Anda di halaman 1dari 41

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pola makan merupakan suatu cara atau usaha dalam

pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan informasi gambaran

dengan meliputi mempertahankan kesehatan,status nutrisi menegah

dan membantu kesembuhan penyakit ( Depkes RI,2009 )

Pada umumnya pola makan dianut seseorang adalah empat

sehat lima sempurna,kandungan makanan empat sehat lima

sempurna yang terbagi atas zat gizi makro meliputi kabohidrat,protein

dan lemak.sedangkan zat gizi mikro meliputi vitamin dan

mineral.pengelompokan tersebut berdasarkan jumlah zat gizi yang

dibutuhkan oleh tubuh.

Kadar makanan atau gizi pada setiap bahan makanan memang

tidak sama ada yang rendah dan pula yang tinggi.karena itu dengan

memperhatikan makanan empat sehat lima sempurna yang

disarangakan untuk di komsumsi menjadikan gizi dalam tubuh akan

seimbang setiap bahan makanan akan saling melengkapi baik itu zat

gizi makro maupun zat gizi mikro yang terkandung dalam makanan

dan gizinya yang selalu di butuhkan tubuh manusia dan menjamin


2

pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia serta memenuhi

kecukupan energi untuk melakukan aktivitas.

Pola makan yang kurang baik dapat mengakibatkan terjadinya

gejala pada tubuh manusia diantaranya kurangnya asupan

karbohidrat,protein dan zat lemak yang menyebabkan tubuh akan

menjadi lemah.kekeurangan vitamin C dapat menimbulkan kerusakan

pada sel sel endotel,permeabilitas pembbuluh kapiler berkurang

sehingga dapat menyebabkan pendarahan sumsum tulang dan

kerusakan tulang gejala awal di tandai dengan pendarahan gusi,karies

gigi dan mudah terserang penyakit gigi dan mulut lainnya.

Gizi yang baik memegang peranan penting dalam mempertahan

kan kesehatan mulut. Rendahnya stataus kesehatan gigi dn guzi

seseorang dapat mempengaruhi asupan makan yang ada pada

giliranya terjadi gangguan asupan zat makanan yang merupakan salah

satu faktor penyebab kekurangan gizi seseorang sehingga dapat

menyebabkan menurunnya fungsi biologis tubuh

Kualiatas sumber daya manusia ( SDM ) merupakan salah satu

faktor utama yang di perlukan dalam melaksanakan pembangunan

nasional (Azwar,2004).kualitas hidup danprodutivitas kerja akan

tercapai dengan baik dan optimal bilamana tubuh dalam kondisi

sehat.sementara itu kondisi kondisi tubuh sehat sangat erat kaitanya

dengan kecukupan gizi.kecukupan gizi telah berpengaruh pada


3

pertumbuhan fisik perkembangan mental dan intelektual,meningkatkan

podutivitas,mencegah resiko terjadinya penyakit yang dapat

menurunkan angka kesakitan dan kematian (Depkes,2009).

Kekuranagan dan kelebihan zat yang diterima tubuh seseorang

akan sama mempunyai dampak yang negatif.perbaikan pola makan

dan peningkatan ststus gizi yang seimbang dengan yang diperlukan

tubuh jelas merupakan unsur penting yang berdampak positif bagi

peningkatan kualitas hidup manusia.sehat,kreatif, dan produtif

(Baliwati,2004). Pola makan merupakan faktor utama untuk memenuhi

kebutuhan gizi yang selanjutnya bertindak menyelesaikan energi bagi

tubuh,mengatur proses metabolisme,memperbaiki jaringan tubuh serta

serta untuk pertumbuhan (Harper et al,2006) pola makan adalah jenis

dan jumlah makanan yang dimakan oleh seseorang dengan tujuan

tertentu pada waktu tertentu.komsumsi yang di maksudkan untuk

memenuhi kebutuhan individu secara biologis,psikologis maupun

social ( PERSAGI,2009 ).

Hasil penelitian Karjadi (1974) dalam purbowo (2001) bahwa

orang dewasa,anemia zat besi akan menurunkan tingkat produktivitas

kerja antara 10-15 % sehingga jika permasalahan kondisi tersebut

terjadi pada mahasiswa dibiarkan akan berdampak pada penurunan

kualitas sumber daya manusia .sebagai ilustrasi kekuranagan

makanan bergizi dan infeksi berdampak pada kehilangan 5-10 IQ poin


4

menurut UNICEFF (1997) dalam (DEPKES 2002).di perkirakan

Indonesia kehilangan 330 juta IQ point akibat kekurangan gizi.dampak

lain dari gizi kurang adalah menurunkan produktivitas,yang di

perkirakan antara 20-30 % (DEPKES 2002).kondisi diatas berdampak

pada indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia semakin

menurun dalam dua tahun terakhir.jika pada tahun 2007 berada di

peringkat 107 dari 177 negara,pada tahun 2009 menurun menjadi

peringkat ke 111 angka ini jauh dibawa negara negara ASEAN

(KOMINFI, 2010).

