Anda di halaman 1dari 11

JTB Vol. 10 No.

1 (2021) 12-22 ISSN: 2301-5012

JURNAL TATA BOGA


Tersedia online di
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-tata-boga/

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MAKAN


ANAK USIA PRASEKOLAH (4-6 TAHUN) DITINJAU DARI CAPAIAN
GIZI SEIMBANG

Muhammad Habib Aziz Syahroni1, Nugrahani Astuti2, Veni Indrawati3, Rita Ismawati4

1,2Pendidikan Tata Boga, Universitas Negeri Surabaya


4Gizi, Universitas Negeri Surabaya
ABSTRAK

Kebiasaan makan mulai terbentuk pada dua


Artikel Info tahun awal usia anak, dan berpengaruh pada
Submited: 18 Desember 2020 tahun-tahun selanjutnya. Anak prasekolah
Recived in revised: 5 Januari 2021
adalah anak yang berusia 4-6 tahun,
Accepted: 15 Januari 2021
merupakan usia yang paling penting dalam
tahap perkembangan manusia. Upaya
memperkenalkan kebiasaan makan yang baik
Keyword:
perlu diperhatikan berbagai faktor yang dapat
Kebiasaan Makan, Gizi Seimbang, Prasekolah.
mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut
mempengaruhi individu dalam pemilihan
makanan dan selanjutnya dapat
berpengaruh pada capaian gizi. Artikel ini
Corresponding author:
merupakan studi literatur terhadap beberapa
muhammadsyahroni16050394044@mhs.unesa.ac.id
nugrahani@unesa.ac.id penelitian yang beruhubungan dengan
kebiasaan makan, tujuan dilakukannya
penulisan artikel ini adalah untuk
mengetahui apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi kebiasaan makan pada anak
usia prasekolah dan bagaimana faktor
kebiasaan makan tersebut mempengaruhi
capaian gizi seimbang pada anak prasekolah.
Kebiasaan makan anak dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain : jenis
kelamin , pantangan, pekerjaan ibu,
pengetahuan ibu, jumlah anggota keluarga,
tingkat pendapatan keluarga, dan pola asuh
orang tua. faktor yang paling memiliki
pengaruh terhadap kebiasaan anak adalah
pengetahuan ibu dan pola asuh orang tua.
Ibu yang memiliki pengetahuan tentang
kecukupan gizi seimbang diiringi pola asuh
yang baik dapat meningkatkan kualitas
kebiasaan makan anak, serta dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara kebiasaan makan dengan
capaian gizi anak. Anak yang memiliki
kebiasaan makan yang baik dapat terpenuhi
kecukupan gizinya.

12
JTB Vol. 10 No. 1 (2021) 12-22 ISSN: 2301-5012

PENDAHULUAN menerus. Kebiasaan makan mulai terbentuk pada


dua tahun awal usia anak, dan berpengaruh pada
Makanan merupakan salah satu hal yang penting tahun-tahun selanjutnya. Menurut penelitian yang
dalam kehidupan. Makanan menyediakan nutrisi dilakukan sebelumnya [2], kebiasaan makan anak
dan memberikan energi bagi tubuh. Nutrisi dapat dipengaruhi oleh multifactor, salah satu
menyediakan energi dan zat pengatur yang faktornya adalah peranan pengetahuan ibu.
dibutuhkan untuk pertumbuhan, pengembangan, Pengetahuan ibu berpengaruh terhadap macam
dan pemeliharaan tubuh yang sehat. Makanan yang bahan makanan yang dikonsumsi anggota keluarga
dikonsumsi sehari-hari apabila mengandung zat gizi setiap harinya, terutama pada anak. Ada pula faktor
lengkap dan berimbang dapat menumbuhkan ekonomi seperti terbatasnya kemampuan suatu
konsumsi pangan yang berkualitas keluarga dalam pengadaan kebutuhan konsumsi
makanan anggota keluarga. Faktor-faktor tersebut
Pola konsumsi makanan sehat atau yang biasa pada akan dapat mempengaruhi seseorang dalam
dikenal dengan istilah Pangan Beragam, Bergizi, memilih makanan dan kebiasaan makan tersebut
Seimbang dan Aman (B2SA). Apakah yang akan mempengaruhi kecukupan gizi seimbang.
terjadi apabila tidak mengonsumsi makanan B2SA.
Jika kita tidak memperhatikan asupan makanan Oleh sebab itu peneliti merasa penting
kita, dapat menimbulkan gizi buruk maupun untuk melakukan penulisan artikel dengan judul
obesitas. Jika seseorang mengidap gizi buruk dapat “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan
berpengaruh pada ketahanan tubuhnya,sehingga Makan Anak Usia Prasekolah (4-6 Tahun) Ditinjau
mudah sakit. Begitu pula jika seseorang menderita Dari Capaian Gizi Seimbang” dengan tujuan sebagai
obesitas, karena konsumsi pangan yang berlebihan, berikut yaitu 1) Apa saja faktor-faktor yang
akan rentan terkena penyakit seperti diabetes, mempengaruhi kebiasaan makan pada anak usia
hipertensi, jantung dan lain-lain. Maka dibutuhkan prasekolah dan 2) Bagaimana hubungan kebiasaan
pengetahuan akan pentingnya kecukupan gizi makan tersebut terhadap capaian gizi seimbang
pada anak prasekolah.
Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan
untuk Masyarakat Indonesia merupakan suatu nilai PEMBAHASAN
yang menunjukkan kebutuhan rata-rata zat gizi
tertentu yang harus dipenuhi setiap hari. Setiap A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
orang pasti membutuhan makanan yang cukup dan Kebiasaan Makan Anak Usia Prasekolah
berkualitas untuk dapat hidup sehat, aktif dan Anak prasekolah adalah anak yang berusia 4-6
produktif. Khususnya pada anak-anak usia
tahun Pada usia ini kebutuhan gizi yang sejalan
prasekolah yang tergolong rawan terhadap masalah
kecukupan gizi. [1] dengan berkembangnya kebutuhan fisik harus
diperhatikan. Usia prasekolah merupakan tahapan
Anak prasekolah adalah anak yang berusia 4-6 penting dalam perkembangan individu, pada usia
tahun. Pada usia ini kebutuhan gizi yang sejalan tersebut dibangun dasar struktur kepribadian untuk
dengan berkembangnya kebutuhan fisik harus sepanjang hidupnya. [3]
diperhatikan. Pada usia prasekolah anak cenderung
Anak usia prasekolah merupakan masa dimana
lebih memandang dari sudut pandangnya sendiri.
Mereka akan mengabaikan sudut pandang orang pertumbuhan fisik dan psikologis bertumbuh
lain. Terlihat dari tingkah laku anak yang labil dan dengan pesat. Pola makan pada anak usia
tidak terkontrol seta terus menangis sampai prasekolah berperan penting dalam proses
keinginannya terpenuhi. Karakteristik anak pada pertumbuahn dan perkembangan, Karena itu
usia ini termasuk pada usia yang cenderung diperlukan makanan yang banyak. mengandung zat
menghabiskan waktunya dengan bermain dan gizi. Jika pola makan anak tidak tercapai dengan
mengabaikan jam makan mereka, sehingga
baik maka pertumbuhan dan perkembangan akan
kecukupan gizi anak tidak dapat terpenuhi . Hal
tersebut dapat menimbulkan masalah gizi pada terhambat . Tahapan perkembangan anak usia pra
anak prasekolah. Salah satu penyebab adaya sekolah merupakan consumer pasif, anak akan
masalah gizi seimbang pada anak adalah kebiasaan menerima asupan makan dari apa yang disediakan
makan yang salah. oleh ibunya atau pengasuhnya. [4]
Anak prasekolah membutuhkan peranan orang
Kebiasaan makan merupakan pandangan
tua dalam mengatur kebiasaan makan mereka.
seorang individu terdahap makanan, meliputi
Secara langsung memodifikasi perilaku makan dan
kepercayaan, sikap serta pemilihan dalam
mengonsumsi makanan yang diperoleh secara terus berat badan anak merupakan hal yang sulit, praktik
pemberian makan orang tua memiliki potensi
13
JTB Vol. 10 No. 1 (2021) 12-22 ISSN: 2301-5012

menjadi target yang baik untuk intervensi untuk keluarga, tingkat penghasilan orang tua, serta
mencegah kebiasaan makan yang tidak sehat dan peranan pola asuh orang tua.
mengembangkan kelebihan maupun kekurangan 1. Jenis Kelamin
berat badan pada anak-anak. [5] Jenis kelamin merupakan faktor yang
Berbagai permasalah konsumsi makanan anak mempengaruhi sebagaimana pentingnya konsumsi
pada usia praskolah antara lain : Anak makan seseorang, karena jenis kelamin
mengkonsumsi makanan dengan jenis yang menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi bagi
terbatas, sangat sulit untuk mengatuh kebiasaan seseorang. Laki-laki lebih banyak membutuhkan zat
makan anak, anak tidak menyukai makanan seperti tenaga dan protein dari pada perempuan, sehingga
sayuran dan buah, serta anak lebih suka mereka membutuhkan lebih banyak makanan. [9]
mengkonsumsi makanan ringan seperti junkfood. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya [2]
Kebiasaan makan dibentuk pada usia muda dan pada hubungan antara jenis kelamin dengan
dipertahankan selama usia selanjutnya dari waktu kebiasaan makan anak, diperoleh bahwa diantara
ke waktu perilaku makan yang ada pada masa 68 anak perempuan, terdapat 38 anak yang
kanak-kanak akan tetap ada, dengan implikasi memiliki kebiasaan makan buruk (55,9%) dan 30
seperti kerewelan dan variasi makanan yang buruk, anak memiliki kebiasaan makan baik (44,1%).
atau responsif yang tinggi terhadap isyarat Sedangkan di antara 42 anak laki-laki, terdapat 19
makanan dan peningkatan risiko obesitas. [6] anak dengan kebiasaan makan buruk (45,2%) dan
Preferensi makanan terus berubah sepanjang 23 anak memiliki kebiasaan makan baik (54,8%).
hidup, di bawah pengaruh faktor biologis, sosial, Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada
dan lingkungan [7] preferensi ini adalah penentu hubungan antara jenis kelamin dan kebiasaan
utama pilihan makanan, dan kualitas makanan yang makan anak.
dikonsumsi. Dalam penelitian lain sebelumnya [10] pada
Kemampuan anak dalam memilih konsumsi pengaruh jenis kelamin terdahap preferensi anak
makanan salah satunya dapat melalui metode terdahap makanan ditemukan bahwa jenis kelamin
pendidikan gizi untuk membantu anak agar lebih anak justru memiliki pengaruh terhadap pemilihan
cermat dalam memilih makanan yang mereka makanan mereka, anak laki-laki cenderung tidak
konsumsi. Karena kurang cermatnya anak dalam menyukai makanan yang mengandung sayuran,
memilih jajanan yang tidak sehat dapat sebaliknya anak-anak perempuan lebih banyak
menimbulkan beberapa dampak buruk seperti menyukai makanan yang mengandung sayuran,
obesitas dan kurang gizi. Janan anak sekolah tidak sehingga kebiasaan makan pada anak laki-laki
layak dikarenakan beberapa faktor seperti, bahan cenderung lebih buruk daripada kebiasaan makan
makanan dengan kualitas rendah, kondisi yang pada anak perempuan.
tidak higienis, alat yang digunakan tidak bersih, Tidak adanya hubungan antara jenis kelamin
makanan terkontaminasi bakteri, hingga dan kebiasaan makan anak sebabkan karena anak
penggunaan bahan berbahaya. [8] meskipun anak laki-laki dan perempuan memiliki
Memahami bagaimana kebiasaan makan anak- preferensi makanan yang berbeda, orang tua
anak berkembang memiliki potensi untuk memberi mereka memiliki pengetahuan yang cukup tentang
manfaat kesehatan anak selama seumur hidup gizi, sehingga mereka masih dapat memberikan
mereka. Secara langsung memodifikasi perilaku pendidikan kepada anak supaya memiliki kebiasaan
makan dan berat badan anak merupakan hal yang makan yang baik.
sulit, pemberian makan orang tua berpotensi
menjadi cara yang baik sebagai untuk mencegah 2. Pantangan
kebiasaan makan yang tidak sehat dan Pantangan atau alergi pada sesuatu bahan
mengembangkan kelebihan berat badan pada anak- makanan juga dapat mempengaruhi kebiasaan
anak. [5] makan anak, misalnya larangan terhadap bahan
Upaya memperkenalkan kebiasaan makan yang makanan seperti telur, ikan atau daging, padahal
baik perlu diperhatikan berbagai faktor yang anak sangat membutuhkan bahan makanan
mempengaruhi yaitu jenis kelamin, pantangan, tersebut guna memenuhi kebutuhan gizi.
pekerjaan ibu, pendidikan ibu, jumlah anggota Berdasarkan penelitian sebelumnya [11], dijelaskan

