Anda di halaman 1dari 10

OPEN ACCESS

Indonesian Journal of Human Nutrition


P-ISSN 2442-6636
E-ISSN 2355-3987
www.ijhn.ub.ac.id
Artikel Hasil Penelitian

Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji, Tingkat Stres dan Kualitas


Tidur terhadap Status Gizi pada Remaja Putra SMA DKI Jakarta

Ismi Aminatyas 1, Laras Sitoayu 1*, Dudung Angkasa 1, Nazhif Gifari 1,


Yulia Wahyuni 1
1
Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul
* Alamat korespondensi: laras@esaunggul.ac.id

Diterima: Oktober 2020 Direview: Maret 2021 Dimuat: Juli 2021


_________________________________________________________________________

Abstrak
Masalah gizi pada remaja di Indonesia muncul akibat ketidakseimbangan antara konsumsi zat gizi
dengan kecukupan gizi yang diperlukan. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan konsumsi
makanan cepat saji, tingkat stres dan kualitas tidur terhadap status gizi pada remaja putra SMA
DKI Jakarta. Rancangan penelitian adalah cross-sectional study dengan jumlah responden 160
orang remaja putra. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner FFQ, ISMA
(International Stress Management Association) dan PSQI (Pittburgh Sleep Quality Index). Analisis
data menggunakan uji chi-square. Hasil menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara
tingkat stres terhadap status gizi (p-value=0,017). Namun, tidak ada hubungan yang signifikan
antara konsumsi makanan cepat saji (p-value=0,210) dan kualitas tidur (p-value=0,165) terhadap
status gizi. Bagi remaja putra diharapkan untuk lebih meningkatkan makanan bergizi seimbang
serta memiliki tingkat stres dan kualitas tidur yang baik agar dapat mencapai status gizi normal.
Kata Kunci : Makanan cepat saji, tingkat stres, kualitas tidur, status gizi, remaja putra.

Abstract
Nutrition problems in adolescents in Indonesia arise due to an imbalance between nutritional
consumption and the adequacy of nutrients needed. This study aims to find out the relationship
between fast-food consumption, stress level, and sleep quality on the nutritional status of male high
school adolescents in DKI Jakarta. The study design was cross-sectional. The respondents were
160 male adolescents. Data were collected using FFQ, ISMA (International Stress Management
Association), and PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index) questionnaires. Data analysis was done
using the chi-square test. The results show a significant relationship between stress level on
nutritional status (p-value=0.017). However, there is no significant relationship between
consumption of fast food (p-value=0.210) and sleep quality (p-value=0.165) on the nutritional
status. Male adolescents are expected to increase the nutritionally balanced foods and to have
good stress levels and good sleep quality to achieve normal nutritional status.
Keywords: Fast food consumption, nutritional status, male adolescent, stress level, sleep quality

_________________________________________________________________________

55
DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ijhn.2021.008.01.6
56 Indonesian Journal of Human Nutrition, Juli 2021, Vol. 8 No. 1, hlm. 55–64

PENDAHULUAN depresi berhubungan dengan status gizi


Perilaku pengontrolan berat badan [8]. Saat ini stres merupakan suatu atribut
yang tidak benar dan kebiasaan makan kehidupan modern karena stres
makanan yang buruk merupakan salah merupakan hal yang tidak bisa
satu contoh ketidakpuasan remaja pada terelakkan. Stres bisa terjadi
tubuh sendiri yang dapat membahayakan dilingkungan mana saja termasuk
perkembangan pada masa remaja tersebut lingkungan sekolah, kerja dan keluarga.
[1]. Biasanya pada laki-laki akan Siapapun termasuk anak-anak, remaja,
menunjukan gangguan perilaku makan dewasa dan usia lanjut bisa mengalami
yang berbeda dari perempuan karena stres [9].
laki-laki ingin memiliki tubuh yang lebih Penelitian Haryono et al.,
besar untuk massa otot [2]. menyatakan bahwa usia 12–15 tahun
Pada anak-anak dan remaja usia dihasilkan 62,9% remaja mempunyai
5–9 tahun mengalami peningkatan gangguan tidur. Gangguan tidur sendiri
prevalensi pada kelebihan berat badan mengakibatkan gangguan zat gizi karena
dan obesitas secara signifikan menurut berhubung dengan fungsi endokrin,
WHO 2016. Terjadi kenaikan prevalensi traktus gastrointestinal dan fungsi
yang hampir setara pada anak laki-laki sirkadian [10]. Di seluruh dunia
dan perempuan. Pada 19% anak laki-laki berdasarkan laporan terjadi peningkatan
dan 18% anak perempuan kelebihan berat prevalensi obesitas dan ditemukan
badan pada tahun 2016. Sementara untuk penurunan waktu tidur dari tahun ke
obesitas lebih besar untuk anak laki-laki tahun yang signifikan [11]. Westerlund et
di banding anak perempuan, dengan 8% al., dan Bel et al., menyatakan tidur yang
anak laki-laki dan 6% anak perempuan kurang dapat berhubungan dengan
mengalamai obesitas pada tahun 2016 terjadinya peningkatan asupan energi
[3]. Berdasarkan hasil Riskesdas 2018, karena banyak mengonsumsi makanan
didapatkan prevalensi obesitas pada yang mengandung energi tinggi [12,13].
remaja laki-laki lebih besar 5,3% Anak remaja yang kurang tidur
dibandingkan dengan prevalensi obesitas cenderung memiliki kebiasaan
perempuan sebesar 4,3%. Prevalensi mengonsumsi snack yang mengandung
gemuk remaja usia 16-18 tahun di tinggi lemak dan karbohidrat [14].
Indonesia adalah 13,5% yang terdiri dari Berdasarkan uraian di atas konsumsi
9,5% gemuk dan 4,0% sangat gemuk [4]. makanan cepat saji, tingkat stres dan
Masalah obesitas yang terjadi pada anak- kualitas tidur merupakan faktor yang
anak sampai dewasa disebabkan oleh dapat mempengaruhi status gizi pada
kelebihan gizi. Kebiasaan mengonsumsi remaja. Tujuan dari penelitian ini untuk
fast food diyakini sebagai masalah mengetahui hubungan konsumsi makanan
obesitas [5]. Penelitian Tri Handari dan cepat saji, tingkat stres dan kualitas tidur
Loka membuktikan adanya hubungan terhadap status gizi pada remaja putra
antara meningkatnya konsumsi fast food SMA DKI Jakarta.
dengan status gizi lebih [6].
Makan berlebihan yang terjadi METODE PENELITIAN
pada orang-orang tertentu biasanya Rancangan/Desain Penelitian
terjadi sebagai tanda dari perasaan stres Penelitian ini menggunakan
dan depresi. Bila dibiarkan akan berisiko desain cross sectional. Variabel
terjadinya obesitas dan obesitas juga akan independen yaitu frekuensi konsumsi
mempengaruhi faktor kejiwaan seorang makanan cepat saji, tingkat stres dan
anak karena kurang rasa percaya diri [7]. kualitas tidur, sedangkan variabel
Penelitian Angraini melaporkan bahwa dependen utama ialah status gizi.

DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ijhn.2021.008.01.6
Ismi Aminatyas, dkk. Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji … 57

Sumber Data [15]. Didapatkan sampel sebesar 160


Data primer penelitian didapatkan orang. Rumus perhitungan uji beda
dengan melakukan penilaian konsumsi proporsi:
makanan cepat saji dengan kuesioner
FFQ, penilaian tingkat stres dengan N = {𝑍1− 𝛼/2 √2 𝑃̅(1 − 𝑃̅) + 𝑍1−𝛽 √𝑃1(1 − 𝑃1) + 𝑃2[1 − 𝑃2]) } ²
kuesioner ISMA (International Stress (P1 − P2 )²
Management Association), penilaian
Keterangan:
kualitas tidur dengan kuesioner PSQI N = Besarsampel
(Pittburgh Sleep Quality Index) dan 𝑍1− 𝛼/2 = Derajat kemaknaan 𝛼 pada dua sisi 5%
pengukuran antropometri secara langsung (1.96)
dengan melibatkan personil terlatih. Data P =Proporsi rata-rata (P1+P2)/2
lainnya terkait usia dikumpulkan dengan 𝑍1−𝛽 = Kekuatan uji 0.84
kuesioner terstruktur. P1 = Proporsi kelompok 1
P2 = Proporsi kelompok 2
Sasaran Penelitian
Populasi pada penelitian ini ialah Pengembangan Instrumen dan Teknik
siswa-siswi SMA di DKI Jakarta. Pengumpulan Data
Penelitian dilakukan pada remaja putra Penilaian konsumsi makanan
dari 10 SMA di DKI Jakarta. Diambilnya cepat saji dilakukan dengan kuesioner
10 SMA tersebut berdasarkan jumlah FFQ dengan rentang waktu satu bulan
populasi siswa terbanyak setiap SMA dan terakhir. Bahan makanan yang
tingginya prevalensi obesitas pada remaja dimasukkan ke dalam kuesioner FFQ
DKI Jakarta. Tempat penelitian sekolah telah disurvey terlebih dahulu pada
yang dicari dari setiap wilayah di masing- remaja di SMA DKI Jakarta dan
masing bagian Jakarta dan di setiap dimasukkan sesuai dengan jenis makanan
wilayah diambil 2 sekolah untuk yang didapatkan pada survey. Pilihan
dijadikan sampel pada penelitian. frekuensi yang tersedia ialah lebih dari 3
Populasi berjumlah 2500 orang. kali/hari, 1 kali/hari, 3-6 kali/minggu, 1-2
Penelitian ini adalah salah satu bagian kali/minggu, 2 kali sebulan dan tidak
dari penelitian PEANUT (Physical pernah [16]. Tingkat stres diukur dengan
Activity, Nutrition and Obesity Project). kuesioner ISMA (International Stress
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni Management Association) dan kualitas
sampai bulan Agustus tahun 2019. tidur yang diukur dengan kuesioner PSQI
Pemilihan sampel dilakukan dengan (Pittburgh Sleep Quality Index) yang
stratified random sampling dengan sudah diuji coba setelah diterjemahkan.
mempertimbangkan kriteria inklusi dan Pengukuran antropometri meliputi berat
eksklusi. Kriteria inklusi yaitu: (a) peserta badan dan tinggi badan. Diukur
terdaftar sebagai siswa pada saat menggunakan timbangan badan dan
penelitian, (b) peserta dapat microtoise. Status gizi siswa remaja putra
berkomunikasi dengan baik, (c) peserta kemudian dihitung dengan software
bersedia mengikuti penelitian selama WHO Antroplus untuk indeks IMT/U
penelitian berlangsung, dan (d) peserta [17].
laki-laki berusia 15–18 tahun. Kriteria
eksklusi yaitu: (a) peserta yang tidak Teknik Analisis Data
masuk sekolah pada saat penelitian Data konsumsi makanan cepat
berlangsung, dan (b) Peserta yang sedang saji, tingkat stres dan kualitas tidur
sakit atau tidak bersedia mengikuti dianalisis dengan bantuan microsoft excel
penelitian. Perhitungan sampel dengan 2010 dan kemudian data tersebut
menggunakan rumus uji beda proporsi diekspor ke software SPSS 20 untuk
dilakukan analisis lebih lanjut. Untuk

DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ijhn.2021.008.01.6
58 Indonesian Journal of Human Nutrition, Juli 2021, Vol. 8 No. 1, hlm. 55–64

kategori hasil ukur konsumsi makanan sering (50,6%), tingkat stres pada remaja
cepat saji yaitu dengan hasil ukur skor putra didapatkan lebih banyak untuk
≥185 artinya sering dan nilai skor <185 kategori stres sedang sebanyak 96 (60%)
artinya jarang mengonsumsi makanan dan kualitas tidur pada remaja putra
cepat saji. Penilaian angka 185 didapatkan paling banyak kualitas tidur
didapatkan dari hasil median dari data yang kurang baik dan cukup baik sebesar
FFQ yang didapatkan. Untuk hasil skor 40% (Tabel 1). Tabel 2 menyajikan tidak
tingkat stres terbagi menjadi tiga yaitu ada hubungan antara konsumsi makanan
stres berat ≥14 poin, stres sedang 5–13 cepat saji dan kualitas tidur dengan status
poin dan stres ringan ≤4 poin. Untuk hasil gizi pada remaja putra SMA DKI Jakarta.
skor kualitas tidur terbagi menjadi empat Sedangkan terdapat hubungan tingkat
yaitu buruk skor ≥15, kurang baik skor 8– stres dengan status gizi pada remaja putra
14, cukup baik skor 6–7 dan baik skor 1– SMA DKI Jakarta.
5.
Data disajikan dalam frekuensi PEMBAHASAN
dan persen (n,%). Uji bivariate dilakukan Hubungan Konsumsi Makanan Cepat
dengan chi-square. Penelitian ini sudah Saji Terhadap Status Gizi Pada Remaja
mendapatkan persetujuan kajian etik dari Putra
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Makanan cepat saji merupakan
Universitas Esa Unggul dengan No. makanan yang gampang dikemas,
0319-19.198 /DPKE-KEP/FINALEA/ disajikan, praktis dan dapat diolah dengan
UEU/ VII / 2019. Persetujuan penelitian cara produksi yang sederhana. Biasanya
yang lain juga didapatkan dari Dinas makanan cepat saji diolah pada industri
Pendidikan Pemerintah Provinsi Daerah pangan yang menggunakan teknologi
Khusus Ibukota Jakarta dan Dinas tinggi. Makanan cepat saji juga
Penanaman Modal dan Pelayanan ditambahkan zat aditif agar awet dan
Terpadu Satu Pintu (PTSP). memberi rasa pada produk tersebut [18].
Pemberian kode status gizi Berdasarkan penelitian ini
diberikan kode yaitu kode 0 adalah didapatkan konsumsi makanan cepat saji
kurus, kode 1 adalah normal dan kode 2 yang paling diminati adalah minuman
adalah gemuk. Tingkat FFQ diberikan botol, minuman kemasan, fried chicken,
kode yaitu kode 1 adalah sering dan kode nugget, mie instan dan gorengan yang
2 adalah jarang. Tingkat stres diberikan memiliki kandungan gizi tidak seimbang
kode 1 adalah stres berat, kode 2 adalah seperti tinggi gula, lemak, tepung dan
stres sedang dan kode 3 adalah stres garam. Temuan pada penelitian ini
ringan. Tingkat kualitas tidur diberikan menunjukan bahwa tidak ada hubungan
kode 1 adalah buruk, kode 2 adalah konsumsi makanan cepat saji terhadap
kurang baik, kode 3 adalah cukup baik status gizi remaja putra. Dari hasil
dan kode 4 adalah baik. penelitian didapatkan bahwa remaja putra
yang berstatus gizi gemuk lebih banyak
HASIL PENELITIAN yang jarang konsumsi makanan cepat saji
Sampel rata-rata berusia 16 tahun dibandingkan dengan yang sering
yaitu sebanyak 69 orang (43,1%). Lebih konsumsi makanan cepat saji, hal tersebut
dari setengah sampel (60%) mempunyai menyatakan bahwa konsumsi makanan
status gizi normal, (31,9%) status gizi cepat saji tidak mempengaruhi status gizi
gemuk dan (8,1%) status gizi kurus. Dari karena banyak faktor yang
hasil yang didapatkan untuk konsumsi mempengaruhi status gizi yaitu aktivitas
makanan cepat saji pada remaja putra fisik, pendidikan gizi, pengetahuan gizi,
didapatkan lebih banyak untuk kategori ketersedian pangan dan sosial budaya.

DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ijhn.2021.008.01.6
Ismi Aminatyas, dkk. Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji … 59

Pada penelitian ini didapatkan bahwa menyatakan terdapat hubungan konsumsi


lebih banyak remaja putra yang lebih fast food dengan status gizi [23]. Makan
sering mengonsumsi makanan cepat saji. yang salah yang merupakan kebiasaaan
Hal ini sama dengan penelitian Heidy dan anak dan remaja adalah kebiasaan
Darvan yang menyatakan laki-laki lebih mengonsumsi makanan cepat saji yang
banyak mengonsumsi makanan cepat saji dapat berakibat meningkatkan obesitas
dibandingkan dengan perempuan [19]. [24]. Penelitian Pratiwi menyatakan
Penelitian ini sama dengan bahwa kebiasaan mengonsumsi makanan
penelitian Kristianti et al., dan Widawati cepat saji akan mempunyai peluang
yang menyatakan tidak ada hubungan mengalami hipertensi [25]. Sedangkan
yang signifikan antara frekuensi makanan penelitian Odegaard et al., di Singapura
cepat saji dengan status gizi seseorang menyatakan bahwa konsumsi makanan
[20,21]. Pada penelitian Nusa dan Adi cepat saji yang identik dengan negara
menyatakan ajakan teman sebaya barat akan menyebabkan resiko lebih
merupakan faktor yang dapat tinggi mengalami diabetes mellitus tipe 2
mempengaruhi remaja dalam menentukan [26], oleh karena itu menurut penelitian
makanan cepat saji dari pada menentukan Hasibuan menyatakan sebaiknya fast food
makanan lainnya. Selain ajakan dari jangan terlalu sering dikonsumsi, karena
teman sebaya, peran orangtua dapat jika terlalu sering dikonsumsi dapat
berhubungan dengan perilaku konsumsi menyebabkan bermacam-macam
makanan cepat saji [22]. penyakit [27].
Temuan penelitian ini berbalik
terbalik pada penelitian Izhar yang

Tabel 1. Distibusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Umur Responden, Status


Gizi, Konsumsi Makanan Cepat Saji, Tingkat Stres dan Kualitas Tidur Responden
Remaja Putra
Variabel n (%)
Umur
15 tahun 56 (35,0%)
16 tahun 69 (43,1%)
17 tahun 32 (20,0%)
18 tahun 3 (1,9%)
Status Gizi
Kurus 13 (8,1%)
Normal 96 (60,0%)
Gemuk 51 (31,9%)
Konsumsi Makanan Cepat Saji
Sering 81 (50,6%)
Jarang 79 (49,4%)
Tingkat Stres
Stres Berat 64 (40,0%)
Stres Sedang 96 (60,0%)
Kualitas Tidur
Buruk 1 (0,6%)
Kurang Baik 64 (40,0%)
Cukup Baik 64 (40,0%)
Baik 31 (19,4%)
Total 160 (100%)
1
Semua nilai dinyatakan sebagai n(%)

DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ijhn.2021.008.01.6
60 Indonesian Journal of Human Nutrition, Juli 2021, Vol. 8 No. 1, hlm. 55–64

Tabel 2. Distribusi Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji, Tingkat Stres dan
Kualitas Tidur Terhadap Status Gizi Remaja Putra
Status Gizi
Total
Variabel Kurus Normal Gemuk p-value
n % n % n % n %
Konsumsi Makanan Cepat Saji
Sering 4 4,9 53 65,4 24 29,6 81 100 0,210
Jarang 9 11,4 43 54,4 27 34,2 79 100
Tingkat Stres
Stres Berat 4 6,2 47 73,4 13 20,3 64 100
0,017
Stres Sedang 9 9,4 49 51,0 38 39,6 96 100
Kualitas Tidur
Buruk 0 0,0 1 100 0 0,0 1 100
Kurang Baik 7 10,9 31 48,4 26 40,6 64 100
0,165
Cukup Baik 2 3,1 45 70,3 17 26,6 64 100
Baik 4 12,9 19 61.3 8 25,8 31 100
1
Semua nilai dinyatakan sebagai n (%)
2
Chi-square test
*signifikan jika p<0,05

Hubungan Tingkat Stres terhadap melakukan perbuatan yang negatif yaitu


Status Gizi pada Remaja Putra seperti konsumsi rokok dan alkohol [30].
Stres adalah tekanan yang dialami Penelitian ini sama dengan
seseorang dalam menghadapi tuntutan penelitian Manginte, Goldschmidt et al.,
atau harapan yang tidak sesuai dengan dan Bitty et al. yang menyatakan bahwa
kemampuannya [28]. Stres juga terdapat hubungan stres dengan status
merupakan suatu kondisi dimana gizi [31–33]. Adanya stres psikologi
seseorang yang dipengaruhi oleh tuntutan dapat mengakibatkan aktivasi kronis pada
fisik dan psikologis [29]. sistem neuroendokrin. Kortisol dapat
Berdasarkan penelitian ini merangsang peningkatan deposisi lemak
didapatkan hubungan antara tingkat stres pusat, terjadi penurunan leptin akan
terhadap status gizi remaja putra. Dari memberikan sinyal adipostatik dan terjadi
hasil penelitian remaja putra lebih banyak peningkatan ghrelin yang memberikan
melakukan bermain olahraga/games sinyal oreksigenik, yang akan
dengan benar-benar berusaha untuk mengakibatkan peningkatan nafsu makan
menang dengan siapapun mereka dan asupan makanan [34].
bermain, mendapati diri sendiri Menurut Lubis depresi bisa
memikirkan masalah bahkan ketika mempengaruhi pola makan dan pola
seharusnya bersantai, mengalami makan bisa mengakibatkan depresi.
perubahan suasana hati dan kesulitan Gangguan pola makan mempunyai
membuat keputusan dan konsentrasi. Hal hubungan 2 arah. Orang yang mempunyai
ini dapat menyebabkan suatu tekanan dan depresi memiliki dua kecenderungan
pikiran sehingga apabila jika terus yaitu tidak nafsu makan yang
berlangsung cukup lama maka akan menyebabkan lebih kurus atau
meningkatkan ketegangan dan tingkat meningkatnya nafsu makanan pada
stres di dalam diri sendiri. Remaja laki- makanan manis sehingga menjadi lebih
laki yang sedang stres biasanya akan gemuk [35]. Pernyataan ini senada

DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ijhn.2021.008.01.6
Ismi Aminatyas, dkk. Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji … 61

dengan pendapat Nadaek, keadaan stres sehingga dapat menyebabkan belajar


pada siswa dapat mengakibatkan menjadi sulit dan tidak efisien. Dari
perubahan nafsu makan, sehingga siswa penelitian ini didapatkan bahwa remaja
yang gemuk dan obesitas akan lebih putra yang memiliki status gizi normal
banyak konsumsi energi, sedangkan lebih banyak yang mempunyai kualitas
siswa yang kurus akan lebih mengurangi tidur kurang baik dibandingkan dengan
konsumsi energi [36]. Temuan penelitian yang mempunyai status gizi gemuk.
ini berbalik terbalik pada penelitian Nisa Hal ini didukung pada penelitian
dan Fiskasari yang menyatakan tidak Saputri yang menyatakan bahwa tidak
terdapat hubungan bermakna antara stres ada hubungan antara durasi tidur dengan
dengan status gizi [37,38]. obesitas pada remaja SMPN 2 Klego
Boyolali [41]. Hal ini sama dengan
Hubungan Kualitas Tidur terhadap penelitian Wulandari et al., yang juga
Status Gizi pada Remaja Putra
menyatakan bahwa tidak ada hubungan
Tidur adalah kebutuhan fisiologis
pada durasi tidur dengan kejadian
untuk manusia dan suatu keadaan alami
karena terjadi perubahan status obesitas pada siswa SMA Negeri 4
kesadaran, yang ditandai dengan Kendari [42]. Hal ini dikarenakan durasi
penurunan kesadaran dan respon. Tidur tidur adalah faktor tidak langsung status
yang tidak berkualitas akan menurukan gizi. Untuk faktor langsung status gizi
konsentrasi belajar, penambahan berat adalah dipengaruhi asupan makan dan
badan dan menyebabkan penyakit infeksi [41]. Penelitian Wulandari et al.,
degeneratif [39]. menyatakan bahwa masa remaja
Sesorang yang cukup tidur di merupakan masa pubertas sehingga
tentukan dari jumlah waktu tidur dan remaja cenderung mempunyai kebisaan
kedalaman tidur. Kesehatan fisiologis dan begadang, yang mana dilakukan oleh
psikologis akan menurun jika mengalami remaja obesitas atau remaja yang tidak
kualitas tidur yang buruk. Secara
mengalami obesitas. Kebiasaan begadang
fisiologis kualitas tidur yang buruk akan
mengakibatkan turunnya tingkat dilakukan dengan macam-macam alasan
kesehatan dan meningkatkan lelah yaitu mengerjakan tugas, games,
bahkan secara psikologis menyebabkan membuka media sosial, chatting dan
emosional tidak stabil, percaya diri saling berbalas pesan singkat dengan
kurang, impulsif yang berlebih dan teman bahkan pacar [42].
kecerobohan [40]. Sedangkan pada penelitian yang
Terkait kualitas tidur penelitian dilakukan oleh Khasan menunjukan
ini menunjukan tidak terdapat hubungan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara kualitas tidur dengan status gizi antara kualitas tidur dengan status gizi
remaja putra. Berdasarkan penelitian [43]. Beberapa penelitian yang dilakukan
diketahui bahwa remaja putra lebih cross sectional oleh Lytle et al., dan
banyak tidur jam 10–11 malam dan penelitian longitudinal yang dilakukan
mengantuk 1–2 kali dan ≥3 kali dalam oleh Seegers et al., manyatakan terdapat
seminggu ketika melakukan aktifitas hubungan antara durasi tidur yang kurang
disiang hari. Hal ini dapat menyebabkan dengan obesitas pada remaja [44,45].
kurangnya kesegaran dan kebugaran Berdasarkan penelitian ini saat
ketika terbangun karena waktu tidur yang pengambilan data ada beberapa
kurang yang dapat mengurangi responden yang kurang kooperatif yang
konsentrasi remaja putra ketika sedang tidak mendengarkan dengan baik atau
melakukan kegiatan belajar di kelas mengganggu responden lain pada saat

DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ijhn.2021.008.01.6
62 Indonesian Journal of Human Nutrition, Juli 2021, Vol. 8 No. 1, hlm. 55–64

pengisian angket. Namun pada saat 2. Blashill AJ, Wilhelm S. Boys :


penelitian berlangsung peneliti dibantu Longitudinal Trajectories into
oleh enumerator dari bidang gizi yang Adulthood. 2015; 15 (4): 445–51.
selalu mengawasi ketika pengisian angket 3. WHO. Overweight and Obesity :
sehingga dapat meminimalisir responden Prevalence of Obesity among
agar tidak saling mencontek. Berdasarkan Children and Adolescent. Global
penelitian ini perlu adanya edukasi gizi Health Observatory (GHO) Data.
dalam bentuk penyuluhan pada remaja 2016.
putra yang dapat menambah informasi 4. Riskerdas. Riset Kementrian Dasar.
kesehatan mengenai makanan yang sehat Laporan Nasional 2018. 2018.
dan bergizi, kualitas tidur yang baik dan 5. Hidayah A. Kesalahan-kesalahan
cara mengendalikan pikiran agar tidak Pola Makan Pemicu Seabrek
terjadinya stres yang akan berdampak Penyakit Mematikan. Jogjakarta:
buruk bagi tubuh serta perlunya Penerbit Buku Biru. 2011; 122–128.
kebiasaan membawa bekal ke sekolah 6. Tri Handari SR, Loka T. Hubungan
yang dapat mengurangi konsumsi Aktivitas Fisik dan Kebiasaan
makanan cepat saji. Konsumsi Fast Food dengan Status
Gizi Lebih Remaja SMA Labschool
SIMPULAN Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Dari penelitian yang dilakukan Tahun 2016. J Kedokt dan Kesehat.
didapatkan faktor yang mempengaruhi 2017; 13 (2): 153.
status gizi pada remaja putra SMA DKI 7. Nemiary D, Shim R, Mattox G,
Jakarta yaitu tingkat stres sedangkan Holden K. The Relationship between
faktor konsumsi makanan cepat saji dan Obesity and Depression among
kualitas tidur tidak berhubungan dengan Adolescents. Psychiatr Ann. 2012;
status gizi remaja putra SMA DKI 42 (8): 305–8.
Jakarta. Pada penelitian ini didapatkan 8. Angraini dian isti. Hubungan
lebih banyak remaja putra yang sering Depresi dengan Status Gizi.
mengonsumsi makanan cepat saji, lebih MEDULA. 2014; 2 (2): 39–46.
banyak remaja putra yang mengalami 9. Kuprivanov, Zhdanoy. The Eustress
tingkat stres sedang dan lebih banyak Concept: Problems and Out-looks.
kualitas tidur remaja putra yang World J Med Sci. 2014; 11 (2): 179–
mangalami kualitas tidur kurang baik dan 85.
cukup baik. 10. Haryono, Rindiarti, Arianti, Pratiwi,
Ushuluddin, Setiawati. Prevalensi
UCAPAN TERIMAKASIH Gangguan Tidur pada Remaja Usia
Ucapan terima kasih kepada PT. 12-15 Tahun di Sekolah Lanjutan
Indofood, Dinas Pendidikan Pemerintah Tingkat Pertama. Sari Pediatr. 2009;
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11 (3): 149–54.
dan Dinas Penanaman Modal dan 11. Gradisar M, Gardner G, Dohnt H.
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Recent Worldwide Sleep Patterns
and Problems During Adolescence:
DAFTAR RUJUKAN A Review and Meta-Analysis of
1. Laus MF, Souza MG, Moreira R de Age, Region, and Sleep. Sleep Med.
CM, Braga-Costa TM. Body Image 2011; 12 (1): 110–8.
Dissatisfaction, Nutritional Status, 12. Westerlund L, Ray C, Roos E.
and Eating Attitudes in Adolescents. Associations between Sleeping
Acta Sci Heal Sci. 2013; 35 (2): 243– Habits and Food Consumption
237. Patterns among 10-11 Year-Old

DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ijhn.2021.008.01.6
Ismi Aminatyas, dkk. Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji … 63

Children in Finland. Br J Nutr. 2009; Makan dan Status Gizi Remaja di


102 (10): 1531–7. SMAN 1 Kampar Tahun 2017. J Gizi
13. Bel S, Michels N, De Vriendt T, Nutr J [Internet]. 2018; 2 (2013):
Patterson E, Cuenca-García M, 146–59. Available from:
Diethelm K, et al. Association https://journal.universitaspahlawan.a
between Self-Reported Sleep c.id/index.php/jurnalgizi/article/view
Duration and Dietary Quality in /201
European Adolescents. Br J Nutr. 22. Nusa AFA, Adi AC. Hubungan
2013; 110 (5): 949–59. Faktor Perilaku, Frekuensi Konsumsi
14. Weiss A, Xu F, Storfer-isser A, Fast Food, Diet dan Genetik dengan
Thomas A, Levers-landis carolyn E, Tingkat Kelebihan Berat Badan.
Redline S. The Association of Sleep Media Gizi Indones. 2013; 9 (1): 20–
Duration with Adolescents’ Fat and 7.
Carbohydrate Consumption. Sleep. 23. Izhar MD. Hubungan antara
2010; 33 (9): 1201–9. Konsumsi Junk Food, Aktivitas Fisik
15. Lemeshow, DW H, K J, SK L. Besar dengan Status Gizi Siswa SMA
Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Negeri 1 Jambi. J Formil (Forum
Pramono D, penerjemah. Ilmiah) Kesmas Respati. 2020; 5 (1):
Yogyakarta: Gadjah Mada 1–7.
University Press; 1997. 24. Rafiony A, Purba MB, Pramantara
16. Sirajuddin, Surmita, Astuti T. Survey IDP. Konsumsi Fast Food dan Soft
Konsumsi Pangan. Edisi 2018. Drink sebagai Faktor Risiko Obesitas
Kementrian Kesehatan Republik pada Remaja. J Gizi Klin Indones.
Indonesia. 2018; 161–162. 2015; 11 (4): 170–8.
17. Blössner M, Siyam A, Borghi E, 25. Pratiwi MW. Hubungan Pola Makan
Onis M de, Onyango A, Yang H. Fast Food dengan Kejadian
WHO AnthroPlus Software. Hipertensi pada Usia Produktif di
Switzerland: Department of Nutrition Dusun Tegal Ngijon Sumber Agung
for Health and Development, Moyudan Sleman Yogyakarta.
Geneva. 2011. (Skripsi). Sekolah Tinggi Ilmu
18. Valoka AD. Dampak Negatif Keperawatan ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Makanan Cepat Saji terhadap 2010.
Kesehatan Tubuh Manusia di Kota 26. Odegaard AO, Koh WP, Yuan J-M,
Bandung melalui Still Life Gross MD, Pereira MA. Western-
Photography. (Skripsi). Universitas Style Fast Food Intake and
Pasundan, Bandung. 2017. Cardiometabolic Risk in an Eastern
19. Heidy DS. Hubungan Frekuensi Country. Circulation. 2012; 126 (2):
Konsumsi Makanan Cepat Saji 182–8.
dengan Tekanan Darah pada Remaja 27. Hasibuan R. Perilaku Makan Siap
SMP Permai Penjaringan Jakarta Saji (Fast Food) dan Kejadian
Utara. Mandala Heal A Sci J. 2018; Obesitas Remaja Putri di SMA
11 (2): 61–9. Negeri 1 Barumun Kecamatan
20. Kristianti N, Sarbini D, Barumun Kabupaten Padang Lawas.
Mutalazimah. Hubungan (Skripsi). Fakultas Kesehatan
Pengetahuan Gizi dan Frekuensi Masyarakat Universitas Sumatera
Konsumsi Fast Food dengan Status Utara, Medan. 2015.
Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta. 28. Kholidah EN, Alsa A. Berpikir
J Kesehat. 2009; 2 (1): 39–47. Positif untuk Menurunkan Stres
21. Widawati. Gambaran Kebiasaan Psikologis. J Psikol. 2012; 39 (1):

DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ijhn.2021.008.01.6
64 Indonesian Journal of Human Nutrition, Juli 2021, Vol. 8 No. 1, hlm. 55–64

67–75. Gizi pada Mahasiswa Fakultas


29. Kartika CD. Hubungan antara Kedokteran Universitas Lampung.
Kecerdasan Emosi dengan Stres (Skripsi). Universitas Lampung.
Akademik Mahasiswa Fakultas 2019.
Psikologi Universitas 39. Sitoayu L, Rahayu P. Hubungan
Muhammadiyah Surakarta. (Skripsi). Asupan Vitamin (B6, B12, Asam
Fakultas Psikologi. Universitas Folat), Olahraga dan Kualitas Tidur
Muhammadiyah Surakarta. 2015. pada Mahasiswa Universitas Esa
30. Zimmer-Gembeck MJ, Skinner EA. Unggul Tahun 2016. Media Gizi
Adolescents Coping with Stress: Mikro Indones. 2019; 11 (1): 73–82.
Development and Diversity. School 40. Sulistiyani C. Beberapa Faktor yang
Nurse News. 2010; 27 (2): 23–8. Berhubungan dengan Kualitas Tidur
31. Manginte AB. Hubungan antara pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan
Stres dengan Status Gizi Mahasiswa Masyarakat Universitas Diponegoro
Program S1 Keperawatan Semester Semarang. J Kesehat Mayarakat.
VIII Stikes Tana Toraja Tahun 2015. 2012; 1 (2): 280–92.
J Agrosaint. 2015; VI (3): 182–92. 41. Saputri W. Hubungan Aktivitas Fisik
32. Goldschmidt AB, Wall MM, Loth dan Durasi Tidur dengan Status Gizi
KA, Neumark-Sztainer D. Risk pada Remaja Di SMP N 2 Klego
Factors for Disordered Eating in Boyolali. (Skripsi). Sekolah Tinggi
Overweight Adolescents and Young Ilmu Kesehatan PKU
Adults. J Pediatr Psychol. 2015; 40 Muhammadiyah Surakarta. 2018.
(10): 1048–55. 42. Wulandari S, Lestari H, Fachlevy
33. Bitty F, Asrifuddin A, Nelwan JE. AF. Faktor yang Berhubungan
Stres dengan Status Gizi Remaja di dengan Kejadian Obesitas pada
Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Remaja di SMA Negeri 4 Kendari
Manado. J KESMAS. 2018; 7 (5): 1– Tahun 2016. J Ilm Mhs Kesehat
6. Masy. 2016; 1 (3): 1–13.
34. Ranabir S, Reetu K. Stress and 43. Khasan N. Hubungan Kualitas Tidur
hormones. Indian J Endocrinol dengan Status Gizi pada Anak SMA.
Metab. 2011; 15 (1): 18-22. (Skripsi). Universitas Trisakti. 2017.
35. Lubis NL. Depresi : Tinjauan 44. Lytle LA, Pasch KE, Farbakhsh K.
Psikologis. Jakarta: Kencana Prenada The Relationship between Sleep and
Media Grup. 2009; 1–36. Weight in a Sample of Adolescents.
36. Nadaek TA. Hubungan Stres Obesity (Silver Spring) [Internet].
Psikososial dengan Konsumsi Makan 2011; 19 (2): 324–31. Available
dan Status Gizi Siswa SMU from:
Methodist-8 Medan. (Skripsi). http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme
Departemen Gizi Kesehatan d/20948522%0Ahttp://www.pubmed
Masyarakat FKM USU, Medan. central.nih.gov/articlerender.fcgi?arti
2013. d=PMC3099473
37. Nisa AC. Hubungan Tingkat Stres 45. Seegers V, Petit D, Falissard B,
dengan Konsumsi Makan dan Status Vitaro F, Tremblay RE, Montplaisir
Gizi pada Siswa Kelas X di SMA J, et al. Short Sleep Duration and
Negeri 1 Teras Boyolali. (Skripsi). Body Mass Index: A Prospective
Universitas Muhammadiyah Longitudinal Study in
Surakarta. 2016. Preadolescence. Am J Epidemiol.
38. Fiskasari SR. Hubungan Depresi, 2011; 173 (6): 621–9.
Ansietas dan Stres dengan Status

DOI: http://dx.doi.org/10.21776/ub.ijhn.2021.008.01.6

Anda mungkin juga menyukai