Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesulitan makan atau picky eater yaitu secara fisiologis anak sulit makan

atau menolak makan atau mengalami kesulitan untuk mengkonsumsi makan atau

minuman terentu dengan jumlah yang sesuai usia secara wajar dimulai membuka

mulutnya tanpa sebuah paksaan, mengunyah, menelan, menelan hingga di

proses dan terserap oleh organ pencernaan dengan baik tanpa paksaan serta tanpa

pemberian vitamin atau obat tertentu (Judarwanto 2011; Octaviyani 2017).

Anak prasekolah yaitu anak yang berusia 3 sampai 5 tahun. Pada periode

prasekolah terjadi pertumbuhan dan perkembangan anak secara biologis,

psikososial, kognitif, spritual dan sosial yang signifikan. Nutrisi, tidur, aktivitas,

kesehatan gigi, pencegahan cedera, serta peran orang tua dalam merawat anak

yang sakit (Wong 2008 ).

Peran orang tua merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku

picky eater pada balita. Orang tua khususnya ibu sangatlah berperan penting

dalam mengasuh, membimbing, memberikan pengertian serta menyediakan

fasilitas kepada anak agar mengelola, menjaga, dan memperbaiki perilaku anak

yang mengalami sulit makan (Ali 2002; Wahyuni, 2011).

Nutrisi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap

perumbuhan dan perkembangan anak usia praseoklah. Gizi yang seimbang dan

kalori yang mencukupi harus dimiliki seorang anak prasekolah agar memenuhi

kebutuhan nutrisinya. Sifat pertumbuhan dan perkembangan khas yang

terbentuk ini dapat mempengaruhi pola makan pada anak. Pertumbuhan dan
perekembangan anak dapat terganggu jika nutrisi tidak terpenuhi. Gizi yang

tidak terpenuhi secara adekuat dapat menyebabkan gizi buruk pada anak usia pra

sekolah (Waugh, 2014 Octaviyani, 2017)

Pola makan yang baik pada anak usia prasekolah yaitu dengan total kalori

980 kkal yang terdiri yang terdiri dari energi protein sebesar 10-15%, energi dari

lemak sebesar 20-30%, energi dari lemak jenuh sebesar <10%, energi dari lemak

jenuh ganda sebesar 6-10%, energi dari asam lemak monounsaturated sebesar

>10%, kolesterol sebesar <210%, dan energi dari karbohidrad sebesar 55-70%.

Bagi anak usai prasekolah menu makan yang baik dan harus disediakan yaitu

sebesar 70-75 % dari kebutuhan harian. Pada kenyataannya tidak semua orang

tua dapat menghadirkan asupan gizi yang baik untuk anak-anaknya karena

banyak faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas ini, salah satu faktor tersebut

peran orang tua dan pola asuh ( Merkiel dan chalcraz 2016: Octaviayani 2017 )

World health organization (WHO) mengatakan masalah sulit makan di

negara maju seperti Inggris dan Australia, anak berumur 3 tahun 17%

digambarkan memiliki nafsu makan yang buruk dan 12% picky eaters.

Prevalensi picky eaters di negara berkembang yaitu indonesia terjadi pada anak

sekitar 20%, dari anak picky eaters 44,5 % mengalami malnutrisi ringan sampai

sedang, dan 79,2 dari subjek penelitian telah mengalami picky eaters lebih dari

3 bulan. Pada usia dua tahun pertumbuhan dan perkembangan anak

membutuhkan gizi cukup yang dipengaruhi oleh faktor internal berupa genetik

dan faktor eksternal berupa asupan makanan yang dikonsumsi setiap hari.

Prevalensi anak gizi kurang di negara berkembang yaitu indonesia mencapai

13% serta untuk kematian akibat gizi buruk mencapai 54%, sebanyak 1,5 juta
anak meninggal karena pemberian makan yang tidak tepat dan 90% diantaranya

terjadi diantara negara berkembang tertentu (Waugh 2014; Octaviyani 2017).

