Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

BAB II GAMBARAN UMUM STUNTING DAN WASTING ................................................. 2

BAB III VISI, MISI, FALSAFAH DAN MOTTO RUMAH SAKIT ......................................... 3

A. Visi ........................................................................................................................... 3

B. Misi .......................................................................................................................... 3

C. Falsafah ................................................................................................................... 3

D. Motto ........................................................................................................................ 3

BAB IV STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT .......................................................... 4

BAB V STRUKTUR ORGANISASI TIM STUNTING, VISI, MISI DAN

TUJUAN .................................................................................................................. 5

BAB VI TUGAS POKOK DAN URAIAN TUGAS TIM STUNTING ..................................... 6

BAB VII TATA HUBUNGAN KERJA .................................................................................. 7

BAB VIII POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL....................................... 8

BAB IX PERTEMUAN/RAPAT ............................................................................................ 9

BAB X PEMANTAUAN DAN EVALUASI MUTU ................................................................ 10

BAB XI PENUTUP............................................................................................................... 11

ii
KATA PENGANTAR

Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, buku Pedoman Tim Sunting dapat

diselesaikan. Buku Pedoman ini berisi tentang struktur, tugas pokok dan kegiatan dari Tim

stunting yang akan dijadikan landasan dan panduan bagi Tim stunting dalam melaksanakan

program percepatan nenurunan prevalensi stunting dan wasting di RSUD Anuntaloko Parigi.

Dengan di terbitkannya buku Pedoman ini, kami berharap bahwa program kerja tim di RSUD

Anuntaloko Parigi dapat berjalan dengan optimal dan terealisasi dengan baik sebagaimana

yang diharapkan.

Kami menyadari bahwa Buku Pedoman ini masih belum sempurna oleh karena itu

kami mengharapkan masukan kepada kami demi perbaikan ke depan.

Akhir kata, semoga buku peoman ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan

membawa manfaat . Atas segala perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Parigi, 1 September 2022

TIM PENYUSUN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar,
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Mereka juga berhak memperoleh
pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan
sosial, seperti tercantum dalam Undang-undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002.
Semua pihak berperan dalam menciptakan lingkungan yang kondusif agar anak dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya dan menjadi generasi berkualitas.

Stuntig dan wasting adalah kondisi gagal tumbuh (kerdil dan kurus) pada anak balita
akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kondisi
gagal tumbuh pada anak balita disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama serta
terjadinya infeksi berulang, dan kedua faktor penyebab ini dipengaruhi oleh pola asuh yang
tidak memadai terutama dalam 1.000 HPK2. Anak tergolong stunting apabila panjang atau
tinggi badan menurut umurnya lebih rendah dari standar nasional yang berlaku. Standar
dimaksud terdapat pada buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan beberapa dokumen lainnya.

