Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH MASALAH SOSIAL KESEHATAN

“ STUNTING DI INDONESIA”

MATA KULIAH

ANTROPOLOGI KESEHATAN

DOSEN PENGAMPU :
Dr. H. Yitno, SKp, MPd

DISUSUN OLEH :
ARIMBI AULIA WALIDANI
NIM. A1R22010

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
TULUNGAGUNG
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Stunting Di Indonesia” ini
tepat pada waktunya.Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari Bapak Yitno pada mata kuliah Antropologi Kesehatan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Stunting bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yitno selaku dosen mata kuliah
Antropologi Kesehatan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Tulungagung, Juli 2023

Arimbi Aulia Walidani

2
DAFTAR ISI

JUDUL................................................................... 1
KATA PENGANTAR............................................ 2
DAFTAR ISI.......................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN..................................... 4
A.Latar Belakang Masalah...................................... 4
B.Rumusan Masalah................................................ 5
C.Tujuan Masalah.................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN........................................ 6
A.Pengertian Stunting.............................................. 6
B.Penyebab Stunting................................................ 6
C.Dampak Stunting.................................................. 7
D.Upaya Pencegahan Stunting Pada Balita.............. 7
E.Gejala Dan Diagnosis Stunting............................. 8
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN............... 10
A.Kesimpulan........................................................... 10
B.Saran...................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA............................................... 11

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah


Masalah anak pendek (stunting) merupakan salah satu masalah gizi yang menjadi fokus
Pemerintah Indonesia, Stunting adalah status gizi berdasarkan indeks PB/U atau TB/U dimana
standar antropometri untuk menilai status gizi anak, pengukurannya hasilnya berada pada
ambang batas (Z -Score) <-2 SD sampai -3 SD (pendek) dan <-3 SD (sangat pendek). Stunting
yang terjadi jika tidak diimbangi dengan kejar tumbuh mengakibatkan penurunan
pertumbuhan, masalah stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berhubungan
dengan peningkatan risiko kesakitan, kematian, dan hambatan pertumbuhan motorik dan
mental. Melihat bahaya yang ditimbulkan oleh stunting.
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengatasi dan mengurangi prevalensi
stunting, yang dibahas melalui rapat terbatas tentang intervensi stunting yang diadakan dengan
ketua Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2017, bahwa pada rapat
tersebut dibahas perlunya penguatan koordinasi dan perluasan cakupan program yang
dilakukan oleh Kementerian/Lembaga terkait ( K/L), untuk meningkatkan kualitas program
dalam rangka menurunkan angka stunting di setiap wilayah yang sudah masuk desa prioritas.
Dan juga mengkaji fokus kebijakan gerakan perbaikan gizi yang ditujukan pada 1000 hari
pertama kehidupan dalam tatanan global yang disebut Scaling Up Nutrition (SUN)
meningkatkan kualitas program dalam rangka menurunkan angka stunting di setiap wilayah
yang sudah masuk desa prioritas. Dan juga mengkaji fokus kebijakan gerakan perbaikan gizi
yang ditujukan pada 1000 hari pertama kehidupan dalam tatanan global yang disebut Scaling
Up Nutrition (SUN) meningkatkan kualitas program dalam rangka menurunkan angka stunting
di setiap wilayah yang sudah masuk desa prioritas. Dan juga mengkaji fokus kebijakan gerakan
perbaikan gizi yang ditujukan pada 1000 hari pertama kehidupan dalam tatanan global yang
disebut Scaling Up Nutrition (SUN).
Beberapa penelitian sebelumnya memperlihatkan bahwa stunting tidak hanya
disebabkan oleh satu faktor, melainkan beberapa faktor (Rahayu et al., 2018; Saaka & Galaa,
2016). Stunting dikaitkan dengan berat badan lahir, diare, pengetahuan dan tingkat pendidikan
ibu, pendapatan keluarga, dan sanitasi (Rahayu et al., 2018). Pengetahuan tenaga kesehatan
dan masyarakat terhadap faktor penyebab stunting merupakan hal penting karena diharapkan
dapat berkontribusi untuk mencegah terjadinya stunting dan menurunkan angka stunting di
masyarakat. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis literatur tentang faktor penyebab stunting
dari aspek pengetahuan ibu, pola asuh orang tua, status nutrisi dan berat badan lahir rendah,
serta status ekonomi keluarga.
Menurut Peraturan Pemerintah No 68 Tahun 2002 dan UU Pangan No 18 Tahun 2012 tentang
Ketahanan Pangan, maka ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi
rumah tangga yang tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah, maupun
mutunya, aman, merata, dan konsumsi pangan yang cukup merupakan syarat mutlak
terwujudnya ketahanan pangan rumah tangga. Ketidaktahanan pangan dapat digambarkan dari
perubahan konsumsi pangan yang mengarah pada penurunan kuantitas dan kualitas termasuk
perubahan frekuensi konsumsi makanan pokok. Ketahanan pangan keluarga erat hubungannya
dengan ketersediaan pangan yang merupakan salah satu faktor atau penyebab tidak langsung
yang berpengaruh pada status gizi anak. Gizi buruk menyebabkan terhambatnya pertumbuhan
pada balita, sehingga tinggi badan anak tidak sesuai dengan umurnya atau disebut dengan balita
pendek (stunting).

