Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

STUNTING DAN PENCEGAHANNYA

KECAMATAN CIDAUN

KABUPATEN CIANJUR

JAWA BARAT
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..

I. LATAR BELAKANG MASALAH………………………………………

II. TUJUAN PENULISAN…………………………………………………..

III. MANFAAT PENULISAN………………………………………………...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………….…………………….

I. PENYEBAB STUNTING………………………….…………………….

II. GEJALA STUNTING……………………………..……………………..

III. MENCEGAH STUNTING………………………..……………………..

BAB III TEMUAN LAPANGAN…………………………………………………..

BAB IV KESIMPULAN…………………………………….………………………

BAB V DAFTAR PUSTAKA……………………………….………………………


BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Stunting mulai dikenal luas masyarakat umum ketika Presiden Jokowi

menargetkan untuk menurunkan dan menekan angka pertumbuhan stunting

di Indonesia melalui iklan layanan masyarakat. Sejak itu, iklan komersil

mulai menjamur bertemakan tentang stunting ini. Berdasarkan iklan

tersebut, tentunya dapat dilihat bahwa stunting menjadi masalah yang

cukup besar di Indonesia sehingga perlu diselesaikan dan ditangani langsung

oleh negara. Hal ini disebabkan perlu adanya kerjasama berbagai pihak

untuk menekan angka pertumbuhan stunting sehingga bisa tercapai target

yang diinginkan.

Stunting merujuk pada kondisi dimana tinggi badan anak lebih pendek

daripada tinggi badan anak yang seumurnya. Kondisi ini terjadi lantaran

kekurangan gizi dalam waktu lama pada masa 1000 hari pertama kehidupan

sejak dalam kandungan sampai usia 2 tahun. Kekurangan gizi pada masa

tersebut akan berdampak panjang dan pada banyak hal berupa dampak

perkembangan kognitif juga kesehatan. Dampak yang cukup jelas dirasakan

untuk masalah kesehatan adalah anak akan rentan terserang penyakit yang

menjadikan anak terhambat pertumbuhannya. Sedangkan dampak

perkembangan kognitif menjadikan rendahnya prestasi anak dan

keberhasilan dalam pendidikan, yang dalam jangka panjang tentunya akan

rendahnya produktivitas yang kemudian menghambat pertumbuhan

ekonomi dan meningkatkan kemiskinan serta kesenjangan di masyarakat.


Situasi tersebut jika tidak diatasi tentunya akan mempengaruhi kemampuan

generasi Indonesia dalam menghadapi tantangan global di masa depan.

Secara umum dapat dilihat bahwa penyebab dasar terjadinya masalah

stunting adalah masalah ekonomi yang ditandai dengan rendahnya daya beli

masyarakat sehingga menyebabkan rendahnya ketersediaan pangan

ditingkat rumah tangga yang menjadikan rendahnya asupan gizi. Selain itu,

rendahnya tingkat pendidikan menjadikan pola pengasuhan yang kurang

maksimal juga buruknya kondisi sanitasi lingkungan, kurangnya

ketersediaan sarana air bersih dan akses pelayanan kesehatan yang kurang

memadai menjadikan kondisi ini semakin memburuk.

Untuk itu, pemerintah pusat menggandeng beberapa kementrian termasuk

kementrian desa, pembangunan daerah tertinggal dan transmigrasi

(Kemendes dan PDTT) untuk bersama-sama menekan pertumbuhan

stunting. Semua lini digerakkan mulai dari tim kesehatan, bidan desa, kader

posyandu, Tim Penggerak PKK, yang dikoordinir oleh desa untuk

memaksimalkan pekerjaan. Karena penanganan stunting merupakan

pekerjaan multi sector, selain tim kesehatan juga harus melibatkan sector

ekonomi, pertanian, ketahanan pangan, perikanan, pendidikan, pekerjaan

umum dan sector terkait lainnya (Bappenas, 2012)

II. Tujuan penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah menggali lebih dalam mengenai

permasalahan stunting dan bagaimana cara mencegah pertumbuhannya.

III. Manfaat penulisan


Manfaat dari penulisan makalah ini diharapkan agar dapat dijadikan bahan

informasi mengenai stunting.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Stunting adalah permasalahan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam

rentang yang cukup waktu lama, umumnya hal ini karena asupan makan yang tidak sesuai

dengan kebutuhan gizi (WHO, 2006). Permasalahan stunting terjadi mulai dari dalam

kandungan dan baru akan terlihat ketika anak sudah menginjak usia dua tahun

Bagi UNICEF, seorang anak dikatakan mengalami stunting apabila tinggi badan dan panjang

tubuhnya minus 2 dari standar Multicentre Growth Reference Study atau standar deviasi

median standar pertumbuhan anak dari WHO

Selain itu, Kementerian Kesehatan RI menyebut stunting adalah anak balita dengan nilai z-

skor nya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari -3SD (severely stunted).

Tabel grafik ini bisa dijumpai di buku kesehatan ibu dan anak.

I. Penyebab Stunting

Situs Adoption Nutrition menyebutkan, stunting berkembang dalam jangka panjang karena

kombinasi dari beberapa atau semua faktor-faktor berikut:

1. Kurang gizi kronis dalam waktu lama

2. Retardasi pertumbuhan intrauterine

3. Tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori

4. Perubahan hormon yang dipicu oleh stres

5. Sering menderita infeksi di awal kehidupan seorang anak.


Perkembangan stunting adalah proses yang lambat, kumulatif dan tidak berarti bahwa asupan

makanan saat ini tidak memadai. Kegagalan pertumbuhan mungkin telah terjadi di masa lalu

seorang.

Penyebab Stunting merupakan faktor multi dimensi. Intervensi paling menentukan pada

1.000 HPK (1000 Hari Pertama Kehidupan). Berikut adalah faktor-faktor yang menjadi

penyebab stunting:

a. Faktor Langsung:

1. Asupan Gizi Balita

2. Penyakit Infeksi

b. Faktor tidak Langsung:

1. Ketersediaan Pangan

2. Situasi Gizi Ibu Hamil

3. Kenaikan BB ibu hamil

4. BB Lahir

5. Panjang Badan Lahir

6. ASI Eksklusif

7. MP ASI

II. Gejala Stunting

Gejala yang dapat dilihat ketika balita bermasalah dengan stunting adalah:

1. Anak berbadan lebih pendek dari usianya

2. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil dari usianya

3. Berat badan rendah untuk anak seusianya

4. Pertumbuhan tulang tertunda


III. Mencegah Stunting

Diakibatkan oleh asupan gizi yang kurang, mencegah Stunting tentu dapat dilakukan dengan

memenuhi kebutuhan gizi yang sesuai. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana

jalan yang paling tepat agar kebutuhan gizi dapat tercukupi dengan baik?

Dampak Stunting umumnya terjadi karena diakibatkan oleh kurangnya asupan nutrisi pada

1.000 hari pertama anak. Hitungan 1.000 hari di sini dimulai sejak janin sampai anak berusia

2 tahun.

Jika pada rentang waktu ini, gizi tidak dicukupi dengan baik, dampak yang ditimbulkan

memiliki efek jangka pendek dan efek jangka panjang. Gejala stunting jangka pendek

meliputi hambatan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan, penurunan fungsi kognitif,

dan gangguan sistem pembakaran. Sedangkan gejala jangka panjang meliputi obesitas,

penurunan toleransi glukosa, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan osteoporosis.

Oleh karena itu, upaya pencegahan baiknya dilakukan sedini mungkin. Pada usia 1.000 hari

pertama kehidupan, asupan nutrisi yang baik sangat dianjurkan dikonsumsi oleh ibu hamil.

Tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dirinya, asupan nutrisi yang baik juga

dibutuhkan jabang bayi yang ada dalam kandungannya.

Lebih lanjut, pada saat bayi telah lahir, penelitian untuk mencegah Stunting menunjukkan

bahwa, konsumsi protein sangat mempengaruhi pertambahan tinggi dan berat badan anak di

atas 6 bulan.

Anak yang mendapat asupan protein 15 persen dari total asupan kalori yang dibutuhkan

terbukti memiliki badan lebih tinggi dibanding anak dengan asupan protein 7,5 persen dari

total asupan kalori.


Anak usia 6 sampai 12 bulan dianjurkan mengonsumsi protein harian sebanyak 1,2 g/kg berat

badan. Sementara anak usia 1 – 3 tahun membutuhkan protein harian sebesar 1,05 g/kg berat

badan. Jadi, pastikan si kecil mendapat asupan protein yang cukup sejak ia pertama kali

mencicipi makanan padat pertamanya.

Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh stunting:

▪ Jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan

pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh.

▪ Dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya

kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah

sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan

pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua. Semua hal tersebut dapat

menurunkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, produktifitas, juga daya saing bangsa

di pasar global.

Beberapa cara sederhana yang dapat dilakukan agar dapat mencegah stunting adalah:

1. Berikan anak gizi seimbang agar tubuhnya bisa bertambah tinggi dan juga untuk

perkembangan otak anak. Melalui nutrisi yang cukup dan seimbang pertumbuhan dan

perkembangan anak secara global pun akan berjalan dengan baik

2. Melakukan aktivitas fisik, minimal olahraga 30 menit setiap hari. Aktivitas fisik

memungkinkan seseorang mendapat asupan oksigen yang cukup untuk melancarkan

metabolisme di dalam tubuh, sehingga tubuh bisa menjadi lebih sehat untuk

menunjang aktivitas harian yang lain.

3. Bimbing anak untuk mendapat istirahat yang cukup dengan tidak tidur larut.

Pertumbuhan dan perkembangan anak dapat secara maksimal terjadi ketika anak
dalam keadaan tidur, sehingga anak membutuhkan jam tidur yang cukup untuk

menunjang hal tersebut.

BAB III

TEMUAN LAPANGAN

Desa Cibuluh Kecamatan Cidaun Kabupaten Cianjur merupakan salah satu desa yang

merupakan lokus stunting sejak tahun 2018 dengan angka cukup tinggi yakni 12, 83 %.