Selanjutnya suharjo (1989) menyebutkan salah satu penyebab

kekurangan gizi pada seseorang adalah pola makan yang di pengaruhi

oleh sosial ekonomi ( tingkat pendapatan ) serta faktor pribadi

(pengetahuan,jenis kelamin,sikap dan perilaku).pada peneliatian Ari

tonang (2003) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola

makan dengan status gizi.pada penelitian panjaitan (2008) terdapat

hubungan antara pola makan dengan pendidikan,pengetahuan,

pendapatan keluarga dan jumlah anggota keluaraga.pada penelitian

nasution (2001) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara status sosial ekonomi dan sikap pemenuhan gizi

dengan pola makan.


5

Berdasarkan hal tersebut diatas,maka perlu dilakukan

penelitian tentang” Faktor yang berhubungan dengan Pola makan

pada siswa SMA NEG 1 PALLANGGA Kecamatan

Pallangga,Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi selatan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan masalah

dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Apakah pengetahuan berhubungan dengan pola makan pada

siswa SMA NEG 1 PALLANGGA Kabupaten Gowa pada tahun

2019 ?

2. Apakah teman sebaya berhubungan dengan kejadian obesitas

pada anak di Sekolah Dasar Inpres Ana Gowa Kabupaten

Gowa pada tahun 2019 ?

3. Apakah uang saku berhubungan dengan kejadian obesitas

pada anak di Sekolah Dasar Inpres Ana Gowa Kabupaten

Gowa pada tahun 2019 ?

4. Apakah pemilihan makanan berhubungan dengan kejadian

obesitas pada anak di Sekolah Dasar Inpres Ana Gowa

Kabupaten Gowa pada tahun 2019 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
6

Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan

kejadian obesitas pada anak di Sekolah Dasar Inpres Ana

Gowa Kabupaten Gowa pada tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan dengan kejadian

obesitas pada anak di Sekolah Dasar Inpres Ana Gowa

Kabupaten Gowa pada tahun 2019.

b. Untuk mengetahui teman sebaya dengan kejadian

obesitas pada anak anak di Sekolah Dasar Inpres Ana

Gowa Kabupaten Gowa pada tahun 2019.

c. Untuk mengetahui hubungan uang saku dengan kejadian

obesitas pada anak di Sekolah Dasar Inpres Ana Gowa

Kabupaten Gowa pada tahun 2019.

d. Untuk mengetahui hubungan pemilihan makanan dengan

kejadian obesitas pada anak di sekolah dasar Inpres Ana

Gowa Kabupaten Gowa pada tahun 2019.

D. Mamfaat Penelitian

Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Manfaat Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Timur sebagai tempat


7

kami menimba ilmu dan juga bisa menjadi bahan masukan

menyangkut yang terkait dalam penanggulangan obesitas pada anak

usia sekolah.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Data penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan masukan untuk memasukkan vsriabel-variabel yang dapat

digunakan untuk deteksi ini atau skrining obesitas pada anak usi

sekolah, selain itu juga diharapkan sebagai bahan masukan dalam

menyusun program terpadu yang menyangkut semua aspek terkait

dalam penanggulangan obesitas pada anak usia sekolah.

3. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan informasi yang berguna bagi orang tua yang

memiliki anak usia sekolah guna mencegah terjadinya obesitas

pada anak didasarkan pada akibat obesitas bagi perkembangan

anak di masa mendatang.

4. Ilmu Pengetahuan Bagi Diri Sendiri

Hasil penelitian ini diharapkandapamemperkaya ilmu

pengehuan dalam mengkajieistas yang terjadi pada anak usia

sekolah dan bisa menjadi bahan referensi penelitian lain.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Obesitas

Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi

ganda. Artinya masalah gizi kurang masih belum teratasi sepenuhnya

sementara sudah muncul masalah gizi lebih. Kelebihan gizi yang

menimbulkan obesitas dapat terjadi baik pada anak-anak hingga usia

dewasa. Obesitas disebabkan oleh ketidak seimbangan antara jumlah

energi biologis, seperti pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas

dan pemeliharaan kesehatan. (Ratu Ayu Dewi Sartika, 2011).

1. Pengertian Obesitas

Obesitas merupakan keadaan patologis, yaitu dengan

terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang


9

diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. Obesitas atau

kegemukan dari segi kesehatan merupakan salah satu penyakit

salah gizi, sebagai akibat konsumsi makanan yang jauh melebihi

kebutuhannya. Berikut defenisi Obesitas menurut para ahli :

a. Obesitas adalah kondisi melebihnya lemak dalam tubuh yang

sering dinyatakan dengan istilah gemuk atau berat badan

berlebih (Anderson,2011),

b. Obesitas dan overweight merupakan dua hal yang berbeda,

namun demikian keduanya sama-sama menunjukkan adanya

penumpukkan lemak yang berlebihan dalam tubuh, yang

ditandai dengan epeningkatan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT)


6
di atas normal (Misnadiarly, 2007).

c. Obesitas merupakan keadaan patologis akibat konsumsi

makanan yang melebihi kebutuhan sehingga terjadi

penimbunan lemak yang berlebihan. (Taras H., Datema WP:

2005).

2. Faktor Penyebab Obesitas

a. Aktifitas Fisik

Obesitas dapat juga terjadi karena makanan berlebihan

tetapi karena aktivitas fisik berkurang sehingga terjadi kelebihan

energi. Penelitian Pampang dkk (2009), menemukan perbedaan

signifikan antara kelompok obesitas dan tidak obesitas


10

berdasarkan aktivitas fisik. Kelompok anak obesitas didominasi

anak yang memiliki aktifitas rendah, begitu juga sebaliknya

anak tidak obesitas didominasi anak yang memiliki aktivitas

tinggi. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang

signifikan antara aktifitas anak dengan status obesitas.

b. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

(penglihatan, penciuman, rasa dan raba), sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang maka akan

semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang

dipilih untuk dikonsumsi.

c. Konsumsi Buah dan Sayur

Menurut Muchtadi D (2013), sayuran merupakan menu

yang hampir selalu tersedia dalam hidangan sehari-hari

masyarakat Indonesia. Baik dalam keadaan mentah (sebagai

lalapan segar) atau setelah diolah menjadi berbagai macam

bentuk masakan. Akan tetapi perubahan pola konsumsi pangan

di Indonesia telah menyebabkan berkurangnya konsumsi

sayuran dan buah-buahan hampir di Indonesia. Data Depkes


11

menunjukkan bahwa pola konsumsi pangan berupa sayuran

dan buah-buahan di hampir semua provinsi di Indonesia sangat

rendah. Padahal sayuran dan buah-buahan selain berfungsi

sebagai sumber serat makanan dan sumber antioksidan

sehingga promosi bahan pangan tersebut perlu lebih

digalakkan.

d. Teman Sebaya

Pada umumnya ketika memasuki periode akhir masa

anak-anak, seorang anak berniat dalam keanggotaan

kelompok, mereka sangat terpakau dengan anggapan bahwa

mereka harus menyesuaikan diri dengan standar dalam

penampilan, berbicara dan berperilaku seperti yang ditetapkan

oleh kelompok, karena takut akan kehilangan dukungan dari

anggota-anggota kelompok, mereka berusaha menyesuaikan

dengan baik bahkan kadang-kadang berlebihan.

e. Uang Saku

Penelitian Imtihanu dan Noer (2012) menunjukkan

bahwa uang saku berhubungan dengan frekuesi konsumsi makanan

cepat saji (fast food), yaitu semakin tinggi uang saku maka akan

semakin tinggi frekuensi makanan cepat saji. Kebiasaan mengonsumsi

fast food secara berlebihan dapat menimbulkan masalah


12

kegemukan. Kegemukan menjadi suatu yang harus diwaspadai

kerena kegemukan yang berkelanjutan akan menimbulak berbagai

macam penyakit degeneratif seperti janjutng koroner, diabetes melitus

dan hipertensi.

f. Pemilihan Makanan

Banyak opini yang berkembang di masyarakat mengenai

keyakinan yang dianut dalam pemilihan jenis makanan seperti asumsi bahwa

nasi menggemukkan sehingga menghindari makan utama tapi lebih memilih

banyak makanan kecil terseb umumnya tinggi kandungan lemak atau

karbohidrat sederhana dan mempunyai densitas energi yang tinggi sehingga

jumlah kalori yang masuk dapat lebih besar dengan kandungan protein dan

serat yang rendah.

Pemilihan makanan juga penting diperhatikan, makanan

dan minuman yang meningkatkan selara umumnya memiliki densitas energi

cukup tinggi, seperti makanan selingan yang dianggap sebagian orang bukan

makan dan tidak memperhitungkan memberi sumbangan besar terhadap

kegagalan program diet. Pemilihan makanan selingan yang rendah kalori dan

tinggi serat akan membantu mengendalikan selera makan, mengontrol

responradikal bebas yang umumnya diproduksi lebih tinggi akibat

pembakaran energi. Makanan cepat saji cenderung mengandung sedikit


13

serat tetapi gula sehingga kadar gula darah akan naik dengan cepat

(Proverawati, 2013).

3. Jenis-jenis Obesitas

Berdasarkan tipe selnya, obesitas dapat digolongkan dalam

beberapa tipe (PURWATI, 2001), yaitu:

a. Tipe Hiperplastik. Obesitas yang terjadi karena jumlah sel

yang melebihi normal, namun ukurannya sesuai dengan

ukuran sel normal. Tipe ini terjadi pada masa anak-anak.

b. Tipe HIpertropik. Obesitas yang terjadi karena ukuran sel

melebihi ukuran nnormal. Tipe ini terjadi masa dewasa.

c. Tipe Hiperplastik dan Hipertropik

Obesitas yang terjadi karena jumlah dan ukuran

sel melebihi normal. Obesitas ini dimulai dari masa anak-anak

dan akan terus berlangsung sampai dewasa. Upaya

menurunkan berat badan pada tipe ini adalah yang paling sulit.

Berdasarkan distribusi lemak dalam tubuh, ada dua tipe

obesitas yang sangat dikenal yaitu :

1) Tipe Android (Tipe Buah Apel)

Penumpukan lemak yang berlebihan di bagian

tubuh sebelah atas yaitu sekitsr dada, pundak, leher dan

muka. Umumnya terjadi pada pria dan wanita yang


14

sudah monopause. Tipe android lebih potensial dan

berisiko tinggi menderita penyakit yang berhubungan

dengan metaboloisme lemak dan glukosa. Hal ini karena

lemak yang menumpuk pada tipe android lebih banyak

terdiri dari lemak jenuh yang mengandung sel-sel lemak

besar.

2) Tipe Genoid (Tipe Buah Pear)

Pada tipe ini, lemak tertimbun di bagian bawah

yaitu sekitar perut, pinggul, paha, dan pantat yang pada

umumnya ditemui pada wanita, Tipe genoid lebih aman

bila dibandingkan dengan tipe android larena

kemungkinan mengalami risiko penyakit lebih kecil.

4. Dampak Obesitas

Obesitas dapat menyebabkan berbagai masalah fisik

maupun psikis, masalah fisik seperti ortopedik sering disebabkan

karena obesitas, termasuk nyeri punggung bagian bawah dan

memperburuk osteoarthritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan

pergelangan kaki).Seseorang yang menderita obesitas memiliki

permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat

badannya,sehingga panas tubuh tidak dibang secara efesien dan

mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering juga ditemukan

oedema (pembengkakan akibat penikmbunan akibat sejumlah cairan)


15

di daerah tungkai dan pergelangan. Obesitas bukan hanya tidak enak

dipandang mata, namun merupakan dilema kesehatan yang

mengerikan. Obesitas secara langsung membahayakan kesehatan

seseorang. Penderita obesitas cenderung lebih responsive bila

dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal, terhadap

isyarat lapar eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau waktunya

untuk makan. Penderita obesitas cenderung makan bila ia merasa

ingin makan, bukan pada saat lapar.

Pola makan berlebih akan menyebabkan mereka sulit

untuk keluar dari kondisi kegemukan atau obesitas hal ini disebabkan

mereka tidak memiliki contkvasi yang rol diri dan motivasi diri yang

kuuntuk mengurai berat badan mereka . Selain masalah fisik masalah

psikis juga terjadi. Karena masalah fisik di atas, anak-anak obesitas

sering menjadi saran bully teman-temannya atau lingkungan sekitar,

merasa berbeda, tidak bisa bersaing karena keterbatasan fisik, dan

masalah psikologis lain. Anak-anak obesitaas juga cenderung tidak

lincah,mudah capek dan mengantuk. Hal ini sangat berdampak negatif

pada diri mereka.

5. Cara mengukur Obesitas

Penelitian status gizi secara langsung dapat dibagi

menjadi empat cara yaitu antopometri, biokimia, klinis dan biofisik.

a. Antropometri
16

Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Ukuran yang

sering digunakan adalah berat badan dan tinggi badan. Saelain

itu jugaukuran tubuh lainnya seperti lingkaran lengan atas,

lapisan lemak bawah kulit, tinggi duduk, lingkaran perut,

lingkaran pinggul. Ukuran-ukuran antropometri tersebut bisa

berdiri sendiri untuk menentukan status gizi dibangding baku

atau berupa indeks dengan membandingkan dengan ukuran

lainnya seperti BB/U, BB/TB, TB/U.

b. Biokimia

Penilaian struktur gizi secara biokimia yaitu pemeriksaan

yang diuji secara labolatorik yang dilakukan pada berbagai

macam jaringan juga hati dan otot.

c. Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting

untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan

atas perubaha-perubahan yang terjadi, dihubungkan dengan

ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan

epitel seperti kulit seperti kulit, peh permukaan tubuh seperti

kelenjar tiroid.

d. Biofisik

Penentuan status gizi soecara biosin adalah metode

penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fisik (khusus


17

jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.

Pengukuran status gizi pada anak usia 5-19 tahun sudah tidak

menggunakan indeks antropometri BB/TB akan tetapi

menggunakan indeks antropometri IMT/U (Indeks Massa Tubuh

menurut Umur) sesuai rekomendasi WHO 2005.

Tabel Kaategori Status Gizi Anak berdasarkan Indikator IMT/

Indikator Batasan Kategori

z-score <-3 SD Sangat kurus

-3 SD < z-score <- Kurus

2 SD

IMT/U Normal
-2SD < z-score

<1SD
Gemuk

1SD < z-score 2SD


Obesitas

z-score > 2SD

Gambar 1. Indikator IMT/U

6. Cara Pencegahan Obesitas


18

Dalam masalah obesitas ini, kita dapat merumuskan pola

pemecahan masalahnya dari dua pihak, yaitu pihak sekolah dan

keluarga. Sebagaimana disarikan dari Centers For Disease Control

and Prevalention (2012).

a. Upaya dari pihak sekolah

Pihak sekolah harus menssialisasikan gaya hidup

sehat dan aktif dengan membuat kebajikan-kebajikan

yang mendukung.

b. Upaya dari pihak Keluarga

Keluarga merupakan faktor penting dalam

keberhasilan program mengurai obesitas dengan pola

makan sehat dan gaya hidup aktif, setelah dari sekolah

anak akan kembali pada keluarganya, makan bersama

keluarganya, jadi untuk memaksimalkan program ini,

maka perlibatan orang tua (keluarga) menjadi sebuah

keharusan (Centers For Disease Control and

Prevalention ,2012).

B. Tinjauan Umum Tentang Anak Usia Sekolah

Akhir masa kanak-kanak (Late childhood) berlangsung dari usia

6 tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual.

Pada awal dan akhirnya, masa akhir kana-kanak ditandai oleh kondisi
19

yang sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian

saol anak. Anak usia 6-12 tahun, dengan karakteristik masa

pertumbuhan yang relatif tetap dan dengan sedikit masalah pemberian

makan. Pada masa ini terjadi peningkatan nafsu makan secara

alamiah sebuah faktor yang dapat meningkatkan konsumsi makan.

Bagi banyak orang tua akhir masa kanak-kanak merupakan

usia yang menyulitkan suatu masa anak tidak mau lagi menuruti

perintah dan anak lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya

dari pada oleh orang tua dan anggota keluarga lain. Sedangkan pada

masa pendidik masa ini merupakan masa usia sekolah dasar suatu

masa dimana anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan

yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian dasar pada

kehidupan dewasa. Adapun para ahli psikologi, akhir masa kanak-

kanak adalah usia berkelompok suatu masa dimana perhatian tertuju

pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota

kelompok, terutama kelompok yang bergengsi dalam pandangan

teman-temannya.

Kebanyakan orang tua tidak pernah berfikir baqhwa anak

mengalami obesitas. Menurut para orang tua obesitas hanya dapat

terjadi pada orang dewasa, sementara gemuk pada anak merupakan

hal biasa. Dalam pandangan orang tua, apabila sang anak terlihat

gemuk justru sebagai tanda bahwa anak tumbuh dengan sehat.


20

Kenyataan hal itu tidak selamanya benar, sebab sang anak pun dapat

mengalami obesitas apabila pola makan dan asupannya tidak tepat.

Dr. Rachel Thornton, Nutrisionis dan Ahli kesehatan anak dari

Johns Hopkins School of Medicine, Amerika, obesitas diartikan

sebagai pertumbuhan atau perkembangan berat badan yang tidak

sesuai dengan tinggi badan pada usia yang seharusnya. Dapat

dibilang, hal itu kurang ideal apabila dikalkulasikan dengan Indeks

bERAT Tubuh (IBT).

Kegemukan ini mungkin daapat terjadi jika sang anak gemar

makan gorengan dan banyak minum minuman berpemanis buatan.

Adanya lemak tak jenuh dan gula tambahan yang ada di dalamnya

berpotensi menambah tumpukkan lemak dalam tubuh. Belum lagi,

gula darah yang semakin meningkat bisa mempercepat penumpukkan

lemak hingga menjadi obesitas. Contoh yang sering kita lihat yaitu prut

buncit. Sebetulnya, perut buncit mempunyai banyak indikasi yang

terdapat beberapa masalah kesehatan. Mulai dari gangguan

pencernaan hingga kanker usus (celiac desease). Apabila tidak

memberikan gejala sakit, itu artinya sang anak buncit akibat obesitas .

Tumpukan lemak yang ada di sekitar perut menjadi pemicunya,

dimana ini merupakan masa usia sekolah dasar suatu masa dimana

anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang

dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian dasar pada


21

kehidupan dewasa. Kegemukan juga dapat mengakitbatkan hambatan

untuk perkembangan otak anak sehingga sang anak tidak dapat

melaksanakan proses belajar dan proses berfikir secara maksimal.

Apabila anak sudah mengalaminya, alangkah baiknya mulai

menerapkan pola sehat padanya. Prinsip ini mencakup asupan yang

bergizi, pola makan yang tepat olahraga teratur dan istirahat yang

cukup.

Pola hidup sehat dapa diteraplikasikan apabila anggota

keluarga yang lain dapat melakukan. Sebaliknya, apabila salah satu

diantaranya ada ynag tak menjalankan pola hidup dengan sehat, maka

si kecil pun akan mudah terpengaruh olehnya. Oleh karena itu,

supaya anak sehat dan dapat kembali beraktivitas dengan akal

pintarnya, dukunglah anak untuk olahraga teratur. Jangan lupa untuk

memberikan asupan yang sehat saat jam makan maupun

ngemirabarlnya. Hasilnya, dia pun akan berkembang dengan badan

yang ideal, serta logika anak pun senantiasa berkembang.

C. Tinjauan Umum Tentang Variabel Penelitian

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia


22

(Penglihatan, penciuman, rasa dan raba). Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang maka akan

semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang

dipilih untuk dikonsumsi. Orang dengan pengetahuan rendah

memilih makanan berdasarkan paca indera, tidak berdasarkan

nilai gizi makanan, Sedangkan pada orang berpengetahuan

tinggi lebih banyak menggunakan pertimbangan rasional dan

pengetahuan tentang gizi makanan tersebut.

2. Teman Sebaya

Pada umumnya ketika memasuki periode akhir masa

anak-anak, seorang anak berniat dalam keanggotaan

kelompok, mereka sangat terpakau dengan anggapan bahwa

mereka harus menyesuaikan diri dengan standar dalam

penampilan, berbicara dan berperilaku seperti yang ditetapkan

oleh kelompok, karena takut akan kehilangan dukungan dari

anggota-anggota kelompok, mereka berusaha menyesuaikan

dengan baik bahkan kadang-kadang berlebihan.

Selain itu teman sebaya pada anak usia sekolah sangat

besar, sehingga aktivitas makan di luar rumah bersama teman

sebaya dapat mempengaruhi pertumbuhan fisiknya.

3. Uang Saku
23

Penelitian Imtihanu dan Noer (2012) menunjukkan

bahwa uang saku berhubungan dengan frekuesi konsumsi

makanan cepat saji (fast food), yaitu semakin tinggi uang saku

maka akan semakin tinggi frekuensi makanan cepat saji.

Kebiasaan mengonsumsi fast food secara berlebihan dapat

menimbulkan masalah kegemukan. Kegemukan menjadi suatu

yang harus diwaspadai kerena kegemukan yang berkelanjutan

akan menimbulak berbagai macam penyakit degeneratif seperti

janjutng koroner, diabetes melitus dan hipertensi.

4. Pemilihan Makanan

Banyak opini yang berkembang di masyarakat mengenai

keyakinan yang dianut dalam pemilihan jenis makanan seperti

asumsi bahwa nasi menggemukkan sehingga menghindari

makan utama tapi lebih memilih banyak makanan kecil terseb

umumnya tinggi kandungan lemak atau karbohidrat sederhana

dan mempunyai densitas energi yang tinggi sehingga jumlah

kalori yang masuk dapat lebih besar dengan kandungan protein

dan serat yang rendah.

Pemilihan makanan juga penting diperhatikan, makanan

dan minuman yang meningkatkan selara umumnya memiliki

densitas energi cukup tinggi, seperti makanan selingan yang


24

dianggap sebagian orang bukan makan dan tidak

memperhitungkan memberi sumbangan besar terhadap

kegagalan program diet. Pemilihan makanan selingan yang

rendah kalori dan tinggi serat akan membantu mengendalikan

selera makan, mengontrol responradikal bebas yang umumnya

diproduksi lebih tinggi akibat pembakaran energi.

Makanan cepat saji cenderung mengandung sedikit serat

tetapi gula sehingga kadar gula darah akan naik dengan cepat

(Proverawati, 2013). Maraknya restoran cepat saji merupakan

salah satu penyebabnya. Anak-anak sebagian besar menyukai

makanan cepat saji padahal makanan yng seperti itu umumny

mempunyai kadar lemak dan gula tinggi yang dapat

menyebabkan obesitas. Orang tua yang sering menggunakan

makanan cepat saji yang mudah dihidangkan kepada mereka,

Makanan cepat saji walaupun sanya enak namun tidak

mempunyai gizi untuk menunjang pertumuhan dan

perkembangan anak. Sebab makan cepat saji sering disebut

junk food atau makanan sampah. Selain itu kesukaan anak

pada makanan ringan dalam kemasan atau makanan manis

menjadi hal yang perlu di perhatikan.


25

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti dan Kerangka Teori

1. Pengetahuan

Semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang maka akan

semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang

dipilih untuk dikonsumsi. Orang dengan pengetahuan rendah

memilih makanan berdasarkan paca indera, tidak berdasarkan

nilai gizi makanan, Sedangkan pada orang berpengetahuan

tinggi lebih banyak menggunakan pertimbangan rasional dan

pengetahuan tentang gizi makanan tersebut. Terutama orang

tua sangat berperan penting dalam memberikan pemahaman

terhadap anak-anaknya mengenai bahaya obesitas pada

kesehatan tubuhnya.

2. Teman Sebaya

Pengaruh teman sebaya pada anak usia sekolah sangat

besar, sehingga aktivitas makan di luar rumah bersama teman

sebaya dapat mempengaruhi pertumbuhan fisiknya. Pada

umumnya ketika memasuki periode akhir masa anak-anak,

seorang anak berniat dalam keanggotaan kelompok, mereka

sangat terpakau dengan anggapan bahwa mereka harus


26

menyesuaikan diri dengan standar dalam penampilan,

berbicara dan berperilaku seperti yang ditetapkan oleh

kelompok, karena takut akan kehilangan dukungan dari

anggota-anggota kelompok, mereka berusaha menyesuaikan

dengan baik bahkan kadang-kadang berlebihan.

3. Uang Saku

Semakin tinggi uang saku maka akan semakin tinggi

frekuensi makanan cepat saji. Kebiasaan mengonsumsi fast

food secara berlebihan dapat menimbulkan masalah

kegemukan. Kegemukan menjadi suatu yang harus diwaspadai

kerena kegemukan yang berkelanjutan akan menimbulak

berbagai macam penyakit degeneratif seperti janjutng koroner,

diabetes melitus dan hipertensi.

4. Pemilihan Makanan

Pemilihan makanan juga penting diperhatikan, makanan

dan minuman yang meningkatkan selara umumnya memiliki

densitas energi cukup tinggi, seperti makanan selingan yang

dianggap sebagian orang bukan makan dan tidak

memperhitungkan memberi sumbangan besar terhadap

kegagalan program diet. Pemilihan makanan selingan yang

rendah kalori dan tinggi serat akan membantu mengendalikan


27

selera makan, mengontrol responradikal bebas yang umumnya

diproduksi lebih tinggi akibat pembakaran energi.

B. Kerangka Teori
28

C. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka teori penelitian di atas, maka kerangka

konsep penelitian adalah sebagai berikut :

PENGETAHUAN

PENGARUH TEMAN
SEBAYA

OBESITAS
UANG SAKU

PEMILIHAN MAKANAN

AKTIVITAS FISIK
29

KETERANGAN :

: Yang diteliti

: Yang tidak diteliti

Gambar 3. Bagan Kerangka Konsep

D. Defenisi Operasional dan Kriteria Onjektif

1. Obesitas

Defenisi Operasional

Obesitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keadaan gizi murid

sekolah dasar berdasarkan pengukuran BB dan TB kemudian menghitung

nilai z-crore berdasarkan IMT/U (Indeks Massa Tubuh menurut Umur) Kriteria

Objektif :

Normal : Z-score > -2,0s/d ≤ 1,0 SD

Obesitas : Z-score ≥ 2,0 SD

2. Pengetahuan Obesitas
30

Defenisi Operasional

Pengetahuan segala sesuatu yang diketahui murid

tentang

Obesitas dan faktor yang terkait dengan obesitas.

Kriteria Objektif :

Tidak Tahu : Apabila murid tidak memiliki pengetahuan yang baik

tentang

obesitas.

Tahu : Apabila murid memiliki pengetahuan yang baik mengenai

obesitas.

3. Pengaruh Teman Sebaya

Defenisi Operasional :

Pengaruh teman sebaya yang dimaksud dalam

penelitian

adalah adanya interaksi murid terhadap teman-teman sebayanya

di

lingkungan sekolah terhadap prefarensi makanan. Responden

terhadap
31

prefarensi makanan.

Kriteria Objektif :

Tidak Terpengaruh : Apabila renponden tidak terpengaruh dengan

teman-

temannya.

Terpengaruh : Apabila respoden sering terpengaruh oleh

teman-

temannya.

4. Uang Saku

Defenisi Operasional :

Uang saku yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

banyaknya

uang saku yang diterima oleh murid dalam sehari baik dari orang

tua

maupun orang lain yang dipergunakan untuk jajan di sekolah.

Kriteria Objektif :

Kecil : Jika uang saku < Rp. 5.000;


32

Besar : Jika uang saku > Rp. 5.000;

5. Pemilihan Makanan

Defenisi Operasional :

Pemilihan makanan yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah

bagaimana berdasarkan cara pengelolahan sebelum dan

sesudah

memasak serta sikapnya terhadap makanan yang akan

dikonsumsi.

Kriteria Objektif :

Tidak baik : Jika murid tidak memperhatikan kebersihan

makanannya

Baik : Jika murid memperhatikan kebersihan saat

mengonsumsi

makanannya.
33

E. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan pengetahuan dengan kejadian obesitas pada murid

di

Sekolah Dasar Inpres Ana Gowa.

2. Ada hubungan teman sebaya dengan kejadian obesitas pada

murid di

Sekolah Dasar Inpres Ana Gowa.

3. Ada hubungan uang saku dengan kejadian obesitas pada murid di

Sekolah Dasar Inpres Ana Gowa.

4. Ada hubungan pemilihan makanan dengan kejadian obesitas di

Sekolah

Dasar Inpres Ana Gowa.


34

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan

pendekatan "cross sectional study", untuk mempelajari hubungan

pengaruh teman sebaya, uang saku, dan pemilihan makanan dengan

variabel dependen (obesitas) yang diamati pada periode waktu yang

sama.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Inpres Ana Gowa Kabupaten Gowa.

C. Populasi dan Sample

1. Populasi
35

Populasi dalam penelitian ini adalah semua murid yang

aktif belajar di Sekolah Dasar Inpres Ana Gowa Kabupaten

Gowa yang berjumlah 211 orang murid.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian murid yang aktif belajar di

Sekolah Dasar Inpres Ana Gowa Kabupaten Gowa yaitu 70

orang murid.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Penentuan besar sampel dengan menggunakan rumus Slovin

yaitu :

n=N
1+N ²
Keterangan : n = ukuran sampel

N = ukuran populasi
29
e = kesalahan yang ditolerir (5%= 0,05)

Adapun uraian perhitungan menggunakan rumus tersebut

adalah sebagai berikut :

n= N
1+Ne ²
n= 211
1+21 .0,05²

n = 211
1,52

n = 138
36

Untuk pengambilan sampel tiap kelas maka dilakukan dengan

proportional stratified random sampling dengan menggunakan rumus

alokasi proportional :

