Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

GIZI DALAM KESEHATAN REPRODUKSI MENU SEIMBANG PADA ANAK BALITA

Dosen Pengampu

Tuty Hertati Purba, SKM, M.Kes

Nama : Mawarni lase

Nim : 2102031036

PROGRAM STUDI S1 GIZI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

INSTITUT KESEHATAN HELVETIA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak karena
faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal menyangkut keterbatasan ekonomi
keluarga sehingga uang yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan. Sedangkan faktor
internal adalah faktor yang terdapat didalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai
problema makan pada anak.

Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang dewasa. Tetapi
merekapun bisa menolak bila makanan yang disajikan tidak memenuhi selera mereka. Oleh
karena itu sebagai orang tua kita juga harus berlaku demokratis untuk sekali-kali
menghidangkan makanan yang memang menjadi kegemaran si anak.

Intake gizi yang baik berperan penting di dalam mencapai pertumbuhan badan yang optimal.
Dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak yang sangat
menentukan kecerdasan seseorang.

Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan ibu
mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya justru
membelikan makanan yang enak kepada anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut
mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan
sehat yang mengandung banyak gizi.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang dibahas dalam makalah ini adalah :

1. Bagaimana pengertian menu seimbang dan balita?

2. Bagaimana perilaku makan balita?

3. Bagaimana kebutuhan gizi pada balita?

4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada Balita?

5. Permasalahan gizi apa saja yang ada pada balita?

6. Makanan apa saja yang harus dihindari?

7. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pemberian makanan pada balita?

8. Bagaimana menu seimbang pada balita?


1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dari makalah ini adalah :

1. Dapat memahami dan menjelaskan pengertian dari menu seimbang serta pengertian
Balita

2. Untuk memahami dan menjelaskan perilaku makan Balita

3. Untuk mengetahui dan memahami kebutuhan gizi pada Balita

4. Untuk mengetahui dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi


pada Balita

5. Untuk mengetahui dan memahami permasalahan gizi apa saja yang ada pada Balita

6. Untuk memahami makanan apa saja yang perlu dihindari

7. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pemberian makanan pada balita

8. Untuk memahami dan menyusun menu seimbang untuk Balita


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Menu Seimbang

Menu adalah rangkaian beberapa macam hidangan atau masakan yang disajikan atau
dihidangkan untuk seseorang atau sekelompok orang untuk setiap kali makan, yaitu dapat
berupa hidangan pagi, siang, dan malam.

Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan
proporsi yang sesuai sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan
perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan.

2.2 Pengertian Balita

Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun
sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun, karena
faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia
diatas satu tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya. Utamanya, makanan bayi
berbentuk cair, yaitu air susu ibu (ASI), sedangkan umumnya anak usia lebih dari satu tahun
mulai menerima makanan padat seperti orang dewasa.

Menurut Persagi (1992) berdasarkan karakteristiknya, balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan
menjadi dua yaitu “Batita”, adalah anak usia lebih dari 1 tahun sampai 3 tahun. Dan “Usia
Pra Sekolah”, adalah anak usia lebih dari 3 tahun sampai 5 tahun.

a. Karakteristik Batita

Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa
yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak batita diperkenalkan
dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia
prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut yang
masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali
makan lebih kecil daripada anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang
diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.

b. Karakteristik Usia Prasekolah

Pada usia prasekolah, anak menjadi konsumen aktif, yaitu mereka sudah dapat memilih
makanan yang disukainya. Masa ini juga sering dikenal sebagai “ masa keras kepala “. Akibat
pergaulan dengan lingkungannya terutama dengan anak-anak yang lebih besar, anak mulai
senang jajan. Jika hal ini dibiarkan, jajanan yang dipilih dapat mengurangi asupan zat gizi
yang diperlukan bagi tubuhnya sehingga anak kurang gizi.

Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologis, kesehatan, dan sosial anak. Oleh
karena itu, kedaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam
pemberian makan pada anak agar anak tidak cemas dan khawatir terhadap makanannya.
Seperti pada orang dewasa, suasana yang menyenangkan dapat membangkitkan selera makan
anak.

2.3 Perilaku Makan Balita

Setiap balita memiliki perilaku atau pola makan yang berbeda dari balita yang lain. Perilaku
makan balita tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

a. Perilaku dan kebiasaan orang tua

Orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku makan anak, karena orang
tua merupakan contoh bagi anak-anaknya. Sehingga apabila orang tua memiliki perilaku
makan yang sehat, anak juga akan memiliki perilaku makan yang sehat, begitu juga
sebaliknya.

b. Media massa

Berbagai macam iklan makanan dan minuman telah tersebar di semua media massa (terutama
televisi), sehingga anak-anak ingin mencoba makanan yang di iklankan tersebut.

c. Lingkungan

Lingkungan anak berupa teman sebaya, maupun tetangga juga mempengaruhi perilaku
makan anak. Anak akan meminta suatu jenis makanan baru atau menolak makanan sehat
yang kita siapkan akibat rekomendasi dari teman-teman sebayanya.

2.4 Kebutuhan Gizi Balita

Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara
kesehatan pada umumnya. Berikut ini adalah kebutuhan gizi seorang balita.

a. Kebutuhan Energi

Kebutuhan energi balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia
tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat.

b. Kebutuhan Zat Pembangun

Kebutuhan zat pembangun balita relatif lebih besar daripada orang dewasa, namun relatif
lebih kecil daripada bayi.
c. Kebutuhan Zat Pegatur

Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.
Kebutuhan cairan juga harus diperhatikan karena penting bagi anak untuk mencegah
dehidrasi. Sebab balita yang aktif bergerak akan cepat kehilangan cairan.

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Gizi pada Balita

Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya
gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya
jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.

Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama
pada anak Balita antara lain sebagai berikut:

a. Pengetahuan

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguhpun


berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan
demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan
kurang akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini
menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai
sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak balita.

b. Prasangka Buruk

Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau
hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan
makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapat menurunkan harkat keluarga.
Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi,
vitamin A dan protein dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat
menurunkan harkat keluarga.

c. Kesukaan berlebihan pada bahan makanan tertentu

Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai
faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang
diperlukan.

d.Pantangan

Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih sering kita
jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan,
ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi
secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan
seperti itu guna keperluan pertumbuhan tubuhnya.

e. Jarak kelahiran yang terlalu dekat

Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita gangguan
gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah lahir, sehingga ibunya
tidak dapat merawatnya secara baik.

Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik
perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa 2 tahun
itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi
berkurang.akan tetapi air susu ibu ( ASI ) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti
keluar.

Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI, yang
kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian
pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang
malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan
menyebabkan kematian. Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan
keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak
kelahiran dan kehamilan.

f. Sosial ekonomi

Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang
disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan. Namun
hendaklah dihilangkan anggapan bahwa makanan yang memenuhi gizi hanya mungkin
disajikan di lingkungan keluarga yang berpenghasilan cukup saja. Dengan pemberian
pengetahuan tentang kadar zat gizi dalam berbagai makanan, diharapkan ibu mampu memilih
bahan makanan yang tidak begitu mahal namun tetap tercukupi nilai gizi nya.

g. Penyakit infeksi

Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini juga
menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan.
Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan.

Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi saluran
pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono,
1999).

2.6 Permasalahan Gizi pada Balita

Permasalahan gizi balita yaitu masalah kekurangan dan kelebihan zat gizi. Masalah yang
terkait dengn pola makan dan kebutuhan gizi pada balita diantaranya adalah :
a. Anemia. Disebabkan oleh defisiensi zat besi.

b. Kurus

c. kegemukan

d. GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium)

e. Kekurangan Vitamin A (KVA)

f. Karies gigi

g. Balita sulit makan

2.7 Makanan yang Harus Dihindari

Beberapa makanan perlu perhatian ekstra untuk dihindari, diantaranya :

a. Makanan yang terlalu berminyak, junk food, dan makanan berpengawet sebaiknya
dihindari. Sebaiknya menggunakan bahan makanan segar untuk balita maupun keluarga.

b. Penggunaan garam. Bila memang diperlukan sebaiknya digunakan dalam jumlah sedikit.
Dan pilih garam beryodium yang baik untuk kesehatan. Bila membeli makanan dalam
kemasan perhatikan juga kandungan garamnya.

c. Aneka jajanan dipinggir jalan yang tidak terjamin kebersihan dan kandungan gizinya. Ibu
bisa membuat jajanan sendiri yang lebih sehat untuk balita ibu hingga dia tidak tergiur untuk
jajan.

d. Telur dan kerang. Jenis makanan ini perlu dihindari karena seringkali menimbulkan alergi
bahkan keracunan bila ibu tidak jeli memilih bahan makanan yang segar dan salah dalam
pengolahannya. Biasakan mengolah telur sampai matang untuk menghindari bakteri yang
mampu mengganggu pencernanaan.namun apabila balita tidak alergi maupun keracunan,
maka jenis makanan ini tidak perlu dihindari.

e. Kacang-kacangan. Karena makanan ini bisa juga memicu alergi. Serta jangan berikan
kacang bila si balita belum terampil mengunyah, karena dikhawatirkan si balita bisa tersedak.

2.8 Yang Perlu Diperhatikan dalam Pemberian Makan pada Balita

a. Gula dan Garam

Konsumsi garam untuk balita tidak lebih dari 1/6 jumlah maksimum orang dewasa sehari
atau kurang dari 1 gram.

b. Porsi Makan
Porsi makan balita berbeda dengan orang dewasa. Mereka membutuhkan makanan dengan
sumber energi yang lengkap gizi dalam jumlah yang lebih kecil namun sering.

c. Kebutuhan Energi dan Nutrisi

Bahan makanan sumber energi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air
wajib dikonsumsi anak setiap harinya.

d. Susu Pertumbuhan

Susu sebagai salah satu sumber kalsium, juga penting untuk balita. Sedikitnya balita butuh
350 ml/12 oz per hari. Susu pertumbuhan merupakan susu lengkap gizi yang mampu
memenuhi kebutuhan nutrisi anak usia 12 bulan ke atas.

2.9 Menu Seimbang untuk Balita

Masa balita adalah periode perkembangan fisik dan mental yang pesat. Makanan memegang
peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak.

Berikut ini adalah komponen Gizi Seimbang yang diperlukan oleh seorang balita.

a. Karbohidrat seperti nasi, roti, serealia, kentang dan mie. Karbohidrat juga bisa diolah
menjadi menu selingan.

b. Vitamin terdapat pada buah dan sayur seperti pisang, pepaya, jeruk, tomat dan wortel. Bisa
dibeikan dalam bentuk segar atau diolah menjadi jus.

c. Protein terdapat pada ikan, susu dan produk olahannya, daging, telur, kacang-kacangan.
Tunda pemberiannya bila timbul alergi atau bisa diganti dengan sumber protein lain. Untuk
vegetarian, susu dapat ditambah dengan minuman berkadar vitamin C tinggi untuk membantu
penyerapan zat besi.

d. Lemak dan gula seperti dalam minyak, santan dan mentega, roti dan kue juga mengandung
omega 3 dan 6 yang penting untuk perkembangan otak.

e. Mineral seperti kalsium (susu, keju, ikan), fosfor (daging, ayam, ikan, telur), belerang
(makanan kaya protein), natrium (garam dapur) dll.

f. Air

Kebutuhan Kalori Dan Takaran Saji Bahan Makanan Anak (usia 1-3 tahun (kebutuhan kalori
1.300)

Bahan Makanan Berat (gram) URT


Nasi 250 1 ½ Gelas
Meizena 10 2 sdm
Biskuit 20 2 biji
Daging 50 2 Potong kecil
Telur 50 2 butir
Tempe 50 2 Potong
Sayur 100 1 Gelas
Pisang 100 1 Buah
Susu bubuk 30 6 sdm
Minyak 20 2 sdm

2.10 Menu Makanan Balita Sehat

Pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan
pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan.

Waktu-waktu yang disarankan adalah:

a) Pagi hari waktu sarapan.

b) Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.

c) Pukul 12.00 pada waktu makan siang.

d) Pukul 16.00 sebagai selingan

e) Pukul 18.00 pada waktu makan malam.

f) Sebelum tidur malam, tambahkan susu.

g) Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.

Berikut ini adalah contoh-contoh jadwal pemberian makan pada Balita

a. Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 1 Tahun

Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi jangan terlalu
jauh)
Waktu Jenis Makan
06.00 Susu
08.00 Bubur saring/ Nasi tim / Makan Pagi
10.00 Susu / Makanan Selingan
12.00
Bubur saring/ Nasi tim/ Makan Siang
14.00 Susu
16.00 Makanan selingan
18.00 Bubur saring / Nasi tim/ Makan Malam
20.00 Susu

b. Pola Jadwal Pemberian Makanan Anak Usia 2 tahun

Waktu Jenis Makan


06;00 Susu
08;00 Nasi putih + dadar telur isi tomat + kecap
10;00 Makanan Selingan (Bubur kacang hijau)
12;00 Nasi putih + perkedel daging + tahu bacem +
sayur lodeh bayam + kerupuk +pepaya
16;00
Makanan selingan (roti biskuit)
18;00 Nasi putih + semur daging + sup sayuran +
pisang
20;00 susu

2.11 Menu untuk Balita Sakit

Penyakit balita secara umum biasanya adalah gejala panas, diare, batuk, muntah. Tindakan
terbaik adalah berkonsultasi ke dokter supaya lekas ditangani dengan obat yang tepat,
sehingga cepat sembuh. Untuk mempercepat kesembuhan balita, bisa diimbangi dengan
pengaturan makanannya.

a. Untuk balita dengan panas tinggi

Penderita penyakit yang disertai panas tinggi kebutuhan gizinya meningkat. Hal ini
disebabkan metabolisme tubuh meningkat, penyerapan zat-zat gizi menurun dan adanya
faktor lain yang berhubungan dengan penyakitnya. Nafsu makan pun biasanya menurun.

Makanan hendaknya memenuhi syarat-syarat :

1) Konsistensinya lunak. Makanan pokok seperti nasi tim, kentang pure, bubur dan lain-lain.

2) Kebutuhan kalori meningkat, sebaiknya diberikan porsi kecil dan sering.

3) Sumber protein seperti susu, daging, hati, ikan, telur, tahu, tempe, dan kacang-kacangan
diberikan lebih dari porsi normalnya.
4) Kebutuhan air diberikan lebih banyak, karena suhu lebih tinggi dari normal sehingga
banyak terjadi penguapan melalui keringat. Sari buah sangat baik karena mengandung air,
vitamin dan mineral. Berikan minuman lebih banyak dari biasanya.

5) Makanan minuman tidak boleh diberikan terlalu panas atau terlalu dingin.

b. Untuk balita dengan gejala mencret (diare)

Diare pada bayi dan anak merupakan penyakit utama di Indonesia. Diare diartikan sebagai
buang air besar tidak normal atau bentuk tinja encer dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya.

Penyebab diare ada beberapa faktor, yaitu:

1) Infeksi. Infeksi virus atau infeksi bakteri pada saluran pencernaan merupakan penyebab
diare pada anak.

2) Malabsorpsi. Gangguan absorpsi biasanya terhadap zat-zat gizi yaitu karbohidrat


(umumnya laktosa), lemak dan protein.

3) Makanan. Makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu.

4) Faktor psikologis. Rasa takut, cemas (umumnya jarang terjadi pada anak).

Akibat diare (mencret), anak akan kehilangan banyak air dan elektrolit (dehidrasi) yang
menyebabkan tubuh kekurangan cairan, gangguan gizi sebab masukkan makanan kurang
sedang pengeluaran bertambah, dan hipoglikemia yaitu kadar gula darah turun di bawah
normal.

Pengaturan makanannya secara umum adalah:

1) Cairan harus cukup untuk mengganti cairan yang hilang, baik melalui muntah maupun
diare. Setiap kali buang air besar beri minum satu gelas larutan oralit atau larutan gula garam.

2) Berikan makanan yang rendah serat, cukup energi, protein, vitamin dan mineral.

3) Suhu makanan dan minuman lebih baik dalam keadaan hangat, tidak panas atau terlalu
dingin.

4) Bentuk makanan lunak.

c. Untuk balita dengan gejala penyakit saluran pernapasan

Penyakit saluran pernapasan yang dikenal adalah bronchitis, dan umumnya disebabkan virus,
misalnya virus influenza. Selain juga karena cuaca dan polusi udara.

Mengatur makanannya dengan :


1) Banyak diberi minum, terutama sari buah-buahan, sebaiknya diberikan dalam keadaan
hangat.

2) Makanan diberikan dalam keadaan lunak dan tidak merangsang.

3) Susu dapat diberikan dalam bentuk minuman atau campuran seperti sirup dan lain-lain.
Bisa juga dibentuk makanan kecil seperti puding.

4) Hindari makanan yang digoreng.

d. Untuk balita dengan gejala muntah

Muntah adalah gejala dari beberapa penyakit antara lain keracunan makanan, infeksi
appendiks, gula darah yang sangat rendah, dan lain-lain.

Syarat makanannya:

1) Berikan makanan lunak yang mudah dicerna, dalam porsi kecil tetapi bertahap dan
sering.

2) Banyak cairan untuk mengganti cairan yang keluar, seperti sari buah yang segar dan susu
campur buah supaya segar.

3) Cukup protein, mengingat karena penyakitnya ia membutuhkan peningkatan protein


dibandingkan dengan kebutuhan biasa. Bisa diperoleh dari telur, susu, daging, ayam dan lain-
lain.

4) Lemak perlu diberikan, untuk memberi rasa dan meningkatkan kalori. Tetapi berikan
makanan yang mudah dicerna dan secukupnya, karena kelebihan lemak akan membuat mual.

e. Untuk balita dengan gejala batuk

Gejala batuk bisa bercampur dengan gejala lain, misalnya pada penyakit bronchitis yang
disertai panas, demikian juga penyakit lain seperti flu dan sebagainya.

Pengaturan makanan yang perlu diperhatikan :

1) Kalau ada gejala panas, beri makanan lunak dan banyak cairan atau minum.

2) Nafsu makan yang menurun akibat batuk terus-menerus harus diimbangi makan yang
cukup supaya kondisi tubuh membaik.

3) Untuk memudahkan pengaturan makannya, berikan porsi kecil tetapi sering dan bertahap
supaya kebutuhan gizinya terpenuhi.

4) Cukup protein karena penyakit dengan gejala batuk membutuhkan protein lebih tinggi
dari biasanya.
5) Jangan makan gorengan atau bumbu yang merangsang agar tidak menimbulkan batuk.
Kurangi mengonsumsi yang terlalu manis dan bisa menimbulkan batuk seperti cokelat,
permen, manisan dan minuman manis.

6) Setelah anak sembuh, kalau berat badannya turun perlu ditingkatkan konsumsi
makanannya.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

1. Pemenuhan gizi balita dapat dilihat dari karakteristik anak itu sendiri.

2. Pemberian asupan zat makanan seperti zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur sangat
diperlukan bagi balita.

3. Antara pengeluaran dan asupan makanan balita harus ada keseimbangan sehingga
diperoleh status gizi yang baik.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Gizi pada Balita antara lain


pengetahuan, prasangka buruk pada makanan, kesukaan berlebihan pada makanan tertentu,
pantangan, jarak sosial yang terlalu dekat, sosial ekonomi dan penyakit infeksi.

5. Menu makanan seimbang sangat mempengaruhi kesehatan dan kecerdasan bagi otaknya.

6. Pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan
pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan.

7. Menu makanan pada balita sehat dan balita sakit sedikit berbeda. Pada balita sakit, menu
makanan yang diberikan haruslah sesuai dengan penyakit yang diderita si balita sehingga
mampu menunjang proses penyembuhan balita.

DAFTAR PUSTAKA
Arisman. 2010. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.

Soejoningsi. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Milah, A. S. (2019). Nutrisi Ibu Dan Anak: Gizi Untuk Keluarga. Edu Publisher.

Subarkah, T., & Nursalam, R. P. (2016). Pola pemberian makan terhadap peningkatan status
gizi pada anak usai 1–3 tahun. Jurnal Injec, 1(2), 146-154.

Febry, F. (2012). Pemantauan Pertumbuhan Balita Di Posyandu. Jurnal Ilmu Kesehatan


Masyarakat, 3(3).

Anda mungkin juga menyukai