Wilayah desa yang cukup luas dengan dataran yang cukup ekstrim membuat desa

Cibuluh cukup terisolir.

Tingkat Pendidikan masyarakat yang rendah, masalah sanitasi masyarakat, perilaku

hidup bersih sehat (PHBS) yang tidak diterapkan dan pola asuh menjadi faktor desa

Cibuluh menjadi wilayah dengan lokus stunting.

Menggandeng tim dari puskesmas kecamatan, tim kesehatan desa Cibuluh beserta para

kader melakukan beberapa hal untuk menekan pertumbuhan stunting di Desa Cibuluh,

yaitu:

1. Melakukan validasi data

Dilakukan pengecekan kevalidan data secara global sewilayah desa Cibuluh

kecamatan Cidaun untuk melihat apakah ada ketidaksesuaian data yang

kemungkinan bisa terjadi seperti cara mengukur yang salah dari kader dan

melihat apakah alat yang bermasalah.

2. Observasi ke rumah Balita bermasalah

Observasi dilakukan langsung ke rumah-rumah dengan Balita bermasalah

untuk melihat faktor penyebab terjadinya stunting pada Balita tersebut.

3. Pengecekan sanitasi rumah oleh tim kesling (Kesehatan Lingkungan)


Tim Kesehatan Lingkungan puskesmas kecamatan juga dilibatkan dalam

melakukan pengecekan sanitasi untuk melihat kelayakan sanitasi yang terdapat

pada di rumah Balita bermasalah.

4. Sosialisasi pemenuhan gizi anak dan balita ke orangtua

Sosialisasi pemenuhan gizi dilakukan ke setiap orangtua oleh tim gizi puskesmas

kecamatan agar orangtua memahami kadar gizi yang seharusnya diberikan

kepada anak balita berupa penjelasan mengenai jenis makanan, bagaimana cara

pengolahan yang tepat, dan waktu pemberian makanan yang baik agar dapat

maksimal dalam meunjang apertumbuhan dan perkembangan anak balita,

5. Membagikan kuesioner untuk memastikan orangtua memahami pola asuh dan

pemenuhan gizi yang baik untuk anak dan Balita.

Para orangtua diberikan kuesioner untuk menggali bagaimana pola asuh dan

cara pemenuhan gizi yang dilakukan orangtua kepada anak Balita. Selain itu,

orangtua juga bisa sambil diberikan pemahaman mengenai pola asuh yang baik

serta pemenuhan gizi yang sesuai untuk anak dan usianya.

6. Konseling kepada para orangtua yang Balitanya bermasalah

Melakukan konseling langsung kepada orangtua dengan balita bermasalah

dilakukan oleh bidan desa didampingi tim PKK desa dan kader posyandu agar

para orangtua mendapat penjelasan penuh mengenai masalah yang terjadi

terhadap Balita mereka sehingga orangtua tidak merasa sendiri dan bisa

memperbaiki kondisi tersebut.

7. Pemberian makanan tambahan dan MP ASI setiap bulan melalui posyandu

Dalam hal ini posyandu sebagai pos pelayanan kesehatan yang paling dekat

dengan masyarakat berperan dalam memberikan makanan tambahan dan

makanan pendamping ASI setiap bulannya.


8. Membangun sarana air bersih

Membangun sarana air bersih agar memudahkan masyarakat untuk

memperoleh air bersih layak pakai. Dalam hal ini pemanfaatan dana desa

dilakukan untuk membangun sarana air bersih untuk masyarakat sehingga

memudahkan masyarakan memperoleh air bersih layak pakai

9. Membangun sanitasi yang baik

Sanitasi yang buruk menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat

Dengan beberapa hal yang dilakukan di atas, prevalensi stunting di desa cibuluh

kecamatan cidaun terjadi penurunan setiap tahunnya, data terakhir untuk 2021

sebesar 7,62%.
BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Komitmen pimpinan daerah memiliki peran yang cukup penting dalam

menekan pertumbuhan stunting.

2. Setiap lini mulai dari tim desa, tim kesehatan, tim gizi, tim kesehatan

lingkungan, tim pangan, tim pekerjaan umum, tim ekonomi, memiliki peran

masing-masing sehingga dengan kerjasama yang baik dapat menekan

pertumbuhan stunting di suatu wilayah.

3. Sosialisasi sebagai upaya menambah pengetahuan masyarakat mengenai

stunting karena banyak masyarakat yang belum mengetahui mengenai masalah

stunting.

4. Pendampingan yang tepat kepada orangtua dengan balita bermasalah dapat

menjadikan orangtua dengan kesadaran penuh memperbaiki pola asuh dan

pemenuhan gizi anak secara baik.

5. Sanitasi yang baik, perilaku hidup bersih sehat (PHBS) dan juga pemenuhan

gizi pada 1000 hari pertamakehidupan merupakan 3 faktor penting dalam

mencegah dan menekan pertumbuhnan stunting.


BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai