Anda di halaman 1dari 15

Subscribe to DeepL Pro to translate larger documents.

Visit www.DeepL.com/pro for more information.

Jurnal Gizi Dunia |eISSN 2580-7013

TINJAUAN NARATIF

Pentingnya jajanan sekolah untuk anak usia sekolah dasar Dukungan


nutrisi sebagai fondasi Sekolah Generasi Maju di Indonesia
Saptawati Bardosono,1,2 Pittara Pansawira,1
1. Persatuan Ahli Gizi Indonesia/Perhimpunan Nutrisi Indonesia, Jakarta, Indonesia
Diterima 08 Januari 2021 2. Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah Sakit Dr.
Diterima 09 Februari 2021

Tautan ke DOI: Abstrak


10.25220/WNJ.V05.i1.0017
Sebagai negara berkembang, Indonesia masih dibebani dengan tingginya prevalensi
malnutrisi pada anak, termasuk pada anak sekolah dasar. Salah satu faktor utama yang
Situs Web Jurnal:
mempengaruhi status gizi anak adalah konsumsi jajanan di sekolah. Jajanan sekolah
www.worldnutrijournal.org
diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kebutuhan gizi. Tinjauan naratif ini
ditulis untuk mengumpulkan informasi dan pengetahuan mengenai status gizi,
kebutuhan gizi, faktor penentu status gizi anak sekolah dasar, dan yang terakhir adalah
jajanan sekolah yang direkomendasikan. Kajian ini juga dapat menjadi informasi dasar
dalam penyusunan program jajanan sekolah.
Kata kunci Indonesia, status gizi, anak usia sekolah, jajanan

anemia dan 18,8% mengalami obesitas. Prevalensi

Latar Belakang
anak usia sekolah yang mengalami stunting masih
Usia sekolah dasar merupakan kelanjutan dari masa tinggi (30,7%), meskipun telah menurun dari
balita menuju fase pertumbuhan, perkembangan, 35,8% pada data Riskesdas 2010. Secara regional,
dan pembelajaran anak selanjutnya. Pada fase ini, data Riskesdas Jawa Barat 20183 menunjukkan
gizi merupakan salah satu aspek terpenting. Namun 16,43% anak usia sekolah dasar mengalami
demikian, tingginya angka kekurangan gizi pada stunting, 6,45% mengalami stunting berat, 5,16%
anak usia sekolah masih menjadi masalah nasional. mengalami berat badan kurang, 1,88% mengalami
Terlepas dari pertumbuhan ekonominya, berat badan sangat kurang, dan 8,9% mengalami
Indonesia mengalami prevalensi gizi kurang, obesitas. Di Bandung, ibu kota Jawa Barat, 20,64%
obesitas, dan defisiensi mikronutrien yang tinggi anak usia sekolah diklasifikasikan sebagai stunting,
pada anak-anak (umumnya dikenal sebagai triple 6,51% stunting berat, 4,54% berat badan kurang,
burden).1 Menurut Riset Kesehatan Dasar 0,47% berat badan sangat kurang, dan 7,95%
(Riskesdas) 2013,2 sebanyak 11,2% anak usia obesitas. Kekurangan gizi pada anak dapat
sekolah dasar memiliki berat badan kurang, 26,4% mempengaruhi perkembangan fisik dan mental.
mengalami Sebuah penelitian mengenai hubungan antara status
gizi dan prestasi belajar di Nairobi, Kenya, Afrika,
menunjukkan bahwa anak-anak dengan status gizi
rendah atau obesitas menunjukkan prestasi belajar
Penulis yang berkorespondensi: yang buruk, aktivitas di dalam dan di luar kelas
Pittara Pansawira, MD, MGizi
Persatuan Ahli Gizi Indonesia/Perhimpunan Nutrisi yang buruk, dan tingkat kehadiran yang rendah.4
Indonesia, Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa
Wisma Nugraha Gedung anak-anak dengan perawakan pendek (stunting)
5th Lantai, Suite 501
Jalan Raden Saleh Raya No.6, Jakarta Pusat, Indonesia menderita
Email: pittarapansawira@gmail.com
World.Nutr.Journal | 131
Gangguan pada perkembangan otak dan motorik, badan kurang, 13% memiliki berat badan berlebih,
tingkat kecerdasan yang lebih rendah, dan kesulitan dan 8% memiliki berat badan sangat berlebih.9
belajar.5–7 Alasan di balik status berat badan kurang Penelitian lain di sebuah sekolah dasar di Surakarta
pada anak usia sekolah adalah kurangnya menunjukkan bahwa 6,59% dari
pemenuhan kebutuhan nutrisi. Hal ini melibatkan
interaksi antara kurangnya asupan nutrisi dari
makanan dan gangguan penyerapan nutrisi.
Sebaliknya, penyebab kegemukan pada anak usia
sekolah adalah interaksi antara asupan kalori yang
berlebihan dan kurangnya aktivitas fisik. Untuk
mengatasinya, perlu dipastikan anak mendapatkan
asupan makanan yang sesuai dengan
dengan yang yang dianjurkan yang
dianjurkan, yaitu angka kecukupan gizi (AKG)
untuk anak usia 7 hingga 12 tahun.7 Dukungan dari
berbagai pihak seperti pemerintah daerah, guru,
orang tua, dan pengelola kantin sekolah sangat
penting u n t u k keberlangsungan program
dukungan gizi di sekolah. Program dan fasilitas
yang sesuai dengan kondisi sekolah juga
diperlukan. Sekolah Generasi Maju adalah sekolah
yang akan menyediakan fasilitas bagi anak-anak
untuk mendapatkan dukungan gizi terbaik seperti
pengetahuanpengetahuan yang lebih baik.
Melalui program dukungan gizi dan fasilitas
di kantin sekolah, anak-anak sekolah diharapkan
dapat memperoleh pengetahuan yang tepat tentang
gizi dan kesehatan, serta mendapatkan status gizi
yang baik sehingga dapat meningkatkan potensi
belajar mereka di sekolah. Oleh karena itu, tinjauan
naratif ini disusun sebagai panduan tentang
berbagai penting gizi gizi yang penting
penting bagi anak usia sekolah dan bahan
makanan yang dapat dibuat menjadi jajanan sehat
dan bergizi yang dijual di kantin sekolah.

