Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

STUNTING DI INDONESIA

DISUSUN OLEH:

1. MAULINA KHOIRUN NISSA (2151700004)


2. AYU PRIHATINI (2151700008)
3. FER DILA WIDYATAMA (2151700010)
4. NURUL KHASANAH IKA. S (2151700016)
5. DINA KATARINA DEWI (2151700018)
6. ASAHRA KHOIRUNISA (2151700019)
7. LATIFA ALLEGA PANGGALIH (2151700020)
8. ROFI RAHMAD ADI PRADANA (2151700021)

UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Stunting di Indonesia” ini
tepat pada waktunya.Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari Ibu Syefira Ayudia Johar pada mata kuliah Dasar Ilmu Gizi. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Stunting bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Syefira Ayudia Johar. selaku dosen mata
kuliah Dasar Ilmu Gizi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.Saya juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Sukoharjo, 5 November 2022


DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah anak pendek (stunting) merupakan salah satu masalah gizi yang menjadi
fokus Pemerintah Indonesia, Stunting adalah status gizi berdasarkan indeks PB/U atau
TB/U dimana standar antropometri untuk menilai status gizi anak, pengukurannya
hasilnya berada pada ambang batas (Z -Score) <-2 SD sampai -3 SD (pendek) dan <-3
SD (sangat pendek). Stunting yang terjadi jika tidak diimbangi dengan kejar tumbuh
mengakibatkan penurunan pertumbuhan, masalah stunting merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang berhubungan dengan peningkatan risiko kesakitan, kematian, dan
hambatan pertumbuhan motorik dan mental. Melihat bahaya yang ditimbulkan oleh
stunting.
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengatasi dan mengurangi prevalensi
stunting, yang dibahas melalui rapat terbatas tentang intervensi stunting yang diadakan
dengan ketua Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2017, bahwa
pada rapat tersebut dibahas perlunya penguatan koordinasi dan perluasan cakupan
program yang dilakukan oleh Kementerian/Lembaga terkait ( K/L), untuk meningkatkan
kualitas program dalam rangka menurunkan angka stunting di setiap wilayah yang sudah
masuk desa prioritas. Dan juga mengkaji fokus kebijakan gerakan perbaikan gizi yang
ditujukan pada 1000 hari pertama kehidupan dalam tatanan global yang disebut Scaling
Up Nutrition (SUN) meningkatkan kualitas program dalam rangka menurunkan angka
stunting di setiap wilayah yang sudah masuk desa prioritas. Dan juga mengkaji fokus
kebijakan gerakan perbaikan gizi yang ditujukan pada 1000 hari pertama kehidupan
dalam tatanan global yang disebut Scaling Up Nutrition (SUN) meningkatkan kualitas
program dalam rangka menurunkan angka stunting di setiap wilayah yang sudah masuk
desa prioritas. Dan juga mengkaji fokus kebijakan gerakan perbaikan gizi yang ditujukan
pada 1000 hari pertama kehidupan dalam tatanan global yang disebut Scaling Up
Nutrition (SUN).
Beberapa penelitian sebelumnya memperlihatkan bahwa stunting tidak hanya
disebabkan oleh satu faktor, melainkan beberapa faktor (Rahayu et al., 2018; Saaka &
Galaa, 2016). Stunting dikaitkan dengan berat badan lahir, diare, pengetahuan dan tingkat
pendidikan ibu, pendapatan keluarga, dan sanitasi (Rahayu et al., 2018).Pengetahuan
tenaga kesehatan dan masyarakat terhadap faktor penyebab stunting merupakan hal
penting karena diharapkan dapat berkontribusi untuk mencegah terjadinya stunting dan
menurunkan angka stunting di masyarakat. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis
literatur tentang faktor penyebab stunting dari aspek pengetahuan ibu, pola asuh orang
tua, status nutrisi dan berat badan lahir rendah, serta status ekonomi keluarga.
Menurut Peraturan Pemerintah No 68 Tahun 2002 dan UU Pangan No 18 Tahun
2012 tentang Ketahanan Pangan, maka ketahanan pangan merupakan kondisi
terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari ketersediaan pangan yang
cukup, baik jumlah, maupun mutunya, aman, merata, dan konsumsi pangan yang cukup
merupakan syarat mutlak terwujudnya ketahanan pangan rumah tangga. Ketidaktahanan
pangan dapat digambarkan dari perubahan konsumsi pangan yang mengarah pada
penurunan kuantitas dan kualitas termasuk perubahan frekuensi konsumsi makanan
pokok. Ketahanan pangan keluarga erat hubungannya dengan ketersediaan pangan yang
merupakan salah satu faktor atau penyebab tidak langsung yang berpengaruh pada status
gizi anak. Gizi buruk menyebabkan terhambatnya pertumbuhan pada balita, sehingga
tinggi badan anak tidak sesuai dengan umurnya atau disebut dengan balita pendek
(stunting)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan stunting?
2. Apa saja penyebab stunting pada anak?
3. Bagaimana dampak stunting bagi anak?
4. Bagaimana cara meminimalisir terjadinya stunting?
5. Apa gejala dan diagnosis Stunting?
C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui pengertian stunting
2. Untuk mengetahui penyebab stunting
3. Untuk mengetahui dampak stunting
4. Dapat mengetahui cara pencegahan stunting
5. Untuk mengetahui gejala dan diagnosis stunting
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian stunting
Stunting adalah keadaan tubuh yang pendek hingga melampaui defisit 2 SD
dibawah median panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi refrensi internasional.
Tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau tubuh anak lebih pendek dibandingkan
dengan anak-anak lain seumurnya merupakan definisi stunting yang ditandai dengan
terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi
badan yang normal dan sehat sesuai dengan umur anak (WHO, 2006).
Diagnosis stunting dapat diketahui melalui indeks antopometri tinggi badan
menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca
persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak
memadai atau kesehatan. Stunting yaitu pertumbuhan linier yang gagal untuk mencapai
potensi genetik sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit.

