bagi tubuh untuk melakukan
Tenggara Timur (NTT) bahwa pola asuh
fungsinya seperti menghasilkan energi,
makan yang diterapkan oleh ibu akan
membangun dan memelihara jaringan.
menentukan status gizi balita. Semakin
(Wijayanti & Nindya, 2017). Balita
baik pola asuh makannya maka semakin
merupakan kelompok risiko tinggi
baik pula status gizinya. Pola asuh makan
terhadap terjadinya masalah gizi. Masalah
yang baik dicerminkan dengan semakin
gizi pada balita dapat berakibat pada
baiknya asupan makan yang diberikan
kegagalan tumbuh kembang serta
kepada balita. Asupan makan yang dinilai
meningkatkan kesakitan dan kematian,
secara kualitatif digambarkan melalui
namun sering belum diakui sebagai
keragaman konsumsi pangan
masalah kesehatan masyarakat.
mencerminkan tingkat kecukupan gizi
Menurut data United Nations
seseorang (Widyaningsih et al., 2018).
International Children's Emergency Fund
Nutrition Guide for Balanced Diet yaitu
(UNICEF), terdapat 51 juta (7,5%) balita
konsumsi makanan sehari-hari harus
mengalami wasting, 151 juta (22%) balita
mengandung zat gizi dalam jenis dan
mengalami stunting dan 92 juta (13,5%)
jumlah (porsi) yang sesuai dengan
balita di dunia mengalami underweight.
kebutuhan setiap orang atau kelompok
Sebagian besar balita di dunia yang
umur. Konsumsi makanan dengan pola ini
mengalami underweight, stunting dan
harus memperhatikan empat prinsip dasar
wasting berasal dari benua Afrika dan Asia
yaitu : keanekaragaman pangan, aktivitas
(UNICEF, 2017).
fisik yang teratur dan terukur, kebersihan
Status gizi balita merupakan hal
diri dan lingkungan yang terjaga, serta
penting yang harus diketahui oleh setiap
pantau atau pertahankan berat badan
orang tua. Perlunya perhatian lebih
selalu ideal (Laswati, 2019). Orang tua
terhadap tumbuh kembang anak di usia
sangat berperan penting dalam pemberian
balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi
makanan bergizi untuk pertumbuhan dan
pada masa emas ini bersifat irreversible
perkembangan anak, selain juga penting
(tidak dapat pulih), dan dapat
untuk kesehatan anak. Semestinya anak
mendapatkan makanan yang bergizi dari
205
Hipolitus Kristoforus Kewuel, Nindyo Budi Kumoro, Mayang Anggrian. Pariwisata di Tengah
Pandemi: Studi Kasus Tentang Pola Wisata Alternatif di Malang, Jawa Timur
prinsip 4 sehat 5 sempurna. Zat makanan menyebabkan anak tidak merasa lapar dan
terdiri atas: tidak ingin makan. Penyebab tidak
a. Karbohidrat langsung : ketahanan pangan keluarga,
Karbohidrat didapat dari olahan dari biji- pola pengasuhan anak kurang memadai,
bijian seperti: beras, gandum, jagung, dan pelayanan kesehatan dan lingkungan
beras merah. Selain itu karbohidrat juga kurang memadai (Alamsyah, 2013).
bisa didapat dari umbi-umbian seperti Pola asuh adalah salah satu faktor yang
kentang dan ubi. berkaitan dengan tumbuh kembang anak.
b. Protein Pearan orang tua dalam proses
Protein didapat dari pangan hewani pengasuhan sangatlah penting, pemberian
maupun nabati. Protein hewani didapat nutrisi yang lengkap dan seimbang dapat
dari: ikan, susu, telur, daging, unggas, menjadi dasar untuk tumbuh kembang
kerang, udang. Protein nabati didapat dari: anak yang optimal (Fikawati,2015). Faktor
kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, pola asuh yang tidak baik dalam keluarga
kacang kedelai dan olahan seperti tahu dan merupakan salah satu penyebab timbulnya
tempe. permasalahan gizi. Pola asuh yang baik
c. Lemak meliputi kemampuan keluarga untuk
Lemak didapat dari krim, keju, susu, telur, menyediakan waktu, perhatian dan
biji-bijian, lemak pada daging atau ayam, dukungan dalam memenuhi kebutuhan
mentega, margarine, minyak tumbuh- fisik, mental dan sosial dari anak yang
tumbuhan. sedang tumbuh dalam keluarga (Bella et
d. Vitamin al., 2020).
Vitamin didapat dari buah dan sayur segar. Ketidaktahuan ibu tentang pentingnya
e. Mineral dan bagaimana cara pemberian ASI dan
Didapat dari: susu, keju dan air mineral. Makanan Pendamping Air Susu Ibu
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) (MPASI) yang benar merupakan salah satu
menganjurkan agar kebutuhan energi faktor yang mempengaruhi kejadian gizi
karbohidrat rata-rata sekitar 60-70 %, kurang pada anak. Kejadian tersebut akan
protein 10-15 %, dan lemak 10-25 %. menimbulkan gangguan pencernaan dan
Sementara vitamin dan mineral yang harus status gizi anak (Damayanti et al., 2020).
dipenuhi antara lain vitamin A, B, C, D, E, Pola asuh terhadap anak dimanifestasikan
zat besi, seng, tembaga, mangan, dan lain- dalam beberapa hal berupa pemberian ASI
lain (Rahmi, 2018). Bagi usia balita dan makanan pendamping, rangsangan
dibutuhkan 1000-1400 kalori per hari, psikososial, praktek kebersihan dan
namun tergantung dari usia, besar tubuh sanitasi lingkungan, perawatan anak
serta tingkat aktivitas si kecil dalam keadaan sakit berupa praktek
(Melindacare, 2011). kesehatan di rumah dan pola pencarian
Ada 2 penyebab kurang gizi , yaitu pelayanan kesehatan. ASI mengandung
penyebab langsung dan tidak langsung. substansi anti infeksi lainnya yang dapat
Penyebab langsung : asupan makanan dan melindungi bayi dari infeksi dan juga
penyakit. mengandung faktor pertumbuhan. Faktor
Anak balita mengalami ketidak sesuaian ini melapisi bagian dalam saluran
antara jumlah gizi yang dikonsumsi pernapasan dan mencegah kuman
dengan jumlah gizi yang diperlukan oleh penyakit memasuki saluran pernapasan.
tubuh sehingga kebutuhan gizi tidak Kolostrum yang ada juga melindungi bayi
terpenuhi dan dapat menyebabkan yang baru lahir dari alergi, asma, dan lain-
berbagai macam gangguan seperti lain (Sariy et al., 2018).
malnutrisi maupun obesitas pada balita. ASI eksklusif merupakan pemberian
Selain itu penyakit infeksi juga ASI pada bayi tanpa pemberian cairan atau
206
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology)
7 (2) (2022): 184-203
makanan tambahan lain sampai usia bayi berpendidikan rendah maka anak akan
mencapai 6 bulan. Pemberian ASI eksklusif mengalami masalah gizi dan juga
selama 6 bulan dapat melindungi bayi sebaliknya ibu yang berpendidikan tinggi
dikarenakan dalam kolostrum terkandung akan berusaha menyeimbangkan dengan
antibodi. ASI juga dapat mencegah kebutuhan gizi lainnya (Pristiya &
terjadinya obesitas pada anak karena ASI Rinowanda, 2018). Tingkat pendidikan ibu
dapat mengatur asupan energi sejalan dengan pengetahuan gizi yang
berhubungan dengan respon internal dimiliki ibu. Pendidikan ibu yang rendah
dalam menyadari rasa kenyang (Qanit & sering menyebabkan persepsi yang salah
Bangsawan, 2020). Terdapat hubungan mengenai makanan yang bergizi sehingga
antara pemberian ASI eksklusif dengan dapat menyebabkan rendahnya konsumsi
statu gizi balita. Balita dengan status gizi makanan bergizi (Sucinti Ningsih,
kurus lebih banyak merupakan balita yang Kristiawati, 2015).
tidak diberikan ASI eksklusif, demikian Oleh karena itu, peneliti ingin
pula dengan balita gemuk. Hal ini karena mengevaluasi lebih lanjut tentang
ASI mengandung leptin yang merupakan hubungan pengetahuan pola asuh dan pola
hormon pengatur nafsu makan/asupan makan dengan status gizi pada balita.
makanan dan metabolism energy. Tabel 1. Karakteristik Artikel
Sedangkan pada balita normal lebih Indikator Kriteria Inklusi
banyak merupakan balita yang diberikan Sampel Ibu yang memiliki
ASI eksklusif (Suharmanto, 2020). anak Balita
Pola makan sangat erat kaitannya Tipe penelitian Penelitian dengan
dengan kebiasaan makan seseorang. desain Analisis
Secara umum faktor yang mempengaruhi Korelasi
terbentuknya pola makan : faktor Tahun publikasi Penelitian publikasi
ekonomi, faktor sosial budaya, agama, 20 17 - 2021
pendidikan dan lingkungan Hasil Pola asuh makan
(Sulistyoningsih, 2011). Pola makan adalah dengan status gizi
tingkah laku seseorang dalam memenuhi balita
kebutuhan makan yang terbentuk dari Publikasi Full text
pengaruh fisiologis dan psikologis yaitu
Bahasa Artikel penelitian
dalam pemilihan bahan makanan setiap
berbahasa Indonesia
harinya meliputi jenis, jumlah dan
dan Inggris
frekwensi makanan yang dikonsumsi
(Sulistyoningtias, 2012). Pola makan yang
tepat yaitu banyak makan sayur, makan
buah secukupnya, tidak berlebihan makan Langkah pertama adalah menentukan
karbohidrat kompleks, makan protein topik yang akan di review kemudian
alami, makan makanan yang mengandung dilanjutkan dengan proses pelacakan di
lemak sehat, banyak minum air putih dan internet menggunakan search engine Google
makan 3 kali sehari (Izhar D, 2017). Schoolar, PubMed dan Google yang
Setiap keluarga memiliki pola asuh bertujuan melacak dan memilih artikel yang
yang berbeda-beda terhadap anak. relevan dengan topik yang ditentukan.
Pendidikan dalam keluarga merupakan
yang pertama dan utama, karena disinilah METODE
seorang anak dimulai. Pendidikan ibu
sangat berperan penting bagi kesehatan Algoritma pencarian literature
dan status gizi anak. Jika ibu menggunakan pendekatan PICO(T) dengan
207
Hipolitus Kristoforus Kewuel, Nindyo Budi Kumoro, Mayang Anggrian. Pariwisata di Tengah
Pandemi: Studi Kasus Tentang Pola Wisata Alternatif di Malang, Jawa Timur
kata kunci (Pola Asuh Makan, Status Gizi status gizi pada balita, didapatkan hasil
dan Balita) atau melakukan penelusuran terdapat hubungan 9 jurnal (0,6%) dan 1
dengan penambahan notasi AND/OR jurnal (0,07%) menyatakan tidak terdapat
peneliti melakukan pencarian pada mesin hubungan, yang dapat dijelaskan sebagai
pencarian Pubmed dengan mengetik kata berikut:
“((Pola Asuh Makan)AND(Status Enam penelitian yang dianalisis
Gizi)AND(Balita))”. Sumber pencarian menunjukkan adanya hubungan yang
dilakukan pada tiga portal jurnal terindeks bermakna antara pengetahuan pola asuh
yaitu Google, PubMed dan Google Schooar. dengan status gizi Pola asuh yang baik perlu
Artikel yang di inklusi adalah berupa didukung oleh pengetahuan yang baik
“Apakah terdapat hubungan pola asuh untuk menjadi dasar bersikap dan
dengan status gizi pada balita?”. Tahun bertindak misalnya adanya kehadiran ibu
publikasi pada rentang tahun 2017-2021, untuk mengawasi anak makan. Keluarga
dan publikasi full text (Tabel 1). atau orang tua dapat dikatakan melakukan
Secara independen, author mengektraksi pola asuh yang baik jika keluarga dapat
data yang terkait latar belakang dan tujuan, mengenal, memenuhi kebutuhan dan
metode, hasil, serta instrument yang melakukan stimulasi sesuai dengan tumbuh
digunakan. Artikel dieksklusi jika bukan kembang balita dengan memperhatikan
analitik dan tidak terbaca oleh statistik. aspek psikologis balita. Ibu yang memiliki
Setiap kutipan kemudian dinilai terhadap pengetahuan tinggi mempunyai pengaruh
kriteria inklusi/ eksklusi secara mandiri terhadap kesehatan balita dan keluarganya,
oleh author. seperti mencuci tangan dengan sabun dan
air mengalir sebelum dan sesudah makan.
(Sa’diyah, H. et al.,2020; Purba S.S et
HASIL DAN PEMBAHASAN al.,2019). Kebiasaan makan yang baik
sangat tergantung kepada pengetahuan dan
Profil pencarian literature disajikan keterampilan ibu akan cara menyusun
dalam algoritma pencarian. Sebanyak 46 makanan yang memenuhi syarat zat gizi,
publikasi diidentifikasi dari database. Ada semakin baik pola pemberian makan
31 publikasi dikeluarkan karena bukan seorang balita semakin baik pula status
publikasi 5 tahun terakhir, metode gizinya. Ibu dengan pengetahuan sangat
deskriptif dan artikel ganda. Selanjutnya 15 baik akan menyediakan pemenuhan nutrisi
penelitian ini dilakukan penelitian yang seimbang untuk anak balita (Aprilia, W
kelayakan untuk dijadikan referensi dengan et al.,2019; Aryani N et al.,2021;
menganalisa perbandingan (CASP Muzayyaroh, 2017). Pola pemberian makan
randomized control trial). 15 hasil pada usia balita merupakan merupakan
penelitian yang dimasukkan kemudian keberlanjutan dari pola atau cara makan
dianalisis secara ringkas. yang bervariasi dan memiliki zat gizi yang
cukup harus dimulai sejak usia bayi
(Suyatman, B et al.,2017;).
Limabelas penelitian yang dianalisis Satu jurnal jurnal (0,07%) menyatakan
sebagai sumber data, 6 jurnal diantaranya tidak terdapat hubungan pengetahuan
meneliti hubungan pengetahuan pola asuh dengan pola asuh terhadap status gizi balita
dengan status gizi pada balita, didapatkan (Nangley, W.K 2017).
hasil terdapat hubungan (0.4%) dan 1 Sembilan penelitian yang dianalisis
jurnal (0,07%) menyatakan tidak terdapat menunjukkan adanya hubungan yang
hubungan pengetahuan dengan pola asuh bermakna antara pengetahuan pola makan
makan. Ada 10 jurnal yang meneliti dengan status gizi pada balita, ada
hubungan pengetahuan pola makan dengan hubungan antara jumlah makanan dan jenis
208
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology)
7 (2) (2022): 184-203
makanan dengan status gizi pada anak et al.,2019). Anak yang mempunyai pola
balita. Anak yang pola makannya kurang makan tidak baik mempunyai risiko 7,6 kali
karena orang tua tidak mengetahui lebih berisiko status gizi kurus
kandungan gizi yang terdapat dalam setiap dibandingkan pola makan yang baik
makanan yang diberikan kepada anaknya. (Riamah, Erlita D, 2020). Kebiasaan makan
Anak balita dengan jenis makanan beragam yng baik sangat tergantung kepada
tetapi status gizinya tidak baik dikarenakan pengetahuan dan keterampilan ibu akan
jenis makanan yang beragam atau tidak cara menyusun makanan yang memenuhi
beragam apabila pemilihan makanan tidak syarat zat gizi. Hal ini dikarenakan
tepat, tidak sehat dan jumlah berlebihan konsumsi makanan berpengaruh terhadap
atau kurang juga akan menimbulkan status gizi seseorang, makanan sehari-hari
masalah gizi (Nasutian, H.S et al.,2018; yang baik akan memberikan semua zat gizi
Sambo, M et al.,2020). Ibu dengan tingkat yang dibutuhkan untuk tubuh. (Aryani, N.
pendidikan dasar berpeluang memiliki anak Henny S.,2021; Muzayyaroh, 2017).
dengan status gizi kurang oeh karena sulit Satu jurnal jurnal (0,07%) menyatakan
baginya menerima informasi baru dari tidak terdapat hubungan pengetahuan pola
media massa maupun orang lain yang makan dengan gizi balita (Izhar D, 2017).
bertentangan dengan pemikirannya selama Metode penelitian dalam 14 artikel
ini (Suyatman, B et al.,2017). Pola makan menggunakan metode penelitian cross
yang kurang baik dan adanya anak yang sectional (Sa’diyah, H. et al.,2020; Purba S.S
berstatus gizi kurang diakibatkan oleh et al.,2019; Aprilia, W et al.,2019; Aryani N
orang tua yang membiasakan anak untuk et al.,2021; Muzayyaroh, 2017; Nangley,
mengikuti menu makan orang tua yang W.K 2017; Nasutian, H.S et al.,2018; Sambo,
lebih mengutamakan sumber energi dari M et al.,2020; Mamahit, A.Y et al.,2019;
karbohidrat sedangkan untuk anak dalam Petralina, B, 2020; Riamah, Erlita D, 2020;
usia pertumbuhan dan perkembangan, Wilda A et al.,2019; Aryani, N. Henny
energi yang lebih dibutuhkan ialah yang S.,2021; Muzayyaroh, 2017), dengan
berasal dari protein, selain sebagai sumber mengambil hasil kuesioner Ibu dan Balita di
energi protein juga sebagai zat pengatur wilayah kerja puskesmas. Metode ini
(Mamahit, A.Y et al.,2019). Dalam digunakan peneliti untuk mengevaluasi
pertumbuhan dan perkembangan anak, hubungan pengetahuan pola asuh dan pola
peran ibu sangatlah dominan untuk makan dengan status gizi balita.
mengasuh dan mendidik anak tumbuh dan Selain itu, satu artikel menggunakan
berkembang dengan baik dan berkualitas metode penelitian case control,
sehingga perlu memperhatikan pola menggunakan pendekatan kualitatif untuk
konsumsi baik ketepatan waktu, ketepatan menguatkan hasil data kuantitatif yang
tekstur maupun ketepatan cara didapatkan sebelumnya (Suyatman, B et
memberikan. Pengetahuan ibu yang kurang al.,2017). Pengambilan instrumen yang
tentang keragaman dan jenis masakan yang digunakan dalam mencari adanya hubungan
kurang akan menurunkan konsumsi makan pengetahuan pola asuh dan pola makan
balita dan juga ketidak terampilan ibu dengan status gizi balita. atau tidak ada
dalam memasak (Petralina, B, 2020). Ibu hubungan disesuaikan dengan tujuan
yang pengetahuannya rendah akan penelitian.
mempengaruhi penyediaan makanan yang
akan dikonsumsi anak balita, begitupun PEMBAHASAN
sebaliknya pengetahuan ibu yang sangat
baik akan menyediakan pemenuhan nutrisi World Health Organization (WHO)
yang seimbang untuk anak balita (Wilda A menyebutkan permasalahan gizi pada
209
Hipolitus Kristoforus Kewuel, Nindyo Budi Kumoro, Mayang Anggrian. Pariwisata di Tengah
Pandemi: Studi Kasus Tentang Pola Wisata Alternatif di Malang, Jawa Timur
210
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology)
7 (2) (2022): 184-203
berpengaruh dalam pertumbuhan dan ibu yang memiliki pola asuh yang kurang
perkembangan balita. Anak balita berada baik bekerja di luar rumah (Izhar D, 2017).
dalam masa transisi dari makanan bayi ke
makanan dewasa, anak balita belum dapat
mengurus dirinya sendiri serta memilih SIMPULAN
makanan sehingga perlu peran dari orang
Perlu upaya penanggulangan masalah
tua (Poverawati, 2010). Pola makan pada
gizi pada balita seperti memperbaiki pola
balita sangat berperan penting dalam asuh dan pola makan yang baik dan benar.
proses pertumbuhan karena dalam Pendidikan orangtua berpengaruh kepada
makanan banyak mengandung gizi. Gizi pola asuh dan pola makan kesehatan balita
menjadi bagian yang sangat penting dalam oleh karena masih banyak balita mengalami
proses pertumbuhan balita karena gizi kurang dan gizi lebih. Ketidak tahuan
didalamnya mempunyai keterkaitan yang tentang cara pemberian makan bayi dan
balita adalah kebiasaan yang merugikan
sangat erat hubungannya dengan
kesehatan, secara langsung dan tidak
kesehatan dan kecerdasan (Surapti, 2004). langsung menjadi penyebab utama
Pola pemberian makan pada anak turut terjadinya masalah kurang gizi pada anak,
dipengaruhi oleh faktor fisiologis, khususnya anak usia dibawah 2 tahun.
psikologis dan kebudayaan. Faktor-faktor Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau
tersebut mampu menentukan pilihan kemampuan untuk menerapkan informasi
terhadap makanan apa saja yang akan tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari
merupakan sebab penting dari gangguan
dikonsumsi, sebanyak apa jumlah
gizi.
makanan yang akan dikonsumsi, siapa saja
yang akan mengkonsumsi, serta kapan
makanan tersebut boleh atau tidak boleh
untuk dikonsumsi (Leersia, 2018). Pola SARAN
makan yang baik harus dibarengi dengan
Ada hubungan pengetahuan pola asuh
pola gizi seimbang, yaitu pemenuhan zat-
dan pola makan pada Balita sehingga perlu
zat gizi yang telah disesuaikan dengan bantuan petugas kesehatan di Posyandu
kebutuhan tubuh dan diperoleh melalui dan Puskesmas dalam memberikan
makanan sehari-hari. Dengan makan penyuluhan kepada ibu-ibu yang
makanan yang bergizi dan seimbang mempunyai anak balita sehingga program
secara teratur, diharapkan pertumbuhan penanggulangan masalah gizi anak balita
anak akan berjalan optimal (Walado, dalam keluarga dapat tertanggulangi
dengan baik dan benar. Anak balita gizi baik
2013).
memiliki pola dengan jumlah konsumsi
Sebagian peneliti menyatakan tidak ada makanan baik dengan AKG (Angka
hubungan yang signifikan antara Kecukupan Gizi) ≥ 100%, berupa jenis
pengetahuan pola makan terhadap gizi makanan yang beragam yaitu makanan
balita, Hal ini terjadi karena ibu yang pokok, lauk pauk, sayur, buah dan air putih
memiliki pengetahuan yang baik tentang bahkan ditambah makanan selingan.
gizi namun pola asuh yang diterapkan
kurang baik. Kurangnya waktu ibu dalam
memperhatikan anaknya karena sebagian
211
Hipolitus Kristoforus Kewuel, Nindyo Budi Kumoro, Mayang Anggrian. Pariwisata di Tengah
Pandemi: Studi Kasus Tentang Pola Wisata Alternatif di Malang, Jawa Timur
212
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology)
7 (2) (2022): 184-203
213