4
B.Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan stunting?
2.Apa saja penyebab stunting pada anak?
3.Bagaimana dampak stunting bagi anak?
4.Bagaimana cara meminimalisir terjadinya stunting?
5.Apa gejala dan diagnosis Stunting?

C.Tujuan masalah
1.Untuk mengetahui pengertian stunting
2.Untuk mengetahui penyebab stunting
3.Untuk mengetahui dampak stunting
4.Dapat mengetahui cara pencegahan stunting
5.Untuk mengetahui gejala dan diagnosis stunting

5
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian stunting
Stunting adalah keadaan tubuh yang pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah
median panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi refrensi internasional. Tinggi badan
berdasarkan umur rendah, atau tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak-anak lain
seumurnya merupakan definisi stunting yang ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak
yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai
dengan umur anak (WHO, 2006).
Diagnosis stunting dapat diketahui melalui indeks antopometri tinggi badan menurut
umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan
dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai atau
kesehatan. Stunting yaitu pertumbuhan linier yang gagal untuk mencapai potensi genetik
sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit.

B.Penyebab stunting
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan stunting pada anak. Faktor
penyebab stunting ini dapat disebabkan oleh faktor langsung maupun tidak langsung. Penyebab
langsung dari kejadian stunting adalah asupan gizi dan adanya penyakit infeksi sedangkan
penyebab tidak langsungnya adalah pola asuh, pelayanan kesehatan, ketersediaan pangan,
faktor budaya, ekonomi dan masih banyak lagi faktor lainnya (UNICEF, 2008; Bappenas,
2013).
1.Penyebab langsung
a. Asupan gizi yang adekuat sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
tubuh balita. Masa kritis ini merupakan masa saat balita akan mengalami tumbuh
kembang dan tumbuh kejar.
b. Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penyebab langsung stunting, Kaitan
antara penyakit infeksi dengan pemenuhan asupan gizi tidak dapat dipisahkan.
2.Penyebab tidak langsung
a. Ketersediaan pangan yang kurang dapat berakibat pada kurangnya pemenuhan
asupan nutrisi dalam keluarga itu sendiri. Rata-rata asupan kalori dan protein anak
balita di Indonesia masih di bawah Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dapat
mengakibatkan balita perempuan dan balita laki-laki Indonesia mempunyai rata-rata
tinggi badan masing-masing 6,7 cm dan 7,3 cm lebih pendek dari pada standar rujukan
WHO 2005 (Bappenas, 2011).
b. Status gizi ibu saat hamil dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor tersebut dapat terjadi
sebelum kehamilan maupun selama kehamilan. Beberapa indikator pengukuran seperti
1) kadar hemoglobin (Hb) yang menunjukkan gambaran kadar 11 Hb dalam darah
untuk menentukan anemia atau tidak; 2) Lingkar Lengan Atas (LILA) yaitu gambaran
pemenuhan gizi masa lalu dari ibu untuk menentukan KEK atau tidak; 3) hasil
pengukuran berat badan untuk menentukan kenaikan berat badan selama hamil yang
dibandingkan dengan IMT ibu sebelum hamil (Yongky, 2012; Fikawati, 2010).
c. Berat badan lahir sangat terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan jangka
panjang anak balita.
d. Asupan gizi ibu yang kurang adekuat sebelum masa kehamilan menyebabkan
gangguan pertumbuhan pada janin sehingga dapat menyebabkan bayi lahir dengan
panjang badan lahir pendek.
e. ASI Eksklusif menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2012
tentang Pemberian ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa menambahkan dan atau

6
mengganti dengan makanan atau minuman lain yang diberikan kepada bayi sejak baru
dilahirkan selama 6 bulan (Kemenkes R.I, 2012).
f. MP-ASI menurut WHO adalah makanan/minuman selain ASI yang mengandung zat
gizi yang diberikan selama pemberian makanan peralihan yaitu pada saat makanan/
minuman lain yang diberikan bersamaan dengan pemberian ASI kepada bayi (Muhilal
dkk, 2009).

C.Dampak stunting
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode tersebut, dalam
jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan
fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk
yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar,
menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya
penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan
disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada
rendahnya produktivitas ekonomi (Kemenkes R.I, 2016).
Masalah gizi, khususnya anak pendek, menghambat perkembangan anak muda, dengan
dampak negatif yang akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya. Studi menunjukkan
bahwa anak pendek sangat berhubungan dengan prestasi pendidikan yang buruk, lama
pendidikan yang menurun dan pendapatan yang rendah sebagai orang dewasa. Anak-anak
pendek menghadapi kemungkinan yang lebih besar untuk tumbuh menjadi orang dewasa yang
kurang berpendidikan, miskin, kurang sehat dan lebih rentan terhadap penyakit tidak menular.
Oleh karena itu, anak pendek merupakan prediktor buruknya kualitas sumber daya manusia
yang diterima secara luas, yang selanjutnya menurunkan kemampuan produktif suatu bangsa
di masa yang akan datang (UNICEF, 2012).
Stunting memiliki konsekuensi ekonomi yang penting untuk laki-laki dan perempuan di
tingkat individu, rumah tangga dan masyarakat. Bukti yang menunjukkan hubungan antara
perawakan orang dewasa yang lebih pendek dan hasil pasar tenaga kerja seperti penghasilan
yang lebih rendah dan produktivitas yang lebih buruk (Hoddinott et al, 2013). Anak-anak
stunting memiliki gangguan perkembangan perilaku di awal kehidupan, cenderung untuk
mendaftar di sekolah atau mendaftar terlambat, cenderung untuk mencapai nilai yang lebih
rendah, dan memiliki kemampuan kognitif yang lebih buruk daripada anak-anak yang normal
(Hoddinott et al, 2013; Prendergast dan Humphrey 2014).

D.Upaya pencegahan stunting pada balita


Upaya pencegahan stunting sudah banyak dilakukan di negara-negara berkembang
berkaitan dengan gizi pada anak dan keluarga. Upaya tersebut oleh WHO (2010) dijabarkan
sebagai berikut:
a. Zero Hunger Strategy
Stategi yang mengkoordinasikan program dari sebelas kemeterian yang berfokus pada
yang termiskin dari kelompok miskin
b. Dewan Nasional Pangan dan Keamanan Gizi
Memonitor strategi untuk memperkuat pertanian keluarga, dapur umum dan strategi
untuk meningkatkan makanan sekolah dan promosi kebiasaan makanan sehat
c. Bolsa Familia Program
Menyediakan transfer tunai bersyarat untuk 11 juta keluarga miskin. Tujuannya adalah
untuk memecahkan siklus kemiskinan antar generasi
d. Sitem Surveilans Pangan dan Gizi.
Pemantauan berkelanjutan dari status gizi populasi dan yang determinan
e. Strategi Kesehatan Keluarga

7
Menyediakan perawatan kesehatan yang berkualitas melalui strategi perawatan primer.

Upaya penanggulangan stunting menurut Lancet pada Asia Pasific Regional Workshop
(2010) diantaranya:
a. Edukasi kesadaran ibu tentang ASI Eksklusif (selama 6 bulan)
b. Edukasi tentang MP-ASI yang beragam (umur 6 bulan- 2 tahun)
c. Intervensi mikronutrien melalui fortifikasi dan pemberiam suplemen
d. Iodisasi garam secara umum
e. Intervensi untuk pengobatan malnutrisi akut yang parah
f. Intervensi tentang kebersihan dan sanitasi

Di Indonesia upaya penanggulangan stunting diungkapkan oleh Bappenas (2011) yang


disebut strategi lima pilar, yang terdiri dari:
a. Perbaikan gizi masyarakat terutama pada ibu pra hamil, ibu hamil dan anak
b. Penguatan kelembagaan pangan dan gizi
c. Peningkatan aksebilitas pangan yang beragam
d. Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat
e. Peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan

Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam kandungan
dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil, artinya setiap ibu hamil
harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet Fe),
dan terpantau kesehatannya. Selain itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai
umur 6 bulan (Eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi Makanan Pendamping ASI (MPASI)
yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup gizi, juga diberi
suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A.
Kejadian stunting pada balita yang bersifat kronis seharusnya dapat dipantau dan dicegah
apabila pemantauan pertumbuhan balita dilaksanakan secara rutin dan benar. Memantau
pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini
terjadinya gangguan pertumbuhan, sehingga dapat dilakukan pencegahan terjadinya balita
stunting (Kemenkes R.I, 2013).

E.Gejala dan Diagnosis Stunting


Gejala stunting sering tidak disadari, karena anak hanya diduga memiliki tubuh yang
pendek. Meski demikian, gejala stunting umumnya bisa terlihat saat anak berusia 2 tahun.
Gejala yang menunjukkan anak mengalami stunting adalah:
1) Tubuh anak lebih pendek dibandingkan standar tinggi badan anak seusianya
2) Berat badan anak bisa lebih rendah untuk anak seusianya
3) Pertumbuhan tulang terhambat
4) Mudah sakit
5) Gangguan belajar
6) Gangguan tumbuh kembang

Bila menderita penyakit kronis, anak dengan stunting bisa mengalami sejumlah gejala
berikut:
1) Tidak aktif bermain
2) Batuk kronis, demam, serta berkeringat pada malam hari
3) Tubuh anak membiru ketika menangis (sianosis)
4) Sering lemas
5) Sesak napas

8
6) Ujung jari berbentuk seperti tabuh (clubbing finger)
7) Bayi tidak dapat menyusu dengan baik

Diagnosis Stunting
Pertama-tama, dokter akan melakukan tanya jawab seputar asupan makan anak, riwayat
pemberian ASI, riwayat kehamilan dan persalinan, serta lingkungan tempat tinggal anak.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik lengkap untuk melihat tanda-tanda
stunting pada anak.
Dokter juga akan mengukur panjang atau tinggi badan, berat badan, lingkar kepala dan
lingkar lengan anak. Seorang anak dapat diduga mengalami stunting bila tinggi badannya
berada di bawah garis merah (-2 SD) berdasarkan kurva pertumbuhan WHO.
Meski demikian, pemeriksaan tersebut perlu dilakukan beberapa kali untuk memastikan
apakah anak mengalami stunting.

Untuk memastikan diagnosis, dokter juga akan melakukan pemeriksaan penunjang


meliputi:
1) Tes darah, untuk mendeteksi gangguan kesehatan, seperti tuberkulosis, infeksi kronis,
atau anemia
2) Tes urine, untuk mendeteksi sel darah putih di dalam urine yang bisa menjadi tanda
infeksi
3) Pemeriksaan feses, untuk memeriksa infeksi parasit atau intoleransi laktosa pada bayi
atau anak-anak
4) Ekokardiografi atau USG jantung, untuk mendeteksi penyakit jantung bawaan
5) Foto Rontgen dada, untuk melihat kondisi jantung dan paru-paru
6) Tes Mantoux, untuk mendiagnosis penyakit TBC

9
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan
Definisi stunting yang ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang
mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai dengan
umur anak (WHO 2006).
Faktor penyebab stunting adalah asupan gizi dan adanya penyakit infeksi, pola asuh,
pelayanan kesehatan, ketersediaan pangan, faktor budaya, ekonomi dan masih banyak lagi
faktor lainnya. Dampak buruk yang dapat ditimbulkan yaitu terganggunya perkembangan otak,
kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunya
kekebalan tubuh sehingga mudah sakit serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat
pada rendahnya produktivitas ekonomi.
Upaya penaggulangan stunting di Indonesia yaitu dengan perbaikan gizi masyarakat
terutama pada ibu pra hamil, ibu hamil dan anak, penguatan kelembagaan pangan dan gizi dan
peningkatan aksebilitas pangan yang beragam.

B.Saran
1.Bagi Pemerintah
•Pemerintah perlu gencar dalam melakuka perbaikan gizi pada bayi dan balita.
•Pemerintah perlu meningkatkan mutu pangan pada masyarakat khususnya
bagi bayi dan balita agar berbagai masalah gizi bisa dicegah.
•Pemerintah perlu mengadakan program promosi kesehatan yang dimulai dari masyarakat
bawah dengan pendekatan keluarga untuk menganggulangi masalah stunting yang masih
sangat tinggi di Indonesia.

2.Bagi Masyarakat
•Perlunya menerapkan pemberian ASI eksklusif bagi anak-anak dan menjaga sanitasi
lingkungan hidup.

10
DAFTAR PUSTAKA

MAULINA KHOIRUN NISSA 2022, “ Makalah Stunting “ , Universitas Veteran Bangun


Nusantara, Sukoharjo.

Astiti Catur Lestari 2017, MAKALAH DIET ETIK DASAR “PREVALENSI DAN
PENANGGULANGAN STUNTING DI INDONESIA”, Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan, Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai