Anda di halaman 1dari 10

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BERAT

BADAN BERLEBIH PADA ANAK USIA SEKOLAH DI MI AL-HIDAYAH


BEKASI TAHUN 2018

Irma rachmawati1, Istiqomah2


1. Program Studi Sarjana Keperawatan
2. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam As-syafi’iyah Jakarta, Indonesia
*e-mail : irmarachmawati210@yahoo.com
Istique09@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan Overweight dan obesitas pada anak sampai saat ini masih menjadi masalah, dimana
satu dari sepuluh anak di dunia ini mengalami obesitas. Populasi anak-anak yang kegemukan atau
obesitas telah naik 10 kali lipat dalam empat dasawarsa terakhir. Overweight dan obesitas
merupakan istilah yang digunakan dalam berat badan berlebih. Kejadian berat badan berlebih pada
anak usia sekolah dipengaruhi beberapa faktor seperti faktor pola makan, aktivitas fisik, dan pola
tidur. Tujuan penelitian untuk mendapat gambaran mengenai faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian berat badan berlebih pada anak usia sekolah. Metode penelitian deskriptif
korelatifdengan pendekatan cross sectional. Jumlah populasi sebanyak 55 orang. Sampel yang
diambil dengan teknik total sampling. Analisis yang digunakan univariat dan bivariat, melalui
statistik chi-square dengan α=5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pola makan
terhadap kejadian berat badan berlebih dengan p=(0,001), aktivitas fisik dengan kejadian berat
badan berlebih didapatkan nilai p=(0,000) dan pola tidur terhadap kejadian berat badan berlebih
dengan nilai p=(0,001). Simpulan pola makan, aktivitas fisik dan pola tidur merupakan faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian berat berlebih. Saran untuk sekolah diharapkan agar
lebih memberikan pendidikan tentang gizi seimbang agar siswa mengetahui manfaat gizi seimbang
dan menambah kegiatan ekstrakulikuler serta memberikan penkes tentang pentingnya melukan
kegiatan aktivitas fisik.

Kata Kunci : Aktivitas Fisik, Berat Badan Berlebih, Pola Makan, Pola Tidur

ABSTRACT
Introduction overweight and obesity in children is still a problem, which one of ten children
worldwide being obese. The population of overweight or obese children has increased 10-fold in
the past four decades. Overweight and obesity are a term used because there are overweight.The
incidence of overweight in school-age children is influenced by several factors such as dietary
habits, physical activity, sleep patterns. The purpose of the study was to find out an overview of the
factors associated of the incidence of overweight in school-aged children. The research method
is descriptive correlative. The population is 60 people. Samples taken by total sampling
technique.the analysis used univariate and bivariate, using chi-square with α=5%.The results
showed that dietary habits for the incidence of overweight with p = (0.001), physical activity with
the incidence of overweight obtained p = (0,000) and sleep patterns for the incidence of overweight
with a value of p = (0.001). Conclusions is dietary habits, physical activity, and sleep patterns
have a relationship to the incidence of overweight. Suggestions for schools are expected to provide
more education about balanced nutrition and increase hours of extracurricular activities so that
students know the benefits of balanced nutrition and the importance of carrying out physical
activity activities.

Keywords :Dietary Habit, Overweight, Physical Activity, Sleep Patterns


LATAR BELAKANG 26,6% dan di Sumatera Barat sebesar 7,7%.
Overweight dan obesitas merupakan Kota Padang memiliki prevalensi obesitas
dua istilah yang sering digunakan untuk sebesar 7,6% dan 15 besar daerah yang
menyatakan adanya kelebihan berat badan. mengalami obesitas tertinggi dengan
Overweight (gizi lebih) yaitu kelebihan menempati urutan ke -8 tertinggi pertama
berat badan 10% dari berat badan normal yaitu Kota Pariaman 16,9% (Riskesdas,
dan Obesitas (Kegemukan) yaitu kelebihan 2013).
berat badan 20% dari berat badan normal Data Riskesdas 2013 mengenai status
(WHO, 2010). gizi pada anak usia 5-12 tahun di Jawa
Overweight dan obesitas pada anak Barat adalah 18,6 % dengan prvealensi
sampai kini masih menjadi masalah, gemuk (10,7%) dan obesitas (7,9%).
dimana satu dari sepuluh anak di dunia ini Sedangkan Bekasi menempati posisi kedua
mengalami obesitas dan peningkatan di Jawa Barat yang memiliki jumlah anak
obesitas pada anak dan remaja saat ini dengan berat badan berlebih (overweight
sejajar dengan orang dewasa.Populasi dan obesitas) dengan prevalensi gemuk
anak-anak dan remaja yang kegemukan (11,8%) dan obesitas (12,6%). Selain
atau obesitas telah naik 10 kali lipat dalam Bekasi 5 kota di Jawa Barat yang
empat dasawarsa terakhir. Demikian menyimpan anak dengan berat badan
peringatan Organisasi Kesehatan Dunia berlebih diantaranya Garut, Subang,
(Puspitasari,2017). Cirebon dan Depok.