Status gizi anak usia sekolah dasar di berbagai


kota di Indonesia

Penelitian yang dilakukan di Indonesia


menunjukkan angka yang bervariasi mengenai
status gizi anak usia sekolah dasar. Salah satunya
adalah penelitian di Kabupaten Tangerang, Jawa
Barat, yang menunjukkan bahwa 17,8% anak usia
sekolah memiliki berat badan kurang dan sangat
kurang, sementara 7,3% di antaranya mengalami
kelebihan berat badan.8 Sebuah studi pada 50 anak
sekolah dasar di Kota Serang, Banten, Jawa Barat,
menunjukkan bahwa 3% dari mereka memiliki
berat badan sangat kurang, 6% memiliki berat
World.Nutr.Journal | 132
anak sekolah memiliki berat badan kurang dan burden malnutrisi, yaitu gizi kurang, gizi lebih, dan
21,97% kelebihan berat badan.10 kekurangan zat gizi mikro.
Studi oleh Yurni dkk.11 di sebuah sekolah dasar di
kota Bogor, Jawa Barat, menyimpulkan bahwa
dari 52% anak sekolah dasar, 3,8% memiliki berat
badan kurang, 11,5% kelebihan berat badan, dan
11,5% mengalami obesitas. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Sekiyama et al.12 di sebuah sekolah
dasar di sebuah desa di Jawa Barat menunjukkan
bahwa dari 68 anak, 2,9% memiliki berat badan
kurang, sementara 17,6% di antaranya memiliki
berat badan berlebih dan sangat berlebih. Sebuah
penelitian yang dilakukan di Makassar, ibu kota
Sulawesi Selatan, oleh Syahrul dkk.13 terhadap
877 anak sekolah dasar menunjukkan bahwa
14,5% di antaranya mengalami kelebihan berat
badan dan 20,4% mengalami kekurangan berat
badan. Jahri dkk.14 melakukan penelitian terhadap
350 anak sekolah dasar di daerah Bengkalis, Riau,
Sumatera dan menemukan 1,7% dari anak-anak
tersebut memiliki berat badan yang sangat kurang,
12% memiliki berat badan yang kurang, 5,7%
memiliki berat badan yang berlebih, dan 4,6%
mengalami obesitas.
Bagaimana dengan kota Bandung? Sebuah
penelitian cross-sectional oleh Yulia dkk.15 di 7
sekolah negeri di Bandung menunjukkan bahwa
21,7% anak mengalami kelebihan berat badan dan
19,7% sangat kelebihan berat badan. Penelitian
lain oleh Riana dkk16 di sebuah sekolah dasar di
Bandung menunjukkan bahwa dari 145 siswi,
2,1% di antaranya memiliki berat badan sangat
kurang, 6,9% memiliki berat badan kurang,
sementara 11,7% memiliki berat badan berlebih,
dan 4,8% memiliki berat badan sangat berlebih.
Sayangnya, belum banyak penelitian yang
mengungkap masalah kekurangan zat gizi mikro
pada anak usia sekolah dasar. Penelitian yang
dilakukan oleh Bardosono et al17 terhadap 245
anak usia sekolah dasar dengan status gizi kurang
di Jakarta dan Surakarta menunjukkan bahwa
sekitar 12% anak mengalami kekurangan zat besi
dan seng. Penelitian Southeast Asian Nutrition
Survey (SEANUT)18 di 48 kota di Indonesia pada
anak usia 0-12 tahun menunjukkan bahwa 55%
anak mengalami anemia, 4,1-8,8% anak
mengalami kekurangan zat besi, dan 25,2-39,2%
anak mengalami stunting. Kondisi ini
menunjukkan bahwa anak usia sekolah tidak
berbeda dengan balita yang mengalami triple
World.Nutr.Journal | 133
Kebutuhan energi dan gizi anak usia sekolah pada anak usia sekolah yang mengalami anemia.
dasar di Indonesia

Pada periode usia sekolah dasar (7-12 tahun),


pertumbuhan fisik anak terjadi secara bertahap dan
berkesinambungan. Namun, perkembangan
kognitif, emosi, dan sosial mereka terjadi dengan
sangat cepat. Asupan nutrisi yang tepat sangat
penting bagi anak untuk mencapai pertumbuhan,
perkembangan, dan kesehatan yang optimal, serta
untuk mempersiapkan diri menghadapi perubahan
tubuh pada masa remaja.19
Nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh anak usia
sekolah dasar adalah karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, zat besi, seng dan yodium. Karbohidrat
merupakan sumber energi yang penting bagi tubuh
dan otak. Protein diperlukan untuk pertumbuhan sel
dan perkembangan otak. Lemak adalah sumber
energi yang membantu penyerapan vitamin A, D, E
dan K, dan perkembangan otak, serta memberikan
rasa yang enak pada makanan. Lemak tak jenuh,
yaitu asam lemak omega 3 dan 6, membantu
perkembangan otak, konsentrasi belajar,
pencegahan alergi, sebagai anti inflamasi, dan
perlindungan sel-sel otak. Vitamin, terutama
vitamin A dan C, membantu menjaga kekebalan
tubuh. Vitamin D membantu penyerapan kalsium,
yang penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi.
Vitamin D juga berperan sebagai anti inflamasi dan
meningkatkan kekebalan tubuh. Mineral, seperti
kalsium, zat besi, seng, dan yodium, penting untuk
pertumbuhan tulang, otot, gigi, dan sel, pencegahan
anemia, serta perkembangan otak. Serat membantu
menjaga kesehatan pencernaan dan membantu
melancarkan buang air besar.19–21 Kebutuhan energi
dan gizi untuk anak sekolah dasar harus sesuai
dengan AKG Indonesia, seperti yang tertera pada
Tabel 1.
Mengenai nutrisi khusus untuk mendukung
pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak
usia sekolah, penelitian yang dilakukan oleh
Bardosono dkk.17 terhadap 245 anak usia sekolah
dasar menunjukkan bahwa suplementasi susu yang
diperkaya dengan zat besi dan seng selama 6 bulan
dapat meningkatkan skor kemampuan berpikir
cepat dibanding kelompok kontrol. Sebuah
penelitian sistematis oleh Falkingham et al.22
menunjukkan bahwa suplementasi zat besi
meningkatkan perhatian dan konsentrasi belajar
anak, serta meningkatkan intelligence quotient (IQ)
World.Nutr.Journal | 134
Makanan yang mengandung kedua nutrisi dalam sehari, atau sekitar 300-600 kkal, yang
tersebut tercantum dalam Tabel 2. Zat gizi khusus dalam komposisi gizi seimbang terdiri dari 50-65%
tersebut dapat diperoleh dari bahan makanan dasar karbohidrat, 15-20% protein, dan <30% lemak.20
atau makanan yang diperkaya (misalnya susu atau Pada umumnya, anak sekolah mengonsumsi nasi,
tepung). roti, mie instan, atau nasi goreng sebagai sarapan,26
yang ternyata kurang mengandung protein,
Faktor-faktor yang menentukan status gizi
anak sekolah dasar