14
JTB Vol. 10 No. 1 (2021) 12-22 ISSN: 2301-5012

sebagian besar makanan yang dipantang yaitu


MSG, es, pewarna dan pengawet. 4. Pengetahuan Ibu
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya [2] Tingkat pendidikan ibu juga dapat
pada hubungan antara pantangan dengan mempengaruhi kebiasaan makan pada anak.
kebiasaan makan anak, didapatkan hasil bahwa di Tingkat pendidikan mempengaruhi seseorang
antara 48 anak yang memiliki pantangan, 23 anak memiliki ilmu serta informasi tentang makanan yang
memiliki kebiasaan makan yang buruk, dan 25 baik bagi kesehatan anak. Tingkat pendidikan ibu
memiliki kebiasaan makan yang baik. Sedangkan di merupakan faktor penting yang dapat menjadi
antara 62 anak yang tidak memiliki pantangan, dasar pengambilan keputusan dan melakukan
terdapat 34 anak memiliki kebiasaan makan yang tindakan. Semakin tinggi pendidikan ibu akan
buruk (54,8%) dan 28 anak memiliki kebiasaan semakin tinggi tingkat pengetahuan gizinya yang
makan yang baik (45,2%). Hasil tersebut berpengaruh pada pemilihan bahan makanan untuk
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan anatara dikonsumsi anak. [11]
pantangan dengan kebiasaan makan anak. Pada penelitian yang dilakukan sebelumnya
Pantangan pada anak sebagian besar hanya [14] menunjukkan dari total 30 ibu yang memiliki
pada jenis makanan tertentu seperti telur, susu dan pengetahuan kurang baik terdapat 24 anak dengan
udang, sehingga masih banyak alternatif pangan kebiasaan makan yang buruk (58,5%) dan 6 anak
lain yang dapat diberikan kepada anak. Sejalan dengan kebiasaan makan yang baik (10,2%).
dengan tingkat pengetahuan ibu terhadap gizi, ibu Sedangkan dari 70 ibu yang memiliki pengetahuan
dapat memberikan makanan-makanan diluar yang baik terdapat 17 anak dengan kebiasaan
pantangan mereka yang masih dapat memenuhi makan yang buruk (41,5%) dan 53 anak dengan
kecukupan gizi seimbang anak. kebiasaan makan yang baik (89,8%), sehhingga
terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu
3. Pekerjaan Ibu dengan kebiasaan makan anak.
Keluarga dengan hanya satu orang yang Tingkat pengetahuan ibu terhadap gizi yang
memiliki pekerjaan, dalam hal ini ibu tidak memiliki baik dapat diwujudkan dalam kemampuan
pekerjaan akan memiliki penghasilan yang lebih penyediaan makan sehari-hari dalam keluarga.
sedikit dibandingkan keluarga dengan ibu yang Sejalan dengan hasil penelitian tersebut tingkat
bekerja. Namun disisi lain keluarga tersebut pengetahuan ibu memiliki pengaruh yang cukup
memiliki kelebihan tersendiri dimana ibu lebih signifikan. Tingkat pengetahuan ibu mempengaruhi
banyak memiliki waktu luang untuk lebih bagaimana seorang ibu memiliki infomasi
memperhatikan anak-anaknya. [12] khususnya pada konsumsi makanan yang baik. Hal
Pada penelitian yang dilakukan [13] tersebut menjadi pengambilan keputusan ibu dan
didapatkan data bawah dari 22 ibu yang bekerja tindakan ibu pada pemilihan bahan makanan yang
hanya satu ibu (4.5%) memiliki anak dengan akan dikonsumi anak. Ibu mampu mengetahui
kebiasaan makan yang kurang, dan dari 9 ibu yang jenis-jenis bahan makanan dan jumlah porsi yang
tidak bekerja seluruhnya memiliki anak dengan dibutuhkan anak untuk memenuhi kecukupan gizi
kebiasaan makan yang baik (100%) . Pada mereka. Ibu juga mampu menentukan aturan
penelitian tersebut semua status pekerjaan ibu maupun larangan yang berkaitan dengan konsumsi
(bekerja maupun tidak bekerja) hampir semuanya makan anak, sehingga hal tersebut dapat
memiliki tingkat kebiasaan makan yang baik. meningkatkan kualitas kebiasaan makan anak.
Pekerjaan Ibu tidak memiliki pengaruh
terhadap kebiasaan makan anak diakibatkan karena 5. Jumlah Anggota Keluarga
walaupun sebagian waktu ibu dihabiskan untuk Jumlah anggota keluarga memiliki pengaruh
bekerja, ibu masih dapat meluangkan waktu untuk dalam ketersediaan jenis dan jumlah makanan
memberikan perhatian terhadap makanan anak. dalam keluarga. Jika anggota keluarga semakin
Seperti menyiapkan sarapan dan bekal makan siang banyak, begitu pula kebutuhan pangan dalam
sebelum berangkat kerja, menyiapkan makanan keluarga semakin tinggi.
dirumah dan sebagainya, sehingga makanan yang Pada penelitian yang dilakukan oleh [15] anak
dikonsumi anak tetap dapat memenuhi kecukupan dengan jumlah anggota keluarga besar sebanyak 19
gizi seimbang mereka. orang, sebagian besar memiliki kebiasaan makan

15
JTB Vol. 10 No. 1 (2021) 12-22 ISSN: 2301-5012

baik yaitu 17 (89,5%) dan sebanyak 2 anak karena dengan pendapatan yang cukup maka
(10,5%) memiliki kebiasaan makan kurang. keluarga lebih leluasa dalam pemilihan konsumsi
Sedangkan anak dengan jumlah anggota keluarga makan anak. Hal tersebut juga harus di ikuti oleh
kecil sebanyak 57 orang, sebagian besar memiliki pengetahuan ibu yang cukup terhadap kecukupan
kebiasaan makan baik sebanyak 53 (93%) dan 4 gizi, karena setiap orang memiliki pertimbangan
orang anak (3,5%) memiliki kebiasaan makan yang tersendiri dalam memilih jenis makanan yang
buruk. Hasil penelitian tersebut menunjukkan dikonsumsi. Tingkat pendapatan yang cukup tidak
bahwa jumlah anggota keluarga tidak diimbangi dengan pengetahuan tentang gizi yang
mempengaruhi kebiasaan makan anak. cukup akan menimbulkan pemilihan jenis makanan
Penelitan tersebut sejalan dengan penelitian yang salah.
lain yang dilakukan sebelumnya [16], bahwa jumlah
anggota keluarga tidak memiliki pengaruh terhadap 7. Faktor Pola Asuh Orang Tua
kebiasaan makan anak. Pola asuh yang dimaskud dalam hal ini adalah
Ada beberapa sebab mengapa jumlah anggota pola asuh yang berkaitan dengan bagaimana cara
keluarga tidak berpengaruh terhadap kebiasaan orang tua menentukan strategi untuk memberikan
makan anak, salah satu diantaranya karena walau kontrol terhadap konsumsi makanan anak, [18] di
terdapat jumlah yang besar dalam satu keluarga mana tujuan yang diharapkan mampu menunjang
namaun memiliki pendapatan yang cukup, maka pertumbungan serta perkembangan anak. Pola
keluarga memiliki kemampuan lebih dalam asuh yang baik dapat menjadi faktor keberhasilan
ketersediaan makanan untuk anak. Sebab lain dalam menentukan hasil yang baik bagi anak
berkaitan dengan pengetahuan ibu, ibu dengan mereka
tingkat pengetahuan yang tinggi mampu mengatur Pada penelitan sebelumnya [20] dilakukan
alokasi kebutuhan konsumsi untuk masing-masing review terhadap total 88 penelitian tentang
anggota keluarga, sehingga kebutuhan makan anak perananan orang tua yang dapat mempengaruhi
masih dapat terpenuhi. kebiasaan makan anak, dengan variabel yang
digunakan antara lain restrictive guidance,
6. Tingkat Pendapatan Orang Tua accessibility, pressure to eat, rewarding food
Tingkat pendapatan orang tua dapat menjadi consumption, rewarding with praise, dan using food
salah satu faktor yang mempengaruhi kebiasaan as reward.
makan anak. Pendapat orang tua berpengaruh a. Restrictive guidance ( pembatasan)
dalam kemampuan orang tua dalam pengadaan Restrictive guidance dapat diartikan sebagai
makanan bagi anak-anak mereka. frekuensi orang tua dalam menentukan aturan, atau
Dalam penelitian yang dilakukan sebelumnya batasan mengenai konsumsi makanan, hal ini
[17] pada hubungan antara taraf ekonomi keluarga termasuk serangkaian kontrol yang dilakukan orang
dengan kebiasaan makan anak, didapatkan hasil tua dalam menentukan makanan yang dikonsumsi
bahwa diantara 19 anak dalam keluarga dengan anak
taraf ekonomi yang tinggi, terdapat 6 anak dengan Menurut hasil studi , terdapat 33 penelitian
kebiasaan makan buruk (31,6%) dan 13 anak yang mempelajari tentang hubungan antara
memiliki kebiasaan makan yang baik (68,4%), Restrictive guidance dengan perilaku makan sehat
sedangkan 18 anak dalam keluarga dengan taraf seperti asupan buah dan sayuran. Di antara itu , 13
ekonomi yang rendah, terdapat 14 anak dengan penelitian mengindikasi terdapat hubungan positif ,
kebiasaan makan yang buruk (77,8%) dan 4 anak tiga menghasilkan hubungan negatif, sementara 17
memiliki kebiasaan makan yang baik (22,2%). Hal penelitian menunjukkan hubungan yang tidak
itu menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara signifikan.
tingkat pendapatan keluarga dengan kebiasaan Sedangkan penelitian pada perilaku makan
makan anak. Penelitian ini sejalan dengan penelitian tidak sehat seperti konsumsi minuman yang
Rizkya (2008) bahwa ada hubungan antara tingkat mengandung gula, 16 dari 38 penelitian
pendapatan orang tua dengan kebiasaan makan menunjukkan hubungan positif. Delapan studi
anak. menunjukkan hubungan negatif, sementara 14
Semakin tinggi pendapatan orang tua semakin penelitian menunjukkan hubungan yang tidak
baik kebiasaan makannya, hal ini disebabkan signifikan.
16
JTB Vol. 10 No. 1 (2021) 12-22 ISSN: 2301-5012

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa Orang tua juga dapat menerapkan


dengan cara orang tua memberikan batasan dan penggunaan makanan sebagai hadiah ketika anak-
aturan terhadap konsumsi anak dapat menurunkan anak menunjukkan perilaku yang diinginkan. Tiga
konsumsi anak terhadap makanan tidak sehat. penelitian menunjukkan hubungan yang negatif
Dengan arahan yang baik dan benar, diikuti dengan antara menggunakan makanan sebagai hadiah
pendidikan yang diberikan orang tua kepada anak, dengan konsumsi makanan sehat, dan tujuh
meningkatkan kesadaran diri anak, sehingga anak penelitian tidak menemukan hubungan yang
akan cenderung memperhatikan pemilihan signifikan antara dua variabel. Sebaliknya, enam
konsumsi makanan mereka dari sepuluh penelitian yang meneliti pengaruh
makanan sebagai hadiah pada konsumsi makanan
b. Pressure to eat (paksaan untuk makan) tidak sehat menemukan hubungan positif.
Orang tua juga dapat pelakukan paksaan Pemberian makanan sebagai imbalan justru
terhadap anak untuk makan lebih banyak makanan. meningkatkan konsumsi anak terhadap makanan
Dimaksudkan bahwa orang tua menggunakan yang tidak sehat. Hal tersebut dikarenakan imbalan
komunikasi secara verbal untuk mencoba dan yang ditawarkan orangtua kepada anak merupakan
membujuk anak-anak mereka mengonsumsi makanan-makanan yang tidak sehat seperti
makanan. Meskipun tujuan dilakukannya praktik ini permen, manisan dan makanan cepat saji.
untuk mendorong anak supaya mengonsumsi
nutrisi yang cukup bagi tubuh, namun beberapa d. Rewarding food consumption materially (
peneliti berpendapat bahwa hal itu justru memiliki imbalan berupa materi)
efek sebaliknya, yang mengarah pada rendahnya Daripada menggunakan makanan sebagai
asupan buah dan sayuran. [20] suatu bentuk hadiah, orang tua bisa menggunakan
Berdasarkan hasil studi pada 22 penelitian materi atau waktu bermain sebagai hadiah atas
tentang hubungan paksaan untuk konsumsi kemauan anak untuk mengonsumsi makanan sehat.
makanan sehat, 14 menunjukkan hubungan yang Dari 10 penelitian, enam penelitian
tidak signifikan, enam penelitian menunjukkan menunjukkan hubungan yang tidak signifikan
hubungan yang negatif, dimana paksaan orang tua antara pemberian imbalan dengan kebiasaan
mengakibatkan anak mengonsumsi makanan yang konsumsi makan sehat anak. Tiga penelitian
tidak sehat. Hanya dua penelitian yang menunjukkan hubungan yang positif, sementara
menunjukkan hubungan yang positif. satu penelitian menunjukkan hubungan yang
Sehubungan dengan konsumsi makanan tidak negatif.
sehat, delapan penelitian menunjukkan memaksa Pemberian imbalan berupa materi atau
anak untuk makan dikaitkan dengan peningkatan waktu untuk bermain kepada anak saat bersedia
konsumsi makanan tidak sehat secara signifikan, untuk mengonsumsi makanan sehat dapat
sementara 13 penelitian menunjukkan bahwa tidak meningkatkan konsumsi makanan sehat pada anak.
terdapat hubungan yang signifikan. Hal ini dapat terjadi jika makan makanan yang sehat
Penelitan tersebut menunjukkan bahwa adalah satu-satunya cara seseorang anak untuk
pemaksaan untuk mengonsumsi suatu makanan bisa bermain, anak akan cenderung mengabaikan
sehat justru menimbulkan peningkatan konsumsi ketidaksukaannya terhadap makanan sehat
anak pada makanan yang tidak sehat secara tersebut karena mengharapkan imbalan materi atau
signifikan. Pemaksaan yang dilakukan pada anak berupa waktu bermain
oleh orang tua justru menimbulkan keinginan anak
untuk melakukan hal yang sebaliknya. Perasaan e. Rewarding with praise (imbalan berupa
pujian)
terpaksa dalam mengonsumsi makanan
Orang tua dapat menghargai anak dengan
menimbulkan rasa ketidaksukaan anak terhadap
pujian daripada imbalan materi. Beberapa
makanan tersebut, sehingga anak justru akan
penelitian telah menyarankan bahwa pujian secara
menghindari makanan tersebut dan mengonsumsi
kualitatif berbeda dengan jenis penghargaan lain,
makanan yang tidak sehat.
kemungkinan dikarenakan pujian menumbuhkan
kebutuhan intrinsik , dan otonomi dibangingkan
c. Food as reward (makanan sebagai
imbalan) dengan imbalan materi. Di antara tujuh penelitian
17
JTB Vol. 10 No. 1 (2021) 12-22 ISSN: 2301-5012

yang meneliti hubungan pujian dengan konsumsi sehat. Orang tua yang memiliki pengetahuan
makanan sehat, empat penelitian menunjukkan tentang gizi yang tinggi akan lebih banyak
hubungan yang positif, sementara tiga mengenalkan anak-anak mereka terhadap
menunjukkan hubungan yang tidak signifikan. makanan-makanan sehat, sehingga anak akan lebih
Pemberian imbalan berupa pujian juga terbukti familiar dengan rasa dari makanan-makanan
dapat meningkatkan tingkat konsumsi makanan tersebut, dan pada akhirnya menimbulkan rasa suka
sehat pada anak. Hal ini dapat diasumsikan bahwa terhadap makanan sehat tersebut.
pujian secara kualitatif dapat menimbulkan rasa 8. Strategi untuk meningkatkan kebiasaan
kepuasan tersendiri dan rasa percaya diri bagi anak. makan anak
Untuk meningkatkan kebiasaan makanan anak
f. Accessibility (aksesbilitas) secara langsung merupakan hal yang tidak mudah.
Kontrol orang tua terhadap aksesibilitas Peningkatan kebiasaan makan anak yang berhasil
makanan mengacu pada “apakah makanan dibutuhkan pengetahuan gizi oleh orang tua atau
disiapkan dan disajikan dalam bentuk yang pengasuh untuk memastikan bahwa praktik
memungkinkan atau mendorong anak untuk pemberian makan, serta jumlah kalori yang
memakannya”. Enam penelitian meneliti hubungan diberikan, sesuai. Selain itu diperlukan strategi-
aksesibilitas dengan tingkat konsumsi buah dan strategi yang dapat dilakukan orang tua, seperti
sayur pada anak. Empat penelitian menunjukkan melakukan pembatasan atau memberikan aturan,
hubungan positif, sementara dua menunjukkan memberikan imbalan kepada anak dan
hubungan yang tidak signifikan, menunjukkan mengenalkan makanan-makanan sehat kepada
bahwa aksesibilitas berpotensi menjadi strategi anak sejak kecil.
orang tua yang bermanfaat dalam mendorong anak Penelitian mengenai strategi untuk
makan makanan sehat. meningkatkan kebiasaan makan anak masih sangat
Aksesbilitas menunjukkan hubungan yang terbatas. Tabel 1 merangkum strategi untuk
positif terhadap tingkat konsumsi makanan sehat. meningkatkan kebiasaan makan anak menurut.
Dengan menyiapkan dan menyajikan hanya [21]
makanan sehat dalam lingkungan keluarga dan
menghingari makanan tidak sehat maka dapat
mendorong anak untuk mengonsumsi makanan

Table 1. Strategi untuk meningkatkan kabiasaan makan anak [21]

Strategi Praktik
Kontrol Tertutup - Hanya menyediakan makanan sehat dirumah
- Menghindari toko atau restoran yang menjual
makanan tidak sehat
Mendorong pengaturan diri - Kesadaran pada anak
- Sajikan porsi yang cukup
- Bantu dalam mengatur lingkungan makan
Pola asuh Authoritative - Mendorong anak untuk mencoba makanan baru
- Menjadikan orang tua sebagai contoh
- Orang tua menunjukkan kebiasaan makan sehat
dan manfaat dari makanan.
- Jangan menunjukkan ketidaksukaan pada
makanan.
Menu dalam Keluarga - Kenalkan pada berbagai jenis makanan
- Pengenalan makanan secara berulang

18
JTB Vol. 10 No. 1 (2021) 12-22 ISSN: 2301-5012

- Izinkan anak untuk memiliki input dalam


pemilihan makanan
- Frekuensi tinggi makan bersama keluarga
- Sarapan bersama setiap hari
- Bersosialisasi saat makan
- Matikan TV saat makan
Intervensi berbasis pada orang tua - Intervensi berbasis pendidikan
- Saran terkait makanan
- Dukungan sosial
- Hindari pemberian makanan (tidak sehat)
sebagai hadiah
Lingkungan Keluarga - Mengenalkan rasa dari makanan sehat sejak dini
- Berikan peran dalam belanja dan
mempersiapkan makanan
- Ketersediaan makanan sehat
- Kurangi waktu menonton

Semua faktor-faktor diatas memiliki peranan memberikan anak input dalam pemilihan makanan
dalam pengaruhnya terhadap kebiasaan makan didasari pendidikan atas makanan sehat, dapat
anak, namun faktor yang paling menonjol meningkatkan kebiasaan anak untuk mengonkumsi
pengaruhnya terhadap kebiasaan makan anak makananan sehat. Melakukan makan bersama-
adalah pengetahuan dan pola asuh orang tua. sama keluarga dan menhindari menonton tv saat
Orang tua yang memiliki pengetahuan tentang gizi makan dapat membentuk kebiasaan makan yang
akan menyadari betapa pentingnya kecukupan gizi teratur pada anak.
anak akan mengajarkan kebiasaan makan yang baik
B. Hubungan Kebiasaan Makan Terhadap
pada anak dengan kebiasaan makan yang teratur
Capaian Gizi Seimbang Anak Prasekolah
dan selalu memperhatikan kandungan gizinya yang
mengacu pada pedoman gizi seimbang. Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan
Orang tua akan terus melakukan dorongan untuk Masyarakat Indonesia merupakan suatu nilai
kepada anak untuk mencoba makan-makan baru yang menunjukkan kebutuhan rata-rata zat gizi
yang beragam. Orang tua menjadikan dirinya tertentu yang harus dipenuhi setiap hari bagi setiap
sebagai contoh, menunjukkan kebiasaan makan orang yang disesuaikan dengan umur, jenis
yang sehat dan manfaat dari makanan sehat
kelamin, tingkat aktivitas fisik, dan kondisi fisiologis
tersebut, dan tidak menunjukkan didepan anak
ketidaksukaan atas suatu makanan. Pengenalan untuk hidup sehat. [22]
makanan sehat secara berulang-ulang, serta

Tabel 2. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat, dan Air yang
dianjurkan (per orang per hari) [22]

Kelompok Berat Tinggi Energi Protein Lemak (g) Karbohidrat Serat Air
Umur Badan Badan (kkal) (g) Total Omega Omega (g) (g) (ml)
(kg) (cm) 3 6
4-6 19 113 1400 25 50 0.9 10 220 20 1450
Tahun

Penyampaian pesan Gizi Seimbang kepada edukasi yang tepat dan berbasis masyarakat agar
masyarakat memerlukan komunikasi, informasi, dan penyampaian dapat optimal. Pendidikan dan

18
JTB Vol. 10 No. 1 (2021) 12-22 ISSN: 2301-5012

penyuluhan gizi menggunakan Pola konsumsi cara pemberian makan tidak sesuai dengan
pangan sehat dikenal dengan sebutan Pangan seharusnya (kurang dari 3x sehari), hal ini
Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA). disebabkan karena anak lebih sering bermain
Beragamnya konsumsi pangan dapat memberikan dengan teman-temannya sehingga lupa untuk
dorongan terhadap penyediaan produk pangan makan. Akan tetapi, berdasarkan pengakuan orang
yang lebih beragam dan aman untuk dikonsumsi, tua setiap makan anak selalu mengkonsumsi nasi,
termasuk produk pangan yang berbasis sumber lauk, sayur-sayuran dan buah-buahan. Hal ini sesuai
daya lokal. [1] dengan penelitian yang dilakukan oleh [27] yang
Capaian gizi seimbang anak memiliki mengatakan bahwa anak dengan capaian gizi
keterkaitan dengan Kebiasaan makan anak. Kondisi normal, namun mempunyai kebiasaan makan yang
kesehatan dan kondisi gizi yang baik dimungkinkan tidak baik. Hal tersebut dapat terjadi karena cara
dapat dicapai dengan cara mengkonsumsi makanan pemberian makan pada anak tidak sesuai dengan
yang baik. [23] yang seharusnya, namun jumlah asupan kalori yang
Hasil analisis hubungan kebiasaan makan dikonsumsi sesuai dengan AKG-nya masing-masing,
dengan capaian gizi seimbang pada anak usia sehingga menghasilkan capaian gizi yang normal.
prasekolah di TK Kristen Tunas Rama kota Makassar Menurut hasil penelitan tersebut kebiasaan
yang dilakukan sebelumnya [4] didapatkan bahwa makan dapat berpengaruh pada capaian gizi
dari 78 responden yang diteliti terdapat 64 (82,1%) seimbang anak. Anak yang makan dengan porsi
responden dengan kategori kebiasaan makan baik yang banyak akan cenderung memiliki capaian gizi
dengan capaian gizi dalam kategori normal. Dalam yang berlebih, sebaliknya anak yang mengonsumsi
penelitian ini juga didapatkan terdapat 8 (10,3%) makanan yang kurang cenderung memiliki capaian
responden yang memiliki kebiasaan makan kategori gizi yang kurang. Faktor-faktor lain, seperti pola
baik dengan capaian gizi kategori lebih. Capaian gizi asuh orang tua, juga dapat mempengaruhi hal
lebih terjadi apabila zat-zat gizi yang diperoleh tersebut. Orang tua yang memahami betapa
tubuh melebihi jumlah yang dibutuhkan, sehingga pentingnya kesehatan dalam keluarga akan
dapat menimbulkan efek yang membahayakan. mengajarkan kebiasaan makan yang baik pada anak
[24] dengan kebiasaan makan yang teratur dan selalu
Anak di TK Kristen Tunas Rama Kota memperhatikan kandungan gizinya yang mengacu
Makassar juga ditemukan mempunyai capaian gizi pada pedoman gizi seimbang. Selain itu kebiasaan
kategori lebih, hal ini disebabkan karena lebih sering makan anak juga dipengaruhi oleh tingkat
makan dengan porsi yang banyak. Anak yang pendidikan orang tua. Sehingga walaupun kurang
memiliki berat badan lebih juga tidak ikut bermain dalam konsumsi makanannya, orang tua mampu
dengan teman-temannya sehingga aktivitas anak untuk memilih dan mengolah makanan yang tepat
lebih rendah daripada anak yang memiliki capaian yang akan diberikan kepada anaknya agar
gizi baik. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang kebutuhan gizi seimbang anak masih dapat tercapai
pernah dilakukan sebelumnya [25] yang dengan baik.
mangatakan bahwa aktivitas anak yang kurang
dapat mengakibatkan kalori yang masuk ke tubuh SIMPULAN
lebih banyak daripada yang dikeluarkan sehingga
dapat menyebabkan anak menjadi gemuk. Menurut Berdasarkan hasil studi, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut
penelitian sebelumnya [26] aktivitas fisik dan
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi
lingkungan keluarga pada anak pra-sekolah menjadi
kebiasaan makan anak prasekolah
faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap
Berdasarkan hasil studi dapat disimpulkan
terjadinya gizi lebih. Anak yang memiliki aktivitas
bahwa kebiasaan makan pada anak dapat
fisik kurang aktif berisiko 6 kali lebih tinggi dalam
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: jenis
mengalami gizi lebih.
kelamin, pantangan, pekerjaan ibu, pengetahuan
Hasil penelitian selanjutnya didapatkan dari
ibu, jumlah anggota keluarga, tingkat pendapatan
78 responden yang menyatakan bahwa kebiasaan
keluarga, dan pola asuh orang tua. Faktor yang
makan kategori kurang baik dengan capaian gizi
paling memiliki pengaruh terhadap kebiasaan anak
kategori baik terdapat 2 (2,6%) responden.
adalah pengetahuan ibu dan pola asuh orang tua
Kebiasaan makan kurang baik disebabkan karena
20
JTB Vol. 10 No. 1 (2021) 12-22 ISSN: 2301-5012

2. Hubungan Kebiasaan makan terhadap behaviors and dietary quality of meals from
capaian gizi seimbang anak prasekolah ages 2 to 5. Appetite, 87: 324–329.
Berdasarkan hasil studi dari beberapa [7] Ventura, A.K.; Worobey, J.2013 Early influences
penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat on the development of food preferences.
hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan Curr. Biol., 23(9): 401-408
dengan capaian gizi seimbang anak. [8] Nurani, E. E. 2017 Pengaruh Penyuluhan Metode
Diharapkan orang tua dapat Partisipatif Tentang Jajan Sehat
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan Terhadap Praktek Pemilihan Jajan Anak
tentang kandungan gizi yang terdapat dalam Sekolah.; 761(3)
makanan sebelum, sehingga orang tua mampu [9] Widiyaningsih; Ratna. 2006. Hubungan antara
memilih dan menentukan makanan yang tepat yang Karakteristik Anak dan..Orang tua dengan
harus diberikan kepada anak agar capaian gizi Konsumsi Makan..Pagi pada Anak Usia Pra
seimbang dapat terpenuhi. Sekolah (4-6 Tahun) Di TK Barunawati II
Jakarta Barat Tahun 2006. UI
SARAN [10] Proverawati, A.; Prawirohartono, E.P.; Kuntjoro
T. 2008 Jenis kelamin anak, pendidikan ibu,
Studi yang dilakukan terbatas pada hanya untuk dan motivasi dari guru serta hubungannya
mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat dengan preferensi makanan anak sekolah
mempengaruhi suatu kebiasaan makan pada anak pada anak prasekolah di TK Universitas
prasekolah dan hubungannya dengan capaian gizi Muhammadiyah Purwokert, 5(2), 78-83
seimbang, maka perlu adanya penelitian lebih lanjut
[11] Wahyuningsih, U. 2004. Gambaran Kebiasaan
pada strategi-strategi yang dapat dilakukan orang
Makan Pada Anak Usia Prasekolah (4-6
tua dalam mengontrol kebiasaan makan anak
Tahun) Di TK Patra II dan TK Al Wildan. UI
supaya tercipta kebiasaan makan yang baik dan
kebutuhan gizi seimbang pada anak dapat tercapai. [12] Senduk, S. 2000. Pengelolaan Keuangan
Keluarga. Gramedia. Jakarta
REFERENSI
[13] Karyani, I.; Husin, S.; Febry, F. 2009 Gambaran
Kebiasaan Makan Pada Anak Prasekolahdi
[1] Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
Tk Bhakti Asuhan Dan Tkit Izzuddin
22 Tahun 2009 tentang Kebijakan
Palembang, 3(3):108-193
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi
Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal [14] Munawaroh, Lailatul. 2006. Hubungan antara
Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu dan Pola
[2]Kurniawaty S.2011 Faktor-faktor yang
Makan Balita dengan Gizi Balita di Wilayah
Berhubungan dengan Kebiasaan Makan
Kerja Puskesmas Kedungwuni II Kabupaten
Anak Usia Prasekolah (4-6 tahun) di TK Al-
Pekalongan. UNNES
amanah Kecamatan Sindang Jaya
Kabupaten Tangerang.UINJKT [15] Helmi 2012 Hubungan Karakteristik Keluarga
dan Kebiasaan Makan dengan Status Gizi
[3] Yuliani, Santi 2013 Hubungan Karakteristik
Anak Baduta di Wilayah Kerja Puskesmas
Anak Usia Prasekolah Dengan Kecerdasan
Minasa Upa. UINAM
Emosi Di Paud Kecamatan Sigaluh
Kabupaten Banjarnegara. Bachelor Thesis,
Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
[16] Zai, H. E. 2003 Pola Pemberian ASI Dan Mp-
[4] Sambo, M., Ciuantasari, F., Maria, G. 2020 ASI Serta Status Gizi Anak, Di Desa Maliwa'a
Hubungan Pola Makan Dengan Gizi Pada Dan Desa Bobozioli Loloana' a Kecamatan
Anak Usia Prasekolah,11(1), 423-429 Idanogawo Kabupaten Nias Propinsi
Sumatera Utara. IPB
[5] Finnane, J.M.; Jansen, E.; Mallan, K.M.; Daniels,
L.A. 2017 Mealtime structure and [17] Ningsih, Fadhilah 2010 Faktor–faktor yang
responsive feeding practicesare associated Berpengaruh Terhadap Pola Makan Anak
with less food fussiness and more food Usia Prasekolah di TK Marina Dusun Ciniayo
enjoyment in children. J. Nutr. Educ. Behav. Desa Panyangkalang Kecamatan Bajeng
, 49:11–18. Kabupaten Gowa. Undergraduate (S1)
thesis, Universitas Islam Negeri Alauddin
[6] Montaño, Z.; Smith, J.D.; Dishion, T.J.; Shaw,
Makassar.
D.S.; Wilson, M.N. 2015 Longitudinal
relations between observed parenting
21
JTB Vol. 10 No. 1 (2021) 12-22 ISSN: 2301-5012

[18] Lopez, N. V, Schembre, S., Belcher, B. R.,


O’Connor, S., Maher, J. P., Arbel, R.,
Margolin, G., & Dunton, G. F. (2018).
Parenting styles, food-related parenting
practices, and children’s healthy eating: A
meditation analysis to examine
relationships between parenting and child
diet. Appetite, 128, 205–213
[19] Kooraneh, A. E., & Amirsardari, L. (2015).
Predicting early maladaptive schemas using
Baumrind’s parenting styles. Iranian Journal
of Psychiatry and Behavioral Sciences, 9(2),
26–30.
[20] Yee, A.Z.H.; Lwin M.O.; Ho S.S.2017 The
Influence of Parental Practices on Child
Promotive and Preventive Food
Consumption Behaviors: A Systematic
Review and Meta-Analysis. Physical
Activity,14(1):47
[21] Scaglioni, S.; De Cosmi, V.; Ciappolino, V.;
Parazzini, F.; Brambilla, P.; Agoston, C.2018
Factors Influencing Children’s Eating
Behaviours. Nutrients,10(6): 706
[22] Menkes RI. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan
RI Nomor 28 Tahun 2019 tentang Angka
Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk
Masyarakat Indonesia
[23] Nasution, H. S., Siagian, M., & Sibagariang, E.
E. (2016). Hubungan Pola Makan dengan
Gizi pada Anak Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Medan Sunggal di Lingkungan
XIII Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan
Sunggal tahun 2018. 4002, 63–69.
[24] Cahyaputra, E. (2016). Hubungan Antara Pola
Makan, Gizi, dan Tingkat Kebugaran
Jasmani Siswa Kelas Atas SD Rejosari 3
Semin Gunung kidul. Pendidikan Jasmani
Kesehatan Dan Rekreasi, 6(2), 135.
[25] Sa’diya, L.K. (2015).Hubungan Pola Makan
Dengan Gizi Anak Pra Sekolah Di Paud
Tunas Mulia Claket Kecamatan Pacet
Mojokerto. Midwiferia,1(2).
[26] Rahma, N. D., Ardiaria, M., & Dieny, F. F.
(2019). Pola Asuh Aktivitas Fisik Terhadap
Resiko Kejadian Gizi Lebih pada Anak
Prasekolah di Kecamatan Ngesret dan
Tembalang, Semarang. 42(1), 1–10.
[27] Sari, G., Lubis, G., & Edison. (2016). Hubungan
Pola Makan dengan Gizi Anak Usia 3- 5
tahun di Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo Padang 2014. Jurnal Kesehatan
Andalas, 5(2), 391–394.

22

Anda mungkin juga menyukai