Data Riset Kesehatan Dasar Studi pendahuluan yang dilakukan
Kemenkes (RISKESDAS) oleh peneliti terdapat 60 siswa yang
2013menunjukkan prevalensi nasional memiliki berat badan berlebih di MI Al-
tertinggi problem kegemukan terjadi pada Hidayah Bekasi. Peneliti melakukan
anak kelompok anak usia 5-12 tahun (18,8 pendataan dari 28 orang siswa kelas V di
persen), disusul kelompok 13-15 tahun MI Al-Hidayah Bekasi ditemukan 20 siswa
(10,8 persen), dan 16-18 tahun (7,3 persen). memiliki berat badan normal dengan
Jumlah itu naik 4 persen dalam tiga tahun prevalensi (71,42%), 2 siswa yang obesitas
terakhir.Berdasarkan Riskesdas 2013, dengan prevalensi (7,14%) dan 6 siswa
kegemukan pada kelompok 5-12 tahun yang overweight (gemuk) dengan
terbagi dua, yakni kegemukan atau prevalensi 21,42%. Dari 20 siswa yang
overweight (10,8 persen) dan sangat gemuk memiliki berat badan normal mengatakan
atau obesitas (8,8 persen). 15 provinsi jarang suka jajan, 16 siswa (80%)
tertinggi yang “menyimpan” anak obesitas diantaranya melakukan aktivitas fisik
selain DKI Jakarta ialah Lampung, seperti bermain sepak bola, bersepeda, dan
Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, 4 siswa (20%) lainnya memilih bermain
Papua, Sumatera Selatan, Jambi, didalam rumah. Seluruh siswa mengatakan
Kepulauan Riau, Sumatera Utara, jarang tidur siang, dan jam tidur malam
Kalimantan Barat, Bali, Kalimantan Timur, berkisar dari 21.00 WIB – 22.00 WIB.
Banten, Jawa Timur, dan Kalimantan Siswa yang mengalami overweight
Tengah. sejumlah 6 anak, 3 siswa (50%)
Di Indonesia, berdasarkan data diantaranya mengatakan suka jajan dan 3
Riskesdas Kementerian Kesehatan siswa (50%) lainnya mengatakan jarang
Republik Indonesia (2013), dengan jajan. Sedangkan 2 (33,34%) diantara
persentase gemuk 10%, dan obesitas 8,8% mereka mengatakan lebih suka bermain
meningkat dari tahun 2012 yang ditemukan dirumah dan menonton TV dan 4 siswa
yaitu 9,2 % dan Sumatera Barat menempati (66,67%) lainnya mengatakan lebih suka
urutan ke -15 dan yang tertinggi pertama menonton TV namun masih menyempatkan
yaitu DKI Jakarta dengan prevalensi bermain diluar rumah. Seluruh siswa
obesitas pada anak usia 5-12 tahun sebesar mengatakan jarang tidur siang, dan jam
tidur malam berkisar dari 21.00 WIB – prevalensi overweight dan obesitas.
22.00 WIB.Siswa yang mengalami obesitas Pengaruh faktor lingkungan terutama
berjumlah 2 anak, keduanya mengatakan terjadi melalui ketidakseimbangan antara
suka jajan. Kedua dari mereka memiliki pola makan, perilaku makan dan aktivitas
aktivitas yang berbeda 1 anak (50%) fisik. Hal ini terutama berkaitan dengan
mengatakan suka menonton TV dan perubahan gaya hidup yang mengarah pada
bermain diluar rumah sedangkan 1 anak sedentary life style (Kemenkes RI, 2012).
(50%) lainnya suka bermain dirumah, Pola makan yang merupakan pencetus
menonton TV dan bermain handphone. terjadinya berat badan berlebih adalah
Keduanya memiliki waktu tidur siang yang mengkonsumsi makanan porsi besar
berbeda 1 anak (50%) diantaranya (melebihi dari kebutuhan), makanan tinggi
mengatakan selalu tidur siang dan 1 anak energi, tinggi karbohidrat sederhana dan
