Anda di halaman 1dari 7

TUGAS RESUME

DASAR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

“INTERVENSI GIZI PADA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN MELALUI


PENDEKATAN BUDAYA LOKAL DAN PANGAN LOKAL”

Disusun oleh:
Nama :Ananda Rada Putri
NIM:2211212062

Dosen Pengampu: Dr. Helmizar, SKM, M.Biomed


Program Studi Sarjana Keshatan Masyarakat

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2022
INTERVENSI GIZI PADA 1000 HPK

Saat ini Indonesia dihadapkan dengan masalah gizi.Beban gizi ganda atau double burden yang
meliputi masalah kekurangan gizi dan kelebihan gizi saat ini menjadi masalah serius yang harus
ditangani oleh tenaga kesehatan masyarakat. Double Burden of Malnutrition (DBM) adalah suatu
keadaan ko-eksistensi antara kekurangan gizi dan kelebihan gizi makronutrien maupun
mikronutrien di sepanjang kehidupan.Masalah yang paling mencolok mengenai gizi saat ini dan
harus segera diatas adalah masalah stunting.Stunting sendiri ialah kondisi gagal tumbuh anak
yang mengakibatkan anak tumbuh pendek/kerdil di usianya.Stunting merupakan salah satu
akibat dari malnutrisi.Stunting disebabkan oleh banyak factor,mulai dari kurangnya tingkat
pengetahuan orang tua,kekurangan gizi kronik yang dialami si I ibu saat hamil,kemiskinan,dan
penyakit infeksi.Untuk mnengatasi masalah ini,pemerintah mengusung program 1000 hari
pertama kehidupan.1000 hari pertama kehidupan bertujuan untuk mengatasi masalah gizi
terutama masalah stunting di Indonesia.Ada 2 tipe kurang gizi yang saat ini menjadi perhatian
pemerintah yaitu kekurangan gizi kronik yang biasa disebut stunting dan kekurangan gizi akut
yaitu disebut dengan wasting.

Selain masalah kekurangan gizi,pemerintah juga sedang berusaha untuk mengatasi masalah gizi
lebih.gizi lebih biasa disebut dengan kegemukan.Kegemukan sangat berbahaya karna mampu
menyebabkan penyakit tidak menular seperti stoke,jantung,paru paru dan lain lain. Beban gizi
ganda atau Double Burden of Malnutrition (DBM) adalah suatu keadaan koeksistensi antara
kekurangan gizi dan kelebihan gizi makronutrien maupun mikronutrien di sepanjang kehidupan
pada populasi, masyarakat, keluarga dan bahkan individu yang sama (WHO, 2010).DBM
dikhawatirkan dapat merusak gizi individu mulai dari janin hingga lahir sehingga dikhawatirkan
kasus PTM bertambah dan tidak dapat dideteksi sejak dini.

Gerakan 1000 HPK dimulai sejak ibu hamil hingga anak berusia 2 tahun.Masa masa ini disebut
golden age atau usia emas karna di usia ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan otak yang
kognitif.Namun pada nyatanya,sebuah riset menyebutkan bahwa alangkah baiknya masalah gizi
yang diatas tidak hanya pada 1000 HPK tetapi ada semua elemen masyarakat mengingat
tingginya kasus kekurangan gizi dan kelebihan gizi di masyarakat.

Beban gizi ganda atau Double Burden of Malnutrition (DBM) adalah suatu keadaan koeksistensi
antara kekurangan gizi dan kelebihan gizi makronutrien maupun mikronutrien di sepanjang
kehidupan pada populasi, masyarakat, keluarga dan bahkan individu yang sama (WHO,
2010).Stunting merupakan gambaran nyata kekurangan gizi.Stunting sendiri dapat menyebabkan
terganggunya pertumbuhan tubuh,pertumbuhan otak,gangguan fungsi tubuh,gangguan
kesehatan,dan penurunan produktivitas.Stunting bisa terjadi dari janin hingga anak berusia 2
tahun.Stunting terjadi apabila si anak tidak diikuti pertumbuhan tinggi badannya.Stunting
merupakan masalah masyarakat karna dapat meningkatkan status
morbiditas/kesakitas,mortalitas,kematian,dan turunnya derajat kesehatan masyarakat. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas ) Indonesia tahun 2013, sekitar 37% (hampir 9 Juta) anak balita
mengalami stunting dan naik menjadi 44 % (UNICEF, 2013), Indonesia adalah negara dengan
prevalensi stunting kelima terbesar.Stunting pada balita disebabkan oleh banyak factor
diantaranya sanitasi,kurang asupan gizi,dan kemiskinan. Anak balita stunting cenderung akan
sulit mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal baik secara fisik maupun
psikomotorik (Bappenas RI, 2012).Dampak dari stunting pada anak yaitu terganggunya
kemampuan berpikir dan gangguan kesehatan.Hal ini dapat menyebabkan terganggunya pula
pertumbuhan suatu bangsa karna dapat menghambat pertumbuhannasional dan kurangnya
kemampuan sumber daya manusia.

