Anda di halaman 1dari 76

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Anak usia 6-12 tahun merupakan aset berharga karena anak akan

menjadi generasi penerus bangsa, anak juga merupakan cermin masa depan.

Jika anak tumbuh dan kembang dengan baik, maka dapat dipastikan bahwa

masa depan bangsa juga akan jadi baik. Begitu pula sebaliknya, jika anak

tumbuh dan berkembang dengan tidak baik, maka masa depan bangsa tidak

akan baik pula nantinya. Oleh karena itu, masalah tumbuh kembang anak

merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Tumbuh kembang

anak yang optimal salah satunya dipengaruhi oleh pemberian nutrisi dengan

kualitas dan kuantitas yang baik dan benar dalam masa tumbuh kembang

tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak tidak selalu dapat

dilaksanakan dengan sempurna. Sering timbul masalah terutama dalam

pemberian makanan yang tidak benar (Judarwanto, 2013).

Anak usia 6-12 juga merupakan anak yang rentan dan beresiko tinggi

tertular penyakit melalui makanan. Dari kondisi lapangan, selama di sekolah

sebagian besar siswa membeli dan mengkonsumsi makanan yang dijual di

sekolah ataupun sekitar sekolah. Kurang dari 5% anak sekolah membawa

bekal dari rumah (Devi, 2009).

Pada masa sekolah dasar adalah saat anak berada pada masa awal

belajar yang nantinya dapat mempengaruhi proses belajar anak ini pada masa

1
2

yang akan datang. Oleh karena itu, status gizi anak sekolah perlu diperhatikan

untuk menunjang kondisi fisik otak yang merupakan syarat agar anak dapat

mempunyai kecerdasan tinggi (Merryana & Bambang 2017). Kebutuhan

asupan zat gizi yang tidak terpenuhi akan mengakibatkan menurunnya

kondisi tubuh secara keseluruhan sehingga gairah untuk belajar menjadi

hilang (Sunarni, 2006).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015 melaporkan

status gizi anak di dunia dengan prevalensi kurus sekitar 14,3%, jumlah anak

yang kurus sebanyak 95,2 juta orang. Menurut Riskesdas 2013di Indonesia

anak usia 5-12 tahun prevalensi kurus sebesar 11,2% terdiri dari 4,0% sangat

kurus dan 7,2% kurus. Berdasarkan prevalensi status gizi umur 6-12 tahun

menurut data Riskesdas 2013 di Provinsi Riau dengan prevalensi sangat kurus

5,5% dan kurus 8,2%. Berdasarkan prevalensi status gizi umur 6-12 tahun

menurut data Riskesdas 2013 di Kabupaten Kampar dengan prevalensi sangat

kurus 3,2%, kurus 5,4%. Pada penelitian Andriani tahun 2012 didapatkan

bahwa anak dengan gizi kurang sebanyak 58,1%.

Faktor yang mempengaruhi status gizi secara langsung adalah asupan

makanan dan infeksi (Fajar dan Bakri 2002). Status gizi merupakan suatu

keadaan tubuh yang dakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi

dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variabel

pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan dimana keadaan berat badan

lebih rendah daripada berat yang adekuat menurut usianya disebut kurang

(Gibney dkk, 2009).


3

Secara nasional, penduduk Indonesia yang mengkonsumsi energi di

bawah kebutuhan minimal yaitu kurang dari 70% dari angka kecukupan gizi

bagi orang Indonesia adalah sebanyak 40,7%. Konstribusi konsumsi

karbohidrat terhadap konsumsi energi adalah 61%, sedikit diatas angka yang

dianjurkan PUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang) yaitu 50-60%.

Konstribusi protein protein terhadap konsumsi energi hanya 13,3% di bawah

dari yang dianjurkan PUGS yaitu 15%, dan konstribusi konsumsi lemak

terhadap energi sebesar 25,6% melebihi yang dianjurkan PUGS yaitu 25%

(Depkes RI, 2010).

Menurut data Riskesdas 2010 menunjukkan sekitar 44,4% anak

sekolah, tingkat konsumsi energi kurang dari 70% dari angka kecukupan gizi

(AKG) dan terdapat sebanyak 59,7% anak usia sekolah tingkat konsumsi

protein kurang dari 80% berdasarkan angka kecukpan gizi (AKG).

Membiasakan sarapan pagi dapat meningkatkan ketahanan fisik,

mempertahankan daya tahan tubuh, meningkatkan kondisi fisik agar tetap

prima, meningkatkan kebugaran jasmani dan konsentrasi yang dapat

memudahkan menyerap informasi. Kebiasaan sarapan pagi juga dapat

membantu untuk memenuhi kecukupan gizi sehari-hari (Sulistyoningsih,

2011). Dampak melewatkan sarapan selain menurunkan konsentrasi belajar,

juga berdampak pada timbulnya tekanan darah rendah. Glukosa yang terdapat

dalam makanan sarapan pagi sangat berperan dalam mekanisme daya ingat

(kognitif) memori seseorang, meskipun tidak mempengaruhi tingkat

kecerdasan. Melewatkan waktu sarapan berarti terjadi keterlambatan asupan


4

zat gizi sehingga dapat menurunkan daya konsentrasi anak sewaktu belajar

yang timbul karena pasa malas, lemas, lesu, pusing, serta mengantuk yang

nantinya dapat menimbulkan anemia pada anak-anak. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kebiasaan sarapan berpengaruh terhadap daya konsentrsi

anak sehingga akan mempengaruhi prestasi belajarnya (Jalal & Sumali 2000).

Dikota Udupi, India, anak yang melewatkan sarapan pagi sebanyak

23,5% (Garg et al, 2014). Sedangkan di Arab Saudi anak yang tidak terbiasa

sarapan pagi sebesar 23,33% (Al-Oboudi,2010). Menurut Riskesdas tahun

2010 tentang sarapan menunjukkan 44,6% anak usia sekolah dasar

mengonsumsi sarapan dengan kualitas rendah, yaitu dengan persentase

asupan energi sarapan kurang dari 15% kebutuhan harian. Persenasi anak

sekolah yang sarapan degan kualitas rendah atau dengan kontribusi

kandungan zat gizi (protein, vitamin A, besi, kalsium, dan serat) dibawah

15% berturut-turut adalah sebanyak 35,4%, 67,8%, 85%, 89,4%, dan 90%.

Kebiasaan sarapan pagi dapat berpengaruh untuk status gizi siswa

dan siswi sekolah dasar, dapat dibuktikan berdasarkan hasil penelitian

Wiyono tahun 2008, pada 132 orang siswa siswi sekolah dasar di Kecamatan

Bukit Raya kota Pekanbaru terdapat sebanyak 58,3% sering sarapan pagi dan

41,7% yang jarang sarapan pagi, setelah dinilai status gizinya terdapat 4,5 %

yang berstatus gizi gemuk, 94,7% berstatus gizi normal dan 0,8 % status gizi

kurus. Hasil penelitian tersebut didapatkan adanya hubungan kebiasaan

sarapan pagi dengan status gizi siswa siswi sekolah dasar di Kecamatan Bukit

Raya Kota Pekanbaru.


5

Menurut hasil penelitian wenny tahun 2017 yaitu dengan melakukan

wawancara kepada siswa/i yaitu alasan mereka tidak melakukan sarapan yaitu

karena takut terlambat kesekolah, tidak tersedia makanan dirumah pada pagi

hari, takut sakit perut, tidak sempat sarapan karena bangun kesiangan dan

lokasi rumah jauh dari sekolah.

Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Olah Raga (DISPORA)

hasil simple random sampling sekolah dasar kecamatan Bangkinang Kota

sebanyak 19 SD terdiri 16 di daerah perkotaan dan 3 SD di daerah perdesaan.

Daerah perkotaan sekolah yang dipilih adalah SDN 016 bangkinang dan SDN

007 bangkinang sedangkan daerah perdesaan yang dipilih adalah SDN 020

Ridan Permei.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, dapat

dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Berapa prevalensi status gizi kurang gizi anak Sekolah Dasar di

Kecamatan Bangkinang kota Kabupaten Kampar Riau 2018 ?

2. Berapa prevalensi kebiasaan sarapan anak Sekolah Dasar di Kecamatan

Bangkinang kota Kabupaten Kampar Riau 2018 ?

3. Berapa prevalensi asupan anak Sekolah Dasar di Kecamatan Bangkinang

kota Kabupaten Kampar Riau 2018 ?

4. Apakah ada hubungan kebiasaan sarapan dengan asupan zat gizi anak

Sekolah Dasar di Kecamatan Bangkinang kota Kabupaten Kampar Riau

2018 ?
6

5. Apakah ada hubungan asupan zat gizi dengan status gizi anak Sekolah

Dasar di Kecamatan Bangkinang kota Kabupaten Kampar Riau 2018 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk menilai hubungan kebiasaan sarapan pagi dan asupan zat gizi

dengan status gizi anak sekolah dasar di bangkinang kota.

2. Tujuan khusus

a. Untuk menilai status gizi anak Sekolah Dasar Negeri Kecamatan

Bangkinang Kota Tahun 2018.

b. Untuk menilai kebiasaan sarapan anak sekolah Sekolah Dasar Negeri

Kecamatan Bangkinang Kota Tahun 2018.

c. Untuk menilai asupan zat gizi anak Sekolah Dasar Negeri Kecamatan

Bangkinang Kota Tahun 2018.

d. Untuk menilai hubungan kebiasaan sarapan dengan status gizi Sekolah

Dasar Negeri Kecamatan Bangkinang Kota Tahun 2018.

e. Untuk menilai hubungan asupan zat gizi dengan status gizi Sekolah

Dasar Negeri Kecamatan Bangkinang Kota Tahun 2018.

D. Manfaat Penelitian

1. Aspek Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada:

a. Untuk guru anak sekolah agar menganjurkan anak sarapan yang

bergizi dan disukai anak-anak dirumah.


7

b. Untuk menambah pengetahuan guru tentang sarapan yang bergizi

dan disukai anak-anak.

c. Untuk orang tua agar menyajikan sarapan yang bergizi dan disukai

anak-anak dirumah.

d. Untuk pembina UKS agar bisa menganjurkan untuk sarapan pagi

yang bergizi dan disukai anak-anak dirumah.

e. Untuk anak sekolah sebaiknya sarapan pagi yang bergizi dan disukai

anak-anak dirumah sebelum berangkat ke sekolah.

2. Aspek Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan untuk

teori demi menambah hasil informasi ilmiah yang berhubungan dengan

kompetensi ahli gizi tentang kebiasaan sarapan pagi dan asupan zat gizi.

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menyusun hipotesis baru

dalam merancang penelitian selanjutnya.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis

1. Anak Sekolah Dasar

Menurut defenisi World Health Organization (WHO) Anak

Sekolah yaitu yang berusia antara 7-15 tahun. Sedangkan di Indonesia

lazimnya anak yang berusia 6-12 tahun. Usia 6-12 tahun adalah usia rata-

rata anak mengenyam pendidikan di sekolah dasar. Dengan demikian

anak-anak ini mulai beradaptasi di luar lingkaran keluarganya dan bertemu

orang baru. Pada akhirnya masa anak-anak ini, sebagian besar kode

moralnya dipengaruhi oleh standar moral kelompoknya. Pada masa ini

terdapat peningkatan yang pesat dalam pengertian dan ketetapan konsep.

Hal ini disebabkan oleh meningkatnya intelegensi dan kesempatan belajar

(Galani, 2014).

Pertumbuhan dan perkembangan anak sekolah akan terganggu

karena anak rentan untuk menderita sakit, kurang gizi, atau anemia.

Keadaan tersebut dapat mempengaruhi proses belajar di sekolah seperti

tidak konsentrasi, tidak dapat masuk sekolah hingga mempengaruhi

prestasi belajar anak. Bila makanan yang dikonsumsi oleh anak tidak

mencapai angka sekolah dasar. Hal ini dapat mempengaruhi konsentrasi

belajar serta prestasi anak di sekolah (Galani, 2014).


9

2. Status gizi

a. Pengertian

Status gizi adalah keadaan seseorang yang diakibatkan oleh

konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi dari makanan dalam

jangka waktu yang lama.Penilaian status gizi dapat dilakukan secara

langsung dan tidak langsung (Supariasa, dkk 2008). Pengukuran

antropometri terdiri dari dua dimensi yaitu pengukuran pertumbuhan

dan komposisi tubuh (pengukuran komponen lemak dan komponen

bukan lemak)

b. Penilaian status gizi anak

Menurut supariasa (2008), penilain status gizi dibagi menjadi 2

yaitu secara langsung dan tak langsung.

1) Penilaian secara langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi

empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik.

a) Anamnesis asupan gizi

Anamnesis berisi tentang asupan pangan yang

mencantumkan pertanyaan yang berkaitan dengan status gizi,

kesehatan gigi, asupan flour,frekwensi ngemil, jumlah

makanan yang disantap, asupan minuman bergula, penyakit

kronik, mutu makanan yang disantap dan lain–lain.

Anamnesis wajib mencantumkan pola konsumsi obat.


10

b) Pemeriksaan klinis

Pemeriksaan klinis dilakukan untuk mencari

kemungkinan adanya penyakit-penyakit kimia yang

disebabkan oleh kurangnya asupan zat gizi seseorang.

c) Uji biokimiawi

Pada uji biokimiawi dilakukan pemeriksaan kadar

hemoglobin, serta asupan darah. Selain itu, juga

pemeriksaan pada tinja anak.

d) Penilaian antropometris

Penilaian antropometris dilakukan dengan cara

penimbangan berat badan dan tinggi badan, lingkar lengan

dan lipatan kulit triseps. Pengamatan pada anak usia sekolah

dipusatkan pada kecepatan pertumbuhan. Antropmetri

berasal dari kota antropos dan metros. Antropos artinya

tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah

ukuran dari tubuh. Antropometri sangat umum digunakan

untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidak

seimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini

biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi

jaringan tubuh seperti lemak otot dan jumlah air dalam

tubuh.
11

Menurut Riyadi (2010), indikator antropometri

merupakan salah satu metode penilaian status gizi dipakai

di lapangan adalah berat badan untuk mengetahui massa

tubuh dan panjang atau tinggibadan untuk mengetahui

dimensi berat linear dan indikator tersebut sangattergantung

pada umur. Antropometri sangat penting pada masa remaja

karenaantropometri dapat memonitor dan mengevaluasi

perubahan pertumbuhan dankematangan yang dipengaruhi

oleh faktor hormonal.Pengukuran paling reliableuntuk ras

spesifik dan popular untuk menentukan status gizi pada

masa remajasaat ini adalah IMT. IMT merupakan indeks

berat badanseseorang dalam hubungannya dengan tinggi

badan, yang ditentukan denganmembagi berat badan dalam

satuan kg dengan kuadrat tinggi badan dalam satuan meter.

Indeks antropometri yang sering digunakan dalam

penentuan status gizi adalah berat badan menurut umur

(BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat

badan menurun tinggi badan (BB/TB), selain itu masih ada

beberapa indeks antropometri yang digunakan yaitu lingar

lengan atas menurut umur (LILA/U), indeks massa tubuh

(IMT), indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U), tabel

lemak bawah kulit menurut umur, dan rasio lingkar

pinggang dan pinggul.


12

Kategori status gizi menurut indeks (BB/U) untuk

balita berdasarkan hasil keputusan mentri kesehatan RI

(2002) menggunakan baku rujuk WHO-NCHS, yaitu:

(a) Gizi lebih: > +2 SD

(b) Gizi baik: > -2 SD saampai +2 SD

(c) Gizi kurang: < -2 SD sampai > - 3 SD

(d) Gizi buruk: < -3 SD

Berdasarkan kemenkes RI (2013), baku

antropometri anak 6-18 tahun dihitung nilai Z_Score

IMT/U. Berdasarkan indikator IMT/U, status gizi

diklasifikasikan dalam beberapa kelompok, yaitu lihat dari

tabel berikut:

Tabel 2.2 Kategori Status Gizi berdasarkan Indeks Masa Tubuh


menurut Umur usai 6-18 Tahun (IMT/U)
Kategori Ambang batas (Z-score)
Sangat kurus Zscore< -3,0
Kurus Zscore -3,0 s/d < -2,0
Normal Zscore -2,0 s/d 1,0
Gemuk Zscore> 1,0 s/d 2,0
Sumber: Kemenkes, 2013

Untuk menghitung indeks masa tubuh (IMT)

digunakan rumus:

Berat Badan (Kg)


IMT = 𝑥 = Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

2) Penilaian status gizi secara tidak langsung

Penilaian status gizi tidak langsung dapat dibagi menjadi

tiga yaitu survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor

ekologi (Supariasa, 2008).


13

a) Survei konsumsi makanan

Survei konsumsi makanan adalah penilaian status

gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis

zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi

makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi

berbagai jenis zat gizi pada masyarakat, keluarga dan

individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan

kekurangan zat gizi.

b) Statistik vital

Pengukuran status gizi denga statistik vital adalah

dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti

angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan

kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang

berhubungan dengan gizi. Penggunaan di pertimbangkan

sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran

status gizi masyarakat.

c) Faktor ekologis

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil

interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan

budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung

dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain

(Arash, 2011).
14

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

Faktor yang mempengaruhi status gizi dapat dibagi yaitu

faktor penyebab langsung dan tidak langsung. Faktor penyebab

langsung diantaranya adalah asupan makanan dan penyakit infeksi

yang mungkin diderita, sementara faktor penyebab tidak langsung

diantaranya ketahanan pangan keluarga, pola pengasuhan anak, serta

pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan (Salim, 2009)

Beberapa faktor yang sangat berperan penting dalam kondisi

status gizi anak di antaranya asupan makanan, aktifitas fisik, dan

kondisi sosial ekonomi. Asupan makanan yang tidak seimbangan

dapat memengaruhi status gizi anak usia sekolah melalui kebiasaan

sarapan pagi yang tidak teratur, kecenderungan menyukai satu macam

atau beberapa jenis makanan tertentu saja, kebiasaan jajan,

kekurangan asupan berserat, dan kecenderungan mengonsumsi

makanan cepat saji (Hidayati, 2012). UNICEF (United Nation

International Children’s Emergency Final) mengemukakan bahwa

salah satu penyebab langsung masalah gizi adalah asupan makanan

yang tidak seimbang yang dapat menyebabkan anak dengan asupan

gizi kurang mengalami penurunan daya tahan tubuh sehingga anak

rentan terhadap penyakit masalah gizi. WHO (Word Health

Organization) menyatakan bahwa salah satu faktor penyebab

peningkatan global kejadian overweight dan obesitas pada anak adalah

meningkatnya perilaku sedenter dan kurangnya aktifitas fisik. Perilaku


15

sedenter seperti menonton televisi, penggunaan komputer, dan

bermain video game sering sekali menggantikan aktivitas fisik yang

seharusnya dilakukan anak dalam aktivitasnya sehari-hari. Faktor

sosioekonomi, terutama kemiskinan, merupakan faktor yang sangat

mempengaruhi status gizi anak. Hal ini berkaitan dengan faktor

ketersediaan akses makanan, kurangnya pendidikan dari orang tua,

gaya hidup yang cenderung tidak sehat, dan kurangnya informasi

mengenai pentingnya menjaga status gizi agar tetap normal.

3. Kebiasaan sarapan

a. Pengertian

Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup,

menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi

diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein yang ada di dalam

bahan makanan (Almatsier, 2010) .

Tubuh membutuhkan asupan makanan agar dapat melakukan

aktivitas dengan baik. Pada pagi hari ini, tubuh membutuhkan

asupan energi yang banyak karena pada pagi hari seseorang

melakukan aktivitas. Oleh karena itu, setiap orang sangat disarankan

untuk sarapan pagi agar dapat melakukan aktivitas tanpa merasa

kelelahan. Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum

melakukan aktivitas fisik pada hari itu. Sarapan sehat mengandung

unsur empat sehat lima sempurna. Ini berarti kita benar-benar telah
16

mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan

amunisi yang lengkap (khomsan,2002).

Manusia membutuhkan sarapan pagi karena dalam sarapan

pagi diharapkan terjadi ketersediaan energi yang digunakan untuk

jam pertama melakukan aktivitas. Akibat tidak serapan pagi akan

menyebabkan tubuh tidak mempunyai energi yang tidak cukup untuk

melakukan aktivitas terutama pada proses pelajaran karena pada

malam hari tubuh tetap berlangsung proses oksidasi guna

menghasilkan tenaga untuk menggerakkan jantung,paru-paru dan

otot-otot tubuh lainnya (moehji,2009).

Sarapan pagi menjadi sangat penting, karena kadar gula

dalam darah akan menurunkan sekitar dua jam setelah seseorang

bangun tidur. Jika anak tidak sarapan,dia biasanya akan merasa

lemas atau lesu sebelum tengah hari kerena gula darah dalam tubuh

sudah menurun (yusnalaini, 2004). Sarapan pagi merupakan

makanan yang dimakan pada pagi hari. Sarapan pagi mempunyai

peranan penting bagi anak. Anak yang terbiasa sarapan pagi akan

mempunyai kemampuan yang lebih baik dari pada anak yang tidak

terbiasa sarapan pagi. Sarapan pagi bagi anak akan memacukan

pertumbuhan dan memaksimalkan kemampuan di sekolah

(Elizabeth, 2003).

Sarapan atau makanan pagi adalah makanan yang disantap

pada pagi hari, waktu sarapan dimulai dari pukul 06.00 pagi sampai
17

dengan pukul 10.00 pagi. Sarapan dianjurkan menyantap makanan

yang ringan bagi kerja percernaan, sehingga dianjurkan untuk

mengkonsumsi makana yang memiliki kadar serat tinggi dengan

protein dan kadar serat yang tinggi juga dapat membuat seseorang

tetap merasa kenyang hingga waktu makan siang (Jetvig, 2010).

Sarapan pagi yang baik harus banyak mengandung

karbohidrat kerena akan merangsang glukosa dan mikro nutrient

dalam otak yang dapat menghasilkan energi, selain itu dapat

berlangsung memacu otak agar membantu memusatkan pikiran

untuk belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran (Moehji,

2009).

b. Manfaat sarapan

Sarapan pagi sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi

orang dewasa, sarapan pagi dapat memelihara ketahanan

fisik,mempertahankan daya tahan tubuh saat berkerja dan

meningkatkan produktuvitas kerja. Bagi anak sekolah, sarapan pagi

dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan

penyerapan belajar sehinga prestasi belajar lebih baik ( Khomsan,

2010).

Menurut Khomsan (2010) ada 2 manfaat yang diperoleh

kalau seseorang melakukan sarapan pagi, antara lain sarapan pagi

dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk

meningkatkan kadar gula darah. Dengan kadar gula darah yang


18

terjamin normal, maka gairah dan konsentrasi kerja bisa lebih baik

sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktivitas.

Pada dasarnya sarapan pagi akan memberikan kontribusi

penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti

protein ,lemak, vitamin dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini

bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh.

Seseorang yang tidak serapan pagi, pastilah tubuh tidak

berada dalam keadaan yang cocok untuk melakukan pekerjaan

dengan baik. Hal ini dikarenakan tubuh akan berusaha menaikkan

kadar gula darah dengan mengambil cadangan glikogen, dan jika

ini habis, maka cadangan lemaklah yang diambil (Moehji 2009).

Sarapan pagi termasuk dalam pedoman umum gizi

seimbang dalam pesan kedelapan. Makan pagi dengan makanan

yang beraneka ragam akan memenuhi kebutuhan gizi untuk

mempertahankan kesegaran tubuh dan meningkatkan produktivitas

dalam bekerja. Pada anak-anak, makanan pagi akan memudahkan

konsentrasi belajar sehingga prestasi belajar bisa lebih ditingkatkan

(Soekirman, 2000).

Saat sarapan tubuh membutuhkan 25% dari jumlah kalori

sehari. Jika kebutuhan kalori 1800 Kal per hari, berarti sarapan

harus mengandung 400-500 Kal. Kebutuhan gizi anak usia 6-12

tahun berkisar antara 1550-2050 Kkal. Sarapan pagi harus

memenuhi sebanyak 20-25% kebutuhan kalori sehari. Makan siang


19

dan makan malam masing-masing 30%, sedangkan makanan

selingan dapat dilakukan dua kali masing-masing 10%. Contohnya

Nasi dengan telur, sayur dan buah. Hindari sarapan semuanya

mengandung karbohidrat.

Menurut Khomsan (2010) ada 2 manfaat yang diperoleh

dari sarapan pagi, antara lain:

1) Sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap

digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Dengan

kadar gula darah yang terjamin normal, maka gairah dan

konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga berdampak positif

untuk meningkatkan produktifitas.

2) Pada dasarnya sarapan pagi akan memberikan kontribusi

penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti

protein, lemak, vitamin dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini

bermanfaat untuk berfungsi fisiologis tubuh.

c. Akibat tidak sarapan pagi

Seseorang yang tidak sarapan pagi berarti perutnya dalam

keadaan kosong sejak makan malam sebelum sampai makan siang

nanti. Bagi anak sekolah jika tidak sarapan pagi anak akan malas dan

tidak dapat berfikir dengan baik. Badan terasa lemah, disebabkan

kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk tenaga. Hal ini juga akan

berakibat tidak dapat melakukan aktifitas dengan baik (dinkes

Sumbar, 2013)
20

Sarapan dapat mengisi energi yang dibutuhkan oleh tubuh dan

menyediakan karbohidrat yang akan digunakan untuk menigkatkan

kadar glukosa darah. Tidak sarapan menyebabkan persediaan gula

darah lebih rendah dari normalnya sehingga persediaan glukosa pada

otak tidak cukup, denyut jantung menjadi cepat, kepala pusing, mata

berkunang-kunang bahkan pingsan (Site, 2008 dalam Suntari dan

Widianah, 2012). Jika kondisi ini terjadi, maka tubuh akan berusaha

menaikan kadar glukosa dengan mengambil cadangan glikogen.

Dalam keadaan seperti ini tubuh pasti tidak berada dalam kondisi yang

baik untuk melakukan pekerjaan dengan baik.

Selain itu bila tidak sarapan dapat menyebabkan selain itu

tidak serapan dapat menyebabakan kosentrasi belajar berkurang ,

kecepatan beraksi menurun tajam, sehingga kemampuan memecahkan

suatu masalah juga mennjadi menurun. Dengan demikian prestasi

belajar juga menurun.

Kebiasaan tidak sarapan pagi yang berlama –lama juga akan

mengakibatkan pemasukan gizi menjadi berkurang dan tidak

seimbang sehingga pertumbuhan anak menjadi terganggu. Dengan

demikian seorang anak yang biasa tidak sarapan pagi dalam jangka

waktu lama akan berakibat buruk pada penampilan intelektualnya,

prestasi disekolah menurun dan penampilan sosial menjadi terganggu

(Khosman, 2010).
21

d. Karakteristik Sarapan Pagi

Sarapan pagi adalah kegiatan dalam hal makan pagi (sarapan)

yang dinilai dari mulai bangun tidur hingga pukul 09.00 wib. Sarapan

mempunyai kontribusi penting dalam total diet harian. Sarapan yang

baik mencukupi15-30% dari kebutuhan energi atau total diet harian

(Hardiansyah & Aries, 2012). Untuk menilai jumlah energi yang di

dapat oleh seseorang dapat menggunakan food record. Food record

adalah catatan responden mengenai jenis dan jumlah makanan dan

minuman dalam satu periode waktu, biasanya satu sampai tujuh hari

dan dapat dikualifikasikan dengan estimasi menggunakan ukuran

rumah tangga (estimated record) atau menimbang (weighed food

record). (Hariyanti dan Triyanti, 2007).

e. Menu Sarapan Sehat

Sarapan sehat untuk anak sebaiknya mengikuti pola gizi

seimbang yakni terdiri dari sumber karbohidrat (60-68%), protein (12-

15%), lemak (15-25%), dan vitamin/mineral. Porsi sarapan sebaiknya

tidak terlalu banyak karena akan mengganggu sistem percernaan dan

aktifitas anak dalam menyiapkan sarapan anak sebaiknya

memperhatikan : 1) siapkan menu sarapan sehat dan bergizi seimbnag

, 2) pilih menu sarapan yang praktis dan bervariasi dari berbagai jenis

bahan makanan, 3) sarapan tidak harus nasi, dapat diganti dengan

dengan sereal,roti,kentang,dan mie, 4) sangat dianjurkan

mengkonsumsi susu atau hasil olahannya seperti yogurt, 5) lengkapi


22

dengan buah segar atau yang diblender, 6) minum air putih

secukupnya.

Contoh menu sarapan yang sehat untuk anak usia 6-12 tahun:

1) Setangkap roti+telur mata sapi +sayuran+susu

2) Nasi goreng +telur dadar+sayuran

3) Bubur ayam +pisang

4) Nasi uduk +ayam goreng +buah

5) Lontong sayur +telur+buah

6) Mie goreng+telur+buah

Jika anak berada disekolah lebih dari 5 jam, berarti anak harus

mendapatkan makanan salingan yang biasanya dimakan pada waktu

istirahat. Membekali anak ke sekolah dengan makanan salingan

merupakan tindakan yang bijak untuk menghindari anak jajan yang

tidak sehat. Makanan selingan / bekal sangat penting karena anak

membutuhkan tambahan energi untuk aktivitasnya. Contoh menu

makanan salingan adalah arem-arem, kue nagasari, pastel isi telur atau

kroket daging (Kemenkes, 2011).

f. Cara pengumpulan data dengan kuesioner

Pengukuran kebiasaan sarapan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

ingin diukur dari subyek penelitian atau responden (Notoadmodjo,

2010). Untuk memudahkan terhadap pemisahan tingkat kebiasaan


23

sarapan dalam penelitian, tingkat kebiasaan sarapan dibagi

berdasarkan skor yang terdiri dari (Khomsan, 2006):

1) Rendah apabila skor benar < 60%

2) Cukup apabila skorbenar 60-80%

3) Baik apabila skor benar > 80%

g. Hubungan kebiasaan sarapan dengan status gizi

Sarapan penting bagi setiap orang untuk mengawali aktivitas

sepanjang hari. Sarapan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

kebutuhan zat gizi di pagi hari, sebagai bagian dari pemenuhan gizi

seimbang dan bermanfaat dalam membantu mencegah hipoglikemia,

menstabilkan kadar glukosa darah, dan mencegah dehidrasi setelah

berpuasa sepanjang malam (Gibson & Gunn 2011 ; Hardinsyah 2012).

Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan pada pagi

hari. Sarapan pagi mempunyai peranan penting bagi anak. Anak

yang terbiasa sarapan pagi akan mempunyai kemampuan yang lebih

baik dari pada anak yang tidak terbiasa sarapan pagi. Sarapan pagi

bagi anak akan memacukan pertumbuhan dan memaksimalkan

kemampuan di sekolah (Elizabeth, 2003).

Berbagai kajian membuktikan bahwa gizi yang cukup dari

sarapan membekali tubuh untuk berpikir, beraktivitas fisik secara

optimal setelah bangun pagi. Bagi anak sekolah, sarapan terbukti

dapat meningkatkan kemampuan belajar dan stamina anak (Gibson &

Gunn, 2011).
24

4. Asupan Zat Gizi

a. Pengertian

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan

yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi,

transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang

tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan

fungsi normal dan organ-organ, serta menghasilkan energi.

b. Dampak Status Gizi Kurang

Masalah gizi kurang yang sering ditemukan berdampak pada

pertumbuhan fisik anak SD antara lain: Kurang Energi Protein (KEP),

Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Yodium (GAKY), kurang

vitamin A, dan penurunan kecerdasan otak (Unicef, 2005 dalam

Sagizi,2007)

1) Anemia gizi besi

Suatu kondisi pada anak SD dengan kadar haemoglobin

(Hb) dalam darah kurang dari normal (kurang dari 12 gr %).

Akibat buruk dari anemia gizi besi adalah anak menjadi lesu,

letih, lelah, dan lalai, dan mengurangi daya serap otak terhadap

pelajaran.

2) Kekurangan vitamin A

Suatu kondisi yang diakibatkan oleh jumlah asupan vitamin

A tidak memenuhi kebutuhan tubuh. Akibat buruk dari kurang

vitamin A adalah menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi


25

sehingga anak mudah sakit. Disamping itu juga vitamin A terkait

dengan fungsi penglihatan.

3) Kurang Energi Protein

Kurang energi protein merupakan suatu kondisi dimana

jumlah asupan zat gizi yaitu energi dan protein kurang dari yang

dibutuhkan. Akibat buruk dari KEP bagi anak SD adalah anak

menjadi lemah daya tahan tubuhnya.

4) Ancaman Malnutrisi dan Penyakit

Kurangnya asupan zat gizi yang seimbang dalam jangka

panjang dapat menyebabkan ancaman malnutrisi bahkan dimulai

pada saat kehamilan atau kandungan ibu. Malnutrisi ini bisa

menyebabkan kematian apabila tidak ditangani sedini mungkin.

Selain malnutrisi, ada ancaman penyakit lain yang disebabkan

oleh makanan atau jajanan anak sekolah. Jajanan yang

mengandung zat kimia bersifat karsinogenik, seperti zat pengawet

(formalin, boraks), pewarna sintetik, perasa (MSG) dapat

terakumulasi pada tubuh yang dalam jangka panjang

menyebabkan penyakit kanker dan tumor.

5) Menurunnya pertumbuhan, kemampuan fisik dan ketahanan

tubuh rentan.

Pada umumnya banyak keluarga yang masih tidak peduli

terhadap asupan kandungan gizi yang konsumsi oleh anak-

anaknya. Mereka lebih banyak peduli bahwa yang penting


26

kenyang, tanpa memperhatikan keseimbangan gizinya. Padahal

akibat dari asupan gizi yang kurang diantaranya daya tahan tubuh

terhadap tekanan atau stress menjadi menurun. Sistem imunitas

dan antibodi berkurang, sehingga mudah terserang infeksi seperti

pilek, batuk, dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat bisa

berbahaya dan bahkan bisa membawa kematian.

Tumbuh kemabangnya anak usia sekolah yang optimal juga

tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang

baik dan benar. Pada masa tumbuh kembang tersebut pemberian

nutrsi dan asupan makaan pada anak-anak tidak selalu dapat

dilaksanakan dengan sempurna sehingga dampak masalah gizi bagi

anak sekolah dapat berupa gangguan pertumbuhan dan kesegaran

jasmanni yang rendah. Oleh karena itu, pertumbuhan dan

perkembangan anak harus diperhatiakan sedini mungkin, agar

terhindar dari ancaman berbagai penyakit yang bisa berujung pada

kematian.

c. Kebutuhan Gizi Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah membutuhkan lebih banyak energi dan

zat gizi yang lebih besar dibandingkan anak berusia dibawahnya.

Diperlukan pula tambahan energi, protein, kalsium, fosfor, zat besi

karena pertumbuhan pada kisaran usia ini sedang pesat dan

aktivitas anak semakin bertambah. Pada usia ini peberian makanan

untuk anak laik-laki berbeda dengan anak perempuan.


27

Untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi, anak

terkadang makan 5 kali sehari. Namun sebaiknya anak tetap diajari

untuk makan 3 kali sehaari dengan menu gizi yang tinggi, yaitu:

sarapan, makan siang, dan makan malam. Anak juga perlu diajari

sarapan pagi agar dapat berfikir dengan baik disekolah.

Adapun jenis nutrisi yang dibutukan anak-anak antara lain:

1) Energi

Kalori yang dibutuhkan anak dalam masa

pertumbuhan berdasarkan AKE untuk usia 10-12 tahun adalah

sekitar 2000-2100 kalori (AKG, 2012). Menu yang diberikan

sebaiknya tidak terlalu padat tetapi berserat. Karbohidrat

memiliki fungsi sebagai penghasil energi bagi tubuh.

Makanan yang mengandung karbohidrat tinggi seperti: nasi,

roti, dan kentang adalah sumber karbohidrat yang bagus. Gula

bukanlah merupakan sumber energi yang baik karena tidak

mengandung vitamin dan mineral. Pemberian gula pada anak

akan menyebabkan kerusakan pada gigi.

Kekurangan karbohidrat dapat menyebabkan anak

menderita penyakit marasmus, dengan ciri-ciri tubuh kurus,

wajah terlihat lesu, perut cekung, kulit tubuh keriput, tekanan

darah tidak stabil, dan mengalami gangguan pernafasan,

kelebihan energi dapat mengakibatkan kelebihan berat badan

atau kegemukan.
28

2) Protein

Protein harus dikonsumsi secara seimbang agar anak

menapatkan asupan kombinasi asam amino yang tepat. Protein

dibutuhkan untuk perkembangan dan pemeliharaan jaringan

tubuh dan juga menjadi penghasil energi bagi tubuh.