(50%). lainnya mengatakan jarang tidur rendah serat. Sedangkan perilaku makan
siang. Mereka memiliki jadwal tidur malam yang salah adalah tindakan memilih
yang hampir sama sekitar pukul 21.00 - makanan berupa junk food,makanan dalam
22.00 WIB. kemasan dan minuman ringan (soft drink).
Anak sekolah yang gemuk memang Selain pola makan dan perilaku makan,
terlihat menggemaskan namunkegemukan kurangnya aktivitas fisik juga merupakan
bisa menjadi masalah serius karenaakan faktor penyebab terjadinya overweight dan
berlanjut hingga dewasa. Kegemukan dan obesitas pada anak sekolah. Keterbatasan
obesitaspada anak mengundang setumpuk lapangan untuk bermain dan kurangnya
masalah kesehatan dan merupakan faktor fasilitas untuk beraktivitas fisik
resiko terjadinya berbagai penyakit menyebabkan anak memilih untuk bermain
metabolik dan degeneratif seperti penyakit di dalam rumah. Selain itu kemajuan
kardiovaskuler, diabetes mellitus, kanker, teknologi berupa alat elektronik seperti
osteoatritis,dll. Kegemukan dan obesitas gadget ,video games, playstation, televisi
dapat juga mengakibatkan berbagai dan komputer menyebabkan anak malas
masalah kesehatan yang sangat merugikan untuk melakukan aktivitas fisik (Kemenkes
kualitas hidup anak seperti gangguan RI, 2012).
pertumbuhan tungkai kaki, gangguan tidur,
sleep apnea (henti napas sesaat), dan METODE PENELITIAN
gangguan pernapasan lain (KemenKes RI, Penelitian dilakukan di MI AL-
2012). Hidayah Kota Bekasi Tahun 2018 dengan
Banyak faktor yang mempengaruhi metode deskriptif korelation dengan
terjadinya berat badan berlebih pendekatan cross sectional. Sampel dalam
(overweight) dan obesitas pada anak penelitian ini sebanyak 55 anak yang
diantaranya faktor genetik, faktor memiliki berat badan berlebih. Teknik
lingkungan, faktor pola makan, faktor pengambilan sampel adalah total sampling.
aktivitas fisik, faktor psikologis dan gaya Pola makan dan aktivitas fisik diukur
hidup. Faktor utama penyebab obesitas menggunakan yang sudah divalidasi dan
tersebut ialah kebiasaan hidup sehari-hari, pola tidur diukur menggunakan kuesioner
seperti pola makan, aktivitas fisik, dan pola PSIQ. Untuk melihat kriteria berat badan
tidur yang diterapkan pada anak dan akan berlebih siswa dukur menggunakan
memicu beberapa masalah penyakit, timbangan berat badan dan pengukur tinggi
masalah fisik, psikologis dan isolasi sosial badan dan Grafik CDC adalah grafik yang
pada anak (Arisman, 2014). digunakan untuk menentukan status gizi
Berat badan berlebih terutama antropometri anak usia 5 tahun- 18 tahun.
disebabkan oleh faktor lingkungan.Faktor Hubungan pola makan, aktivitas fisik
genetik diduga juga berperan tetapi tidak serta pola tidur dilakukan uji statistik chi-
dapat menjelaskan terjadinya peningkatan square.p value < 0,05 ataunilai Chi-Square
(χ2) hitung ≥ dariχ2 tabel sehingga dapat siswa (40%) dan uang saku >15.000
disimpulkan hipotesis H nol ditolak. artinya rupiah sebanyak 9 anak (16,4%).
ada hubunganpola makan, aktivitas fisik
pola tidur dengan kejadian berat badan 4. Gambaran Kejadian Berat Badan
berlebih pada anak usia sekolah di MI Al- Berlebih di Madrasah Ibtidaiyah Al-
Hidayah Bekasi tahun 2018. Hidayah Bekasi Tahun 2018.
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berat
HASIL PENELITIAN Badan Berlebih Siswa
Analisa Univariat No Berat Badan Frekuensi Presentase
1. Usia Siswa Berlebih
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Usia Siswa 1 Overweight 24 43,6%
Usia Siswa Frekuensi Presentase (%) 2 Obesitas 31 56,4%
7-9 Tahun 24 43,6% Total 55 100%
10-12 Tahun 31 56,4%
Total 55 100% Berdasarkan tabel diatas dapat
dilihat bahwa frekuensi siswa yang
Berdasarkan tabel diatas diketahui mengalami berat badan berlebih
bahwa umur siswa 7-9 tahun sebanyak kategori overweight sebanyak 24 siswa
24 anak (43,6%) dan usia 10-12 tahun (43,6%) sedangkan siswa yang obesitas
sebanyak 31 anak (56,4%). sebanyak 31 siswa (56,4%).

2. Jenis Kelamin 5. Gambaran Pola Makan Siswa yang


Tabel 2 Distribusi Frekuensi Jenis Mengalami Berat Badan Berlebih di
Kelamin Siswa Madrasah Ibtidaiyah Al-Hidayah
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%) Bekasi Tahun 2018.