Asupan gizi dan kebutuhan mineral yang tidak memadai merupakan masalah utama
stunting.Kekurangan protein,mineral seperti yoium,kalsium dan mineral lainnya sangat
mempengaruhi terjadinya stunting.Selama pertumbuhan,tulang sangat membutuhkan mineral
yang tinggi.Rendahnya konsumsi mineral yang dibutuhkan tulang seperti kalsium dapat
menghambat pertumbuhan linier pada bayi.Jika kandungan kalsium kurang dari 50% maka
pertumbuhan tulang akan terganggu. Defisiensi fosfor yang berlangsung lama akan
menyebabkan osteomalasia dan dapat menyebabkan pelepasan kalsium dari tulang (Mikhail,
2013).Selain kalsium,mineral lain yang dibutuhkan tubuh ialah fosfor,asam amino,dan vitamin.
Kekurangan kalsium dapat menyebabkan hiplkalsimea.Jika ini terjadi maka pertumbuhan akan
terhambat. Pada bayi, kekurangan kalsium di dalam tulang dapat menyebabkan rakitis,
sedangkan pada anak-anak dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan.

Kekurangan gizi bisa dimulai dari awal kehidupan.Pada saat di awal kehidupan terjadi
kekurangan gizi,maka tubuh akan merekam kurang gizi tersebut sehingga di periode kehidupan
selanjutnya akan mengalami kekurangangizi pula.Akibatnya terjadi gangguan kesehatan saat
sudah lahir.Begitupula saat janin mengalami kondisi gizi lebih,saat lahir bayi akan rentan terkena
penyakit tidak menular.

Malnutisi tidak hanya berakibat bagi individu namun juga negara.Masyarakat yang memiliki
gangguan dalam berpikir dan gangguan kesehatan dapat membuat negara rugi karna
pembangunan yang lamban dank as negara semakin lama akan semakin habis karna harus
mengatasi masalah penyakit tidak menular di negaranya.Efek gizi kurang dapat berlanjut hingga
3 generasi.

Pada bulan September 2012, Pemerintah Indonesia meluncurkan “Gerakan 1.000 Hari Pertama
Kehidupan” yang dikenal sebagai 1.000 HPK.Program ini bertujuan untuk mengurangi
permasalahan gizi yang terjadi di Indonesia.Gerakan ini berjalan bersama sector lainnya untuk
menurunkan prevalensi stunting dan masalah gizi kurang lainnya.Gerakan ini dimulai hingga
terbentuknya janin daalam perut ibu hingga anak usia 2 tahun.Pada masa masa tersebut,tubuh
individu sangat cepat tumbuh dan berkembang.Dengan memperhatikan dan mencukupi gizi pada
periode tersebut,maka resiko kesakitan dan kematian pada ibu dan anak bisa teratasi.Dengan
mmenuhi gizi pada periode tersebut maka resiko anak stunting dalam 3 generasi bisa di atasi.
Intervensi pada 1000 HPK difokuskan pada 2 jenis intervensi, yaitu intervensi gizi spesifik dan
intervensi gizi sensitif. Intervensi gizi spesifik merupakan rangkaian berbagai kegiatan yang
cukup cost effective khususnya untuk mengatasi masalah gizi pendek, sedangkan intervensi gizi
sensitif merupakan berbagai kegiatan program pembangunan yang memberi pengaruh pada
status gizi masyarakat terutama kelompok 1000 HPK, seperti penanggulangan kemiskinan,
pendidikan, gender, air bersih, sanitasi, serta kesehatan lingkungan.

Masalah gizi pada 1000 HPK sangat sensitive dan spesifik karna harus diselesaikan secara
serius.Sudah ada beberapa cara yang dilaksanakan pemerintah dalam mengintervensi masalah
gizi di indoensia.Intervnsi yang sudah dijalankan ada yang berupa jangka panjang dan jangka
pendek.Dari 13 program yang dijalankan yang menurut pemerintah cost effective,dinilai kurang
efektif dalam mengintervensi masalah gizi di Indonesia.Hal ini disebabkan oleh pandangan
masyarakat yang menganggap bahwa masalah gizi merupakan tugas tenaga
kesehatan.Padahal,riset menjelaskan bahwa permasalahan gizi hanya mampu diatas oleh tenaga
kesehatan 30%.sedangkan 70% diatasi oleh berbagai sector.Dapat disimpulkan bahwa
permasalahan kesehatan merupakan tanggung jawab bersama karna merupakan masalah multi
faktoral dan multi sektoral.Oleh sebab itu diperlukan t “Three Ones” atau Tiga-Satu yang telah
disepakati, yaitu: 1) Satu kerangka kerja sebagai dasar untuk koordinasi kerja semua mitra; 2)
Satu otoritas koordinasi tingkat nasional; 3) satu sistem monitoring dan evaluasi tingkat nasional.

Namun pada dasarnya,pemenuhan kebutuhan gizi tidak hanya saat 1000 HPK oleh karna itu
pemerintah menerapkan program 1000 HPK PLUS.Hal ini berarti pemenuhan gizi harus
diperhatikan setelah 2 tahun,karna perkembangan dan pertumbuhan manusia terjadi hingga masa
pubertas.Selama periode tumbuh kembang hingga pubertas,hormone yang berperan berbeda beda
setiap fase sehingga pemenuhan gizi di setiap fase juga berbeda.
PENDEKATAN BUDAYA LOKAL & PANGAN LOKAL DALAM MENGINTERVESI
GIZI 1000 HPK

“Pengaruh Intervensi Makanan Tambahan Padat Energi dan Protein Berbasis


Pangan Lokal terhadap Perbaikan Status Gizi Balita”

Masalah kekurangan gizi yang terjadi di NTT dikarnakan rendahnya konsumsi protein.Kasus
tingginya malnutrisi di provinsi NTT menjadi pusat perhatian pemerintah setempat.Pemenuhan
gizi balita sangat penting dilakukan mengingat balita sekarang akan menjadi penentu kualitas
SDM bangsa di beberapa tahun yang akan datang.Balita yang terkena masalah gizi akan
mengalami masalah produktivitas dan kesehatan karna terganggunya gangguan berpikir dan
terjadinya gangguan kesehatan. Status gizi balita merupakan indikator kesehatan yang
penting karena anak usia di bawah lima tahun merupakan kelompok yang rentan terhadap
kesehatan dan gizi.Pada dasarnya,masalah gizi muncul karna kebutuhan pangan yang tidak
tercukupi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontinuitas ketersediaan pangan merupakan
faktor yang sangat besar peranannya terhadap rendahnya status gizi pada balita.Namun
pada daerah kering,masalah ketersediaan pangan sering terjadi.

Provinsi NTT memiliki hasil alam yang melimpah,namun tingkat pengetahuan dan keterampilan
yang kurang menyebabkan masih tingginya kasus malnutrisi.Oleh karna itu,pemerintah
melaksanakan program khusus di NTT untuk mengurangi masalah kekurangan gizi.yaitu
diantaranya:
1.Organoleptik Makanan Tambahan Padat Energi dan Protein
Makanan yang diintervensi adalah “kue kroket” dengan bahan dasar singkong yang dikukus
dan dihaluskan dan diisi dengan makanan sumber protein hewani (ikan cakalang) dalam
bentuk abon ikan, protein nabati (kacang nasi) yang dihaluskan, serta campuran antara
abon ikan dengan kacang nasi.Kemudian ditambahkan bumbu agar rasanya lebih
menarik.Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebagian besar anak anak mengonsumsi
makanan ini sebagai makanan pendamping.

Bahan isian kroket juga sangat mudah didapatkan,relative murah dan memiliki nilai gizi yang
tinggi.Bahan isian kroket tersebut ialah ikan tongkol,nasi,dan singkong.Hasil penelitian
menunukkan bahwa bahan tersebut memiki nilai organoleptic tinggi. Kombinasi dari bahan
pangan ini, yang diolah dengan menambahkan beberapa bumbu, seperti bawang
merah,bawang putih, garam, gula, dan minyak kelapa sehingga menarik perhatian dan enak
dikonsumsi.Selain itu,penambahan bumbu juga dapat menambah nilai gizi.Sekitar 88.9% balita
menghabiskan makanan ini.
2.Pengaruh Intervensi Pemberian Makanan Tambahan Padat Energi dan Protein
terhadap Perubahan Status Gizi Balita
Hasil intervensi yang dilakukan di provinsi NTT menggunakan kue kroket menunjukkan
perubahan gizi yang lebih baik pada balita selama 30 hari pemantauan.Hal ini didasari oleh
perhitungan status gizi BB/TB pada balita selama 30 hari menunjukkan bahwa balita yang
mengonsumsi kue kroket mengalami penambahan berat badan dan tinggi badan yang
seimbang.Hal ini merupakan suatu respon positif.

Namun pada perhitungan status gizi BB/U tidak menunjukkan perubahan yang signifikan.Hal ini
dikarnakan berat badan merupakan suatu yang labil.Pertmabahan berat badan yang dialami anak
anak tersebut menunjukkan bahwa tubuh anak anak tersebut mampu menyerap zat zat gizi yang
ada pada kue kroket tersebut.Zat zat gizi tersebut diserap secara optimal. status gizi optimal
dapat terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga
memungkinkan terjadinya pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan
kesehatansecara umum pada tingkat setinggi mungkin.
Bibliography

Thontowi Djauhari NS. (2017). GIZI DAN 1000 HPK. VOLUME 13 NOMOR 2 DESEMBER 2017, 9.

Utma Aspatria. (2020). PENGARUH INTERVENSI MAKANAN TAMBAHAN PADAT ENERGI. BERBASIS
PANGAN LOKAL TERHADAP, 7.

Anda mungkin juga menyukai