Status gizi anak usia sekolah dipengaruhi oleh


beberapa faktor, seperti kecukupan asupan gizi,
tingkat pendidikan orang tua, kebiasaan sarapan,
dan bekal yang dibawa ke sekolah. Menurut
Riskesdas 2010,23 44,4% anak usia sekolah dasar
mengonsumsi makanan dengan energi yang tidak
memadai. Sekitar 30,6% dari mereka memiliki
asupan protein di bawah kebutuhan minimal.
Tidak ada data nasional yang tersedia mengenai
konsumsi energi dan protein yang berlebihan pada
anak usia sekolah.
Penelitian oleh Syahrul et al.13 yang dilakukan
di Makassar, menemukan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat
pendidikan ibu dengan status gizi kurang
(underweight) pada anak sekolah. Sementara itu,
ibu dengan tingkat pendidikan tinggi berkorelasi
signifikan dengan status gizi lebih (overweight).
Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang
berpendidikan tinggi cenderung mencegah
terjadinya gizi kurang dan secara bersamaan
meningkatkan risiko anak mereka mengalami gizi
lebih karena setiap ibu memainkan peran penting
dalam asupan makanan anak mereka. Wolde et
al.24 mengindikasikan bahwa orang tua dengan
tingkat pendidikan yang lebih rendah cenderung
memiliki anak dengan gizi kurang karena
kurangnya pola hidup sehat, termasuk tidak
adanya sarapan sehat dengan gizi seimbang. Oleh
karena itu, mengatasi tingkat pendidikan saja tidak
cukup untuk mengatasi masalah gizi. Hal tersebut
harus dibarengi dengan peningkatan pengetahuan
kesehatan dan gizi.
Mengenai sarapan, penelitian oleh
Anzarkusuma dkk.8 menunjukkan bahwa 94,4%
anak menyatakan bahwa mereka selalu sarapan
sebelum berangkat ke sekolah. Demikian pula,
penelitian oleh Nuryani dkk.25 menunjukkan
bahwa 64,9% anak selalu sarapan sebelum
berangkat ke sekolah. Sarapan seharusnya
menyumbang 20-30% dari total kebutuhan kalori
World.Nutr.Journal | 135
serat, zat besi dan vitamin. Contoh menu sarapan Berdasarkan hasil observasi di beberapa sekolah,
yang dapat memenuhi kebutuhan gizi anak sekolah kantin sekolah dan pedagang kaki lima di luar
adalah seporsi nasi goreng/uduk/kunyit/putih, sekolah menjual jenis makanan yang sama, yaitu
dengan lauk telur, irisan tomat, wortel, dan timun, jajanan yang tidak sehat dan tidak terjamin
serta segelas susu atau jus buah; atau 2 lembar roti kebersihannya, serta mengandung bahan tambahan
tawar yang diisi dengan telur dadar, irisan keju, pangan (pewarna, pengawet, penyedap rasa, dan
tomat, dan timun. l a i n - l a i n ). Akibatnya,
Untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi
harian, makanan kotak makan siang atau jajanan
yang dijual di sekolah seharusnya menyumbang
sekitar 10% dari total kebutuhan kalori dalam
sehari, atau sekitar 160-200 kkal. Namun,
penelitian Anzarkusuma et al.8 menunjukkan
bahwa 79% anak sekolah tidak memiliki kebiasaan
membawa bekal dari rumah. Hal ini serupa dengan
penelitian terhadap anak sekolah di Kota Serang
yang menunjukkan hanya 25% anak yang memiliki
kebiasaan membawa bekal makanan dari rumah
dan hanya 54% yang terbiasa membawa minuman
sendiri ke sekolah. Penelitian ini juga
mengungkapkan bahwa isi bekal yang umum
mereka bawa adalah nasi, lauk pauk, dan air putih.
Sedangkan 5 jenis makanan ringan yang paling
disukai untuk dibeli di sekolah adalah roti, biskuit,
wafer, makanan ringan dalam kemasan, dan sosis.
Untuk minuman, 5 jenis yang paling disukai adalah
es krim, air minum dalam kemasan, teh dalam
kemasan, minuman bersoda, dan jus/minuman buah
dalam kemasan.9
Masih sedikitnya jumlah anak yang membawa
bekal makanan sendiri ke sekolah mengindikasikan
bahwa mereka membutuhkan jajanan di sekolah
sebagai pengganti sarapan untuk memenuhi 20%
dari total kebutuhan kalori harian (300 kkal).
Sekolah perlu menyediakan atau menjual makanan
dengan gizi seimbang yang dapat memenuhi
kebutuhan kalori tersebut. Beberapa contoh
makanan yang baik adalah nasi goreng/uduk/kunyit
dengan lauk telur, ayam goreng/nugget, sosis,
tumis tempe, tumis teri dan kacang, serta urap
sayur/tumis kangkung/tumis wortel dan buncis,
atau mie goreng/bihun goreng dengan lauk
telur/nugget/sosis dan sayuran. Contoh makanan
ringan adalah lontong/nasi/kue/roti goreng/roti isi
cincangan sayuran (wortel, kacang-kacangan, dan
lain-lain), puding telur susu dan buah, es mambo
dengan buah atau susu dan kacang hijau, sup buah
dengan susu dan kacang hijau/taburan
cokelat/kacang merah, atau jus buah segar dengan
susu dan tanpa gula.
World.Nutr.Journal | 136
Makanan tersebut hanya memenuhi kebutuhan
kalori namun kurang nutrisi, sehingga berdampak
negatif pada kesehatan dan status gizi anak
sekolah. Keberadaan kantin sekolah diharapkan
dapat membantu mengatasi masalah ini dengan
menyediakan jajanan yang terjangkau, sehat, dan
bergizi sesuai dengan keinginan anak. Sehat
berarti bebas dari berbagai kontaminasi biologis
(kuman dan debu) dan kontaminasi kimiawi
(bahan tambahan pangan),27 serta bergizi karena
terbuat dari bahan pangan yang mengandung zat
gizi lengkap yang dibutuhkan oleh anak usia
sekolah. Pengelola kantin juga dapat memberikan
edukasi kepada anak sekolah tentang cara memilih
jajanan yang sehat dan bergizi, sehingga lambat
laun mereka akan lebih memilih membeli jajanan
dari kantin sekolah.

Kesimpulan

Anak-anak usia sekolah dasar di Indonesia


mengalami tiga beban malnutrisi, yaitu gizi
kurang, gizi lebih, dan kekurangan zat gizi mikro.
Masalah tersebut disebabkan oleh kurangnya
asupan gizi yang tepat, kurangnya pengetahuan
orang tua mengenai kebutuhan gizi anak, tidak
adanya sarapan pagi, serta tersedianya makanan
dan jajanan yang tidak sehat yang dijual di
sekolah. Oleh karena itu, ada kebutuhan mendesak
untuk segera melanjutkan program perbaikan gizi
di sekolah yang lebih praktis, mandiri, dan
berkelanjutan dalam rangka mendukung
terwujudnya Sekolah Generasi Maju di Indonesia.
Kegiatan yang direkomendasikan adalah
memperkenalkan bahan-bahan sehat dan bergizi
untuk membuat jajanan yang dijual di kantin
sekolah yang disukai anak-anak sekolah, serta
kegiatan edukasi gizi untuk anak-anak sekolah dan
pengelola kantin.

World.Nutr.Journal | 137
Tabel 1. Asupan makanan yang direkomendasikan untuk anak usia sekolah

UsiaEnergi Protein TotalLemak tak jenuh (g) Kalsium Besi Seng Serat Yodium Vit A
Karbohidrat VitVit D
es
Kelompok (kkal) (g) Lemak Omega 3 Omega 6 (g) (mg) (mcg) (g) (mcg) C (mcg)
(tahun) (g) (mg) (mg) (mg)

7-9 1650 40 55 0.9 10 250 1000 10 5 120 23 500 45 15


Laki-laki
10-12 2000 50 65 1.2 12 200 1200 8 8 120 28 600 50 15
Perempuan
10-12 1900 55 65 1.0 10 280 1200 8 8 120 27 600 50 15
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) No. 28 Tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan bagi
masyarakat Indonesia28

Tabel 2. Kandungan zat besi dan seng dalam bahan makanan

Nutrien Direkomendasi berbasis Bahan Makanan Rumah tangga Pengukuran Nutrisi per Nutrisi per Kalori
kan asupan
ts pada AKG
Nutrien Pengukuran dalam gram Rumah tangga gram
t
Pengukuran
Nutrisi
s 7-9 tahun 10 Hati ayam 1 potong sedang 30 2.2 0.07 75
Besi
(mg)
Laki-laki Ikan tuna (kalengan) 200 1.5 0.01 116
10-12 tahun 8 Tanah 3 ons 85 2.2 0.03 180
Perempuan Bayam 1 cangkir 30 0.8 0.03 6
10-12 tahun 8 Akar bit 3/4 cangkir 100 0.8 0.01 43
Kerang 1/2 cangkir 90 3.6 0.04 150
World.Nutr.Journal | 135
Nutrien Direkomendasi berbasis Bahan Makanan Rumah tangga Pengukuran Nutrisi per Nutrisi per Kalori
kan asupan
ts pada AKG
Nutrien Pengukuran dalam gram Rumah tangga gram
t
Pengukuran
Makarel 1 buah utuh 90 0.9 0.01 150
Udang 5 udang ukuran 35 0.9 0.03 50
sedang
Tuna Makarel 1 ons 100 0.7 0.01 30
Kacang Ginjal 2 sendok makan 20 1.5 0.08 75
Kangkung 1 ons 100 1.1 0.01 25
Kacang panjang 1 ons 100 1.3 0.01 25
Bayam merah 1 ons 100 3.1 0.03 50
Daun katuk 1 ons 100 2.3 0.02 50
Kacang polong 1 ons 100 1.5 0.02 50
salju
Seng 7-9 tahun 5 Tiram 1 buah utuh 28 12.8 0.46 30
(Seng),
mg)
Laki-laki Kerang 1/2 cangkir 90 1.4 0.02 50
10-12 tahun 8 Kepiting 1 ekor ayam ukuran 30 3.8 0.13 50
sedang
Perempuan Udang 5 udang ukuran 30 1.8 0.06 50
sedang
10-12 tahun 8 Tanpa kulit 1 ekor ayam ukuran 40 2.4 0.06 50
sedang
ayam
Tanah 3 ons 30 3.8 0.13 75
daging sapi
Kacang Ginjal 2 sendok makan 20 0.6 0.03 75
Daun katuk 1 ons 100 0.5 0.01 50
Kacang polong 1 ons 100 1.2 0.01 50
salju
Sumber: referensi no.28-30
World.Nutr.Journal | 136
Konflik Kecamatan Rajeg, Kota Tangerang). IJHN.
Kepentingan 2014;1(2):135- 48.
9. Marhamah, Abzeni, Juwita. Perilaku konsumsi dan
Penulis menyatakan tidak memiliki konflik status gizi anak sekolah dasar di kota Serang. Jurnal
kepentingan terkait Matematika Sains dan Teknologi. 2014;15(2).
artikel ini. 10. Rahmawati T, Marfuah D. Gambaran status gizi pada
anak sekolah dasar. Profesi. 2016 Sep 1;14(1):72.
Ucapan terima kasih 11. Yurni A, Sinaga T. Pengaruh pendidikan gizi terhadap
pengetahuan dan praktik membawa bekal menu
seimbang anak sekolah dasar. Media Gizi Indonesia.
Kami mengucapkan terima kasih kepada PT 2017;12(2):183-90.
Sarihusada Generasi Mahardhika yang telah 12. Sekiyama M, Roosita K, Ohtsuka R. Intervensi Makan
membantu menerjemahkan artikel ini. Siang Sekolah yang Berkelanjutan Secara Lokal
Meningkatkan Kadar Hemoglobin dan Hematokrit
serta Indeks Massa Tubuh di Kalangan Anak Sekolah
Akses Terbuka
Dasar di Pedesaan Jawa Barat, Indonesia. Nutrisi.
2017;9(8):868.
Artikel ini didistribusikan di bawah ketentuan
Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional 13. Syahrul S, Kimura R, Tsuda A, Susanto T, Saito R,
Lisensi Ahmad F. Prevalensi berat badan kurang dan berat
(http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/), yang badan lebih pada anak usia sekolah dan hubungannya
dengan sosiodemografi dan gaya hidup anak di
mengizinkan penggunaan, distribusi, dan Indonesia. Jurnal Internasional Ilmu Keperawatan.
reproduksi tanpa batas dalam media apa pun, 2016
asalkan Anda memberikan Jun;3(2):169-77.
kredit yang sesuai kepada penulis asli dan 14. Jahri I, Suyanto, Ernalia Y. Gambaran status gizi pada
sumber, memberikan tautan ke lisensi Creative siswa sekolah dasar kecamatan Siak Kecil, Kabupaten
Commons, dan menunjukkan apakah ada Bengkalis [Disertasi]. Universitas Riau; 2016.
15. Yulia C, Khomsan A, Sukandar D, Riyadi H. Studi cross-
perubahan yang dilakukan.
sectional: gambaran perilaku gizi anak usia sekolah
dasar di kota Bandung. Media Pendidikan Gizi dan
Referensi Kuliner. 2018;7(1):9-17.
1. Kantor regional FAO untuk Eropa dan Asia Tengah. 16. Riana A, Kristiandi K, Musa E, Malaihollo AA, Saragih
Beban tiga kali lipat malnutrisi di Eropa dan Asia B, Simamora D. Hubungan status gizi dan perilaku
Tengah: analisis multivariat. gizi pada siswi di MI Al-Ishlah Bandung. gemassika
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset [Internet]. 2018 Mei 30 [cited 2021 Feb 8];2(1).
Kesehatan Dasar 2013. Kementerian Kesehatan Tersedia dari http://jurnal.stikes-
Republik Indonesia; 2013. aisyiyah.ac.id/index.php/gemassika/article/view/273
3. Kemenkes RI. Laporan Provinsi Jawa Barat 17. Bardosono S, Dewi LE, Sukmaniah S, Permadhi I, Eka
RISKESDAS 2018. 2019. AD, Lestarina L. Pengaruh suplementasi susu yang
4. Phrashiah G, Peter C, Scolastica G. Status gizi dan diperkaya zat besi-seng selama enam bulan terhadap
kinerja sekolah di antara anak-anak sekolah dasar status gizi, kapasitas fisik, dan kecepatan belajar pada
kelas atas di sekolah umum terpilih di Kabupaten anak sekolah dengan berat badan kurang di Indonesia:
Nairobi, Kenya. Int J Health Sci Res. 2016;6(12):227- secara acak, terkontrol plasebo. Med J Indones. 2009
34. Aug 1;193.
5. Yadika A, Berawi K, Nasution S. Pengaruh stunting 18. Sandjaja S, Budiman B, Harahap H, Ernawati F,
terhadap perkembangan kognitif dan prestasi belajar. Soekatri M, Widodo Y, dkk. Konsumsi makanan dan
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung. status gizi dan biokimia anak Indonesia usia 0-5-12
2019;8(2):273-82. tahun: studi SEANUTS. Br J Nutr. 2013
6. Emerson E, Savage A, Llewellyn G. Prevalensi Sep;110(S3):S11-20.
berat badan kurang, wasting dan stunting di kalangan anak muda 19. Wooldridge N. Gizi anak dan pra-remaja. In:
anak-anak dengan keterlambatan kognitif yang Nutrisi Melalui kehidupan Kehidupan
signifikan di 47 negara berpenghasilan rendah dan Siklus. 4th ed. Wadsworth/Cengage
menengah. Jurnal Learning; 2011.
Penelitian Disabilitas Intelektual. 2020 Feb;64(2):93- 20. Gallagher M. Nutrisi dan metabolisme mereka. Dalam:
102. Terapi Makanan dan Nutrisi Krause. E d i s i ke-13.
7. Woldehanna T, Behrman JR, Araya MW. Efek dari Missouri: Saunders Elsevier; 2012. p. 52-3.
stunting pada anak usia dini terhadap kognitif anak 21. Gropper SAS Lanjutan nutrisi dan manusia
prestasi: Bukti dari kehidupan anak muda Ethiopia. metabolisme. Edisi ke-6. Wadsworth/Cengage Learning;
Ethiop J Health Dev. 2017;31(2):75-84. 2013.
World.Nutr.Journal | 137
8. Anzarkusumah I, Mulyani E, Jus'at I, Angkasa D. 22. Falkingham M, Abdelhamid A, Curtis P, Fairweather-
Status gizi berdasarkan pola makan anak sekolah Tait S, Dye L, Hooper L. Efek suplementasi zat besi
dasar di Kecamatan Rajeg, Tangerang (Nutritional oral pada kognisi pada anak yang lebih tua dan
status based on primary school student dietary intake
in

World.Nutr.Journal | 138
orang dewasa: tinjauan sistematis dan meta-analisis.
Jurnal Nutrisi. 2010;9(1):1-6.
23. Badan Litbangkes, Kemenkes RI. Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2010 [Internet]. 2010.
Tersedia dari:
https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-
terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf
24. Wolde M, Berhan Y, Chala A. Faktor penentu berat
badan kurang, stunting, dan wasting di kalangan anak
sekolah. BMC Kesehatan Masyarakat. 2015
Dec;15(1):8.
25. Nuryani N, Rahmawati R. Kebiasaan jajan
berhubungan dengan status gizi siswa anak sekolah di
Kabupaten Gorontalo. JGI. 2018 Aug 1;6(2):114-22.
26. Hardinsyah H, Aries M. Jenis pangan sarapan dan
perannya dalam asupan gizi harian anak usia 6-12
tahun di Indonesia. J Gizi Pangan. 2016 Jun
21;7(2):89.
27. Direktorat Standardisasi Produk Pangan. Pedoman
pangan jajanan anak sekolah untuk pencapaian gizi
seimbang. 2013. 3-4 p.
28. PERMENKES. Peraturan menteri kesehatan Republik
Indonesia No. 28 tahun 2019 tentang Angka
Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk masyarakat
Indonesia. 2019;
29. Waspadji S, Sukardji K, Suharyati. Menyusun diet
berbagai penyakit. 4th ed. Jakarta, Indonesia: Balai
Penerbit FKUI; 2013.
30. Erhardt J. Nutrisurvey untuk Windows. Universitas
Indonesia: SEAMEO-TROPMED; 2005.

World.Nutr.Journal | 139

Anda mungkin juga menyukai