PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak usia 6-12 tahun merupakan aset berharga karena anak akan
menjadi generasi penerus bangsa, anak juga merupakan cermin masa depan.
Jika anak tumbuh dan kembang dengan baik, maka dapat dipastikan bahwa
masa depan bangsa juga akan jadi baik. Begitu pula sebaliknya, jika anak
tumbuh dan berkembang dengan tidak baik, maka masa depan bangsa tidak
akan baik pula nantinya. Oleh karena itu, masalah tumbuh kembang anak
anak yang optimal salah satunya dipengaruhi oleh pemberian nutrisi dengan
kualitas dan kuantitas yang baik dan benar dalam masa tumbuh kembang
tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak tidak selalu dapat
Anak usia 6-12 juga merupakan anak yang rentan dan beresiko tinggi
Pada masa sekolah dasar adalah saat anak berada pada masa awal
belajar yang nantinya dapat mempengaruhi proses belajar anak ini pada masa
1
2
yang akan datang. Oleh karena itu, status gizi anak sekolah perlu diperhatikan
untuk menunjang kondisi fisik otak yang merupakan syarat agar anak dapat
status gizi anak di dunia dengan prevalensi kurus sekitar 14,3%, jumlah anak
yang kurus sebanyak 95,2 juta orang. Menurut Riskesdas 2013di Indonesia
anak usia 5-12 tahun prevalensi kurus sebesar 11,2% terdiri dari 4,0% sangat
kurus dan 7,2% kurus. Berdasarkan prevalensi status gizi umur 6-12 tahun
menurut data Riskesdas 2013 di Provinsi Riau dengan prevalensi sangat kurus
5,5% dan kurus 8,2%. Berdasarkan prevalensi status gizi umur 6-12 tahun
kurus 3,2%, kurus 5,4%. Pada penelitian Andriani tahun 2012 didapatkan
makanan dan infeksi (Fajar dan Bakri 2002). Status gizi merupakan suatu
keadaan tubuh yang dakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi
pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan dimana keadaan berat badan
lebih rendah daripada berat yang adekuat menurut usianya disebut kurang
bawah kebutuhan minimal yaitu kurang dari 70% dari angka kecukupan gizi
karbohidrat terhadap konsumsi energi adalah 61%, sedikit diatas angka yang
dari yang dianjurkan PUGS yaitu 15%, dan konstribusi konsumsi lemak
terhadap energi sebesar 25,6% melebihi yang dianjurkan PUGS yaitu 25%
sekolah, tingkat konsumsi energi kurang dari 70% dari angka kecukupan gizi
(AKG) dan terdapat sebanyak 59,7% anak usia sekolah tingkat konsumsi
juga berdampak pada timbulnya tekanan darah rendah. Glukosa yang terdapat
dalam makanan sarapan pagi sangat berperan dalam mekanisme daya ingat
zat gizi sehingga dapat menurunkan daya konsentrasi anak sewaktu belajar
yang timbul karena pasa malas, lemas, lesu, pusing, serta mengantuk yang
anak sehingga akan mempengaruhi prestasi belajarnya (Jalal & Sumali 2000).
23,5% (Garg et al, 2014). Sedangkan di Arab Saudi anak yang tidak terbiasa
asupan energi sarapan kurang dari 15% kebutuhan harian. Persenasi anak
kandungan zat gizi (protein, vitamin A, besi, kalsium, dan serat) dibawah
15% berturut-turut adalah sebanyak 35,4%, 67,8%, 85%, 89,4%, dan 90%.
Wiyono tahun 2008, pada 132 orang siswa siswi sekolah dasar di Kecamatan
Bukit Raya kota Pekanbaru terdapat sebanyak 58,3% sering sarapan pagi dan
41,7% yang jarang sarapan pagi, setelah dinilai status gizinya terdapat 4,5 %
yang berstatus gizi gemuk, 94,7% berstatus gizi normal dan 0,8 % status gizi
sarapan pagi dengan status gizi siswa siswi sekolah dasar di Kecamatan Bukit
wawancara kepada siswa/i yaitu alasan mereka tidak melakukan sarapan yaitu
karena takut terlambat kesekolah, tidak tersedia makanan dirumah pada pagi
hari, takut sakit perut, tidak sempat sarapan karena bangun kesiangan dan
Daerah perkotaan sekolah yang dipilih adalah SDN 016 bangkinang dan SDN
007 bangkinang sedangkan daerah perdesaan yang dipilih adalah SDN 020
Ridan Permei.
B. Rumusan Masalah
4. Apakah ada hubungan kebiasaan sarapan dengan asupan zat gizi anak
2018 ?
6
5. Apakah ada hubungan asupan zat gizi dengan status gizi anak Sekolah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk menilai hubungan kebiasaan sarapan pagi dan asupan zat gizi
2. Tujuan khusus
c. Untuk menilai asupan zat gizi anak Sekolah Dasar Negeri Kecamatan
e. Untuk menilai hubungan asupan zat gizi dengan status gizi Sekolah
D. Manfaat Penelitian
1. Aspek Praktis
c. Untuk orang tua agar menyajikan sarapan yang bergizi dan disukai
anak-anak dirumah.
e. Untuk anak sekolah sebaiknya sarapan pagi yang bergizi dan disukai
2. Aspek Teoritis
kompetensi ahli gizi tentang kebiasaan sarapan pagi dan asupan zat gizi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
lazimnya anak yang berusia 6-12 tahun. Usia 6-12 tahun adalah usia rata-
orang baru. Pada akhirnya masa anak-anak ini, sebagian besar kode
(Galani, 2014).
karena anak rentan untuk menderita sakit, kurang gizi, atau anemia.
prestasi belajar anak. Bila makanan yang dikonsumsi oleh anak tidak
2. Status gizi
a. Pengertian
bukan lemak)
b) Pemeriksaan klinis
c) Uji biokimiawi
d) Penilaian antropometris
tubuh.
11
tabel berikut:
digunakan rumus:
b) Statistik vital
c) Faktor ekologis
(Arash, 2011).
14
3. Kebiasaan sarapan
a. Pengertian
unsur empat sehat lima sempurna. Ini berarti kita benar-benar telah
16
lemas atau lesu sebelum tengah hari kerena gula darah dalam tubuh
peranan penting bagi anak. Anak yang terbiasa sarapan pagi akan
mempunyai kemampuan yang lebih baik dari pada anak yang tidak
(Elizabeth, 2003).
pada pagi hari, waktu sarapan dimulai dari pukul 06.00 pagi sampai
17
protein dan kadar serat yang tinggi juga dapat membuat seseorang
2009).
b. Manfaat sarapan
2010).
terjamin normal, maka gairah dan konsentrasi kerja bisa lebih baik
(Soekirman, 2000).
sehari. Jika kebutuhan kalori 1800 Kal per hari, berarti sarapan
mengandung karbohidrat.
nanti. Bagi anak sekolah jika tidak sarapan pagi anak akan malas dan
kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk tenaga. Hal ini juga akan
Sumbar, 2013)
20
otak tidak cukup, denyut jantung menjadi cepat, kepala pusing, mata
Widianah, 2012). Jika kondisi ini terjadi, maka tubuh akan berusaha
Dalam keadaan seperti ini tubuh pasti tidak berada dalam kondisi yang
demikian seorang anak yang biasa tidak sarapan pagi dalam jangka
(Khosman, 2010).
21
yang dinilai dari mulai bangun tidur hingga pukul 09.00 wib. Sarapan
minuman dalam satu periode waktu, biasanya satu sampai tujuh hari
, 2) pilih menu sarapan yang praktis dan bervariasi dari berbagai jenis
secukupnya.
Contoh menu sarapan yang sehat untuk anak usia 6-12 tahun:
6) Mie goreng+telur+buah
Jika anak berada disekolah lebih dari 5 jam, berarti anak harus
makanan salingan adalah arem-arem, kue nagasari, pastel isi telur atau
kebutuhan zat gizi di pagi hari, sebagai bagian dari pemenuhan gizi
baik dari pada anak yang tidak terbiasa sarapan pagi. Sarapan pagi
Gunn, 2011).
24
a. Pengertian
Sagizi,2007)
Akibat buruk dari anemia gizi besi adalah anak menjadi lesu,
letih, lelah, dan lalai, dan mengurangi daya serap otak terhadap
pelajaran.
2) Kekurangan vitamin A
jumlah asupan zat gizi yaitu energi dan protein kurang dari yang
tubuh rentan.
akibat dari asupan gizi yang kurang diantaranya daya tahan tubuh
pilek, batuk, dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat bisa
kematian.
untuk makan 3 kali sehaari dengan menu gizi yang tinggi, yaitu:
sarapan, makan siang, dan makan malam. Anak juga perlu diajari
1) Energi
atau kegemukan.