Angka kejadian masalah kesulitan makan dibeberapa Negara termasuk

cukup tinggi. Sebuah penelitian oleh The Gateshead Millenium Baby Study pada

tahun 2014 di Inggris menyebutkan 20% orang tua melaporkan anaknya

mengalami masalah makan, dengan prevalensi tertinggi anak hanya mau makan

makanan tertentu. Studi di Italia mengungkapkan 6% bayi mengalami kesulitan

makan, kemudian meningkat 25-40% pada saat fase akhir pertumbuhan. Survey

lain di Amerika Serikat menyebutkan 19-50% orang tua mengeluh anaknya

sangat pemilih dalam makan sehingga terjadi defisiensi zat gizi tertentu (Waugh,

2014; Octaviyani 2017)

Status gizi menurut Departemen Kesehatan (Depkes) RI dalam profil kesehatan

Indonesia tahun 2013 yang didapat dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), terdapat

19,6% balita kekurangan gizi yang terdiri dari 5,7% balita dengan gizi buruk dan

13,9% berstatus gizi kurang. Pada tahun yang sama terdapat 37,2% balita dengan

tinggi badan dibawah normal yang terdiri dari 18,0% balita sangat pendek dan

19,2% balita pendek. Indikator antropometri lain untuk menilai status gizi balita

yaitu berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), pada tahun 2013 terdapat 12,1%

balita wasting (kurus) yang terdiri dari 6,8% balita kurus dan 5,3% sangat kurus.

Secara nasional prevalensi kurus pada anak balita masih 12,1%, yang artinya

masalah kurus di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan yang serius

(Depkes RI 2013).
STATUS GIZI BANJARMASIN ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,(DINKES kota

Banjarmasin 2016)

Taman kanak-kanan (TK) merupakan awal dari pengenalan anak dengan

suatu lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar keluarga.Seorang

anak usia Tk sedang mengalami masa tumbuh kembang yang relatif pesat.

Proses perubahan fisik,emosi dan sosial anak berlangsung dengan cepat. Proses

ini dipengaruhi oleh berbagai faktor dari diri anak sendiri dan lingkungan.

Konsumsi pangan,pada usia ini anak masih merupakan golongan konsumen

pasif, yaitu belum dapat mengambil dan memilih makanan sendiri sesuai dengan

kebutuhannya sehingga pada usia ini anak sangat rentan terhadap berbagai

masalah kesehatan apabila kondisinya kurang gizi (Masitah Matondang 2007).

Salah satu masalah anak pada usia prasekolah yang sering terjadi yaitu sulit

makan dikarenakan pada usia ini anak memasuki periode picky eating dan

cenderung menjadi pemilih dalam segi makanan, yaitu anak lebih rewel dan

lebih memberontak dalam hal makan. Beberapa faktor yang mempengaruhi sulit

makan pada anak usia prasekolah yaitu jenis makanan, tampialan makanan,

pengaturan jadwal pemberian makanan (Irmawaty 2013)

Picky eater jika didiamkan dapat menyebabkan inadekuasi intake yang

dapat berujung pada terjadinya gangguan pertumbuhan anak. Penelitian

Saraswati (2012) menemukan bahwa anak yang mengalami picky eater lebih

berisiko memiliki berat badan rendah, terutama pada anak usia balita, perilaku

picky eater yang tidak diatasi sedini mungkin bisa menyebabkan anak terbiasa

pilihpilih makanan dan bisa menyebabkan anak kekurangan asupan nutrisi


sehingga dapat mempengaruhi status gizinya juga dapat menggambarkan suatu

pola pembatasan makanan yang mungkin dapat berlanjut dan berperan dalam

gangguan perilaku makanan saat dewasa.

Pada masa bayi dan balita orang tua harus selalu memperhatikan kualitas

dan kuantitas makanan yang akan dkonsumsi oleh anak dengan cara

membiasakan pola makan yang seimbang dan terautur setiap hari sesuai dengan

tingkat kecukupan. Balita sangat tergantung pada ibu untuk memenuhi

kebutuhannya sehari-hari karena balita belum bisa mengurus dirinya sendiri

dengan baik serta belum mampu mendapatkan sesuatu secara mandiri apa yang

diperlukan (Arisman 2009).

Peran seorang ibu sangat penting atau di butuhkan dalam pemenuhan gizi

pada anak. Pengetahuan dan ketrampilan yang memadai seharusnya dimiliki

oleh ibu sebagai modal dalam pemenuhan gizi bagi anak. Para ibu khususnya

harus memiliki kesabaran bila anaknya mengalami problema makan, dan lebih

memperhatikan asupan makanan sehari-hari bagi anaknya. Peran ibu yaitu

mengasuh, membimbing, memberikan pengertian serta menyediakan fasilitas

atau sebagai fasilitator

Peneliti akan melakukan studi pendahuluan di TK ... Pada tanggal ......

Didapatkan hasil .....

Ibu memegang peranan penting karena ibu lebih dekat dengan anak dan tahu

tentang kebutuhan anak terutama pada saat anak mengalami kesulitan makan,

untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Peran

Ibu dengan jenis makanan terhadap perilaku Sulit Makan Pada Anak TK ....di

Banjarmasin
B. Rumusan Masalah

Ibu sangatlah berperan penting dalam membimbing, memberikan

pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak dalam

memenuhi kebutuhan nutrisi anak yang mengalami sulit makan, berdasarkan hal

tersebut maka rumusan masalah penelitian adalah Apakah ada hubungan peran

ibu dengan jenis makanan terhadap perilaku sulit makan pada anak TK... di

Banjarmasin tahun 2017 ?.

C. Tujuan Penilitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu Postpartum Tentang Perawatan Tali

Pusat Pada Bayi Di Klinik Bersalin Banjarmasin.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan umur.

b. Mengidentifikasi peran ibu yang memiliki anak usia prasekolah di

TK.... di Banjarmasin tahun 2017

c. Mengidentifikasi jenis makanan anak usia prasekolah di TK.... di

Banjarmasin tahun 2017

d. Mengidentifikasi perilaku sulit makan anak di TK... di Banjarmasin

tahun 2017

e. Menganalisi hubungan peran ibu dengan jenis makanan terhadap

perilaku sulit makan pada anak TK.. di Banjarmasin tahun 2017

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan refrensi dan masukan

bagi ilmu pengetahuan khususnya mengenai peran ibu terhadap perilaku

anak yang mengalami sulit makan serta dapat digunakan sebagai bahan

pengembangan keperawatan anak serta pengembangan peran ibu pada anak

usia Prasekolah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Intitusi Pendidikan STIKES Suaka Insan

Hasil penelitian ini diharapakan menjadi salah satu refrensi dalam

perpustakan STIKES Suaka Insan dan dapat memberikan masukan bagi

institusi pendidikan sebagai materi perilaku sulit makan pada anak untuk

dapat mengembangkan mata kuliah dalam bidang keperawatan anak.

b. Bagi Intutisi TK

Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi intitusi pendidikan

dan sumber informasi bagi instansi dalam menigkatkan derajat

kesehatan khususnya anaka-anak usia prasekolah di TK.... di

Banjarmasin.

c. Bagi ibu

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukan bagi ibu

untuk mengetahui pentingnya peran ibu kepada anak dalam menangani

perilaku sulit makan

d. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat dipakai peneliti yang akan datang untuk

mengarahkan kepada penelitian yang lebih luas. Dengan penelitian ini

diharapkan dapat menjadi referensi dalam bagi peneliti selanjutnya yang


tertarik untuk meneliti mengenai peran ibu terhadap perilaku sulit

makan pada anak.

E. Keaslian Penelitian

1. Erna Eka Wijayanti, SST(2010). Penelitian Ini Berjudul Peran Ibu

Terhadap Pemberian Gizi Pada Anak Usia 15 Tahun Di Desa

Sumurgeneng Wilayah Kerja Puskesmas Jenu Kabupaten Tuban. Penelitian

ini menggunakan desain penelitian deskriptif dan sampel yang diambil dari

keseluruhan ibu yang memiliki anak usia 1 5 tahun yang memenuhi

kriteria dan bersedia diteliti. Pengumpulan data ini dengan menggunakan

kuesioner dan pengolahan data menggunakan skor T. Hasil penelitian

menunjukkan sebagian besar ibu telah mendidik anaknya dengan baik

sebesar 59 ibu (60,82%) dan yang tidak mendidik anaknya dengan baik

sebesar 38 ibu (39,18%). Sedangkan hasil penelitian peran ibu sebagai

pengasuh, sebagian besar ibu telah mengasuh anaknya dengan baik sebesar

61 ibu (62,89%) dan yang tidak mengasuh anaknya dengan baik sebesar 36

ibu (37,11% ). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, meskipun desa

sumurgeneng merupakan desa yang paling banyak balitannya mengalami

gizi buruk tetapi para orangtua terutama seorang ibu telah mendidik dan

mengasuh anaknya dengan baik sehingga nutrisi anak dapat terpenuhi dan

anak mendapatkan gizi yang cukup. Dan diharapkan bagi tenaga kesehatan

agar lebih banyak melakukan penyuluhan penyuluhan tentang pentingnya

pemberian gizi pada anak. . Persamaan dengan penelitian ini adalah

kuantitatif, jenis penelitian deskriptif dan sampel penelitian ibu. Perbedaan


dengan penelitian ini adalah teknik sampling accidental, dan waktu

penelitian serta tempat penelitian.