B. Penyebab stunting
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan stunting pada anak. Faktor
penyebab stunting ini dapat disebabkan oleh faktor langsung maupun tidak langsung.
Penyebab langsung dari kejadian stunting adalah asupan gizi dan adanya penyakit infeksi
sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah pola asuh, pelayanan kesehatan,
ketersediaan pangan, faktor budaya, ekonomi dan masih banyak lagi faktor lainnya
(UNICEF, 2008; Bappenas, 2013).
1. Penyebab langsung
a. Asupan gizi yang adekuat sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tubuh balita. Masa kritis ini merupakan masa saat balita akan
mengalami tumbuh kembang dan tumbuh kejar.
b. Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penyebab langsung stunting,
Kaitan antara penyakit infeksi dengan pemenuhan asupan gizi tidak dapat
dipisahkan.
2. Penyebab tidak langsung
a. Ketersediaan pangan yang kurang dapat berakibat pada kurangnya pemenuhan
asupan nutrisi dalam keluarga itu sendiri. Rata-rata asupan kalori dan protein
anak balita di Indonesia masih di bawah Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
dapat mengakibatkan balita perempuan dan balita laki-laki Indonesia
mempunyai rata-rata tinggi badan masing-masing 6,7 cm dan 7,3 cm lebih
pendek dari pada standar rujukan WHO 2005 (Bappenas, 2011).
b. Status gizi ibu saat hamil dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor tersebut dapat
terjadi sebelum kehamilan maupun selama kehamilan. Beberapa indikator
pengukuran seperti 1) kadar hemoglobin (Hb) yang menunjukkan gambaran
kadar 11 Hb dalam darah untuk menentukan anemia atau tidak; 2) Lingkar
Lengan Atas (LILA) yaitu gambaran pemenuhan gizi masa lalu dari ibu untuk
menentukan KEK atau tidak; 3) hasil pengukuran berat badan untuk
menentukan kenaikan berat badan selama hamil yang dibandingkan dengan
IMT ibu sebelum hamil (Yongky, 2012; Fikawati, 2010).
c. Berat badan lahir sangat terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan
jangka panjang anak balita.
d. Asupan gizi ibu yang kurang adekuat sebelum masa kehamilan menyebabkan
gangguan pertumbuhan pada janin sehingga dapat menyebabkan bayi lahir
dengan panjang badan lahir pendek.
e. ASI Eksklusif menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33
tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa
menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain yang
diberikan kepada bayi sejak baru dilahirkan selama 6 bulan (Kemenkes R.I,
2012).
f. MP-ASI menurut WHO adalah makanan/minuman selain ASI yang
mengandung zat gizi yang diberikan selama pemberian makanan peralihan
yaitu pada saat makanan/ minuman lain yang diberikan bersamaan dengan
pemberian ASI kepada bayi (Muhilal dkk, 2009).

C. Dampak stunting
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode tersebut,
dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan
pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka
panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif
dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko
tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh
darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak
kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi (Kemenkes R.I, 2016),
Masalah gizi, khususnya anak pendek, menghambat perkembangan anak muda,
dengan dampak negatif yang akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya. Studi
menunjukkan bahwa anak pendek sangat berhubungan dengan prestasi pendidikan yang
buruk, lama pendidikan yang menurun dan pendapatan yang rendah sebagai orang
dewasa. Anak-anak pendek menghadapi kemungkinan yang lebih besar untuk tumbuh
menjadi orang dewasa yang kurang berpendidikan, miskin, kurang sehat dan lebih rentan
terhadap penyakit tidak menular. Oleh karena itu, anak pendek merupakan prediktor
buruknya kualitas sumber daya manusia yang diterima secara luas, yang selanjutnya
menurunkan kemampuan produktif suatu bangsa di masa yang akan datang (UNICEF,
2012).
Stunting memiliki konsekuensi ekonomi yang penting untuk laki-laki dan
perempuan di tingkat individu, rumah tangga dan masyarakat. Bukti yang menunjukkan
hubungan antara perawakan orang dewasa yang lebih pendek dan hasil pasar tenaga kerja
seperti penghasilan yang lebih rendah dan produktivitas yang lebih buruk (Hoddinott et
al, 2013). Anak-anak stunting memiliki gangguan perkembangan perilaku di awal
kehidupan, cenderung untuk mendaftar di sekolah atau mendaftar terlambat, cenderung
untuk mencapai nilai yang lebih rendah, dan memiliki kemampuan kognitif yang lebih
buruk daripada anak-anak yang normal (Hoddinott et al, 2013; Prendergast dan
Humphrey 2014).

D. Upaya pencegahan stunting pada balita


Upaya pencegahan stunting sudah banyak dilakukan di negara-negara
berkembang berkaitan dengan gizi pada anak dan keluarga. Upaya tersebut oleh WHO
(2010) dijabarkan sebagai berikut:
a. Zero Hunger Strategy
Stategi yang mengkoordinasikan program dari sebelas kemeterian yang berfokus pada
yang termiskin dari kelompok miskin
b. Dewan Nasional Pangan dan Keamanan Gizi
Memonitor strategi untuk memperkuat pertanian keluarga, dapur umum dan strategi
untuk meningkatkan makanan sekolah dan promosi kebiasaan makanan sehat
c. Bolsa Familia Program
Menyediakan transfer tunai bersyarat untuk 11 juta keluarga miskin. Tujuannya adalah
untuk memecahkan siklus kemiskinan antar generasi
d. Sitem Surveilans Pangan dan Gizi.
Pemantauan berkelanjutan dari status gizi populasi dan yang determinan
e. Strategi Kesehatan Keluarga
Menyediakan perawatan kesehatan yang berkualitas melalui strategi perawatan primer.

Upaya penanggulangan stunting menurut Lancet pada Asia Pasific Regional Workshop
(2010) diantaranya:

a. Edukasi kesadaran ibu tentang ASI Eksklusif (selama 6 bulan)

b. Edukasi tentang MP-ASI yang beragam (umur 6 bulan- 2 tahun)

c. Intervensi mikronutrien melalui fortifikasi dan pemberiam suplemen

d. Iodisasi garam secara umum


e. Intervensi untuk pengobatan malnutrisi akut yang parah

f. Intervensi tentang kebersihan dan sanitasi

Di Indonesia upaya penanggulangan stunting diungkapkan oleh Bappenas (2011) yang


disebut strategi lima pilar, yang terdiri dari:

a. Perbaikan gizi masyarakat terutama pada ibu pra hamil, ibu hamil dan anak

b. Penguatan kelembagaan pangan dan gizi

c. Peningkatan aksebilitas pangan yang beragam

d. Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat

e. Peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan

Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam kandungan
dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil, artinya setiap ibu
hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, mendapatkan suplementasi zat gizi
(tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI
saja sampai umur 6 bulan (Eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi Makanan Pendamping
ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup
gizi, juga diberi suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A.

Kejadian stunting pada balita yang bersifat kronis seharusnya dapat dipantau dan
dicegah apabila pemantauan pertumbuhan balita dilaksanakan secara rutin dan benar.
Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk
mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan, sehingga dapat dilakukan pencegahan
terjadinya balita stunting (Kemenkes R.I, 2013).

E. Gejala dan Diagnosis Stunting

Gejala stunting sering tidak disadari, karena anak hanya diduga memiliki tubuh yang
pendek. Meski demikian, gejala stunting umumnya bisa terlihat saat anak berusia 2 tahun.

Gejala yang menunjukkan anak mengalami stunting adalah:

1) Tubuh anak lebih pendek dibandingkan standar tinggi badan anak seusianya
2) Berat badan anak bisa lebih rendah untuk anak seusianya
3) Pertumbuhan tulang terhambat
4) Mudah sakit
5) Gangguan belajar
6) Gangguan tumbuh kembang
Bila menderita penyakit kronis, anak dengan stunting bisa mengalami sejumlah gejala
berikut:

1) Tidak aktif bermain


2) Batuk kronis, demam, serta berkeringat pada malam hari
3) Tubuh anak membiru ketika menangis (sianosis)
4) Sering lemas
5) Sesak napas
6) Ujung jari berbentuk seperti tabuh (clubbing finger)
7) Bayi tidak dapat menyusu dengan baik

Diagnosis Stunting

Pertama-tama, dokter akan melakukan tanya jawab seputar asupan makan anak, riwayat
pemberian ASI, riwayat kehamilan dan persalinan, serta lingkungan tempat tinggal anak.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik lengkap untuk melihat tanda-tanda
stunting pada anak.

Dokter juga akan mengukur panjang atau tinggi badan, berat badan, lingkar kepala dan
lingkar lengan anak. Seorang anak dapat diduga mengalami stunting bila tinggi badannya
berada di bawah garis merah (-2 SD) berdasarkan kurva pertumbuhan WHO.

Meski demikian, pemeriksaan tersebut perlu dilakukan beberapa kali untuk memastikan
apakah anak mengalami stunting.

Untuk memastikan diagnosis, dokter juga akan melakukan pemeriksaan penunjang meliputi:

1) Tes darah, untuk mendeteksi gangguan kesehatan, seperti tuberkulosis, infeksi kronis,
atau anemia
2) Tes urine, untuk mendeteksi sel darah putih di dalam urine yang bisa menjadi tanda
infeksi
3) Pemeriksaan feses, untuk memeriksa infeksi parasit atau intoleransi laktosa pada bayi
atau anak-anak
4) Ekokardiografi atau USG jantung, untuk mendeteksi penyakit jantung bawaan
5) Foto Rontgen dada, untuk melihat kondisi jantung dan paru-paru
6) Tes Mantoux, untuk mendiagnosis penyakit TBC
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Definisi stunting yang ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang
mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai
dengan umur anak (WHO 2006).
Faktor penyebab stunting adalah asupan gizi dan adanya penyakit infeksi, pola asuh,
pelayanan kesehatan, ketersediaan pangan, faktor budaya, ekonomi dan masih banyak
lagi faktor lainnya. Dampak buruk yang dapat ditimbulkan yaitu terganggunya
perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, kemampuan kognitif dan
prestasi belajar, menurunya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit serta kualitas kerja
yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi.
Upaya penaggulangan stunting di Indonesia yaitu dengan perbaikan gizi masyarakat
terutama pada ibu pra hamil, ibu hamil dan anak, penguatan kelembagaan pangan dan
gizi dan peningkatan aksebilitas pangan yang beragam.

B. Saran
1. Bagi Pemerintah
 Pemerintah perlu gencar dalam melakuka perbaikan gizi pada bayi dan balita.
 Pemerintah perlu meningkatkan mutu pangan pada masyarakat khususnya
bagi bayi dan balita agar berbagai masalah gizi bisa dicegah.
 Pemerintah perlu mengadakan program promosi kesehatan yang dimulai dari
masyarakat bawah dengan pendekatan keluarga untuk menganggulangi
masalah stunting yang masih sangat tinggi di Indonesia.
2. Bagi Masyarakat
 Perlunya menerapkan pemberian ASI eksklusif bagi anak-anak dan menjaga
sanitasi lingkungan hidup.
DAFTAR PUSTAKA

balita, S. (2017 ). stunting balita . poltekkes kemenkes yogyakarta , 8 .

dokter, S. a. (11 juli 2022). Stunting anak alo dokter . dr. pittara .

husada, j. i. (2020 ). Masalah Stunting dan Penyebabnya . Kinanti Rahmaditha .

Anda mungkin juga menyukai