Laki-Laki 35 63,6% Tabel 1.5 Distribusi Frekuensi Pola
Perempuan 20 36,4% Makan Siswa
Total 55 100% No Pola Makan Frekuensi Presentase
1 Baik 23 41,8%
Berdasarkan tabel diatas dapat 2 Kurang Baik 32 58,2%
diketahui bahwa frekuensi siswa yang Total 55 100%
menglami berat badan berlebih adalah
laki- laki sebanyak 35 siswa (63,6%) Berdasarkan tabel diatas dapat
dan perempuan sebanyak 20 siswa dilihat bahwa frekuensi siswa yang
(36,4%). mengalami berat badan berlebih
memiliki pola makan yang kurang baik
3. Uang Saku/Hari sebanyak 32 siswa (58,2%) sedangkan
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Uang siswa yang memiliki pola makan baik
Saku/ Hari Siswa sebanyak 23 siswa (41,8%).
Uang Saku (Rp) Frekuensi Presentase (%)
5.000-10.000 22 40% 6. Gambaran Aktivitas Fisik Siswa
11.000-15.000 24 43,6% yang Mengalami Berat Badan
>15.000 9 16,4% Berlebih di Madrasah Ibtidaiyah Al-
Total 55 100% Hidayah Bekasi Tahun 2018.
Tabel 1.6 Distribusi Frekuensi Aktivitas
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui Fisik Siswa
bahwa uang saku/hari siswa paling No Aktivitas Fisik Frekuensi Presentase
banyak yaitu sekitar 11.000-15.000 1 Aktif 24 43,6%
rupiah sebanyak 24 siswa (43,6%), 2 Kurang Aktif 31 56,4%
sekitar 5.000-10.000 rupiah sebanyak 22 Total 55 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat memiliki pola makan kurang baik
dilihat bahwa frekuensi siswa yang sebanyak 24 anak (36,4%) dan yang
mengalami berat badan berlebih memiliki pola makan baik sebanyak 8
memiliki aktivitas yang kurang aktif anak (20,0%).
sebanyak 31 siswa (56,4%) sedangkan Selanjutnya dilakukan Uji Chi
siswa yang memiliki aktivitas fisik Square untuk melihat hubungan antara
yang aktif sebanyak 24 siswa (43,6%). pola makan dengan kejadian berat
badan berlebih diperoleh nilai P Value
7. Gambaran Pola Tidur Siswa yang = 0,001 < 0,05 atau 5%. Secara
Mengalami Berat Badan Berlebih di statistic signifikan sehingga dapat
Madrasah Ibtidaiyah Al-Hidayah disimpulkan Ho ditolak.
Bekasi Tahun 2018. Kesimpulannya adalah terdapat
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Pola Tidur hubungan antara pola makan dengan
Siswa kejadian berat badan berlebih pada
No Pola Tidur Frekuensi Presentase anak uisa sekolah.
1 Baik 25 45,5%
2 Buruk 30 54,5% 2. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan
Total 55 100% Kejadian Berat Badan Berlebih
Tabel 9 Uji Chi Square Hubungan
Berdasarkan tabel diatas dapat Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Berat
diketahui bahwa frekuensi siswa yang Badan Berlebih
mengalami berat badan berlebih Kejadian Berat Badan
Aktivitas P
memiliki pola tidur yang baik sebanyak Fisik
Berlebih Total
Value
25 siswa (45,5%) sedangkan siswa yang Overweight Obesitas
memiliki pola tidur buruk sebanyak 30 18 6 24 0,000
Aktif
(32,7%) (10,9%) 43.6%
siswa (54,5%). Kurang 6 25 31
Aktif (10,9%) (45,5%) 56.4%
Analisa Bivariat 24 31 55
Total
1. Hubungan Pola Makan Dengan (43,6%) (56,4%) (100%)
Kejadian Berat Badan Berlebih
Tabel 8 Uji Chi Square Hubungan Pola Berdasarkan tabel diatas
Makan Dengan Kejadian Berat Badan menunjukkan bahwa siswa dengan
Berlebih berat badan overweight yang memiliki
Kejadian Berat Badan aktivitas fisik yang aktif sebanyak 18
Pola P
Berlebih Total anak (32,7%) dan siswa yang
Makan Value
Overweight Obesitas memiliki aktivitas fisik kurang aktif
16 7 23 0,001 sebanyak 6 anak (10,9%). Siswa
Baik
29,1% 12,7% 41,8% dengan berat badan obesitas yang
Kurang 8 24 32 memiliki aktivitas fisik kurang aktif
Baik 14,5% 43,6% 58,2% sebanyak 25 anak (45,5%) dan yang
24 31 55 memiliki aktivitas fisik aktif sebanyak
Total
43,6% (56,4%) (100%)
6 anak (10,9%).