28
2) Protein
3) Lemak
5) Seng (Zn)
luka.
WNPG 2012 untuk anak usia 10-12 tahun adalah 14,0 mg/hari
6) Kalsium
7) Kolin
8) Iodium
sesak nafas.
9) Vitamin A
11) Vitamin D
pada kulit.
menyebabkan anemia.
1) Keluarga
2) Sekolah
3) Media
gula, lemak, dan MSG seperti pada fast food atau junk food.
salah satu metode yang dapat digunakan yaitu Metode Food Recall
yang perlu diketahui adalah bahwa dengan metode ini data yang
2008)
36
pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik dan benar.
5. Penelitian Terkait
B. Kerangka Teori
Status gizi
Krisis ekonomi
Sumber : UNICEF,1997
39
C. Kerangka Konsep
hubungan atau kaitan antara konsep yang lainnya atau antara variabel yang
satu dengan variabel yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti
(Notoatmodjo, 2010).
Independen dependen
Kebiasaan sarapan
Status gizi
Asupan zat gizi
D. Hipotesis
berikut:
a. Terdapat hubungan antara sarapan pagi dengan status gizi anak Sekolah
b. Terdapat hubungan antara asupan zat gizi dengan status gizi anak Sekolah
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
bebas (faktor risiko) dan variabel tergantung (efek) dilakukan sekali dan
1. Rancangan Penelitian
Tidak sarapan
Kebiasaan
sarapan Gizi kurang
sarapan
Status gizi
Sudigdo, 2011
41
2. Alur Penelitian
N = 3656 anak
Sampel : Anak kelas 4, dan 5 diambil secara acak
Hasil data
3. Prosedur Penelitian
Tambusai Riau.
dibutuhkan.
penyerahan kuesioner.
4. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yang diukur,yaitu:
penelitian ini adalah kebiasaan sarapan pagi dan asupan zat gizi.
penelitian ini akan dilakukan di SDN 016 Bangkinang, SDN 007 Bangkinang
1. Populasi
a. Populasi target
b. Populasi aktual
2. Sampel
a. Kriteria Sampel
1) Kriteria Inklusi
2) Kriteria Eksklusi
b. Besar Sampel
𝑍𝛼2 .N.P.q
S = 𝑑2 (N−1)+ 𝑍𝛼2 .P.q
Keterangan:
S = Jumlah Sampel
α = 5%
N = Jumlah Populasi
3088,5
= 37,4
2007).
Perkotaan
Pedesaan
acak yaitu SDN 007 Bangkinang Kota dan SDN 016 Bangkinang
D. Etika Penelitian
alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
3) Kerahasiaan (Confidentiality)
Dalam penelitian ini alat yang dipakai untuk variabel kebiasaan sarapan
dengan mnggunakan food recall dan status gizi digunakan alat pengukuran
1. Uji validitas
rxy = 𝑁∑xy – (∑ x )( ∑ y)
Keterangan :
Y : Skor total
X : Skor pertanyaan
2. Uji Reabilitas
benar sesuai dengan kenyataan, makan berapa kalipun diambil tetap akan
Alpha :
𝒌 2
𝒏=[ ] [1 − ∑αh ]
(𝒌 − 𝟏) αh²
Keterangan :
N : Reabilitas instrumen
Keputusan uji adalah bila r alpha positif maupun negatif dan r alpha
Data yang dapat dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder. Data primer yaitu data yang dikumpulkan oleh peneliti
kuesioner. Data primer meliputi kebiasaan sarapan, asupan zat gizi, dan status
H. Definisi Operasional
dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan
(Notoatmodjo, 2010).
52
kedalam tabel-tabel sesuai kriteria. Entry data yaitu memasukkan data dari
J. Analisa Data
1. Analisa Univariat
zat gizi dan variabel dependent yaitu status gizi. Analisis univariat
sebagai berikut:
𝐹
P = 𝑁 x 100%
Keterangan :
P = Persentase
2. Analisis Bivariat
a. Uji statistik
yaitu kebiasaan sarapan pagi dengan status gizi dan asupan zat gizi
54
(Sugiyono, 2007).