Kebutuhan protein berdasarkan angka kecukupan protein untuk

usia 10-12 tahun adalah 1,1 gr/ kg BB (AKG,2012). Makanan

sumber protein, antara lain: ikan, susu, daging, ayam, telur,

kacang-kacangan, dan lain-lain. Kekurangan protein pada anak

dapat menyebabkan beberapa gangguan kesehatan, diantaranya

terhambatnya pertumbuhan, daya tahan tubuh lemah,

kerusakan pada lever, penyakit kwasiorkor dan marasmus. Jika

kelebihan protein akan menimbulkan dehidrasi, diare, kenaikan

ureum drah dan demam.

3) Lemak

Lemak dibutuhkan oleh anak untuk berbagai fungsi

tubuh dan penyediaan energi, proses produksi hormon, dan

perlindungan tubuh. Lemak juga dapat menjamin ketersediaan

vitamin A, D, E, K karena lemak dapat melarutkan vitamin

tersebut. Makanan sumber lemak, diantaranya: buah advokad,

kelapa, mentega, ikan, dan kacang-kancangan.


29

4) Zat besi (Fe)

Fe memiliki fungsi sebagai pencegah anemia pada

anak, pembentukan pigmen yang berwarna merah pada darah,

membantu mengeluarkan karbodioksida yang berada dalam sel

dan membantu meningkatkan kebugaran tubuh anak.

Berdasarkan hasil WNPG 2012 dapat diketahui angka

kecukupan besi untuk usia 10-12 tahun adalah 13 mg/hari

untuk laki-laki dan 20 mg/hari untuk anak perempuan.

Makanan yang merupakan sumber zat besi, diantaranya

adalah: daging mentah, hati sapi, ikan, bayam, kangkung dan

lain-lain. Dampak kekurangan zat besi pada anak adalah

terjadinya penyakit anemia.

5) Seng (Zn)

Seng merupakan mineral penting yang menyusun

banyak enzim pada tubuh. Seng berperan untuk memerangi

infeksi, untuk pertumbuhan, perkembangan aspek seksualitas,

dan indra perasa, merawat mata dan rambut, serta pemulihan

luka.

Angka kecukupan seng yang dianjurkan berdasarkan

WNPG 2012 untuk anak usia 10-12 tahun adalah 14,0 mg/hari

untuk anak laki-laki dan 12,9 mg/hari untuk anak perempuan.

Adapun jenis makanan yang mengandung seng adalah daging,

hati, kerang dan telur. Akibat dari kekurangan seng adalah


30

gangguan pertumbuhan dan kematengan seksual. Jika

kelebihan seng dapat mempercepat timbulnya arterosklerosis.

6) Kalsium

Kalsium adalah mineral yang paling banyak terdapat di

tubuh manusia. Anak mebutuhkan kalsium untuk pembentukan

tulang dan gigi, pembekuan darah, serta kontraksi otot. Dari

hasil WNPG 2012, diketahui angka kecukupan kalsium untuk

anak usai 10-12 tahun sebsar 1200 mg/hari. Sumber kalsium

utama adalah susu dan hasil oalahannya, ikan kering, serelia,

kacang-kancangan serta sayuran hijau. Kekurangan kalsium

pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan

pertumbuhan. Kelebihan kalsium dapat menimbulakan batu

ginjal atau gangguan ginjal.

7) Kolin

Kolin merupakan nutrisi penting bagi membran otak

dalam meningkatkan kemampuan daya ingat dan konsentrasi.

Sehingga anak usia sekolah membutuhkan asupan makanan

untuk membantu pemikiran.

8) Iodium

Iodium memiliki fungsi yang penting bagi tubuh, yakni

membantu pertumbuhan, meningkatkan energi, dan baik untuk

perkembangan syaraf. Angka kecukupan iodium yang

dianjurkan berdasarkan WNPG 2012 untuk usia 10-12 tahun


31

adalah 120 µg/hari. Kekurangan iodium dapat menyebabkan

gondok, pembengkakan kelenjar tiroid, kretin ( cebol). Anak

yang menderita kretin mempunyai IQ sekitar 20 yang dapat

berakibat rendahnya kemampuan belajar. Jika kelebihan

iodium pun dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid dan

sesak nafas.

9) Vitamin A

Vitamin A memiliki fungsi penting bagi kesehatan

mata, kulit, dan menjafa iminitas tubuh anak. Sumber vitamin

A adalah hati, kuning telur, susu dan mentega. Karoten

terdapat pada sayuran berwarna hijau tua dan buah-buahan

yang berwarna kuning-jingga. Kebtuhan vitamin A yang

dianjurkan untuk anak sekolah adalah 400 (µg retionl)

10) Vitamin B kompleks

Vitamin B kompleks merupakan nutrisi yang sangat

penting bagi otak. Fungsi terpenting dari vitamin B kompleks

adalah, membantu mempertahankan sistem syaraf pusat dan

meningkatkan konsentrasi. Sumber makanannya: asparagus,

pisang, hati sapi, susu dan olahannya, biji-bjian, kacang-

kacangan, alpokat, pepaya, dan lain-lain.

11) Vitamin D

Vitamin D penting dalam proses penyerapan kalsium.

Vitamin D ditemukan pada produk susu, telur, dan makanan


32

yang difortifikasi seperti: margarin, sereal, dan dapat

diproduksi tubuh melalui proses penyeraapan sinar matahari

pada kulit.

12) Antioksidan dan buah

Makan 3-5 porsi buah atau sayuran bervitamin C dan

beta karotin tinggi meningkatkan daya tahan tubuh anak

terhadap serangan penyakit.

13) Asam folat

Asam folat merupakan zat gizi yang paling penting

bagi anak pada masa pertumbuhan atau pembelahan sel. Selain

itu, asam folat juga bisa membantu tubuh dalam memproduksi

sel darah merah, dan membantu mencegah anemia. Makanan

yang merupakan sumber asam folat diantaranya: bayam, jeruk,

jambu biji, semangka, kacang polong, telur, gandum, hati,

tomat, kentang, dan lain-lain. Kekurangan asam folat dapat

menyebabkan anemia.

d. Faktor Yang Mempengaruhi Asupan Anak Sekolah

1) Keluarga

Menurut departemen kesehatan R1 (2012), keluarga

adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang dan berkumpul serta tinggal

dibawah suatu atap dalam keadaan saling bergantungan.


33

Keluarga terutama orang tua mempunyai pengaruh

besar dalam membentuk pola makan anak usia sekolah. Oelh

karena itu, orang tua harus mengerti bagaimana memenuhi gizi

anak terutama saat menginjak usia sekolah. Kebiasaan yang

perlu diterapkan di lingkungan keluarga untuk memenuhi gizi

anak usia sekolah adalah melalui sarapan, makan siang, dan

makan malam anak. Masalah lain yag terjadi pada anak

sekolah adalah tidak suka sayuran. Penyebabnya karena orang

tua relatif jarang menghidangkan sayuran dalam menu

makanan sehari-hari dirumah.

2) Sekolah

Saat ini anak-anak dikota besar usia 4-18 tahun

menghabiskan waktu 4-7 jam di sekolah. Meskipun secara

kuantitas, waktu tersebut masih cukup banyak dihabiskan di

lingkungan sosial dan keluarga, namun kualitas, masa makan

aktif anak justru lebih banyak dihabiskan pada jam sekolah

tersebut. Pada jam ini, kebanyakan anak mendapatkan

makanannya dari jajanan di sekitar sekolah.

Siswa sekolah terutama sekolah dasar, merupakan

kelompok masyarakat yang rentan dan beresiko tinggi tertular

penyakit melalui makanan. Dari kondisi lapangan selama

disekolah sebagian besar siswa membeli dan mengonsumsi


34

makanan yang dijual di sekolah. Kurang dari 5% anak sekolah

yang membawa bekal dari rumah.

Survei yang dilakukan BPOM Pusat tahun 2005 dan

dilakukan 18 provinsi berpenduduk padat di Indonesia

menunjukkan bahwa 60% jajanan anak sekolah seperti

minuman ringan, es cendol, dan kue ringan tidak layak

konsumsi karena mengandng zat pewarna tekstil seperti

rhodamin B (pewarna merah pada tekstil) dan methanil yellow

(pewarna kuning pada tekstil), serta 50% di antaranya

mengandung unsur mikroba.

3) Media

Australia dan amerika telah mengadopsi pedoman yang

menyarankan orang tua untuk membatasi waktu menonton

anak-anaknya tidak lebih dari 2 jam per hari (National Obesity

Observatory, 2012). Penelitian lembaga pembinaan dan

perlindungan konsumen (LP2K) tahun 1995 pada anak usia 5-

15 tahun di Semarang menunjukkan bahwa durasi menonton

TV rata-rata 4 jam dalam sehari (Kristanto, 2012)

Di banyak negara temasuk Indonesia , iklan yang

paling sering muncul pada acara ditujukan untuk anak-anak

adalah kategori pangan. Iklan bisa membentuk pola makan

yang buruk pada anak-anak. Secara Padahal makanan yang


35

dikonsumsi anak-anak in akan menjadi dasar bagi kondisi

kesehatan di masa dewasa dan tua nanti.

4) Kandungan zat gizi makanan kegemaran anak

Kandungan zat gizi dalam makanan kesukaan anak-

anak merupakan hal yang perlu diperhatikan. Makanan

kesukaan anak-anak biasanya banyak mengandung garam,

gula, lemak, dan MSG seperti pada fast food atau junk food.

Rasa yang dihasilkan makanan ini membuat anak-anak tertarik

dan ingin terus memakannya.

e. Metode Pegukuran Asupan Zat Gizi

Penilaian asupan makanan terdiri dari beberapa metode,

salah satu metode yang dapat digunakan yaitu Metode Food Recall

24 jam. Prinsip metode ini adalah dilakukan dengan mencatat jenis

dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam

yang lalu. Dalam metode ini, responden menceritakan semua yang

dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu. Hal terpenting

yang perlu diketahui adalah bahwa dengan metode ini data yang

diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Namun untuk

mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan

individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan Ukuran

Rumah Tangga (URT) (sendok, gelas, piring dan lain-lain) dan

ukuran lainnya yang bisa dipergunakan sehari – hari. (Supriasa,

2008)
36

f. Hubungan Asupan Zat Gizi dengan Status Gizi Anak

Tumbuh kembang anak usia sekolah yang optimal tergantung

pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik dan benar.

Pada masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrsi dan asupan

makaan pada anak-anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan

sempurna sehingga dampak masalah gizi bagi anak sekolah dapat

berupa gangguan pertumbuhan dan kesegaran jasmanni yang rendah.

Kurangnya asupan zat gizi yang seimbang dalam jangka

panjang dapat menyebabkan ancaman malnutrisi bahkan dimulai pada

saat kehamilan atau kandungan ibu. Malnutrisi ini bisa menyebabkan

kematian apabila tidak ditangani sedini mungkin. Selain malnutrisi,

ada ancaman penyakit lain yang disebabkan oleh makanan atau

jajanan anak sekolah.


37

5. Penelitian Terkait

No Tahun Nama Judul Peneliti Hasil Desain Perbedaan


Penelitian Penelitian
Sekarang
1 2017 Whenny Hubungan Tidak ditemukan Cross Terletak pada
Irdianan dan kebiasaan adanya hubungan sectional sasaran
Triska Susila sarapan dan antara kebiasaan penelitian
Nindya asupan zat gizi sarapan dan asupan atau
dengan status zat gizi dengan status responden
gizi siswi SMAN gizi namun siswi
3 Surabaya yang tidak sarapan
cenderung untuk
memiliki status gizi
lebih dibandingkan
siswi yang sarapan
pagi.
2 2012 Tutik Sri Hubungan antara Ada hubungan antara Cross Terletak pada
Harianti kebiasaan asupan zat gizi makro sectional variabel
sarapan pagi dan (energi) dengan status penelitian
asupan zat gizi yang mendapatkan
makro (energi PMT-AS di SDN
dan protein) Plalan 1 Surakarta,
dengan status dan tidak ada
gizi anak yang hubungan antara
memperoleh asupan zat gizi makro
PMT-AS di SDN (protein) dengan
Plalan 1 status yang
Surakarta mendapatkan PMT-
AS di SDN Plalan 1
Surakarta
3 2012 Hardinsyah Jenis pangan Sarapan bukan Cross Terletak pada
dan sarapan dan sekedar mengonsumsi sectional variabel
Muhammad perannya dalam pangan di pagi hari, penelitian
Aries asupan gizi tetapi seharusnya
harian anak usia dapat memenuhi 15-
6-12 tahun di 30% kebutuhan zat
Indonesia. gizi harian.
Sementara hasil
penelitian
menunjukkan anak
yang belum
memenuhi kebutuhan
gizinya saat sarapan
sehingga perlu
meningkatkan
pengetahuan dan
praktek untuk
meningkatkan mutu
gizi sarapan.
38

B. Kerangka Teori

Status gizi

Konsumsi zat gizi


Infeksi penyakit
- Kebiasaan sarapan
- Asupan zat gizi

Ketersediaan pangan Asuhan ibu dan Pelayanan kesehatan


anak

Kemiskinan dan pendidikan,


ketersediaan pangan, kesempatan
kerja

Krisis ekonomi

= variabel yang diteliti

= variabel yang tidak diteliti

= variabel yang tidak dianalisis

= variabel yang dianalisis

Sumber : UNICEF,1997
39

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep yang lainnya atau antara variabel yang

satu dengan variabel yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti

(Notoatmodjo, 2010).

Kerangka konsep penelitian ini ialah

Independen dependen

Kebiasaan sarapan

Status gizi
Asupan zat gizi

Skema 2.2 Kerangka konsep

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep, maka peneliti membuat hipotesis sebagai

berikut:

a. Terdapat hubungan antara sarapan pagi dengan status gizi anak Sekolah

Dasar di Bangkinang kota Kabupaten Kampar Riau 2018.

b. Terdapat hubungan antara asupan zat gizi dengan status gizi anak Sekolah

Dasar di Bangkinang kota Kabupaten Kampar Riau 2018.


40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif yang bersifat

analitik dengan desain penelitian cross sectional study. Penelitian cross

sectional merupakan penelitian observasi atau pengukuran terhadap variabel

bebas (faktor risiko) dan variabel tergantung (efek) dilakukan sekali dan

dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010).

1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah pedoman yang disusun secara

sistematis dan logis dengan desain cross sectional. Rancangan penelitian

ini dapat disajikan pada skema 2.1

Tidak sarapan
Kebiasaan
sarapan Gizi kurang
sarapan
Status gizi

kurang Gizi normal


Asupan zat
cukup gizi

Skema 3.1 Rancangan Penelitian

Sudigdo, 2011
41

2. Alur Penelitian

Penelitian ini menjelaskan tentang tahapan yang dilakukan dalam

penelitian. Adapun alur dapat dapat disajikan seperti skema 3.2

Izin : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Riau

Izin : SDN Bangkinang Kota

Populasi : Seluruh Anak Sekolah Kecamatan Bangkinang Kota tahun


2018

N = 3656 anak
Sampel : Anak kelas 4, dan 5 diambil secara acak

Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner

Kebiasaan sarapan pagi dan asupan zat gizi

Melakukan seminar proposal

Pengambilan data kebiasaan sarapan pagi dengan kuesioner

Pengambilan data asupan zat gizi dengan recall

Melakukan pengolahan data

Analisis data univariat dan bivariat

Hasil data

Skema 3.2 alur penelitian


42

3. Prosedur Penelitian

Beberapa hal yang perlu dipersiapkan peneliti sebelum penelitian

yaitu mempersiapkan prosedur – prosedur pengumpulan data. Adapun

langkah-langkahnya diuraikan sebagai berikut:

a. Mengajukan permohonan pembuatan izin pengambilan data kepada

bagian program studi S1 gizi Universitas Pahlawan Tuanku

Tambusai Riau.

b. Setelah mendapatkan surat izin tersebut diserahkan kepada kepala

sekolah SDN Bangkinang Kota untuk diproses data yang

dibutuhkan.

c. Melakukan studi pendahuluan di SDN 014 Batu belah.

d. Melakukan uji validitas dan realibilitas kuesioner.

e. Melakukan seminar proposal.

f. Setelah mendapatkan persetujuan untuk meneliti, kemudian

mengajukan surat izin penelitian di Universitas Pahlawan Tuanku

Tambusai Riau untuk mendapatkan surat pengantar penelitian ke

SDN Bangkinang Kota.

g. Menjelaskan tentang cara mengisi kuesioner penelitian pada

responden yang akan diteliti.

h. Memberikan informasi pada responden yang diikuti dengan

penyerahan kuesioner.

i. Mengolah data dan hasil penelitian.


43

4. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yang diukur,yaitu:

2) Variabel Bebas (Independen Variable)

Variabel bebas yaitu variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

adanya variabel terikat (Sugiyono,2007). Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah kebiasaan sarapan pagi dan asupan zat gizi.

3) Variabel Terikat (Dependen Variable)

Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat

karena adanya variable bebas (Sugiyono,2007). Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah status gizi.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2018. Adapun tempat

penelitian ini akan dilakukan di SDN 016 Bangkinang, SDN 007 Bangkinang

dan SDN 020 Ridan Permei kecamatan Bangkinang Kota Kabupaten

Kampar Provinsi Riau.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

a. Populasi target

Populasi target adalah populasi yang menjadi kriteria sampling

dan menjadi sasaran akhir penelitian (Nursalam, 2008). Populasi

target dalam penelitian ini adalah seluruh anak sekolah dasar

Bangkinang Kota Kabupaten Kampar Provinsi Riau .


44

b. Populasi aktual

Populasi aktual adalah populasi yang memenuhi kriteria

penelitian dari kelompoknya (Nursalam, 2008). Populasi dalam

penelitian aktual ini adalah seluruh siswa/i SDN Bangkinang Kota

Kabupaten Kampar Provinsi Riau yang berjumlah 3656 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili populasi (Notoatmodjo, 2010).

a. Kriteria Sampel

1) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian

dapat mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai

sampel. Seluruh sekolah di Kecamatan Bangkinang Kota dibagi

menjadi 2 kelompok yaitu sekolah di perkotaan dan di pedesaan.

Sekolah di perkotaan yaitu Siswa/i yang terdaftar di SDN 016

Bangkinang sedangkan di pedesaan yaitu SDN 007 Bangkinang

dan SDN 020 Ridan Permei kecamatan Bangkinang Kota 2018.

Siswa yang bisa membaca dan menulis.

2) Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian

tidak dapat mewakili sampel penelitian yang tidak memenuhi

syarat sebagai sampel.


45

a) Siswa/i kelas 1,2 dan 3. Siswa kelas 1, 2 dan 3 belum bisa

menjadi responden karena belum lancar membaca dan

kurang cepat memahami.

b) Siswi yang tidak hadir dikelas saat penelitian.

b. Besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus

Isaac & Micheal (1997) yaitu:

𝑍𝛼2 .N.P.q
S = 𝑑2 (N−1)+ 𝑍𝛼2 .P.q

Keterangan:

Variabel independen Banyak sampel

Kebiasaan sarapan 49,68 (Tutik, 2012)

Asupan zat gizi 56,12 (Whenny, 2017)

S = Jumlah Sampel

α = 5%

Zα2 = Taraf kesalahan 5% (1,96)

N = Jumlah Populasi

P = Proporsi dalam populasi (0,388) (Atika, 2017)

d = plus minus dari batas kesalahan 10% (0,1)

Sehingga didapat jumlah sampel sebagai berikut:

(1,96)2 .3656 .0,388. (1−0,388)


S = 0,12 (3656−1)+ (1,96)2 . 0,388. (1−0,388)

3088,5
= 37,4

= 82,5 dibulatkan menjadi 82


46

Untuk mengantisipasi adanya siswi yang drop out, maka

estimasi sampel ditambah 10% yaitu 8 siswa/i.Jadi jumlah sampel

dalam penelitian ini adalah 90 siswa/i.

c. Cara Pengambilan Sampel

Sampling atau metode pengambilan sampel pada penelitian

ini menggunakan Simple Random Sampling yaitu pengambilan

sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan

strata yang ada dalam populasi itu.Pada teknik simple random

sampling ini populasinya dianggap homogen danada daftar tiap

populasi.Teknik pengambilannya dilakukan dengan lotre (Sugiyono,

2007).

Cara acak adalah suatu cara pemilihan sejumlah elemen dari

populasi untuk menjadi anggota sampel, dimana pemilihan dilakukan

sedemikian rupa sehingga setiap elemen mendapatkan kesempatan

yang sama (equal chance) untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Cara pengambilan sampel adalah sekolah yang ada di

Kecamatan Bangkinang Kota di bagi menjadi dua kelompok yaitu

kelompok perkotaan dan kelompok pedesaan., antara lain :


47

No Nama Sekolah Alamat

Perkotaan

1 SDN 001 Bangkinang Jl. Merdeka Bangkinang

2 SDN 002 Langgini Jl. Pramuka

3 SDN 003 Bangkinang Jl. Ali Rasyid No.14

4 SDN 004 Bangkinang Bangkinang

5 SDN 005 Langgini Jl. Pramuka

6 SDN 006 Langgini Langgini

7 SDN 007 Bangkinang Jl. Ali Rasyid no 16 Bangkinang

8 SDN 008 Langgini Jl. Pramuka

9 SDN 009 Bangkinang Jl. Ali Rasyid Bangkinang

10 SDN 010 Langgini Jl. Jend. Sudirman

11 SDN 011 Langgini Langgini

12 SDN 012 Langgini Jl. Pramuka Bangkinang

13 SDN 016 Bangkinang Bangkinang

14 SDN 017 Langgini Jl. D.I. Panjaitan

15 SDN 018 Langgini Langgini

16 SDN 021 Bangkinang Jl. Bukit Permai Bangkinang

Pedesaan

17 SDN 013 Kumantan Jl. Mamud Marzuki

18 SDN 014 Kumantan Jl. Cikditiro

19 SDN 020 Ridan Permai Ridan Permai


48

Setelah itu sekolah di perkotaan diambil 2 sekolah secara

acak yaitu SDN 007 Bangkinang Kota dan SDN 016 Bangkinang

Kota. Sedangkan di pedesaan diambil 1 sekolah secara acak yaitu

SDN 020 Ridan Permei.

Setelah itu, dua sekolah di perkotaan di acak lagi yaitu

terdapat 30 SDN 007 Bangkinang Kota dan 30 SDN 016 Bangkinang

Kota. Satu sekolah di pedesaan di Rendom lagi yaitu terdapat 30

yaitu SDN 020 Ridan Permei.

D. Etika Penelitian

1) Lembaran Persetujuan Responden

Lembaran persetujuan responden merupakan bentuk persetujuan

antara peneliti dan responden penelitian dengan memberikan lembar

persetujuan. Lembaran persetujuan responden tersebut diberikan sebelum

penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi

responden. Tujuan Lembaran persetujuan responden adalah agar subjek

mengerti maksud dan tujuan penelitian mengetahui dampaknya. Jika subjek

bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan.Jika

responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden.

2) Tanpa Nama (Anonimity)

Memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan

cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar

alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau

hasil penelitian yang akan disajikan.


49

3) Kerahasiaan (Confidentiality)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, A. A, 2007).

E. Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini alat yang dipakai untuk variabel kebiasaan sarapan

pagi dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, untuk asupan zat gizi

dengan mnggunakan food recall dan status gizi digunakan alat pengukuran

tinggi badan yaitu microtoise dan timbangan berat badan.

F. Uji validitas dan reabilitas

1. Uji validitas

Uji Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

kevalidan dan kesahan suatu instrumen.Suatu instrumen yang valid atau

sah, mempunyai validitas yang tinggi.Sebaliknya instrumen yang kurang

valid berarti memiliki validitas yang rendah (Arikunto, 2006).

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa

yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat

mengungkap dari data variabel yang diteliti secara tepat.Tinggi rendahnya

validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak

menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud.Uji validitas

dalam penelitian ini menggunakan rumus Pearson Product Moment.


50

rxy = 𝑁∑xy – (∑ x )( ∑ y)

√{𝑵∑x 2 − (∑x 2 )}{N∑y 2 − (∑y 2 )}

Keterangan :

Rxy : Koefesien korelasi antara variabel x dan y

N : Jumlah subyek atau banyaknya anggota sampel

Y : Skor total

Xy : Skor pertanyaan dikalikan jumlah responden yang diteliti

X : Skor pertanyaan

2. Uji Reabilitas

Reabilitas menunjuk pada suatu pngertian bahwa suatu instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data,

karena instrumen tersebut sudah dapat dipercaya. Yang reabel akan

menghasilkan data yang dipercaya juga. Apabila data yang memang

benar sesuai dengan kenyataan, makan berapa kalipun diambil tetap akan

sama. Uji reabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Crombach

Alpha :

𝒌 2
𝒏=[ ] [1 − ∑αh ]
(𝒌 − 𝟏) αh²

Keterangan :

N : Reabilitas instrumen

∑ αh²: Jumlah varians butir

αh² : Varians total


51

k : Banyaknya butir pertanyaan item

Keputusan uji adalah bila r alpha positif maupun negatif dan r alpha

> r tabel, makan variabel tersebut reliabel. Reabilitas dinyatakan oleh

koefisien reabilitas yang angkany berbeda dalam rentang 0 sampai 1.

Semakin mendekati angka 1 dan 0,632 reliabilitasnya semakin tinggi.

Sebaliknya jika semakin mendekati 0 maka reliabilitasnya semakin

rendah (Sugiyono, 2007).

G. Prosedur Pengumpulan Data

Data yang dapat dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer

dan data sekunder. Data primer yaitu data yang dikumpulkan oleh peneliti

sendiri yang diukur secara langsung pada responden dengan menggunakan

kuesioner. Data primer meliputi kebiasaan sarapan, asupan zat gizi, dan status

gizi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari data Sekolah Dasar di

Bangkinang Kota dan pengamatan langsung dari peneliti.

H. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan

(Notoatmodjo, 2010).
52

Tabel 3. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat ukur Skala Hasil ukur


Operasional ukur
1. Status gizi Hasil pengukuran 1 Timbangan Ordinal 0. Kurang, bila (
berat badan (kg) 2 Mikrotois ≤−3 SD s/d >1
dibagi dengan tinggi 3 Tanggal lahir
badan kuadrat (𝑚2 ) 4 Standar SD)
yang diukur antropom 1. Normal,
menggunakan etri bila (>= −2 SD
IMT/U s/d 3 SD)

2. Kebiasaan Aktifitas yang Kuesioner Ordinal 0. Tidak sarapan


sarapan pagi dilakukan siswa/i 1. Sarapan
terkait sarapan.
3. Asupan zat Jumlah rata-rata Food Recall Ordinali. 0 Kurang, (≤77%)
gizi konsumsi setiap AKG
jenis pangan ii. 1 Cukup, (>77%)
dinyatakan satuan AKG
berat (gr) dan ukuran (LIPI,2013)
rumah tangga (URT)
yang diperoleh dari
hasil recall 2x24 jam

I. Rancangan Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan beberapa tahapan yang meliputi editing,

coding, tabulating dan entry data. Editing merupakan pemeriksaan terhadap

ketetapan pengisian, kelengkapan pengisian, konsistensi jawaban pada

kuesioner yang telah terkumpul. Coding merupakan pemberian kode sebelum

data dimasukkan ke komputer untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut.

Tabulasi merupakan kegiatan memasukkan data–data hasil penelitian

kedalam tabel-tabel sesuai kriteria. Entry data yaitu memasukkan data dari

kuesioner kedalam paket program computer dengan menggunakan SPSS

yang proses pengolahan datanya menggunakan komputer.


53

J. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat pada penelitian ini dilakukan pada tiap-tiap

variabel yang disajikan dalam bentuk frekuensi dan persentase.Analisis

univariat bertujuan untuk mendapatkan gambaran deskriptif tiap

variabel.Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi

frekuensi variabel independent yaitu kebiasaan sarapan pagi (identitas

responden, karaktristik responden, dan kebiasaan responden) dan asupan

zat gizi dan variabel dependent yaitu status gizi. Analisis univariat

diperoleh dengan menggunkan program komputer serta penyajian

analisis univariat menggunakan frekuensi dan persentase dengan rumus

sebagai berikut:

𝐹
P = 𝑁 x 100%

Keterangan :

P = Persentase

F = Jumlah skor siswa yang tidak sarapan

N = Jumlah skor seluruhnya

2. Analisis Bivariat

a. Uji statistik

Uji statistik adalah pengambilan kesimpulan tentang parameter

populasi berdasarkan analisis pada sampel. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui hubungan antara variabel independent dan dependent

yaitu kebiasaan sarapan pagi dengan status gizi dan asupan zat gizi
54

dengan status gizi yang menggunakan rumus Chi square dengan

bantuan SPSS dan tingkat kepercayaan 95% dari hasil perhitungan

statistik dengan nilai probabilitas (P) dan taraf nyatanya 0,01

(Sugiyono, 2007).

(𝑓0− 𝑓ℎ )2
Rumus: 𝑋 2 = ∑𝑘
𝑖−𝐼 𝑓ℎ

Keterangan:

𝑋2 = Chi Kuadrat

𝑓𝑜 = Frekuensi yang diobservasi

𝑓ℎ = Frekuensi yang diharapkan

Artinya:

1) Bila pvalue ≤ 0.05; maka ℎ0 ditolak dan ℎ𝑎 dapat di buktikan

berarti ada hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dan asupan

zat gizi dengan status gizi anak Bangkinang Kota.

2) Bila p value> 0.05; maka ℎ0 gagal ditolak dan ℎ𝑎 tidak dapat di

buktikan berarti tidak ada hubungan antara kebiasaan sarapan

pagi dan asupan zat gizi dengan status gizi siswa/i Sekolah Dasar

di Bangkinang Kota.

b. Estimasi rasio prevalen

Rasio prevalen adalah perbandingan antara prevalen suatu

penyakit atau efek pada subyek kelompok yang mempunyai

faktor resiko, dengan yang tidak mempunyai faktor resiko. Rasio

prevalen menunjukkan peran faktor resiko dalam terjadinya efek


55

pada studi cross sectional.

c. Uji Estimasi Interval (CI 95%)

Sebuah estimasi interval dari sebuah parameter θ, adalah

suatu sebaran nilai-nilai yang digunakan untuk mengestimasi

interval. Jika dimiliki sampel X1, X2,..... Xn dari distribusi normal

N(, 2) maka


2
X ~ N(  , )
n
Akibatnya interval kepercayaan (1-)100% untuk mean

populasi  adalah

 
X  Z1 / 2    X  Z1 / 2
n n

dengan Z(1-/2) adalah kuantil ke-(1-/2) dari distribusi

normal baku dan jika  tidak diketahui maka dapat diestimasi

dengan simpangan baku (standard deviation) sampel s yaitu s =

s2.
56

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Profil Sekolah Dasar

Sekolah dasar negeri 007 Bangkinang Kota ini terletak di Jalan Ali

Rasyid No. 16 Bangkinang RW 3 RT 2 Bangkinang Kota. Sekolah ini telah

mendapatkan akreditasi 266/X/2014 yang di dirikan pada tahun 1979. Jumlah

siswa yang ada sekarang sekitar 188 orang yang terdiri dari 107 orang siswa

laki-laki dan 71 orang siswa perempuan.

Sekolah dasar negeri 016 Bangkinang Kota ini terletak di Jalan Ali

Rasyid No. 16 Bangkinang RW 3 RT 2 Bangkinang Kota. Sekolah ini telah

mendapatkan akreditasi pada tanggal 01 januari 1979. Jumlah siswa yang ada

sekarang sekitar 218 orang yang terdiri dari 120 orang siswa laki-laki dan 98

orang siswa perempuan.

Sekolah dasar negeri 020 Ridan Permai ini terletak di Dusun Baung

desa Ridan Permai Kecamatan Bangkinang Kota. Sekolah ini berdiri pada

tahun 1989 telah mendapatkan akreditasi pada tanggal 02 febuari 2014.

Jumlah siswa yang ada sekarang sekitar 218 orang yang terdiri dari 120 orang

siswa laki-laki dan 98 orang siswa perempuan Karakteristik sampel.

Berdasarkan dari data disekolah dasar Kecamatan Bangkinang Kota

tahun ajaran 2018/2019 yaitu 3656 total orang siswa. Dari 3656 orang siswa

diambil kelas IV dan V ini yang dijadikan sampel penelitian disaring melalui

kriteria eksklusi penelitian, sehingga didapatkan orang siswa yang ditimbang


57

berat badannya dan diukur tinggi badannya serta dibagikan kuesioner dan

recall 2x24 jam yang telah disiapkan penelitian disekolah dasar. Dari hasil

kuesioner identitas siswa dapat diketahui pekerjaan orang tua siswa,

pendidikan orang tua siswa, jenis kelamin siswa, indeks masa tubuh (IMT)

siswa yang didapat dari pengukuran berat badan dan tinggi badan siwa.

Tabel 4.1. Distribusi Siswa Menurut Pendidikan Orang Tua,


Pekerjaan Orang Tua Dan Jenis Kelamin Anak Sekolah Dasar
Negeri di Kecamatan Bangkinang Kota tahun 2018

No Karakteristik orang tua Jumlah Persentase (%)


1 Perkerjaan ayah
Tani 13 14,4
PNS 20 22,2
Buruh 22 24,4
Pedagang 32 35.6
Karyawan 3 3.3
2 Pendidikan ayah
Tidak seklah/ tidak tamat 19 21,1
SD 25 27,8
SMP 15 16,7
SMA 21 23,3
Sarjana 10 11,1
Perkerjaan ibu
3 Tani 17 18,9
PNS 12 13,3
buruh 20 22,2
Pedagang 23 25,6
Karywan 6 6,7
Rumah tangga 12 13,3
4 Pendidikan ibu
Tidak sekolah/ tidak tamat 20 22,2
SD 23 25,6
SMP 20 22,2
SMA 23 25,6
Sarjana 4 4,4
5 Jenis Kelamin Siswa
Laki-laki 52 57,8
Perempuan 38 42,2
Total 90 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa distribusi pekerjaan orang tua

(ayah) siswa paling banyak sebagai pedagang yaitu 32 orang (35,6%) dan

yang paling sedikit adalah bekerja sebagai karyawan sebanyak 3 orang


58

(3,3%). Sedangkan distribusi siswa menurut pendidikan orang tua yang

paling banyak adalah tamat yaitu SD sebanyak 25 orang (27,8%) dan paling

sedikit adalah sarjana sebanyak 10 orang (11,1%), distribusi pekerjaan orang

tua (ibu) siswa paling banyak sebagai ibu rumah tangga yaitu 23 orang

(25,3%) dan yang paling sedikit adalah bekerja sebagai karywan sebanyak 6

orang (6,7%). Sedangkan distribusi siswa menurut pendidikan orang tua yang

paling banyak adalah tamat SD dan SMA sebanyak 23 orang (25,6%) dan

paling sedikit adalah sarjana sebanyak 4 orang (4,4%) dan distribusi siswa

menurut jenis kelamin sebagian besar adalah laki-laki yaitu sebanyak 52

orang (57,8%) dan yang paling sedikit adalah perempuan yaitu sebanyak 38

orang (42,2%).

B. Analisis Univariat

Tujuan dari analisis univariat pada penelitian ini adalah untuk

menjelaskan dan mendeskripsikan setiap karakteristik dari masing-masing

variabel yang diteliti. Variabel yang dianalisis menggunakan data univariat

yaitu status gizi, kebiasaan sarapan dan asupan zat gizi siswa di sekolah dasar

negeri

1. Status Gizi

Status gizi siswa diukur dengan menggunakan analisis IMT/U

(Indeks Massa Tubuh menurut umur) yang dilihat dari tabel standar

antroprometri penilaian status gizi anak.


59

Tabel 4.2 Distribusi Siswa Menurut Status Gizi Anak Sekolah Dasar
Negeri di Kecamatan Bangkinang Kota Tahun 2018

No Status gizi Jumlah (n) Presentase (%)


1 Kurang 32 35,6
2 Normal 58 64,4
Total 90 100

Distribusi siswa menurut status gizi sebagian besar adalah berstatus gizi
normal sebanyak 58 orang (64,4%) dan sebagian kecil adalah bestatus gizi
tidak normal sebanyak 32 orang (35,6%)

2. Kebiasaan Sarapan Pagi

Penilaian kebiasaan sarapan pagi pada siswa dengan memberikan

kuisioner tentang kebiasaan sarapan pagi.

Tabel 4.3 Distribusi Siswa Menurut Kebiasaan Sarapan Anak


Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Bangkinang Kota tahun 2018

No Kebiasaan sarapan pagi Jumlah (n) Presentase (%)


1 Tidak pernah sarapan 39 43,3
2 Sarapan 51 56,7
Total 90 100

Distribusi siswa menurut kebiasaan sarapan sebagian besar sarapan 39

orang (43,3%) dan sebagian kecil sarapan sebanyak 51 orang (56,7%).

3. Asupan Zat Gizi

Penilaian asupan zat gizi pada siswa dengan melakukan recall 2x24 jam.

Tabel 4.4 Distribusi Siswa Menurut Asupan Zat Gizi Energi Anak
Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Bangkinang Kota Tahun 2018

No Asupan Zat Gizi E Jumlah (n) Presentase (%)


1 Kurang 37 41,1
2 Cukup 53 58,9
Total 90 100
60

Distribusi siswa menurut status gizi sebagian besar adalah asupan energi

cukup sebanyak 53 orang (58,9%) dan sebagian kecil adalah asupan energi

kurang sebanyak 37 orang (41,1%).

C. Analisis Bivariat

Dari hasil penelitian didapat hasil hubungan sarapan pagi dengan

status gizi siswa di sekolah dasar dan hasil hubungan asupan zat gizi dengan

status gizi siswa.

Tabel 4.5 Hubungan Status Gizi Anak Sekolah Dengan Kebiasaan


Sarapan Pagi Di Kecamatan Bangkinang Kota Tahun 2018
No Kebiasaan Status Gizi Jumlah RP CI 95% P
Sarapan Kurang Normal (n) value
N % n % n %
1 Tidak sarapan 18 46,2 21 53,8 39 100 1,68 (0,96-2,94) 0,106
2 Sarapan 14 27,5 37 72,5 51 100
Total 32 35,6 58 64,4 90 100
X2=2,607

Dari tabel 4.5 Didapatkan siswa yang berstatus gizi kurang sebanyak 32

(35,6%), dari status gizi kurang terdapat 18 (46,2%) yang tidak sarapan dan

14 (27,5%) yang sarapan. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi

square maka diperoleh p–value 0,106, RP 1,68 (CI 95% : 0,96-2,94) artinya

tidak ada hubungan signifikan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi

anak Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Bangkinang Kota Tahun 2018 hal

ini dibuktikan dengan p > α.


61

Tabel 4.6. Hubungan Status Gizi Anak Sekolah Dengan Asupan Zat Gizi
Di Kecamatan Bangkinang Kota Tahun 2018
No Asupan zat Status Gizi Jumlah RP CI 95% P
gizi (Energi) Kurang Normal (n) value
N % n % n %
1 Kurang 20 25,7 17 45,9 37 100 2,38(1,33-4,26) 0,005
2 Cukup 12 22,6 41 77,4 53 100
Total 32 35,6 58 64,4 90 100
X2=8,06

Dari tabel 4.6 Didapatkan siswa yang berstatus gizi kurang sebanyak 32

(35,6%), dari status gizi kurang terdapat 20 (25,7%) yang tidak sarapan dan

12 (22,6%) yang sarapan. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi

square maka diperoleh p–value 0,005 RP 2,38 (CI 95% : 1,33-4,26), artinya

ada hubungan signifikan antara asupan zat gizi dengan status gizi anak

Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Bangkinang Kota tahun 2018. Hal ini

dibuktikan dengan p < α.


62

BAB V

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Hasil Peneltian

1. Univariat

a. Status gizi

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Sekolah Dasar

Negeri Kecamatan Bangkinang Kota prevalensi status gizi tidak

normal pada anak sekolah adalah 35,6%. Menurut WHO (2010) status

gizi kurang dianggap bermasalah apabila 20%-29% dan dianggap

sangat bermasalah apabila prevalensi besar dari 30%.

Sama halnya dengan penelitian Hendrayati, dkk (2010),

menunjukkan status gizi siswa umunya normal yaitu 85,2% dan

presentase sangat kurus adalah 1% sedangkan yang overweight dan

obesitas masing-masing 2,1%. Prevalensi status gizi ini membuktikan

tidak ditemukan masalah yang serius pada status gizi siswa. Penelitian

lain yang dilakukan Hutmawati (2014) sebagian besar mempunyai

status gizi normal 65,2% dibandingkan dengan status gizi yang tidak

normal 34,8%.

Menurut WHO (2007), indikator status gizi yang digunakan harus

peka terhadap perubahan status gizi penduduk pada suatu saat tertentu

dan masa yang akan datang. Peka dalam arti bahwa suatu perubahan

yang kecil pada status gizi masih dapat ditunjukkan dengan nyata oleh
63

indikor tersebut, sehingga dapat menjadi penentu perlu tidaknya

dilakukan suatu program intervensi gizi.

Menurut Supariasa, dkk (2008), Status gizi adalah keadaan

seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan

penggunaan zat gizi dari makanan dalam jangka waktu yang

lama.Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan tidak

langsung. Status gizi (nutrition status) dapat didefinisikan sebagai

ekspresi dari keadaan keseimbangan antara komsumsi dan penyerapan

zat gizi makro dan zat gizi mikro (Almatsier, 2010). Berdasarkan

(Tabel 5) menunjukkan bahwa status gizi sebagian besar responden

termasuk kategori sedang.

Pada hakikatnya gizi merupakan salah satu faktor penentu

kualitas sumberdaya manusia. Kecukupan zat gizi sangat diperlukan

oleh setiap individu sejak dalam kandungan, bayi, anak-anak, remaja,

hingga usia lanjut. Kecukupan gizi dapat dipengaruhi oleh umur, jenis

kelamin, aktifitas, berat badan dan tinggi badan. Keadaan gizi

seseorang merupakan gambaran apa yang dikomsumsinya dalam

jangka waktu yang cukup lama dan tercermin dari nilai status gizinya

(Hapzah dan Yulita,2012).

Beberapa faktor yang sangat berperan penting dalam kondisi

status gizi anak di antaranya asupan makanan, aktifitas fisik, dan

kondisi sosial ekonomi. Asupan makanan yang tidak seimbangan

dapat memengaruhi status gizi anak usia sekolah melalui kebiasaan


64

sarapan pagi yang tidak teratur, kecenderungan menyukai satu macam

atau beberapa jenis makanan tertentu saja, kebiasaan jajan,

kekurangan asupan serat, dan kecenderungan mengonsumsi makanan

cepat saji (Hidayati, 2012)

b. Kebiasaan sarapan pagi

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Sekolah Dasar

Negeri Kecamatan Bangkinang Kota prevalensi tidak sarapan pagi

adalah 53,7%.

Senada dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Soedibyo

(2009), bahwa sekitar 77,6% responden memiliki kebiasaan sarapan

pagi , 15,5% responden mengkonsumsi sarapan 1-2 kali seminggu,

6,9% mengkonsumsi 3-5 kali seminggu namun tidak ada satupun

responden yang menyatakan tidak pernah sarapan pagi. Penelitian lain

yang dilakukan Nita MHD, dkk (2016) siswa yang memiliki kebiasaan

sering makan sarapan pagi sebanyak 85,7% dan siswa yang jarang

makan pagi sebanyak 14,3%. Demikian juga dengan penelitian yang

dilkukan oleh Desfita (2008), siswa yang memiliki kebiasaan sering

makan pagi sebanyak 58,3% dam siswa yang jarang makan pagi

sebanyak 41,7%.

Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup,

menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi

diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein yang ada di dalam

bahan makanan (Almatsier, 2010) .


65

Tubuh membutuhkan asupan makanan agar dapat melakukan

aktivitas dengan baik. Pada pagi hari ini, tubuh membutuhkan asupan

energi yang banyak karena pada pagi hari seseorang melakukan

aktivitas. Oleh karena itu, setiap orang sangat disarankan untuk

sarapan pagi agar dapat melakukan aktivitas tanpa merasa kelelahan.

Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan

aktivitas fisik pada hari itu (Khomsan,2004).

Manusia membutuhkan sarapan pagi karena dalam sarapan

pagi diharapkan terjadi ketersediaan energi yang digunakan untuk jam

pertama melakukan aktivitas. Akibat tidak serapan pagi akan

menyebabkan tubuh tidak mempunyai energi yang tidak cukup untuk

melakukan aktivitas terutama pada proses pelajaran karena pada

malam hari tubuh tetap berlangsung proses oksidasi guna

menghasilkan tenaga untuk menggerakkan jantung,paru-paru dan

otot-otot tubuh lainnya (Moehji, 2009).

Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan pada pagi

hari. Sarapan pagi mempunyai peranan penting bagi anak. Anak yang

terbiasa sarapan pagi akan mempunyai kemampuan yang lebih baik

dari pada anak yang tidak terbiasa sarapan pagi. Sarapan pagi bagi

anak akan memacukan pertumbuhan dan memaksimalkan kemampuan

di sekolah (Elizabeth, 2003).


66

c. Asupan zat gizi

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Sekolah Dasar

Negeri di Kecamatan Bangkinang Kota prevalensi asupan energi

kurang adalah 41,1% dan prevalensi asupan energi cukup adalah

58,9%.

Senada dengan penelitian Tuti (2017), bahwa sekitar 80%

memiliki asupan energi kurang dan 20% memiliki asupan energi baik.

Penelitian lain yang dilakukan Amelia (2013), menunjukkan tingkat

kecukupan energi sebesar 87% memiliki asupan energi kurang dan

13% memiliki asupan energi cukup. Demikian juga penelitian

Sopacoly (2012), menunjukkan tingkat kecukupan energi sebesar

87,1% memiliki asupan energi kurang dan 9,7% memiliki asupan

energi cukup.

Menurut Soetjiningsi (2007) asupan zat gizi yang seimbang

dan sesuai dengan kebutuhan anak akan membantu anak mencapai

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Ketidakseimbangan

antara kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi

baik dan gizi lebih maupun gizi kurang.

Untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi, anak

terkadang makan 5 kali sehari. Namun sebaiknya anak tetap diajari

untuk makan 3 kali sehari dengan menu gizi yang tepat, yaitu:

sarapan, makan siang, dan makan malam. Anak juga perlu diajari

sarapan pagi agar dapat berfikir dengan baik disekolah.Faktor yang


67

mempengaruhi asupan zat gizi adalah Keluarga, Sekolah, Media, dan

Kandungan zat gizi makanan kegemaran anak.

2. Bivariat

a. Hubungan Sarapan pagi dengan Status Gizi

Berdasarkan hasil analisis chi square yang dilakukan didapat

hasil yang menunjukkan dengan nilai p = 0,106 (p < 0,05) yang

artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara sarapan pagi

dengan status gizi. Siswa yang sarapan pagi memiliki persentase status

gizi normal (72,5%) lebih besar dibandingkan siswa yang status gizi

tidak normal (27,5%). Begitu juga jika dilihat dari data prevalens ratio

bahwa siswa yang tidak sarapan pagi 1,68 kali akan beresiko

mendapatkan status gizi yang tidak normal dibandingkan dengan

siswa yang sarapan pagi. Hal ini dikarenakan tidak biasanya sarapan

secara tidak langsung mempengaruhi status gizi.

Menurut Suhardjo (2003), kebiasaan sarapan pagi seseorang

tidak berkaitan dengan status gizi karena status gizi dipengaruhi oleh

status kesehatan. Infeksi dan demam serta adanya parasit dalam usus

seseorang yang akan menyebabkan nafsu makan seseorang tersebut

akan menurun, menimbulkan kesulitan dalam menelan maupun

mencerna makanan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya kurang

gizi.

Menurut Supariasa (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi

status gizi tidak hanya pada pola komsumsi makanan saja antara lain
68

tingkat pendapatan, faktor sosial budaya, pengetahuan gizi dan

penyakit infeksi. Sarapan penting bagi setiap orang untuk mengawali

aktivitas sepanjang hari. Sarapan bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan kebutuhan zat gizi di pagi hari, sebagai bagian dari

pemenuhan gizi seimbang dan bermanfaat dalam membantu

mencegah hipoglikemia, menstabilkan kadar glukosa darah, dan

mencegah dehidrasi setelah berpuasa sepanjang malam (Gibson &

Gunn 2011 ; Hardinsyah 2012).

Hasil kajian terhadap data sarapan Riskesdas tahun 2010

menunjukkan 44,6% anak usia sekolah dasar mengkomsumsi sarapan

dengan kualitas rendah, yaitu dengan asupan energi sarapan kurang

dari 15% kebutuhan harian.

Whenny dan Triska (2017), alasan terkait tidak melakukan

sarapan adalah takut terlambat ke sekolah, takut sakit perut, tidak

tersedianya pangan di rumah, tidak sempat karena bangun siang, dan

lokasi rumah jauh dari sekolah.

Sejalan dengan penelitian Whenny dan Triska (2017) tidak

ada hubungan signifikan antara kebiasaan sarapan pagi dengan status

gizi siswa. Penelitian Tutik (2013) tidak ada hubungan signifikan

antara kebiasaan sarapan pagi dengan status gizi siswa. Jadi

kesimpulannya bahwa kebiasaan sarapan pagi tidak berhubungan

signifikan terhadap status gizi siswa disebabkan karena sarapan pagi

tidak berpengaruh terhadap satus gizi siswa.


69

b. Hubungan Asupan Zat Gizi dengan Status Gizi

Berdasarkan hasil analisis chi square yang dilakukan didapat

hasil yang menunjukkan dengan nilai p = 0,005 (p < 0,05) yang

artinya ada hubungan yang signifikan antara asupan zat gizi dengan

status gizi. Siswa yang asupan energi cukup memiliki persentase

status gizi normal (77,4,7%) lebih besar dibandingkan siswa yang

status gizi tidak normal (22,6%). Begitu juga jika dilihat dari data

prevalens ratio bahwa siswa yang kurang asupan 2,38 kali akan

beresiko mendapatkan status gizi yang tidak normal dibandingkan

dengan siswa yang cukup asupan zat gizi. Hal ini dikarenakan tidak

cukupnya asupan zat gizi secara langsung mempengaruhi status gizi.

Sejalan dengan penelitian Tutik (2013), adanya hubungan

sigifikan antara asupan zat gizi dengan status gizi siswa. Penelitian

Yulni (2013) Terdapat hubungan antara asupan energi dan status gizi

menurut indikator IMT/U.

Asupan makanan atau zat gizi lain sangat berpengaruh

terhadap status gizi seseorang (Almatser, 2010). Energi dibutuhkan

untuk memelihara fungsi dasar tubuh yang disebut metabolisme basal.

Kebutuhan energi untuk metabolisme basal dan diperlukan untuk

fungsi tubuh seperti mencerna, mengolah dan menyerap makanan

dalam alat pencernaan, serta untuk bergerak, berjalan, bekerja dan

aktivitas lainnya (Soekirman,2000).


70

Suhardjo (2013) berpendapat bahwa seseorang tidak dapat

menghasilkan energi yang melebihi dari apa yang diperoleh dari

makanan kecuali jika menggunakan cadangan energi dalam tubuh,

namun kebiasaan menggunakan cadangan energi ini akan dapat

mengakibatkan keadaan yang buruk, yaitu kekurangan gizi khususnya

energi.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan

prosedur ilmiah, namun demikian kemungkinan adanya kesalahan yang dapat

mempengaruhi kualitas hasil penelitian. Namun hal ini dapat di perkecil

pengaruhnya dengan cara mengoptimalkan dan menjaga kualitas data. Berikut

uraian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keterbatasan dalam penelitian

antara lain

1. Metode crosecsional : faktor-faktor resiko tidak dapat diukur secara

akurat dan akan mempengaruhi hasil.

2. Ini berlaku hanya untuk anak sekolah saja


71

BAB VI

PENUTUP
A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan,

makan dapat disimplkan bahwa:

1. Status gizi (IMT/U) anak Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Bangkinang

Kota status gizi yang kurang (35,6%)

2. Kebiasaan sarapan pagi anak Sekolah Dasar Negeri Kecamatan

Bangkinang Kota sebagian siswa tidak melakukan sarapan pagi sebesar

53,3%

3. Asupan zat gizi anak Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Bangkinang Kota

41,1% kurang asupan energi.

4. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan dengan

status gizi anak Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Bangkinang Kota.

5. Adanya hubungan yang signifikan antara asupan zat gizi dengan status

gizi anak Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Bangkinang Kota.

B. Saran

Dengan memperhatikan hasil penelitian dan segala keterbatasan yang dimiliki

peneliti, maka ada beberapa saran dari peneliti.

1. Pada orang tua anak-anak dilatih bangun pagi

2. Usahakan membuat sarapan yang disukai anak-anak

3. Kontrol asupan zat gizi anak dan kontrol tumbuh kembang anak

4. Dianjurkan membawa bekal.


72

5. Untuk guru disarankan membawa bekal

6. Untuk guru disarankan mengontrol orang yang jualan.

7. Untuk peneliti selanjutnya agar dapat menggunakan metode penelitian

dengan desain yang berbeda misalnya dengan menggunakan case

control.
73

DAFTAR PUSTAKA

AKG. 2012 . Angka Kecukupan Energi. Protein yang Dianjurkan Bagi Bangsa
Indonesia. Lampiran Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 Tahun 2012
Almatsier S. 2010. PrinsipDasarIlmuGizi. Jakarta: PT GramediaPustakaUtama
2009. PrinsipDasarIlmuGizi. Jakarta: GramediaPustakaUtama.

Amelia, Andi Reski. 2013. Hubungan Asupan Energi Dan Zat Gizi Dengan Status
Gizi Santri Putri Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Makasar
Sulawesi Selatan Tahun 2013. Jurnal. Penelitian. Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.

Al-Oboudi LM. 2010. Impact of Breakfast Eating Pattern on Nutritional Status,


Glucose Level, Iron Status in Blood and Test Grades Among Upper
Primary School Girls in Riyadh City. Saudi Arabia. 9(2):106-111.
Andriyani, Merryana dan Wirjatmadi, Bambang. 2017. Peran Gizi dalam Siklus
Kehidupan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Andriani, Durri, dkk. 2012. Metode Penelitian. Tangerang Selatan : Universitas
Terbuka.
Arash shahin, Ali asghar Abandi, Mohammad Hosein. 2011. Analyzing The
Relationship Between Costomer Satisfaction and Loyalth in the Sofware
Industry – With a Case Study in Isfahan System Group. International
Journal of Business and Social Science Vol. 2 No. 23 [Special Issue –
Descember 2011
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
2010. Riset Kesehatan Dasar (riskesdas) 2010. Jakarta
Depkes RI, 2010. Capaian Pembangunan Kesehatan Tahun 2011. Jakarta
Desfita, Sri. 2008. Kebiasaan Makan Pagi dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar di
Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.
Galani MR. Hubungan karakteristi sosial ekonomi dan asupan makan pagi
dengan status gizi pada anak sekolah dasar negeri cambaya kecamatan
ujung tanah kota makassar tahun 2014 [skripsi]. Makassar : Universitas
Hasanuddin Makassar.
Garg N, Garg A. Textbook of Operative Denistry. New Delhi : Jaype, 2014 : 238-
70
74

Gibney, Michael J., Margetts, Barrie M., Kearney, Jhon M., Arab Lenore. 2009.
Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC. P.94
– 96.
Hapzah, Yulita, R. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Status Gizi
Terhadap Kejadian Anemia Remaja Putri Pada Siswi Kelas III di SMAN 1
Tinambung Kabupaten Polewali Mandar. Media Gizi Pangan. Vol. XIII,
Edisi 1,2012
Hardinsyah dan Aries M., 2012. Jenis Pangan Sarapan dan Perannya dalam
Asupan Gizi Harian Anak Usia 6-12 Tahun di Indonesia. Jurnal Gizi dan
Pangan. Departemen Gizi Masyarakat FEMA-IPB. Vol. 7, No. 2, Hal. 94.
Harianti, T. S. 2013. Hubungan antara Kebiasaan Sarapan Pagi dan Asupan Zat
Gizi Makro (Energi dan Protein) dengan Status Gizi Anak yang
Memperoleh PMT-AS di SD Negeri Plalan 1 Surakarta. Hal 4.
Hendrayati, dkk, 2010. Pengetahuan Gizi,Pola Makan dan Status Gizi Siswa
SMP Negeri 4 Tompobulu Kabupaten Bantaeng. Vol.IX, Edisi 1, Januari –
Juni 2010
Hidayati RN. 2012. Hubungan Asupan Makanan Anak dan Status Ekonomi
Keluarga dengan Status Gizi Anak Usia Sekolah Di Kelurahan Tugu
Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Jurnal Penelitian Kesehatan. 2012; 7;
1-7.
Hidayat, A.A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Penerbit Salemba Medika.
Hutmawati. 2014. Hubungan Sarapan Pagi dan Status Gizi dengan Prestasi
Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri 147 Pekanbaru. Hal 71
Irdiana, W., & Nindya, T. S. 2017. Hubungan Kebiasaan Sarapan dan Asupan
Zat Gizi dengan Status Gizi Siswi SMAN 3 Surabaya.doi:
10.20473/amnt.v1.i3.2017. Hal 231
Isaac, Stephen dan William B. Michael. 1997. Handbook in Research and
Evaluation. 3rd Ed. San Diego California: Educational and Industrial
Testing Services.

Jalal F, Sumali. 2000.Gizi dan Kualitas Hidup, Widyakarya Pangan dan Gizi VI,
PUSPITEK.
Jetvig, 2010. Perubahan Konsumsi Pangan dan Pola Kebiasaan Makan. Jakarta
Judarwanto, W. 2013. Perilaku Makan Anak Sekolah. Kimpas
Kemenkes RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
75

Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Jakarta 2013.
Khomsan, 2010. Pangan dan Gizi Kesehatan. Bogor: Mayor Gizi Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Khomsan, 2002. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta; PT Raja Grafindo
Persada.
Kristanto, A. 2012. Perencanaan Sistem Informasi dan Aplikasinya. Yogyakarta:
Gava Media
Moehji, S. 2009. Ilmu Gizi 2. Penerbit Papas Sinar Sinarti. Jakarta: 63,66
Notoatmodjo, S. 2010. MetodePenelitianKesehatan. Jakarta: RinekaCipta.

Nirmala Devi. 2009. Panduan Gizi Seimbang Gizi Anak Sekolah. Kimpas

Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu


Keperawatan : Jakarta Selimba Medika
Riyadi, Suharsono, 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit, G Osyen.
Publishing, Yogyakarta
Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. Penilaian status gizi. Jakarta: EGC; 2008

Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu Dan Anak. Graha Ilmu :
Yogyakarta.
Salim S, Status gizi anak usia sekolah (7-12) dan hubungannya dengan tigkat
asupan kalsium harian di yayasan kampungkids pejaten Jakarta selatan
tahun 2009 [skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia;2005
Sastroasmoro, Prof.Dr.Sudigdo dan Ismail, Prof. Dr.Sofyan. (2011).Dasar-Dasar
Metodelogi Penelitian Klinis Edisi Ke-4. Jakarta: Sagung Seto.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Sopacoly MG. 2012. Hubungan antara Asupan Energi dengan Status Gizi
Mahasiswa Pria Angkatan 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi Manado; 2012
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan pebdekatan kuantitatif, kualitatif,
dan R&D. Bandung: ALFABETA.
Suhardjo.2003. Prencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta
Tutik SH. 2013. Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Pagi dan Asupan Zat Gizi
Makro (Energi Dan Protein) dengan Status Gizi Anak Yang Memperoleh
76

PMT-AS di SD Negeri Plalan 1 Surakarta. Jurnal Gizi. Universitas


Muhammadiyah Surakarta
UNICEF. Indonesia Laporan Tahunan. Geneva: UNICEF; 2012
Unicef-WHO-the world bank joint child malnutrition estimates. (updated 2015;
cited 2015 Mar 20).
Van Ansem WJ et al. 2014. Maternal Educational Level and Children’s Healthy
Eating Behaviour: Role of the Home Food Environment (cross-sectional
results from the INPACH study). Int J Behav Nutr Phys Act. 1:113
Wiyono,2008. Kebiasaan Makan Pagi dan Status Gizi. Journal kesehatan
masyarakat.
World Health Organization. Childhood overweight and obesoty on the rise, 2008
cited 2015 May 03.

WNPG, W. N. (2012). Pemantaapan Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi


Berbasis Kemandirian dan kearifan Lokal. Jakarta: Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia.
Yusnalauni, Dian. 2004. Gizi dan Kesehatan. Graha Ilmu. Yogyakarta
Whenny Irdiana dan Triska SN. 2017. Hubungan Kebiasaan Sarapan dan Asupan
Zat Gizi engan Status Gizi Siswi SMAN 3 Surabaya. Jurnal Kesehatan
Masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai