PENDAHULUAN
E
Gizi adalah aspek penting dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia,
khususnya anak. Pembangunan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kualitas
manusia dan masyarakat, dan salah satu prioritasnya adalah pembangunan karakter
bangsa untuk mencapai generasi emas Indonesia 2045. Gizi merupakan sentra untuk
pembangunan manusia dan Kekurangan gizi berdampak terhadap kualitas sumber
daya manusia karena seseorang yang memiliki gizi yang baik akan bertumbuh dan
berkembang secara optimal, sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas, dan memiliki tingkat produktivitas yang tinggi. Namun, kurang gizi dapat
menyebabkan kegagalan pertumbuhan, rendahnya tingkat produktivitas di masa
dewasa, serta meningkatkan risiko penyakit tidak menular di kemudian hari seperti
diabetes, stroke, dan penyakit jantung. Oleh karena itu, kecukupan gizi adalah faktor
penting dalam mencapai tujuan pembangunan yang diinginkan. Gizi yang baik dan
buruk diukur dalam suatu indikator yang disebut status gizi (kemenkes, 2015).
Berdasarkan Center of Disease Control, status gizi terdiri atas gizi buruk, gizi kurang,
gizi normal, overweight, dan obesitas.
Menurut data dari riset kesehatan dasar Indonesia 2018, prevalensi status gizi
(IMT/U) pada anak Indonesia yang berusia antara 5-12 tahun meliputi tingkat gizi
kurang sebanyak 6,8%, tingkat overweight sebanyak 10,8%, dan tingkat obesitas
sebanyak 9,2%. Kemudian terdapat 8,7% anak remaja yang berusia antara 13-15
tahun dan 8,1% anak remaja yang berusia antara 16-18 tahun yang mengalami
kondisi kurang gizi. Selanjutnya, prevalensi overweight dan obesitas juga ditemukan
pada 16,0% anak remaja yang berusia antara 13-15 tahun dan 13,5% anak remaja
yang berusia antara 16-18 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat banyak
anak di Indonesia yang mengalami masalah gizi buruk dan gizi berlebih.
Pada tahun 2018, prevalensi status gizi (IMT/U) anak-anak di Sumatra Utara
menunjukkan bahwa 5,6% mengalami kondisi kurus, dan 9,0% mengalami kondisi
obesitas pada usia 5-12 tahun. Selain itu, terdapat 3,61% anak remaja di usia 13-15
tahun dan pada umur 16-18 tahun sebanyak 2, 5% dengan kondisi gizi kurang. Di sisi
lain, pada anak remaja usia 13-15 tahun, prevalensi overweight dan obesitas sebesar
8,9% dan pada anak remaja usia 16-18 tahun sebanyak 7,5% . Angka-angka ini
menunjukkan bahwa masih banyak anak di Provinsi Sumatra Utara yang mengalami
masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan.
Informasi mengenai status gizi anak yang tinggal di panti asuhan masih terbatas,
padahal hal ini penting diketahui karena pola asuh dan kehidupan anak-anak di panti
asuhan berbeda dengan anak-anak yang diasuh oleh orang tua mereka sendiri. Panti
asuhan merupakan tempat penampungan bagi anak-anak yatim piatu atau keluarga
yang tidak mampu membiayai kehidupan anak mereka. Di panti asuhan, para anak
memiliki jadwal dan peraturan tersendiri serta diajarkan beberapa keterampilan
sebagai bekal mereka di masa depan.
Status gizi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk usia, jenis kelamin,
pola asuh, dan pola makan. Kebutuhan gizi pada anak-anak meningkat karena sedang
dalam masa pertumbuhan. Anak laki-laki biasanya membutuhkan lebih banyak nutrisi
daripada anak perempuan karena mereka memiliki aktivitas fisik yang lebih banyak.
Pola asuh yang tepat juga memiliki andil penting dalam menjaga kesejahteraan,
kebahagiaan, dan kualitas hidup anak secara menyeluruh. Kurangnya perhatian dalam
pengasuhan anak, terutama terkait dengan asupan makanan dan kesehatan, dapat
berdampak pada masalah kurang gizi. Oleh karena itu, pola asuh yang baik dapat
membantu meningkatkan kualitas status gizi.
Asupan makanan merupakan perilaku kompleks yang dipengaruhi oleh banyak
faktor dari dalam dan luar tubuh, seperti faktor sosial, kebudayaan, dan lingkungan.
Faktor-faktor ini juga berperan dalam kehidupan anak-anak di panti asuhan. Namun,
perhatian terhadap status gizi anak di panti asuhan seringkali kurang, karena mereka
diasuh secara berkelompok dan jumlah pengasuh yang tersedia lebih sedikit daripada
jumlah anak yang tinggal di sana. Oleh karena itu, perlu ada perhatian yang lebih
besar terhadap status gizi anak di panti asuhan dan faktor-faktor yang
memengaruhinya.
Berdasar uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Panti
Asuhan Vita Dulcedo, Pematangsiantar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A) Faktor Internal
1) Nafsu Makan
Ketika anak yang sehat tidak memiliki gangguan dalam nafsu makannya,
berbeda halnya ketika sakit. Anak yang sakit cenderung mengalami
penurunan nafsu makan sehingga nafsu makan yang berkurang membuat
anak tidak dapat menikmati makanan yang dihidangkan. Nafsu makan juga
akan berkurang bila dirawat dirumah sakit dimana anak memasuki
lingkungan yang asing dan memisahkan anak dari kebiasaan hidup atau
aktifitasnya sehari – hari.
2) Kebiasaan Makan
5) Kelompok Umur
Anak menurut usia dibagi menjadi dua golongan yaitu anak usia prasekolah
(1 – 5 tahun) dan anak usia sekolah (5 – 12 tahun) (Kemenkes, 2016).
Komposisi tubuh setelah 5 tahun mulai berubah. Sebagian besar waktu anak
usia sekolah banyak dimanfaatkan dengan aktivitas diluar rumah, yakni
sekitar 3 – 10 jam di sekolah, beberapa jam untuk bermain, berolahraga, dan
sebagainya. Sehingga anak memerlukan energi lebih banyak. Semakin
tinggi umur, semakin tinggi juga kebutuhan gizinya (Kurniasih, dkk, 2010).
B) Faktor Eksternal
1) Kemampuan Finansial
2) Peran Pengasuh
Orang tua dalam hal ini para pengasuh panti asuhan sebagai pengganti orang
tua mereka yang berfungsi sebagai promosi kesehatan. Semakin sering para
pengasuh melakukan promosi kesehatan gizi pada anak asuh maka akan
sangat membantu dalam pola pemeliharaan gizi seimbang dan mendukung
pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal. Interaksi antara anak
dengan orang tua mempengaruhi pola makan anak secara sadar maupun
tidak sadar dapat menuntun kesukaan dan kebiasaan makan anak.
3) Tempat Tinggal
4) Teman Sebaya
5) Ketersediaan Pangan
Indeks antropometri digunakan sebagai dasar dalam menilai status gizi dan terdiri
dari beberapa parameter, yakni tinggi badan (TB), berat badan (BB), dan umur (U).
Beberapa indeks antropometri yang telah diperkenalkan meliputi TB/U, BB/U, dan
IMT/U. Salah satu keunggulan indeks TB/U adalah tingginya sensitivitas dan
spesifisitas dalam menilai status gizi masa lalu, sementara indeks BB/U digunakan
untuk melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, memberikan
gambaran keadaan gizi saat ini. Indeks massa tubuh/ umur (IMT/U), yang
menggabungkan IMT dan U, juga digunakan untuk menilai status gizi. Oleh karena
itu, penting untuk menggunakan indeks antropometri yang sesuai untuk menentukan
status gizi seseorang.
Faktor usia berperan penting dalam penilaian status gizi. Data usia dapat
diketahui dengan melengkapi data- data berikut:
1) Meminta surat akta kelahiran, kartu keluarga, dan catatan yang dibuat oleh
orang tua, apabila tidak ada data mengenai hal tersebut, minta catatan
kelahiran kepada pengurus daerah setempat.
2) Catatan kelahiran anak berdasarkan peristiwa- peristiwa yang terjadi, seperti
gunung meletus, banjir, pemilihan umum.
3) Membandingkan anak yang diketahui usianya dengan anak lain yang
diketahui tanggal lahirnya untuk mengetahui bahwa anak yang dibandingkan
usianya beberapa bulan lebih muda atau beberapa bulan lebih tua dari anak
pembanding.
4) Jika tanggal lahir tidak diketahui, maka tanggal lahir anak tersebut ditentukan
di tanggal 15 di bulan yang bersangkutan.
Berat badan sering digunakan sebagai ukuran antropometri karena berbagai
pertimbangan, termasuk kemudahan dalam melihat perubahan kesehatan dan pola
konsumsi, kemampuan untuk mengevaluasi status gizi dan pertumbuhan, serta
ketersediaan pengukuran yang mudah dan luas di Indonesia. Selain itu, perhitungan
berat badan terhadap tinggi badan adalah parameter yang independen dari umur. Oleh
karena itu, pengukuran berat badan harus dilakukan dengan alat yang mudah
digunakan, mudah dibawa dan murah, serta memiliki skala yang mudah dibaca dan
ketelitian penimbangan maksimum 0,1 kg (Kusharto dan Supariasa, 2014).
1) Gunakan bidang vertikal yang rata seperti tembok atau bidang pengukuran
lainnya sebagai tempat penempatan. Pasang Microtoise dengan kuat pada
bidang tersebut, letakkan di dasar lantai, dan tarik ujung meteran hingga 2
meter secara vertikal hingga microtoise menunjukkan nol.
2) Untuk memasang microtoise, pastikan subjek yang akan diukur melepaskan
alas kaki dan melonggarkan ikatan rambut jika ada.
3) Ajak subjek berdiri tepat di bawah microtoise dengan posisi tubuh yang tepat,
yaitu tegap, pandangan lurus ke depan, kedua lengan berada di samping,
posisi lutut tegak/tidak menekuk, dan telapak tangan menghadap ke paha.
4) Pastikan subjek rileks dan bahwa kepala, punggung, bokong, betis, dan tumit
menempel pada bidang vertikal/tembok/dinding.
5) Setelah itu, turunkan microtoise hingga menyentuh rambut subjek namun
tidak menekan terlalu keras, dan pastikan posisi Microtoise tetap tegak lurus.
6) Terakhir, catat hasil pengukuran yang diperoleh.
2.3 Standar Penilaian Status Gizi
gizi
- -
Abisa
BAB III CDC 2000
ir
pate
3.1 Kerangka Konsep greg
burung 1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Tinggi badan
Variabel- Variabel 4. Berat Badan
Status Gizi
berdasarkan kurva
CDC 2000
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya.
≥85-94th persentil
(overweight)
≥5-84th persentil
(gizi normal)
<5th persentil
(gizi kurang)
BAB IV
METODE PENELITIAN
L
dilanjutkan u
dengan mengolah dan menganalisis data.
Cgausat
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
bulan suli? Kulo ga
gahin
di
bisa dajet semua
Jabin
buat tentang as
4.3.1 Populasi Penelitian
a) Populasi Target
Populasi target adalah seluruh populasi yang menjadi sasaran penelitian ini
adalah seluruh populasi yang berada di panti asuhan Vita Dulcedo
Pematangsiantar pada tahun 2023 yang berjumlah 55 orang
b) Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau adalah populasi target yang dijadikan subjek oleh peneliti.
Pada penelitian ini populasi terjangkau yang dijadikan penelitian adalah anak- anak di
panti asuhan Vita Dulcedo tahun 2023 yang berusia 5-17 tahun sebanyak 40 orang.
1. Kriteria Inklusi
Seluruh anak Panti Asuhan Vita Dulcedo Pematangsiantar yang berusia 5-17
tahun pada tahun 2023 yang bersedia untuk menjadi sampel pada penelitian ini. ~
2. Kriteria Eksklusi
Seluruh anak Panti Asuhan Vita Dulcedo Pematangsiantar yang berusia 5-17
tahun pada tahun 2023 yang menderita kelainan kongenital dan tidak berada di
panti sewaktu penelitian berlangsung. e
Definisi sampel merujuk pada sebagian dari karakteristik populasi dan sampel
yang dipilih harus mewakili keseluruhan populasi. Artinya, ukuran sampel
menunjukkan jumlah sampel yang akan diambil dari populasi terjangkau. Jika jumlah
total populasi kurang dari 100 orang, maka seluruh sampel diambil secara penuh.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini, karena jumlah populasi kurang dari 100 orang,
peneliti mengambil keseluruhan jumlah populasi terjangkau, yaitu 40 orang. W
4.4.2 Teknik Pengambilan Sampel
Data yang dihimpun merupakan data primer yang diperoleh melalui pengukuran
variabel-variabel seperti berat badan, tinggi badan, dan usia. Subjek penelitian ini
terdiri dari anak-anak yang berusia antara 5-17 tahun yang tinggal di Panti Asuhan
Vita Dulcedo Pematangsiantar pada tahun 2023. v
Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan digunakan untuk mendapat nilai
IMT (Indeks Massa Tubuh). Kemudian diimplementasikan ke dalam kurva CDC
2000 sesuai umur sampel penelitian dengan ketentuan indeks IMT/U (Indeks Massa
Tubuh/ Umur) yang tergolong dalam persentil ≥95th (obesitas), persentil ≥85-94th
(overweight), persentil ≥5-84th (normal), dan persentil <5th (gizi kurang).
Rendition
Lini lebih he exits
mu
/N
beneficient justice
·torom
4.7 Alur Penelitian
non-maleficien
Permohonan izin penelitian
Pencatatan data tinggi badan, berat badan, dan umur. Setelah itu
mengimplemetasikannya ke dalam kurva CDC 2000 indeks massa tubuh/ umur
Pengolahan data