(𝑓0− 𝑓ℎ )2
Rumus: 𝑋 2 = ∑𝑘
𝑖−𝐼 𝑓ℎ
Keterangan:
𝑋2 = Chi Kuadrat
Artinya:
pagi dan asupan zat gizi dengan status gizi siswa/i Sekolah Dasar
di Bangkinang Kota.
populasi adalah
X Z1 / 2 X Z1 / 2
n n
s2.
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Sekolah dasar negeri 007 Bangkinang Kota ini terletak di Jalan Ali
siswa yang ada sekarang sekitar 188 orang yang terdiri dari 107 orang siswa
Sekolah dasar negeri 016 Bangkinang Kota ini terletak di Jalan Ali
mendapatkan akreditasi pada tanggal 01 januari 1979. Jumlah siswa yang ada
sekarang sekitar 218 orang yang terdiri dari 120 orang siswa laki-laki dan 98
Sekolah dasar negeri 020 Ridan Permai ini terletak di Dusun Baung
desa Ridan Permai Kecamatan Bangkinang Kota. Sekolah ini berdiri pada
Jumlah siswa yang ada sekarang sekitar 218 orang yang terdiri dari 120 orang
tahun ajaran 2018/2019 yaitu 3656 total orang siswa. Dari 3656 orang siswa
diambil kelas IV dan V ini yang dijadikan sampel penelitian disaring melalui
berat badannya dan diukur tinggi badannya serta dibagikan kuesioner dan
recall 2x24 jam yang telah disiapkan penelitian disekolah dasar. Dari hasil
pendidikan orang tua siswa, jenis kelamin siswa, indeks masa tubuh (IMT)
siswa yang didapat dari pengukuran berat badan dan tinggi badan siwa.
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa distribusi pekerjaan orang tua
(ayah) siswa paling banyak sebagai pedagang yaitu 32 orang (35,6%) dan
paling banyak adalah tamat yaitu SD sebanyak 25 orang (27,8%) dan paling
tua (ibu) siswa paling banyak sebagai ibu rumah tangga yaitu 23 orang
(25,3%) dan yang paling sedikit adalah bekerja sebagai karywan sebanyak 6
orang (6,7%). Sedangkan distribusi siswa menurut pendidikan orang tua yang
paling banyak adalah tamat SD dan SMA sebanyak 23 orang (25,6%) dan
paling sedikit adalah sarjana sebanyak 4 orang (4,4%) dan distribusi siswa
orang (57,8%) dan yang paling sedikit adalah perempuan yaitu sebanyak 38
orang (42,2%).
B. Analisis Univariat
yaitu status gizi, kebiasaan sarapan dan asupan zat gizi siswa di sekolah dasar
negeri
1. Status Gizi
(Indeks Massa Tubuh menurut umur) yang dilihat dari tabel standar
Tabel 4.2 Distribusi Siswa Menurut Status Gizi Anak Sekolah Dasar
Negeri di Kecamatan Bangkinang Kota Tahun 2018
Distribusi siswa menurut status gizi sebagian besar adalah berstatus gizi
normal sebanyak 58 orang (64,4%) dan sebagian kecil adalah bestatus gizi
tidak normal sebanyak 32 orang (35,6%)
Penilaian asupan zat gizi pada siswa dengan melakukan recall 2x24 jam.
Tabel 4.4 Distribusi Siswa Menurut Asupan Zat Gizi Energi Anak
Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Bangkinang Kota Tahun 2018
Distribusi siswa menurut status gizi sebagian besar adalah asupan energi
cukup sebanyak 53 orang (58,9%) dan sebagian kecil adalah asupan energi
C. Analisis Bivariat
status gizi siswa di sekolah dasar dan hasil hubungan asupan zat gizi dengan
Dari tabel 4.5 Didapatkan siswa yang berstatus gizi kurang sebanyak 32
(35,6%), dari status gizi kurang terdapat 18 (46,2%) yang tidak sarapan dan
14 (27,5%) yang sarapan. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi
square maka diperoleh p–value 0,106, RP 1,68 (CI 95% : 0,96-2,94) artinya
tidak ada hubungan signifikan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi
anak Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Bangkinang Kota Tahun 2018 hal
Tabel 4.6. Hubungan Status Gizi Anak Sekolah Dengan Asupan Zat Gizi
Di Kecamatan Bangkinang Kota Tahun 2018
No Asupan zat Status Gizi Jumlah RP CI 95% P
gizi (Energi) Kurang Normal (n) value
N % n % n %
1 Kurang 20 25,7 17 45,9 37 100 2,38(1,33-4,26) 0,005
2 Cukup 12 22,6 41 77,4 53 100
Total 32 35,6 58 64,4 90 100
X2=8,06
Dari tabel 4.6 Didapatkan siswa yang berstatus gizi kurang sebanyak 32
(35,6%), dari status gizi kurang terdapat 20 (25,7%) yang tidak sarapan dan
12 (22,6%) yang sarapan. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi
square maka diperoleh p–value 0,005 RP 2,38 (CI 95% : 1,33-4,26), artinya
ada hubungan signifikan antara asupan zat gizi dengan status gizi anak
Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Bangkinang Kota tahun 2018. Hal ini
BAB V
PEMBAHASAN
1. Univariat
a. Status gizi
normal pada anak sekolah adalah 35,6%. Menurut WHO (2010) status
tidak ditemukan masalah yang serius pada status gizi siswa. Penelitian
status gizi normal 65,2% dibandingkan dengan status gizi yang tidak
normal 34,8%.
peka terhadap perubahan status gizi penduduk pada suatu saat tertentu
dan masa yang akan datang. Peka dalam arti bahwa suatu perubahan
yang kecil pada status gizi masih dapat ditunjukkan dengan nyata oleh
63
zat gizi makro dan zat gizi mikro (Almatsier, 2010). Berdasarkan
hingga usia lanjut. Kecukupan gizi dapat dipengaruhi oleh umur, jenis
jangka waktu yang cukup lama dan tercermin dari nilai status gizinya
adalah 53,7%.
yang dilakukan Nita MHD, dkk (2016) siswa yang memiliki kebiasaan
sering makan sarapan pagi sebanyak 85,7% dan siswa yang jarang
makan pagi sebanyak 58,3% dam siswa yang jarang makan pagi
sebanyak 41,7%.
aktivitas dengan baik. Pada pagi hari ini, tubuh membutuhkan asupan
hari. Sarapan pagi mempunyai peranan penting bagi anak. Anak yang
dari pada anak yang tidak terbiasa sarapan pagi. Sarapan pagi bagi
58,9%.
memiliki asupan energi kurang dan 20% memiliki asupan energi baik.
energi cukup.
untuk makan 3 kali sehari dengan menu gizi yang tepat, yaitu:
sarapan, makan siang, dan makan malam. Anak juga perlu diajari
2. Bivariat
dengan status gizi. Siswa yang sarapan pagi memiliki persentase status
gizi normal (72,5%) lebih besar dibandingkan siswa yang status gizi
tidak normal (27,5%). Begitu juga jika dilihat dari data prevalens ratio
bahwa siswa yang tidak sarapan pagi 1,68 kali akan beresiko
siswa yang sarapan pagi. Hal ini dikarenakan tidak biasanya sarapan
tidak berkaitan dengan status gizi karena status gizi dipengaruhi oleh
status kesehatan. Infeksi dan demam serta adanya parasit dalam usus
gizi.
status gizi tidak hanya pada pola komsumsi makanan saja antara lain
68
artinya ada hubungan yang signifikan antara asupan zat gizi dengan
status gizi tidak normal (22,6%). Begitu juga jika dilihat dari data
prevalens ratio bahwa siswa yang kurang asupan 2,38 kali akan
dengan siswa yang cukup asupan zat gizi. Hal ini dikarenakan tidak
sigifikan antara asupan zat gizi dengan status gizi siswa. Penelitian
Yulni (2013) Terdapat hubungan antara asupan energi dan status gizi
energi.
B. Keterbatasan Penelitian
antara lain
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
53,3%
3. Asupan zat gizi anak Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Bangkinang Kota
5. Adanya hubungan yang signifikan antara asupan zat gizi dengan status
B. Saran
3. Kontrol asupan zat gizi anak dan kontrol tumbuh kembang anak
control.
73
DAFTAR PUSTAKA
AKG. 2012 . Angka Kecukupan Energi. Protein yang Dianjurkan Bagi Bangsa
Indonesia. Lampiran Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 Tahun 2012
Almatsier S. 2010. PrinsipDasarIlmuGizi. Jakarta: PT GramediaPustakaUtama
2009. PrinsipDasarIlmuGizi. Jakarta: GramediaPustakaUtama.
Amelia, Andi Reski. 2013. Hubungan Asupan Energi Dan Zat Gizi Dengan Status
Gizi Santri Putri Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Makasar
Sulawesi Selatan Tahun 2013. Jurnal. Penelitian. Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.
Gibney, Michael J., Margetts, Barrie M., Kearney, Jhon M., Arab Lenore. 2009.
Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC. P.94
– 96.
Hapzah, Yulita, R. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Status Gizi
Terhadap Kejadian Anemia Remaja Putri Pada Siswi Kelas III di SMAN 1
Tinambung Kabupaten Polewali Mandar. Media Gizi Pangan. Vol. XIII,
Edisi 1,2012
Hardinsyah dan Aries M., 2012. Jenis Pangan Sarapan dan Perannya dalam
Asupan Gizi Harian Anak Usia 6-12 Tahun di Indonesia. Jurnal Gizi dan
Pangan. Departemen Gizi Masyarakat FEMA-IPB. Vol. 7, No. 2, Hal. 94.
Harianti, T. S. 2013. Hubungan antara Kebiasaan Sarapan Pagi dan Asupan Zat
Gizi Makro (Energi dan Protein) dengan Status Gizi Anak yang
Memperoleh PMT-AS di SD Negeri Plalan 1 Surakarta. Hal 4.
Hendrayati, dkk, 2010. Pengetahuan Gizi,Pola Makan dan Status Gizi Siswa
SMP Negeri 4 Tompobulu Kabupaten Bantaeng. Vol.IX, Edisi 1, Januari –
Juni 2010
Hidayati RN. 2012. Hubungan Asupan Makanan Anak dan Status Ekonomi
Keluarga dengan Status Gizi Anak Usia Sekolah Di Kelurahan Tugu
Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Jurnal Penelitian Kesehatan. 2012; 7;
1-7.
Hidayat, A.A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Penerbit Salemba Medika.
Hutmawati. 2014. Hubungan Sarapan Pagi dan Status Gizi dengan Prestasi
Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri 147 Pekanbaru. Hal 71
Irdiana, W., & Nindya, T. S. 2017. Hubungan Kebiasaan Sarapan dan Asupan
Zat Gizi dengan Status Gizi Siswi SMAN 3 Surabaya.doi:
10.20473/amnt.v1.i3.2017. Hal 231
Isaac, Stephen dan William B. Michael. 1997. Handbook in Research and
Evaluation. 3rd Ed. San Diego California: Educational and Industrial
Testing Services.
Jalal F, Sumali. 2000.Gizi dan Kualitas Hidup, Widyakarya Pangan dan Gizi VI,
PUSPITEK.
Jetvig, 2010. Perubahan Konsumsi Pangan dan Pola Kebiasaan Makan. Jakarta
Judarwanto, W. 2013. Perilaku Makan Anak Sekolah. Kimpas
Kemenkes RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
75
Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Jakarta 2013.
Khomsan, 2010. Pangan dan Gizi Kesehatan. Bogor: Mayor Gizi Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Khomsan, 2002. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta; PT Raja Grafindo
Persada.
Kristanto, A. 2012. Perencanaan Sistem Informasi dan Aplikasinya. Yogyakarta:
Gava Media
Moehji, S. 2009. Ilmu Gizi 2. Penerbit Papas Sinar Sinarti. Jakarta: 63,66
Notoatmodjo, S. 2010. MetodePenelitianKesehatan. Jakarta: RinekaCipta.
Nirmala Devi. 2009. Panduan Gizi Seimbang Gizi Anak Sekolah. Kimpas
Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu Dan Anak. Graha Ilmu :
Yogyakarta.
Salim S, Status gizi anak usia sekolah (7-12) dan hubungannya dengan tigkat
asupan kalsium harian di yayasan kampungkids pejaten Jakarta selatan
tahun 2009 [skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia;2005
Sastroasmoro, Prof.Dr.Sudigdo dan Ismail, Prof. Dr.Sofyan. (2011).Dasar-Dasar
Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-4. Jakarta: Sagung Seto.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Sopacoly MG. 2012. Hubungan antara Asupan Energi dengan Status Gizi
Mahasiswa Pria Angkatan 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi Manado; 2012
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan pebdekatan kuantitatif, kualitatif,
dan R&D. Bandung: ALFABETA.
Suhardjo.2003. Prencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta
Tutik SH. 2013. Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Pagi dan Asupan Zat Gizi
Makro (Energi Dan Protein) dengan Status Gizi Anak Yang Memperoleh
76