Selanjutnya dilakukan Uji Chi
Berdasarkan tabel diatas Square untuk melihat hubungan antara
menunjukkan bahwa siswa dengan
aktivitas fisik dengan kejadian berat
berat badan overweight yang memiliki
badan berlebih diperoleh nilai P Value
pola makan yang baik sebanyak 16 = 0,000 < 0,05 atau 5%. Secara
anak (29,1%) dan siswa yang
statistic signifikan sehingga dapat
memiliki pola makan kurang baik
disimpulkan Ho ditolak.
sebanyak 7 anak (12,7%). Siswa Kesimpulannya adalah terdapat
dengan berat badan obesitas yang
hubungan antara aktivitas fisik dengan normal, sedangkan obesitas adalah
kejadian berat badan berlebih pada kelebihan akumulasi
anak uisa sekolah. lemak dalam tubuh (CDC, 2010).
Hasil penelitian diperoleh bahwa
3. Hubungan Pola Tidur Dengan dari 55 responden, 31 siswa (64,0%)
Kejadian Berat Badan Berlebih memiliki berat badan obesitas
Tabel 10 Uji Chi Square Hubungan Pola sedangkan siswa yang memiliki berat
Tidur Dengan Kejadian Berat Badan badan overweight sebanyak 24 orang
Berlebih (36,0%). Dapat disimpulkan jumlah
Pola
Kejadian Berat Badan
P
siswa yang mengalami berat badan
Berlebih Total obesitas lebih banyak dibandingkan
Tidur Value
Overweight Obesitas dengan overweight.
17 8 25 0,001
Baik
(30,9%) (14,8%) (45,5%)
Berdasarkan hasil penelitian
7 23 30 yang dilakukan peneliti pada 55
Buruk responden didapatkan hasil bahwa
(12,7%) (41,8%) (54,5%)
Total
24 31 55 kejadian berat berlebih banyak terjadi
(43,6%) 56,4% (100%) pada laki-laki yaitu sebanyak 35 siswa
(63,6%) sedangkan perempuan
Berdasarkan tabel diatas sebanyak 20 siswa (36,4%). Penelitian
menunjukkan bahwa siswa dengan ini juga didukung dengan uang jajan
berat badan overweight yang memiliki siswa yang berkisar sekitar 11.000-
pola tidur yang baik sebanyak 17 anak 15.000 rupiah sebanyak 24 siswa
(30,9%) dan siswa yang memiliki pola (43,6%), sebanyak 5.000-10.000
tidur buruk sebanyak 7 anak (12,7%). rupiah sebanyak 22 siswa (40%), serta
Siswa dengan berat badan obesitas sebanyak 5 siswa (16,4%) yang
yang memiliki pola makan kurang baik memiliki uang saku > 15.000 rupiah.
sebanyak 23 anak (41,8%) dan yang Sebagian dari siswa yang memiki uang
memiliki pola tidur buruk sebanyak 8 saku diatas 10.000 mengatakan bahwa
anak (14,8%). uang tersebut juga digunakan untuk
Selanjutnya dilakukan Uji Chi menaiki kendaraan umum dan uang
Square untuk melihat hubungan antara jajan tambahan untuk les.
aktivitas fisik dengan kejadian berat
badan berlebih diperoleh nilai P Value 2. Gambaran Pola Makan
= 0,001 < 0,05 atau 5%. Secara Pola makan adalah susunan
statistic signifikan sehingga dapat makanan meliputi jenis dan jumlah
disimpulkan Ho ditolak. bahan makanan yang dikonsumsi dalam
Kesimpulannya adalah terdapat frekuensi jangka waktu tertentu (Rendy
hubungan antara pola tidur dengan aji,dkk,2018). Menurut (Kemenkes RI,
kejadian berat badan berlebih pada 2014) Pola makan yang sehat dan baik
anak uisa sekolah. dan sehat yaitu syukuri dan nikmati
keanekaragam makanan, banyak makan
PEMBAHASAN sayuran dan cukup buah-buahan,
1. Gambaran Kejadian Berat Badan biasakan mengkonsumsi lauk pauk
Berlebih yang mengandung protein tinggi,
Overweight adalah kelebihan biasakan mengonsumsi anekaragam
berat badan sedangkan obesitas adalah makanan pokok, batasi konsumsi
kelebihan berat badan yang lebih berat pangan manis, asin dan berlemak,
dan berisiko menimbulkan penyakit biasakan sarapan, Biasakan minum air
(Rendi, dkk, 2018). Overweight adalah putih yang cukup.
berat badan yang melebihi berat badan
Hasil Penelitian diperoleh bahwa beraktivitas fisik kurang yaitu sebanyak
dari 55 responden siswa yang 55 anak (68,8%) dan sisanya sebanyak
mengalami berat badan berlebih 25 anak (31,2%) beraktifitas fisik cukup.