Ni = Ni . n
N
Keterangan ;
ni = jumlah anggota sample menurut stratum
n = jumlah anggota sampel seluruhnya
Ni = jumlah anggota polulasi menurut stratum
N = jumlah anggota populasi seluruhnya
Jumlah murid kelas V adalah 55
Kelas V : 55 ×138 = 35,6 ± murid
211
Jadi, jumlah sampel kelas V adalah 36 murid

Jumlah murid kelas VI adalah 52

Kelas VI : 52 × 138 = 34,0 murid


211

Jadi, jumlah murid kelas VI adalah 34 murid.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari anak-anak SD Inpres Ana

Gowa Kabupaten Gowa yang mengalami obesitas dengan

menggunakan lembar kuesioner yang telah disiapkan.

a. Indentitas Sampel
37

Diperoleh dengan wawancara langsung kepada sampel,

meliputi nama, tanggal lahir, jenis kelamin, nama orang tua,

alamat rumah dan kelas.

b. Data antropometri meliputi berat badan dan tinggi badan

Berat badan diukur timbangan injak dengan kapasitas

120 kg dengan tingkat ketelitian 0,1 kg. Sedangkan tinggi badan

diukur menggunakan microtoise kapasitas 200 cm dengan

tingkat ketelitian 0,1 cm.

c. Data Status Gizi

Data status gizi ditentukan menggunakan indikator

Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U), untuk kemudian

dihitung z-score menggunakan softwere WHO AnthroPlus 2010.

d. Data Pengetahuan Obesitas

Data pengetahuan obesitas diperoleh melalui

wawancara dengan mengajukan beberapa pertanyaan pilihan

ganda kepada sampel.

e. Data Pengaruh Teman Sebaya

Data pengaruh teman sebaya diperoleh melalui

wawancara dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada

sampel dengan 4 pilihan yaiyu 1 = tidak pernah, 2 = kadang-

kadang, 3 = sering, 4 = sangat sering.

f. Data Uang Saku


38

Data besar uang saku diperoleh melalui wawancara

menggunakan kuesioner mengenai besar uang saku sampel

dalam sehari baik dari orang tua maupun orang lain yang

dipergunakan untuk jajan di sekolah.

g. Data Pemilihan Makanan

Data pemilihan makanan diperoleh melalui wawancara

menggunakan kuesioner mengenai kebiasaan responden

dalam pemilihan makanan cepat saji. Penilaian dilakukan

dengan memberikan nilai 3 pada jawaban selalu, 2 untuk

jawaban kadang-kadang, dan 1 untuk jawaban tidak.

2. Data Sekunder :

Data sekunder meliputi gambaran umum lokasi penelitian,

dalam hal ini meliputi hal-hal yang berkaitan dengan SD Inpres Ana

Gowa Kabupaten Gowa.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelian meliputi :

1. Timbangan injak digunakan untuk mengukur berat badan

dengan kapasitas 120 kg dan ketelitian 0,5 kg

2. Microtoise untuk mengukur tinggi badan dengan kapasitas 200

cm dan ketelitian 0,1 cm.


39

3. Formulir informed consent sebagai persetujuan dari sampel dan

orang tua sampel meliputi tata cara penelitian dan formulir sebagai

sampel penelitian.

4. Kuesioner penelitian, meliputi formulir identitas sampel,

pengetahuan obesitas, pengaruh teman sebaya, uamg saku,

pemilihan makanan.

5. Sofware program pengelolahan data SPSS

6. Sofware program antropometri WHO AnthoPlus 2010.

G. Analisi Data

Analisis data yang dimaksud untuk menilai persentase masing-

masing variabel, serta analisis hubungan variabel sebaga berikiut :

1. Analisis Univariat terhadap tiap-tiap variabel dari hasil penelitian.

Analisi ini menghasilkan distribusi dan persentase tiap-tiap variabel

yang diteliti.

2. Data Bivariat

Dengan analisis ini dilakukan tabulasi silang antara variabel

independen dangan variabel dependen dengan menggunakan statistic

chi-square.
40

Gambar 5. Tabel 2x2

Variabel Kelompok Studi Jumlah

Independen Kategori I Kategori

II

Kategori I a b a+b

Kategori II b d c+d

Jumlah a+c b+d a+b+c+d

Sumber : Soekidjo, 2003

Keterangan :

a = Banyaknya jumlah yang benar-benar menderita dengan hasil

positif.

b = Banyaknya kasus yang sebenarnya tidak sakit tapi tes

menunjukkan hasil yang positif

c = Banyaknya kasus kasus yang sebenarnya menderita penyakit

tetapi hasil tes menunjukkan hasil yang negatif

d = Banyaknya kasus yang tidak sakit dengan hasil tes yang negatif.

Dari tabel di atas didapatkan rumus chi-square sebagai berikut :

x² = ∑(0-E)²
E

Keterangan :
41

x² = Chi-square diteliti

o = Frekuensi Observasi ( nilai yang diamati )

E = Frekuensi harapan ( nilai yang diharapkan )

∑= Jumlah

Interprestasi Data

Jika x² hitung >x² tabel (3,841) atau nilai p < 0,05

Anda mungkin juga menyukai