OPEN ACCESS
Abstrak
Prevalensi overweight pada anak umur 5-12 tahun di provinsi Jakarta tertinggi (30,1%, nasional
10,8%) Tujuan penelitian ialah 1) menganalisis hubungan konsumsi fast food, soft drink, dan
aktivitas fisik (AF) dengan kejadian overweight 2) mengetahui perbedaan asupan, lingkar pinggang
(LP) dan total lemak tubuh (TLB) pada anak sekolah dasar. Studi potong lintang dilakukan dengan
jumlah responden yang terdiri dari masing-masing 57 anak overweight dan berat normal di sekolah
dasar negeri di Jakarta. Konsumsi fast food,soft drink diukur dengan FFQ, asupan energi dan zat
gizi makro dengan recall tiga hari tak berturut, AF dengan kuesioner aktivitas fisik anak, LP
dengan pita standar dan TLB dengan bodyfat analyzer. Odd risk/OR (95%CI) dan uji beda sebagai
uji statistik, signifikan jika (p<0,05). Hasil menunjukkan anak dengan AF ringan, konsumsi
gorengan (≥3x/minggu), dan minuman bergula (≥3x/minggu) berisiko 2,5 (95% CI 1,19-5,39), 6,8
(CI 2,82-16,52), dan 10,7 (CI 4,46-25,72) kali mengalami overweight, secara berturut, dibanding
anak dengan AF sedang, konsumsi gorengan dan minuman gula tinggi (masing-masing
<3x/minggu). Ada perbedaan yang signifikan antara kelompok overweight dibanding beratnormal
berdasarkan asupan energi dan zat gizi makro, LP dan TLB. Perlu ditekankan pola makan dan pola
hidup sehat untuk menghindari dampak negatif overweight di masa depan.
Kata kunci: fast food, IMT, lemak tubuh, lingkar pinggang, soft drink
Abstract
The prevalence of overweight children aged 5-12 years in Jakarta province is the highest (30.1%,
national is 10.8%). This study aims (1.) to analyze the relationship among fast food, soft drink, and
physical activity (PA) with overweight status and (2.) to know the difference of intake, waist
circumference (WC), and total body fat (TBF) in primary school children. This cross sectional
study was conducted with a number of respondents consisting of 57 overweight and 57 normal
weight children in public primary schools in Jakarta. The consumption of fast food and soft drink
was measured using food frequency questionnaire, energy and macro nutrient intake by using three
non-consecutive day recall method, PA by using physical activity questionnaire, WC by using
standard tape, and TBF by using bodyfat analyzer. Odd risk/OR (95% CI) and different test were
used as statistical test with p <0.05. The results showed that children with low PA, ≥3x/week fritter
consumption, and ≥3x/week sugary drinks were at risk 2.5 times (95% CI 1.19-5.39), 6.8 times (CI
2.82 -16.52), and 10.7 times (CI 4.46-25.72) to overweight, respectively, compared with children
with moderate PA, <3x/week fritter consumption, and <3x/week high sugar drink. There were
48
Vina, dkk, Konsumsi Fast Food, Soft Drink,... 49
significant differences between the overweight group compared with the normal weight based on
energy and macro nutrient intake, WC, and TBF. Diet and healthy lifestyle should be emphasized
to avoid negative impact of overweight in the future.
Keywords: fast food, body mass index, body fat, waist circumference, soft drink
Persen lemak tubuh di atas 35% pada anak berdasarkan Indeks Massa Tubuh ber-
laki-laki dan 25% pada anak perempuan dasarkan umur (IMT/U), (ii) tercatat aktif
merupakan faktor risiko PJK [18]. sebagai siswa sekolah, (iii) bersedia
Berdasarkan uraian di atas aktivitas fisik, menjadi sample (informed consent pada
konsumsi fast food dan soft drink orang tua), dan (iv) hadir saat penelitian.
merupakan faktor yang memengaruhi Ekslusi jika saat pengukuran dalam
status gizi lebih terutama pada anak usia keadaan sakit atau ada kelainan bentuk
sekolah. Penelitian sebelumnya tidak tubuh atau disabilitas. Perhitungan sampel
menilai total lemak tubuh atau ukuran dengan rumus dua proporsi [19]
antropometri lain misalnya lingkar berdasarkan penelitian Olyvia dkk. [20]
pinggang yang mampu menjadi indikator untuk fastfood-status gizi, Ali dkk. [21]
obesitas sentral sehingga penelitian ini untuk aktivitas fisik-status gizi, dan
juga bertujuan untuk melihat perbedaan Rahmadya [22] untuk softdrink-status
ukuran antropometri tersebut pada anak gizi, dengan kekuatan uji statistik 90%
usia sekolah. dan tingkat kepercayaan 95% serta non-
respondent rate 10% maka didapatkan
METODE PENELITIAN sampel sebesar 57 masing-masing untuk
Rancangan/Desain Penelitian siswa status gizi lebih dan status gizi
Penelitian ini menggunakan desain normal (IMT/U).
potong lintang dengan variabel
independen utama ialah konsumsi fast Pengembangan Instrument dan Teknik
food, soft drink, dan aktivitas fisik, Pengumpulan Data
sedangkan variabel dependen utama ialah Penilaian fastfood dan softdrink
kejadian overweight/kegemukan. Peneliti- dilakukan dengan kuesioner frekuensi
an ini telah mendapat persetujuan fakultas makanan (KFM) dengan rentang waktu
dengan no. 129/DKN/GIZI/FIKES/ESA satu bulan terakhir. Pilihan frekuensi yang
UNGGUL/III/2016. tersedia ialah lebih dari 1x/hari, 1x/hari,
6x/minggu, 5x/minggu, 4x/minggu,
Sumber Data 3x/minggu, 2x/minggu, 1x minggu,
Data primer penelitian didapat 2 minggu sekali, sebulan sekali, dan tidak
dengan melakukan penilaian diet dengan pernah. KFM dibuat dengan terlebih
kuesi-oner frekuensi makanan dan food dahulu mendapatkan daftar bahan
recall 24 jam, penilaian aktivitas fisik makanan melalui recall 24 jam pada 30
dengan kuesioner aktivitas fisik ter- sampel lain yang tidak dimasukkan pada
standar, dan pengukuran antropometri sampel. Survei makanan jajanan di
secara langsung dengan melibatkan per- sekolah pun dilakukan. Selain KFM,
sonil terlatih. Data lain terkait usia, dilakukan pula food recall 24 jam selama
kebiasaan sarapan, dan uang jajan di- 3 (tiga) hari tidak berturut. Aktifitas fisik
kumpulkan dengan kuesioner terstruktur. diukur dengan kuesioner khusus untuk
anak-anak yang terbagi menjadi kegiatan
Sasaran Penelitian fisik dan pekerjaan rumah tangga,
Populasi pada penelitian ini ialah transportasi, olahraga dan bermain, waktu
siswa-siswi SDN 01 Kebon Jeruk kelas 4 menghabiskan untuk duduk, waktu untuk
dan 5 yang berjumlah 120 orang. istirahat, dan jam tidur. Pengukuran
Pemilihan sampel dilakukan dengan se- antropometri meliputi berat dan total
cara Kuota Sampling dengan memper- lemak tubuh dengan menggunakan body
timbangkan kriteria inklusi dan ekslusi. fat analyzer merk Kris, tinggi badan
Kriteria inklusi sebagai berikut: (i) siswa dengan microtoise, dan lingkar pinggang
dengan status gizi lebih dan normal
Vina, dkk, Konsumsi Fast Food, Soft Drink,... 51
Tabel 2. Perbedaan Asupan Energi dan Zat Gizi Harian Antara Anak dengan
Status Gizi Lebih dan Normal1
Variabel Overweight (N=57) Normal (N=57) p-value
Energi, kkal/hr 1962 (1874; 2089)2 1549 (1453; 1580)2 0,001*3
Protein, g/hr 69,38±10,17 57,94±11,11 0,001*4,5
%energi 15,3±2,9 14,0±1,8
Lemak, g/hr 76,35±9,70 59,27±12,11 0,001*4,5
%energi 35,0±5,8 34,7±3,8
Karbohidrat, g/hr 257,08±24,12 194,40±27,70 0,001*4,5
%energi 51,3±6,8 51,9±3,6
1Semua nilai dinyatakan sebagai Mean ±SD, SD= standard deviation, kecuali diindikasikan lain; 2Median dan jarak
antar kuartil (Q25; Q75);3MannWhitney test, 4Independent t-test, 5Asumsi varians sama; 6Gemuk jika IMT/U >1;
*significant jika p<0,05
52 Indonesian Journal of Human Nutrition, Juni 2017, Vol. 4 No. 1, hlm. 48 - 58
Tabel 4. Hubungan Jenis Kelamin, Aktifitas Fisik, dan Status Gizi Anak Sekolah1
(N=114)
Variabel Overweight OR (95%CI) p-value2
Normal (N=57)
(N=57)
Jenis Kelamin
Laki-laki 38 (70,4) 16 (29,6) 5,12 (2,31-11,39) 0,000*
Perempuan 19 (31,7) 41 (68,3)
Tingkat aktifitas fisik
Ringan 34 (61,8) 21 (38,2) 2,53 (1,19-5,39) 0,025*
(1,40≤PAL≤1,69)
Sedang 23 (39,0) 36 (61,0)
(1,70≤PAL≤1,99)
1Semua nilai dinyatakan sebagai n (%), kecuali diindikasikan lain; 2Chi- square test; *signifikan jika p<0.05
Vina, dkk, Konsumsi Fast Food, Soft Drink,... 53
status gizi gemuk secara bermakna sebagai makanan tinggi energi, tinggi
berbeda dibandingkan dengan kelompok lemak dan gula serta rendah serat
normal (Tabel 2). Tabel 3 menunjukkan sehingga berkaitan dengan bertambahnya
perbedaan yang bermakna antara indikator simpanan lemak tubuh karena ketidak-
IMT/U, total lemak tubuh, dan lingkar seimbangan asupan dan pengeluaran
pinggang antara siswa dengan status gizi energi [12,24]. Bahkan konsumsi softdrink
gemuk dan normal. Tabel 4 menyajikan saja dapat meningkatkan rasa lapar dan
adanya hubungan bermakna antara jenis menurunkan asupan buah dan sayur [23].
kelamin dengan status gizi berdasarkan Sebenarnya, bukan hanya konsumsi fast
IMT/U, dimana laki-laki lebih banyak food dan soft drink, makanan lain pun
yang memiliki status gizi gemuk seperti tinggi karbohidrat dan protein
dibandingkan perempuan. Begitu juga dapat menyebabkan kegemukan. Bedanya,
dengan aktifitas fisik, siswa yang kelebihan asupan karbohidrat akan di-
memiliki aktifitas fisik 24 jam dalam metabolisme oleh tubuh menjadi cadangan
kategori ringan lebih banyak pada siswa lemak melalui proses de novo lipogenesis
dengan status gizi gemuk. [25, 26]. Sebaliknya kelebihan protein
juga dapat meningkatkan massa tubuh
PEMBAHASAN tetapi bukan lemak [27, 28]. Walaupun
Temuan utama penelitian ini menun- begitu dengan penggunaan indikator
jukkan adanya hubungan konsumsi indeks massa tubuh (IMT), kenaikan
makanan tinggi energi (fast food, soft massa tubuh akibat lemak (fat mass)
drink) dan rendahnya aktifitas fisik maupun kenaikan massa tubuh bukan
dengan kegemukan pada siswa. Temuan lemak (fat free mass), tidak dibedakan
ini sejalan dengan penelitian [5,7] yang karena IMT bukan indictor yang cocok
menyatakan bahwa terdapat hubungan untuk menggambarkan komposisi tubuh.
yang bermakna antara kebiasaan makan Terkait aktifitas fisik, penelitian
fast food dengan kejadian gizi lebih. menemukan sebagian besar siswa dengan
Begitu pula kaitan konsumsi soft drink status gizi lebih memiliki aktifitas fisik
dengan kegemukan siswa, sebuah sys- yang ringan atau rendah (Tabel 4). Anak
tematic review menunjukkan meningkat- yang memiliki aktivitas fisik ringan
nya risiko kegemukan pada anak-anak berisiko 2,5 kali mengalami kegemukan
yang sering konsumsi softdrink [23]. daripada anak yang memiliki aktivitas
Berdasarkan pengamatan di kantin fisik sedang. Studi case-control di
sekolah selama penelitian ini, sebagian Bangladesh menemukan peningkatan 60
besar makanan yang tersedia mengandung persen risiko kegemukan bagi anak yang
tinggi energi, lemak, dan rendah serat tidak meluangkan aktifitas fisik rutin di
serta minuman tinggi gula (Tabel 5). rumah [29]. Temuan ini juga sejalan
Temuan pada konsumsi pangan ini, dengan penelitian lain di Indonesia
sejalan juga dengan data asupan energi [5,30,31,32] bahwa adanya hubungan
dan zat gizi makro (Tabel 2) yang yang signifikan antara rendah aktivitas
menunjukkan asupan energi, protein, fisik dengan kejadian kegemukan. Kurang
lemak, dan karbohidrat yang lebih tinggi aktifitas fisik berarti kurang pengeluaran
pada siswa dengan status overweight energi sehingga tubuh melakukan penyim-
dibandingkan dengan siswa status gizi panan kelebihan energi dalam bentuk
normal. lemak. Hal ini dapat dijelaskan secara
Kegemukan terjadi akibat ketidak- fisiologi, pengeluaran energi (energy
seimbangan antara konsumsi dengan expenditure) yang kurang menyebabkan
pengeluaran energi selama jangka panjang zat gizi (terutama karbohidrat) yang
[12]. Fast food dan soft drink dikenal sedianya untuk produksi energi sel
Vina, dkk, Konsumsi Fast Food, Soft Drink,... 55
menjadi produksi lemak yang disimpan tubuh, penelitian ini juga melihat
pada jaringan adiposit [26]. distribusi lemak tubuh dengan meng-
Aktifitas yang rendah pada siswa gunakan lingkar pinggang sebagai
dapat berkaitan dengan perubahan gaya indikator lemak visceral atau perut. Hasil
hidup anak yang dramatis, seperti penelitian menunjukkan bahwa siswa
banyaknya permainan elektronik pada dengan status gizi gemuk memiliki lemak
handphone yang menggantikan permainan visceral lebih tinggi dibandingkan siswa
aktif seperti bermain bola pada anak dan dengan status gizi normal (Tabel 3).
penggunaan kendaraan bermotor untuk Bertambahnya lingkar pinggang dapat
aktifitas dengan jarak tempuh jauh yang menjadi perhatian bagi kesehatan siswa di
sebelumnya ditempuh dengan berjalan, masa yang akan datang karena berkaitan
berlari atau bersepeda [33]. Secara detail, dengan tingginya risiko menderita
aktivitas fisik yang sering dilakukan berbagai macam penyakit saat dewasa
responden pada penelitian ini sebagian seperti diabetes mellitus. Kelebihan dari
besar ialah bermain game online atau pengukuran lingkar pinggang ialah adanya
gadget (39,5%) dan menonton televisi informasi distribusi lemak yang tidak
(42,1%) yang tidak begitu banyak dapat disajikan oleh pengukuran IMT
mengeluarkan energi. Selain itu, mereka [11]. IMT tidak dapat membedakan antara
mendapakan jemputan dengan kendaraan berat yang berhubungan dengan otot dan
bermotor setiap berangkat maupun pulang lemak. Lingkar pinggang perut lebih
sekolah sehingga energi yang mereka akurat untuk mencerminkan obesitas
keluarkan tidak sesuai dengan asupan sentral [38]. Walau begitu, IMT dan
makanan mereka, sehingga berakibat lingkar pinggang tidak dapat berdiri
kelebihan energi dalam tubuh (data tidak sendiri sebagai indikator obesitas yang
disajikan). dapat memicu penyakit degeneratif [39].
Temuan lain penelitian ini ialah, Berdasarkan penelitian ini, perlu
tingginya persen lemak tubuh dengan adanya edukasi tentang pola makan yang
kategori lemak overfat dan obese pada seimbang dan aktifitas fisik yang aktif
siswa dengan status gizi lebih (Tabel 3). pada siswa. Edukasi ini perlu karena
Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang sesuai dengan karakteristiknya, anak usia
memiliki status gizi lebih akan memiliki sekolah memilih jenis makanan didasar-
persen lemak tubuh yang cenderung kan pada rasa suka dan tidak suka serta
tinggi, sedangkan status gizi normal akan pengaruh lingkungannya [40–42]. Mem-
cenderung memiliki persen lemak tubuh bawa bekal ke sekolah dapat juga menjadi
normal ataupun underfat. Penelitian salah satu cara mengurangi konsumsi fast
Rahmawati [34] juga menemukan per- food dan soft drink pada siswa sekolah
bedaan persen lemak tubuh antara [4,43,44]. Peningkatan aktifitas fisik
kelompok gizi lebih dan gizi normal. Hal berupa permainan luar ruangan perlu
ini menegaskan bahwa semakin tinggi ditingkatkan lagi baik di sekolah maupun
IMT maka semakin tinggi pula persen di rumah. Orang tua dan guru sebaiknya
lemak tubuh [35]. Tetapi walaupun begitu, dapat mencontohkan melakukan aktifitas
IMT belum dapat menggambarkan jumlah fisik yang aktif.
dan distribusi lemak dalam tubuh [36].
Seseorang dengan IMT tinggi belum tentu SIMPULAN
kelebihan lemak, karena yang bertambah Konsumsi fast food dan softdrink
bukan lemak melainkan lean body mass serta rendahnya aktifitas fisik ber-
atau otot, namun ada juga IMT normal hubungan positif dengan status kegemuk-
tetapi memiliki lemak tubuhnya tinggi an pada siswa. Kegemukan (overweight)
[37]. Selain berdasarkan total lemak pada siswa juga terlihat sejalan dengan
56 Indonesian Journal of Human Nutrition, Juni 2017, Vol. 4 No. 1, hlm. 48 - 58
total lemak tubuh dan tumpukan lemak 8. French SA, Story M, Neumark-
pada perut (visceral). Sztainer D, Fulkerson JA, Hannan P.
Fast Food Restaurant Use Among
UCAPAN TERIMA KASIH Adolescents: Associations with
Terimakasih kami sampaikan pada Nutrient Intake, Food Choices, and
guru dan siswa/i sekolah serta orang tua Behavioral And Psychosocial
yang sudah berkenan mendukung Variables. Int J Obes. 2001; 25 (12):
terlaksananya penelitian ini. 1823.
9. Committee on School Health. Soft
KONFLIK KEPENTINGAN Drinks in Schools. Pediatrics. 2004;
Tidak adanya konflik kepentingan 113 (1): 152–4.
antar penulis. 10. Kementerian Kesehatan RI. Riset
Kesehatan Dasar. Jakarta
DAFTAR RUJUKAN Kementerian Kesehatan RI. 2010.
1. Ogden CL, Carroll MD, Lawman 11. Klein S, Allison DB, Heymsfield SB,
HG, Fryar CD, Kruszon-Moran D, Kelley DE, Leibel RL, Nonas C, et
Kit BK, et al. Trends in Obesity al. Waist Circumference and
Prevalence Among Children and Cardiometabolic Risk: A Consensus
Adolescents in The United States, Statement from Shaping America’s
1988-1994 through 2013-2014. Health: Association for Weight
Jama. 2016; 315 (21): 2292–9. Management and Obesity
2. De Onis M, Blössner M, Borghi E. Prevention; NAASO, The Obesity
Global Prevalence and Trends of Society; The American Society for
Overweight and Obesity Among Nutrition; and The American
Preschool Children. Am J Clin Nutr. Diabetes Association. Obesity. 2007;
2010; 92 (5): 1257–64. 15 (5): 1061–7.
3. Kementerian Kesehatan RI. Riset 12. Sahoo K, Sahoo B, Choudhury AK,
Kesehatan Dasar. Jakarta Sofi NY, Kumar R, Bhadoria AS.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Childhood obesity: Causes and
4. Octaviana SP. Faktor-faktor yang Consequences. J Fam Med Prim
berhubungan dengan Status Gizi Care. 2015; 4 (2): 187.
Lebih pada Siswa Sekolah Dasar 13. Frederick CB, Snellman K, Putnam
Negeri 05 Kuningan Barat di RD. Increasing Socioeconomic
Kecamatan Mampang Prapatan Disparities in Adolescent Obesity.
Tahun 2013. 2015. Proc Natl Acad Sci. 2014; 111 (4):
5. Setyowati YD. Hubungan Antara 1338–42.
Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast Food, 14. Puhl RM, Luedicke J. Weight-based
dan Soft Drink pada Anak Obesitas Victimization Among Adolescents in
di Usia Sekolah Dasar. 2014. The School Setting: Emotional
6. Do Wendt MH. Economic, Reactions and Coping Behaviors. J
Environmental, and Endowment Youth Adolesc. 2012; 41 (1): 27–40.
Effects on Childhood Obesity and 15. Campbell PT. Obesity: A Certain
School Performance. 2009. and Avoidable Cause Of Cancer. The
7. Badjeber F, Kapantouw NH, Punuh Lancet. 2014; 384 (9945): 727–8.
M. Konsumsi Fast Food sebagai 16. De Pergola G, Silvestris F. Obesity
Faktor Risiko Terjadinya Gizi Lebih as A Major Risk Factor for Cancer. J
pada Siswa SD Negeri 11 Manado. Obes. 2013; 2013.
KESMAS. 2012; 1 (1): 11–14. 17. Flegal KM, Kit BK, Orpana H,
Graubard BI. Association of All-
Vina, dkk, Konsumsi Fast Food, Soft Drink,... 57