frekuensi siswa yang memiliki pola Hal ini juga dapat ditemui pada
makan yang kurang baik sebanyak 32 penelitian yang dilakukan oleh Angel
siswa (58,2%) sedangkan siswa yang (2013) diperoleh dari 136 anak SD yang
memiliki pola makan baik sebanyak 23 menjadi responden diperoleh 100 anak
siswa (41,8%). Dalam penelitian ini (73,52%) yang memiliki intensitas
pola makan yang dikaji adalah aktivitas ringan dan 36 anak (26,47%)
kebiasaan mengonsumsi makanan yang memiliki intensitas aktivitas
manis, mengonsumsi sayur dan buah sedang. Dari 100 responden yang
dan kebiasaan mengonsumsi makanan memiliki intensitas aktivitas ringan
cepat saji. Hasil penelitian terdapat 58 anak yang mengalami
menunjukkan bahwa dari 55 responden obesitas dan sisanya 42 anak tidak
terdapat 36 anak (65,45%) yang selalu mengalami obesitas.
hingga sering mengonsumsi makanan
manis sedangkan terdapat 19 anak 4. Gambaran Pola Tidur
(34,54%) yang kadang-kadang Tidur merupakan salah satu faktor
mengonsumsi makanan manis. Terdapat risiko yang dilaporkan dapat
21 anak (38,18%) yang suka meningkatkan kejadian obesitas
mengonsumsi buah dan sayur (Bawazeer et al, (2009))
sedangkan terdapat 34 anak (61,81%) mengungkapkan bahwa kualitas tidur
yang jarang mengonsumsi buah dan yang buruk berhubungan dengan
sayur. Terdapat 35 anak (63,63%) yang obesitas pada anak dan remaja. Kualitas
selalu hingga sering mengonsumsi tidur yang buruk yaitu saat tidur terjadi
makanan cepat saji dan terdapat 20 banyak gangguan seperti bangun saat
anak (36,36%) yang kadang-kadang tidur. (Marfuah,2013).
mengonsumsi makanan cepat saji. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa frekuensi siswa yang mengalami
3. Gambaran Aktivitas Fisik berat badan berlebih memiliki pola tidur
Aktivitas fisik adalah gerakan baik sebanyak 30 siswa (54,5%)
tubuh yang dapat meningkatkan sedangkan siswa yang memiliki pola
pengeluaran dan pembakaran energi tidur buruk sebanyak 25 siswa (45,5%).
(KemenKes RI, 2012). Menurut WHO Hasil penelitian ini sebanding dengan
aktivitas fisik (physical activity) penelitian Ardiansyah (2014) didapatkan
merupakan gerakan tubuh yang anak kelompok obesitas memiliki
dihasilkan otot rangka yang memerlukan kualitas tidur yang buruk sebanyak 29
pegeluaran energi (Welis dan Rifki, (96,7%) dan anak kelompok anak
2013). obesitas dengan kualitas tidur baik
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 1 (3,3%).
bahwa frekuensi siswa yang mengalami
berat badan berlebih memiliki aktivitas 5. Hubungan Pola Makan dengan
yang kurang aktif sebanyak 31 siswa Kejadian Berat Badan Berlebih
(56,4%) sedangkan siswa yang memiliki Hasil penelitian yang telah
aktivitas fisik yang aktif sebanyak 24 didapatkan oleh penulis diperoleh nilai
siswa (43,6%). Hasil penelitian ini p ValueChi Square (X2) hitung (10,806)
sejalan dengan penelitian Budiyati > X2 tabel (α = 5% dan derajat bebas = 1
(2011), menyebutkan bahwa dari 80 dengan nilai 3,841) danpvalue (Asymp.
responden diketahui bahwa aktivitas Sig (2-sided) = 0,001) <5% atau 0,05
fisik responden sebagian besar maka dapat disimpulkan Ho ditolak
yang artinya adanya hubungan antara obesitas pada anak yang dibuktikan
pola makan dengan kejadian berat badan dengan nilai p=0,009 < 0,05 dengan kata
berlebih pada anak usia sekolah. lain, anak yang melakukan aktivitas
Keeratan hubungan pola makan dengan sedang-berat ≤ 1 jam/hari berpeluang 5
kejadian berat badan berlebih dalam kali lebih besar untuk mengalami
kategori kuat. Hasil penelitian obesitas daripada anak dengan aktivitas
menunjukkan pola makan memberikan sedang berat > 1 jam/hari. Penelitian ini
pengaruh sebesar 67,1% terhadap sejalan dengan penelitian yang dilakukan
kejadian berat badan berlebih. Nurdin (2011) pada anak SD di
Hasil penelitian ini menunjukkan Palembang tahun 2011 yang
bahwa anak yang memiliki pola makan menunjukkan bahwa ada hubungan yang
yang baik masih bisa mengalami signifi kan antara aktivitas fisik dengan
overweight dikarenakan lingkungan atau obesitas (p=0,005). Hal ini berarti
budaya wilayah mereka yang mayoritas kelompok murid yang mempunyai
bersuku betawi. Dimana kekeluargaan aktivitas fisik ringan atau dan sedang
yang ada disuku betawi masih sangat mempunyai risiko untuk menderita
lekat. Sehingga setiap keluarga yang obesitas 2,4 kali dibandingkan kelompok
memiliki makanan lebih akan dibagikan murid yang mempunyai aktivitas fisik
dengan sanak saudara mereka. Pada anak berat.
yang overweight mayoritas mengatakan
suka memakan aneka ragam makanan 7. Hubungan Pola Tidur dengan
namun jarang memakan makananan Kejadian Berat Badan Berlebih
cepat saji. Bahkan orang tua mereka Hasil penelitian yang telah
membatasi mereka untuk makan didapatkan oleh penulis diperoleh nilai
makanan cepat saji. pValueChi Square (X2) hitung (11,062)
> X2 tabel (α = 5% dan derajat bebas = 1
6. Hubungan Aktivitas Fisik dengan dengan nilai 3,841) dan pvalue (Asymp.
Kejadian Berat Badan Berlebih Sig (2-sided) = 0,001 < 5% atau 0,05
Hasil penelitian yang telah maka dapat disimpulkan Ho ditolak
didapatkan oleh penulis diperoleh nilai yang artinya adanya hubungan antara
pValueChi Square (X2) hitung (17,030) pola tidur dengan kejadian berat badan
> X2 tabel (α = 5% dan derajat bebas = 1 berlebih pada anak usia sekolah.
dengan nilai 3,841) dan pvalue (Asymp. Keeratan hubungan pola makan dengan
Sig (2-sided) = 0,000) <5% atau 0,05 kejadian berat badan berlebih dalam
maka dapat disimpulkan Ho ditolak kategori kuat. Hasil penelitian
yang artinya adanya hubungan antara menunjukkan pola makan memberikan
aktivitas fisik dengan kejadian berat pengaruh sebesar 57,8% terhadap
badan berlebih pada anak usia sekolah. kejadian berat badan berlebih.
Keeratan hubungan pola makan dengan Hasil Penelitian ini menunjukkan
kejadian berat badan berlebih dalam bahwa anak yang mengalami obesitas
kategori kuat. Hasil penelitian mempunyai kualitas tidur yang buruk
menunjukkan pola makan memberikan dapat menyebabkan perilaku sedentari
pengaruh sebesar 68,7% terhadap yang tinggi, seperti menonton
kejadian berat badan berlebih. televisi,bermain komputer, laptop, atau
Hal ini sejalan dengan penelitian gadget. Anak yang mengalami obesitas
Zamzani (2016) diketahui bahwa 60,4% lebih banyak menghabiskan waktu
anak-anak sekolah melakukan aktivitas dengan bermain didalam rumah
fisik sedang-berat > 1 jam/hari. Hasil uji diabndingkan anak yang overweight.
Fisher’s menunjukkan ada hubungan Hasil penelitian ini sejalan dengan
antara aktivitas fisik dengan kejadian penelitian Ardiansyah (2014) yang
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang 0,001 < 5% (0,05) yang secara statistik
signifikan antara kualitas tidur antara bahwa Ho ditolak. Artinya terdapat
anak yang obesitas dengan anak yang hubungan antara pola tidur dengan
tidak obesitas dengan taraf signifikan kejadian berat badan berlebih.
0,000 < 0,05 Chi-Square Test
didapatkan nilai hitung = 52,267. SARAN
Dengan demikian Ho ditolak dan Ha 1. Bagi Institusi Pendidikan
diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa Diharapakan hasil penelitian ini
ada perbedaan kualitas tidur anak dapat dijadikan sebagai salah satu
obesitas dan tidak obesitas pada anak di referensi untuk meningkatkan
SD Negeri Serang Sendangsari Pengasih pengetahuan mahasiswa untuk ikut
Kulon Progo. berpartisipasi dalam upaya melakukan
pencegahan terhadap berat badan
SIMPULAN berlebih dan intervensi pada anak
1. Terdapat 55 siswa yang mengalami dengan anak dengan berat badan
kejadian berat badan berlebih. Berat berlebih.
badan berlebih dibagi menjadi dua
kategori yaitu overweightdan obesitas 2. Bagi Sekolah
dimana siswa yang overweightsebanyak Diharapkan sekolah lebih
24 siswa (43,6%) sedangkan siswa yang mempertimbangkan pentingnya
obesitas sebanyak 31 siswa (56,4%). memberikan pendidikan konsep gizi
2. Terdapat 32 siswa (58,2%) yang seimbang di lingkungan sekolah, serta
memiliki pola makan kurang baik menyediakan jajanan sehat di kantin
sedangkan siswa yang memiliki pola sekolah serta menambah ekstrakulikuler
makan baik sebanyak 23 siswa (41,8%). di sekolah dan mensosialisasikan
3. Siswa yang memiliki aktivitas fisik pentingnya melakukan aktivitas fisik.
kurang aktif sebanyak 31 siswa (56,4%)
sedangkan siswa yang memiliki aktivitas DAFTAR PUSTAKA
fisik aktif sebanyak 24 siswa (43,6%). Arisman, MB.(2010). Gizi Dalam Daur
4. Siswa yang memiliki pola tidur baik Kehidupan Buku Ajar Ilmu Gizi Edisi
sebanyak 25 siswa (45,5%) sedangkan 2. Jakarta: EGC
siswa yang memiliki pola tidur buruk Arvin, Kliegman Behrman. (2012). Nelson
sebanyak 30 siswa (54,5%). Ilmu Keperawatan Anak ed. 15, alih
5. Berdasarkan hasil analisis bivariat antara bahasa Indonesia, A.Samik
pola makan dengan kejadian berat badan Wahab.Jakarta: EGC
berlebih didapatkan hasil nilai p value = BPOM RI. (2013). Pedoman Pangan
0,001 < 5% (0,05) yang secara statistik Jajanan Anak Sekolah untuk
bahwa Ho ditolak. Artinya terdapat Pencapaian Gizi Seimbang.Jakarta:
hubungan antara pola makan dengan Direktorat SPP, Deputi III, POM RI
kejadian berat badan berlebih. CDC.(2010).About BMI for Children and
6. Berdasarkan hasil analisis bivariat antara Teens.
aktivitas fisik dengan kejadian berat http://www.cdc.gov/healthyweight/as
badan berlebih didapatkan hasil nilai p sessing/bmi/childrens_bmi/about_chil
value= 0,000 < 5% (0,05) yang secara dren bmi.html diakses Juli 2018
statistik bahwa Ho ditolak. Artinya Donsu, J.D.T. (2016). Metodologi
terdapat hubungan antara aktivitas fisik Penelitian Keperawatan. Yogyakarta
dengan kejadian berat badan berlebih. : Pustaka Baru Press. Cetakan I.
7. Berdasarkan hasil analisis bivariat antara Ikatan Dokter Anak Indonesia, (IDAI).
pola tidur dengan kejadian berat badan (2011). Asuhan Nutrisi Pediatrik.
berlebih didapatkan hasil nilai p value =
UKK Nutrisi Penyakit Metabolik. Zamzani. (2016). Aktivitas Fisik
Jakarta : IDAI berhubungan dengan Kejadian
Kementrian Kesehatan. (2013). Laporan Obesitas Pada Anak Sekolah Dasar.
Riset Kesehatan Dasar Indonesia Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia.
(RISKESDAS). Jakarta : Kementrian Available:http://ejounal.amaata.ac.id/
kesehatan index.php/IJND
___________________. (2012). Pedoman
Pencegahan dan Penanggulangan
Kegemukan dan Obesitas padaAnak
Sekolah. Jakarta: Direktorak Jenderal
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan
Anak.
__________________. (2014). Pedoman
Gizi Seimbang. Jakarta: Kementrian
Kesehatan.
Notoadmojo. (2012). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Rendi Aji, dkk. (2018). Anak Obesitas
Dampak pada Kesehatan dan
Perkembangan. Jakarta: Gramedia.
Sekartini, Rini. (2015).Pola Tidur Pada
Anak. Jakarta :
IDAIhttp://www.idai.or.id/artikel/klin
ik/pengasuhan-anak/pola-tidur-pada-
anak(diakses: Juli 2018).
Puspitasari, S. N. (2017). Populasi Anak
dan Remaja Obesitas Naik 10 Kali
Lipat.http://www.pikiran-
rakyat.com/nasional/2017/10/12/popu
lasi-anak-dan-remaja-obesitas-naik-
10-kali-lipat-411370 diakses (Mei
2018).
Suryani. (2017). Studi Status Gizi, Pola
Makan Serta Aktivitas Fisik Pada
Anak Sekolah Dasar di Kota
Mataram. Jurnal Kedokteran Unram.
Welis, Wilda and Sazeli, Rifki
Muhamad.(2013). Gizi untuk Aktifitas
Fisik dan Kebugaran. Sukabina
Press, Padang. ISBN 978-602-1650-
02-8
Wong, D.L. (2009). Buku Ajar
Keperawatan Pediatric. Jakarta: EGC
World Health Organization (WHO).
(2010). Global Health Observatory
Data On Obesity.
www.who.int/gho/ncd/risk_factor/ob
esity.text/en/. (Diakses: Juli 2018).

Anda mungkin juga menyukai