ABSTRAK
Obesitas merupakan salah satu masalah gizi yang disebabkan mengkonsumsi makanan jauh
melebihi kebutuhan yang dapat mengakibat berbagai penyakit seperti resistensi Insulin,hipertensi,
peningkatan kadar kolestrol,stroke, serangan jantung,kanker, penuaan otak, kehamilan beresiko, dan
penurunan kualitas sperma. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas yaitu aktivitas fisik,
pola tidur, faktor emosional, pola makan, faktor genetik dan faktor lingkungan. Tingginya angka obesitas
menurut WHO tahun 2015, pada tahun 2014 terdapat lebih dari 1,9 milyar orang dewasa lebih dari
600 juta orang mengalami obesitas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor yang berhubungan
dengan obesitas pada remaja di SMPN 1 Ujungbatu. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan pendekatan deskriptif korelatif dengan desain Retrospektif. Teknik sampling yang dilakukan
adalah total sampling dengan uji statistik kulmogorof sminov z. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 50
orang yang diambil semua remaja yang mengalami obesitas, alat pengumpulan data adalah kuesioner
dengan pengolahan data menggunakan komputerisasi dan analisa dilakukan secara univariat dan bivariat.
Hasil menunjukkan bahwa tidak ada hubungannya antara aktivitas fisik, pola makan, pola tidur, faktor
emosional, faktor genetik, dan faktor lingkungan dengan obesitas pada remaja dengan Pvalue > 0,05.
Diharapkan dengan adanya penelitian ini pihak sekolah dapat memberikan edukasi kepada siswa dalam
mempertahankan berat badan ideal serta menjaga pola hidup yang sehat.
ABSTRACT
Obesity is one of the nutritional diseases caused by consuming food far exceeds the needs. Some
of the factors that cause obesity are physical activity, sleep patterns, emotional factors, diet
geneticfactors, and enviromental factors. The high rate of obesity according to WHO in 2015, in 2014
there are more than 1,9 billion adults over 600 juta people are obese. The purpose of this study was to
determine the factors associated with obesity in adolescents in SMPN 1
Ujungbatu. This research is a quantitative research with correlative descriptive approach with
Retrospective design. The sampling technique is total sampling with sminov kulmogorof statistic test. The
population in this study is the students of grade 7-9, with the number of samples of 50 people taken all
adolescents who are obese, data collection tool is a cake questionnaire with data processing using
computerized and univariate and bivariate analysis. The results showed that there was no relationship
between physical activity, diet, sleep patterns, emotional factors, genetic factors, and environmental
factors with obesity in adolescents with Pvalue> 0.05. is expected with this research the school I can
provide education to students in maintaining the ideal body weight and maintain a healthy lifestyle.
91
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077
92
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077
93
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077
Berdasarkan tabel 4.1 analisis univariat fisik dengan kejadian obesitas pada siswa
dapat dilihat bahwa tingkat obesitas siswa SMPN di Pekanbaru diperoleh p-value
SMPN 1 Ujungbatu tertinggi pada tingkat =0,480. Berbeda dengan penelitan
1 yaitu 28 orang (56%) dan terendah pada Mustelin di dalam Sartika (2011)
tingkat 3 yaitu 6 orang (12%). Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan
tingkat obesitas remaja di SMPN 1 yang bermakna antara aktivitas fisik
Ujungbatu tidak buruk. Kegemukan dengan obesitas. Olahraga juga dapat
didefenisikan sebagai akumulasi lemak mengurangi rata-rata angka kesakitan dan
berlebihan yang berpeluang menimbulkan kematian beberapa penyakit kronik.
beberapa resiko kesehatan pada seseorang Aktifitas fisik berupa kebiasaan
individu. olahraga memiliki pengaruh terhadap
2. Aktifitas Fisik obesitas. Menurut Mustlin dalam Sartika
(2011) menunjukan bahwa terhadap
Berdasarkan analisis univariat pada hubungan bermakna antara aktivitas fisik
penelitian ini, sebagian besar aktifitas fisik
dengan obesitas pada anak. Hasil analysis
remaja baik dengan jumlah 33 responden (
66% ). Hal ini berarti aktivitas fisik remaja bivariatnya menunjukan bahwa responden
di SMPN 1 Ujungbatu baik. Berdasarkan yang tidak rutin berolahraga memiliki
penelitian yang dilkukan oleh Deviwanti resiko obesitas sebesar 1,35 kali
Batara (2016) dengan judul Hubungan dibandingkan dengan responden yang rutin
Obesitas dengan Tekanan Darah dan berolahraga. selain itu ternyata anak yang
Aktivitas fisik pada remaja dikota Bitung tidak rutin berolahraga justru cendrung
menunjukkan hasil dari 60 remaja yang
memiliki asupan energi yang lebih tinggi
mengalami obesitas 52 dengan aktifitas
fisik sedang dan 8 remaja dengan aktifitas dibandingkan anak yang rutin berolahraga.
fisik rendah.Pada penelitian ini responden Makanan dan aktifitas fisik dapat
lebih banyak melakukan aktifitas fisik mempengaruhi timbulnya obesitas baik
yang ringan seperti menonton televisi, secara bersama maupun masing-masing.
bermain game dan bepergian dengan 4.3.3 Pola Tidur
kendraan bermotor walau jaraknya dekat. Bedasarkn analisis univariat pada
Sehinnga faktor tersebut yang
penelitian ini, sebagian besar baik dengan
menyebabkan responden menjadi obesitas.
Berdasarkan hasil analisis bivariat jumlah 33 orang (74%). Hal ini berarti
diketahui bahwa dari 50 responden yang pola tidur siswa SMPN 1 Ujunbatu baik.
memiliki aktifitas fisik positif sebanyak Berdasarkan penelitian Pramudita dalam
0,086 dan yang negatif sebanyak -0,443. Ayu (2015) menunjukkan hasil 77,5%
Dari hasil uji alternatif yang telah anak obesitas yang menghabiskan waktu
dilakukan peneliti dengan menggunakan lebih dari 8 jam untuk tidur dalam satu
uji kulmogorof sminov z, diperoleh nilai p- hari, 85% anak obesitas menghabiskan
value = 1,000 (>0,05), artinya tidak waktu lebih dari 2 jam.
terdapat hubungan yang bermakna antara Menurut Prayudo (2015) kebutuhan
aktivitas fisik dengan obesitas pada remaja tidur masing-masing individu bervariasi,
di SMPN 1 Ujungbatu. dimulai dari 16-18 jam sehari sehingga
Penelitian ini sesuai dengan penelitian hanya 4-6 jam perhari yang ditentukan
yang dilakukan oleh Atika Maulida Sari berdasarkan rentang usia. Berdasarkan
(2017) dengan judul Hubungan Aktivitas penjelasan diatas, kecukupan tidur
94
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077
seseorang tidak selalu ditentukan oleh makan lebih banyak apabila mereka tegang
lamanya orang tersebut tidur, akan tetapi atau cemas, dan eksperimen membuktikan
juga dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kebenarannya. Orang gemuk makan lebih
emosional, serta fisiologis kebutuhan tidur banyak dalam suatu situasi yang sangat
sesuai individu tersebut. mencekam. Orang dengan berat badan
Berdasarkan hasil bivariat, dari 50 yang normal makan dalam situasi yang
responden pola tidur yang positif 0,029 kurang mencekam. Dalam suatu studi yang
dan yang negatif -0,162. Dari hasil uji dilakukan White (1977) pada kelompok
alternatif yang telah dilakukan oleh orang dengan berat badan berlebih dan
peneliti dengan menggunakan uji kelompok orang dengan berat badan yang
kulmogorof sminiv z, diperoleh nilai p- kurang, dengan menyajikan kripik
value = 0,962 (>0,005) artinya tidak (makanan ringan) setelah mereka
terdapat hubungan yang bermakna antara menyaksikan empat jenis film yang
pola tidur dengan obesitas pada remaja di mengundang emosi yang berbeda, yaitu
SMPN 1 Ujungbatu. film yang tegang, ceria,merangsang gairah
Penelitian ini sesuai dengan penelitan seksual dan sebuah ceramah yang
Utami (2017) pada remaja SMP di kota membosankan. Pada orang gemuk
Yogyakarta yang menunjukan hasil tidak didapatkan bahwa mereka lebih banyak
ada hubungan yang bermakna antara durasi menghabiskan kripik setelah menyaksikan
tidur dengan obesitas. Namun berbeda film yang tegang dibanding setelah
dengan penelitian Widianti Ali (2017) menonton film yang membosankan.
yang menunjukan terdapat perbandingan Sedangkan pada orangdengan berat badan
anak usia remaja yang obesitas dan tidak kurang selera makan kripiktetap sama
obesitas terhadap kualitas tidur (p=0,000). setelah menonton film yang tegang
Menurut Penelitian yang dilakukan maupun film yang membosankan.
Pramudita dalam Ayu (2015) 77,5% anak Berdasarkan hasi analisis bivariat, dari
obesitas yang menghabiskan waktu lebih 50 responden emosional yang positif 0,000
dari 8 jam untuk tidur dalam satu hari, dan yang negatif -0,101, dengan
85% anak obesitas menghabiskan waktu menggunakan uji alternatif kulmogorof
lebih dari 2 jam untuk waktu menonton sminov z diperoleh nilai p-value 1,000 (>
TV, bermain game, dan internet dalam satu 0,005) artinya tidak terdapat hubungan
hari, dan 70% anak obesitas yang yang bermakna antara emosional dengan
menghabiskan waktunya bermain di luar obesitas pada remaja di SMPN 1
rumah kurang dari 2 jam per hari. Ujungbatu.
4.3.4 Faktor Emosional 4.3.5 Pola Makan
Berdasarkan analisis univariat pada Berdasarkan hasil analisis univariat
penelitian ini, sebagian besar emosional pada penelitian ini, sebagian besar pola
remaja stabil dengan jumlah 32 responden makan remaja baik dengan jumlah 26
(65%). Hal ini berarti emosional remaja di orang (52%). Hal ini berarti pola makan
SMPN 1 Ujungbatu baik. Menurut remaja di SMPN 1 Ujungbatu baik. Dapat
McKenna (1999) dalam Abdul Salam disimpukan bahwa siswa obesitas di
(2010) Orang gemuk seringkali SMPN 1 Ujungbatu lebih mengkonsumsi
mengatakan bahwa mereka cenderung makanan siap saji dibandingkan sayuran.
95
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077
Menurut Sartika (2011) Sayur dan buah dilakukan pada 50 orang terdapat 49 orang
merupakan sumber serat yang penting bagi remaja dengan persentase 98% yang
anak dalam masa pertumbuhan, khususnya megalami obesitas yang berdasarkan pola
berhubungan dengan obesitas. Anak makan. Hal ini menjelaskan bahwa pola
overweight dan obesitas membutuhkan makan merupakan faktor resiko yang
makanan tinggi serat seperti sayur dan paling berpengaruh terhadap obesitas pada
buah. Berdasarkan PUGS (Pedoman remaja.
Umum Gizi Seimbang), konsumsi sayur Menurut Ali dalam Abdul Salam
dan buah minimal < 3 porsi/hari. (2010), orang yang obesitas lebih
Kemudian Penelitian yang dilakukan oleh responsive disbanding dengan orang berat
Mokoginta (2016) dengan judul badan normal terhadap isyarat lapar
“Gambaran pola asupan makanan pada eksternal, seperti rasa lapar dan bau
remaja di Kabupaten Bolang Mongondow makan, atau saatnya waktu makan. Orang
Utara” menyatakan pola makan remaja yang gemuk cendrung makan bila ia
umumnya kurang bervariasi dengan merasa ingin makan, bukan makan pada
frekuensi rata-rata >1x/hari namun dengan saat lapar. Pola makan berlebih inilah yang
jumlah yang sedikit dan dikonsumsi tidak menyebabkan mereka sulit untuk keluar
lengkap tiap kali makan. Tingkat dari kegemukan jika sang individu tidak
kecukupan gizi remaja <70% AKG memiliki kontrol diri dan motivasi yang
menandakan bahwa asupan energi dari kuat untuk mengurangi berat badan.
sumber karbohidrat, protein, lemak sangat Berdasarkan peneitian Muwahkida
kurang. (2008) menujukan sampel yang sering
Menurut Leane dalam Rumida (2014), mengkonsumsi fast food sebanyak 55%
ditinjau dari pola makan, remaja sedangkan yang jarang mengkonsumsi fast
merupakan kelompok yang peka terhadap food sebanyak 45%. Jenis makanan yang
pengaruh lingkungan luar seperti paling sering dikonsumsi adalah jenis
maraknya iklan makanan siap santap (fast makanan fast food local seperti bakso, mie
food) yang umumnya mengandung kalori ayam, mie instan, siomay, batagor dan
tinggi, kaya lemak, tinggi natrium dan steak, sedangkan jenis fast food modern
rendah serat. Hal ini memungkinkan yang sering dikonsumsi adalah crispy hot
terjadinya kasus kegemukan di kalangan chiken beef burger, cheese burger, ayam
remaja. goring ( paha, dada dan sayap) dan jenis
Berdasarkan hasil analisis bivariat, dari minuman yang sering dikonsumsi adalah
50 responden pola makan yang positif juice, ice cream dan soft drink yang biasa
0,010 dan yang negatif -0,045 dengan ada pada restoran yang sering dikunjungi
menggunakan uji alternative kulmogorof seperti KFC, M.C Donald’s, Texas
sminov z diperoleh nilai p-value= 1,000 Chicken dan Pizza Hut.
(>0,05), artinya tidak ada hubungan yang 4.3.6 Faktor Genetik
bermakna antara pola makan dengan berdasarkan hasil analisis univariat
aktifitas fisik. terhadap 50 responden didapatkan hasil 26
Berdasarkan hasil penelitian Christine, orang (52%) faktor genetik ada memiliki
Aaltje, dan Fona (2016) di sekolah faktor genetik pada remaja di SMPN 1
Menengah Atas di kota Bitung yang Ujungbatu. Menurut Koupil (2009) dalam
96
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077
Abdul Salam (2010) Seorang anak punya orang yang obesitas tidak akan mengalami
40% kemungkinan mengalami kegemukan, masalah-masalah psikologis sehubungan
bila salah satu orangtuanya obesitas. Bila dengan kegemukan.
kedua orangtuanya kelebihan berat badan, Berdasarkan hasil analisis bivariat pada
maka kemungkinan seorang anak 50 responden terhadap faktor lingkungan
mengalami obesitas pun naik hingga 80%. dengan obesitas diperoleh positif 0,447
Berdasarkan hasil analisis bivariat dan negatif 0,000, dengan menggunakan
hubungan faktor emosional dengan tingkat uji alternatif kulmogorof sminov z
obesitas didapatkan data positif 0,010 dan diperoleh p-value 0,242 (> 0,05), artinya
negatif -0,125, dengan menggunakan uji tidak ada hubungan yang bermakna antara
alternative kulmogorof sminov z diperoleh lingkungan dengan obesitas pada remaja di
p-value nya 0,990 (> 0,05), artinya tidak SMPN 1 Ujungbatu.
terdapat hubungan yang bermakna antara Menurut Satoto dalam Olive (2016) di
faktor genetik dengan tingkat obesitas pada Indonesia terutama di kota-kota besar
remaja di SMPN 1 Ujungbatu. Penelitian dengan adanya perubahan gaya hidup yang
ini berbeda dengan hasil penelitian Ratu menjurus ke westernisasi dan sedentary
Arfienny (2014) yang menggunakan uji chi berakibat pada perubahan pola makan atau
square yang diperoleh p-value nya 0,002 konsumsi masyarakat yang merujuk pada
(< 0,05) yang artinya tidak ada hubungan pola makan tinggi kalori, tinggi lemak, dan
yang bermakna antara riwayat keluarga kolestrol terutama terhadap penawaran
dengan obesitas pada siswa-siswi SMPN makanan siap saji (fast food) yang
34 Medan tahun 2014. Kemudian berdampak meningkatkan resiko obesitas.
penelitian Sartika (2011) dalam Julianti
(2015), mendapatkan proporsi obesitas KESIMPULAN
pada ayah dan ibu masing-masing sebesar Berdasarkan hasil penelitian tentang
17,5% dan 29,4%. Hasil uji bivariat faktor faktor yang berhubungan dengan
menunjukan bahwa anak yang memiliki obesitas pada remaja di SMPN 1
ayah obesitas memiliki peluang obesitas Ujungbatu yang dilakukan terhadap 50
sebesar 1,2 kali dibandingkan dengan anak responden maka kesimpulan penelitian ini
yang memiliki ayah tidak obesitas. adalah:
4.3.7 Faktor Lingkungan 1. Sebagain besar responden yang
berdasarkan hasil analisis univariat obesitas berada pada obesitas
terhadap 50 responden didapatkan hasil tingkat 1 yaitu 28 orang.
baik dengan jumlah 44 orang (88%). 2. Tidak adanya hubungan yang
Menurut Abdul Salam (2010), Faktor bermakna antara aktivitas fisik
lingkungan ternyata juga mempengaruhi dengan obesitas pada remaja di
seseorang untuk menjadi gemuk. Jika SMPN 1 Ujungbatu.
seseroang dibesarkan dalam lingkungan 3. Tidak adanya hubungan yang
yang menganggap gemuk adalah simbol bermakna antara pola tidur dengan
kemakmuran dan keindahan maka orang obesitas pada remaja di SMPN 1
tersebut akan cenderung untuk menjadi Ujungbatu.
gemuk. Selama pandangan tersebut tidak 4. Tidak adanya hubungan yang
dipengaruhi oleh faktor eksternal maka bermakna antara faktor emosional
97
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077
98
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077
99
JOMIS (Journal Of Midwifery Science) P-ISSN : 2549-2543
Vol 3. No.2, Juli 2019 E-ISSN : 2579-7077
100