2. Rizka Nurul Khasanah .Penelitian ini berjudul Hubungan Peran Orang Tua

Sebagai Fasilitator Pemberian Asupan Makanan Dengan Status Gizi Pada Anak

Pra Sekolah Tk/Ra Guppi 1 Kalijambe Sragen. Penelitian ini merupakan

penelitian deskriptif korelasi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat

hubungan peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan

dengan status gizi pada anak prasekolah. Rancangan penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan cross sectional.

Metode cross sectional dalam penelitian ini variabel sebab atau resiko dan

akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian di ukur atau

dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan). Variabel

dalam penelitian ini yaitu peran orang tua sebagai fasilitator pemberian

asupan makanan dan status gizi diukur dalam waktu yang bersamaan.

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara total

sampling. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan jumlah sampel sama dengan populasi. Alasan

mengambil total sampling karena jumlah populasi yang kurang dari 100

seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan

makanan pada anak prasekolah di TK/RA GUPPI I Kalijambe Sragen dalam

kategori baik sebanyak 11 orang (22,9%). Responden mempunyai peran

sebagai fasilitator pemberian asupan makanan dengan kategori baik di mana

orang tua membantu anak menentukan menu makanan setiap hari (66,7%).
Mereka menawarkan jenis makan yang akan dikonsumsi pada hari

berikutnya. Orang tua juga terus memberikan variasi menu bagi anak agar

mereka tidak bosan dengan menu yang dikonsumsi setiap harinya. Orangtua

juga memenuhi banyaknya makanan bagi anak (68,1%). Mereka memenuhi

kebutuhan makanan bagi anak sesuai dengan kebutuhan masing-masing

anak. Mereka juga menawarkan jumlah makanan yang akan dikonsumsi

oleh anak sebelum mereka makan. Kesimpulan penelitian ini Peran orang

tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan pada anak prasekolah di

TK/RA GUPPI I Kalijambe Sragen sebagian besar dalam kategori cukup

yaitu sebanyak 24 orang (50,0%), kategori baik yaitu sebanyak 11 orang

(22,9 %) dan kurang yaitu sebanyak 13 (27,1 %) . Status gizi pada anak

prasekolah di TK/RA GUPPI I Kalijambe Sragen dalam kategori kurang

baik dan baik masing-masing sebanyak 24 orang (50,0%). Ada hubungan

peran orang tua sebagai fasilitator pemberian asupan makanan dengan status

gizi pada anak prasekolah di TK/RA GUPPI I Kalijambe Sragen, p value

sebesar 0,038. Persamaan dengan penelitian ini adalah kuantitatif.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif, teknik

sampling accidental, sampel penelitian, dan waktu penelitian serta tempat

penelitian.

3. Yani Octaviyani (2017). Penelitian ini Berjudul Hubungan Pola Asuh Ibu

Dengan Perilaku Sulit Makanan Pada Anak TK Anak Soleh Mandiri

Banjarmasin Tahun 2017. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan corelation

design. Sampel dalam penelitian ini ibu yang memiliki anak usia prasekolah

,pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive


sampling dengan jumlah sampel 127 responden dengan menggunakan

kuesioner. Hasil penelitian statistik menunjukan terdapat hubungan antara

pola asuh ibu dengan perilaku sulit makan pada anak TK dengan nilai

signifikansi sebesar 0,000 kurang dari 0,05 sesuai dengan taraf . Dengan

mengetahui nilai Correlation coeffisien (r) yakni 0,523 maka dapat

diketahui hubungan dari kedua variabel tersebut keeratannya masuk

kategori sedang, dimana nilai rentang 0,40-0,599. Korelasi sedang di sini

bermakna bahwa selain pola asuh ada faktor penganggu lain yang

mempengaruhi perilaku sulit makan pada anak , yaitu lingkungan, jenis

makanan serta kelompok masyarakat. Kesimpulan dari penellitian ini ada

hubungan pola asuh dengan perilaku sulit makan pada anak TK di TK Anak

Soleh Mandiri Banjarmasin. Persamaan dengan penelitian ini adalah

kuantitatif ,sampel penilitian, dan rancangan penelitian. Perbedaan

dengan penelitian ini adalah teknik sampling accidental, waktu

penelitian dan tempat penelitian.

Anda mungkin juga menyukai