Wasting adalah kegagalan untuk mencapai pertumbuhan yang optimal, diukur


berdasarkan BB/TB (berat badan menurut tinggi badan stunting dan Wasting penting dilakukan
sedini mungkin untuk menghindari dampak jangka panjang yang merugikan seperti
terhambatnya tumbuh kembang anak. stunting dan Wasting mempengaruhi perkembangan
otak sehingga tingkat kecerdasan anak tidak maksimal. Hal ini berisiko menurunkan
produktivitas pada saat dewasa. Stunting juga menjadikan anak lebih rentan terhadap penyakit.
Anak stunting berisiko lebih tinggi menderita penyakit kronis di masa dewasanya. Bahkan,
stunting dan berbagai bentuk masalah gizi diperkirakan berkontribusi pada hilangnya 2-3%
Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya3.
Tim Sunting adalah suatu tim yang bekerja sama untuk menangani masalah kesehatan
Gizi Organisasi pelaksana program terdiri dari tenaga kesehatan yang kompeten dari unsur:
Staf Medis. Staf Keperawatan. Staf Instalasi Farmasi. Staf Instalasi Gizi. Tim Tumbuh
Kembang. Tim Humas Rumah Sakit
Latar Belakang stunting Wasting adalah kegagalan untuk mencapai pertumbuhan yang
optimal, diukur berdasarkan BB/TB (berat badan menurut tinggi badan) (BAPPENAS 2011).
Anak wasting ditandai dengan badan yang kurus akibat kurangnya asupan zat gizi sehingga
massa tubuh tidak sesuai dengan tinggi badan anak. Wasting merupakan masalah gizi serius
yang perlu diatasi di Indonesia. Dampak wasting pada anak adalah mengalami penurunan daya
ekspolasi terhadap lingkungannya, peningkatan frekuensi menangis, kurang bergaul dengan
sesamea anak, kurang perasaan gembira, dan cenderung menjadi apatis (Pramudya &
Bardosono 2012).
Dalam jangka panjang, anak tersebut akan mengalami gangguan kognitif, penurunan
prestasi belajar, gangguan tingkah laku, bahkan peningkatan resiko kematian (Pramudya &
Bardosono 2012). Dampak tersebut akan merugikan bangsa dan dapat menyebabkan lost
generation jika dialami oleh banyak anak dan tidak dilakukan penanggulangan terhadap
penyakit tersebut. Di masa yang akan dating, anak tersebut akan memiliki produktivitas yang
kurang serta meningkatkan morbiditas dan mortalitas anak di Indonesia. . Analisis Situasi
Status gizi kurus merupakan gabungan dari kurus dan sangat kurus (wasting) adalah salah satu
masalah kesehatan yang memerlukan penanganan serius (Afriza, 2016). World Health
Organization (WHO) secara global memperkirakan prevalensi balita stunting sebesar 161 juta
Penurunan Prevalensi Stunting dan Prevalensi Wasting meliputi: Kegiatan sosialisasi dan
pelatihan staf tenaga kesehatan rumah sakit tentang Program Penurunan Stunting dan
Wasting. Peningkatanefektifitasintervensi spesifik. Program 1000 HPK. Suplementasi Tablet
Besi Folatpada ibu hamil. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada ibu hamil. Promosi dan
konseling IMD dan ASI Eksklusif. Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA). Pemantauan
Pertumbuhan (Pelayanan Tumbuh Kembang bayi dan balita). Pemberian Imunisasi. Pemberian
Makanan Tambahan Balita Gizi Kurang. Pemberian Vitamin A. Pemberian taburiapada
Baduta(0-23 bulan). Pemberian obat cacing pada ibu hamil.

ii
BAB II
GAMBARAN UMUM STUNTING DAN WASTING

Rumah Sakit Umum Anuntaloko Parigi adalah Rumah Sakit milik Pemerintah
Daerah Kabupaten Parigi Moutong yang menangani berbagai masalah penyakit salah satunya
Stunting atau sering disebut kerdil atau pendek adalah kondisi gagal tumbuh pada anak
berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang
terutama pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak
berusia 23 bulan. Anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badannya berada di
bawah minus dua standar deviasi panjang atau tinggi anak seumurnya.Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan penurunan prevalensi stunting Balita di tingkat
nasional sebesar 6,4% selama periode 5 tahun, yaitu dari 37,2% (2013) menjadi 30,8%
(2018). Sedangkan untuk balita normal terjadi peningkatan dari 48,6% (2013) menjadi 57,8%
(2018).
Global Nutrition Report 2016 mencatat bahwa prevalensi stunting di Indonesia berada pada
peringkat 108 dari 132 negara. Dalam laporan sebelumnya, Indonesia tercatat sebagai
salah satu dari 17 negara yang mengalami beban ganda gizi, baik kelebihan maupun
kekurangan gizi.2 Di kawasan Asia Tenggara, prevalensi stunting di Indonesia merupakan
tertinggi kedua, setelah Kamboja.3 Stunting dan kekurangan gizi lainnya yang terjadi
pada 1.000 HPK di samping berisiko menghambat pertumbuhan fisik dan
kerentanan anak terhadap penyakit, juga menghambat perkembangan kognitif yang
akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan produktivitas anak di masa depan.
Stunting dan masalah gizi lain diperkirakan menurunkan produk domestik bruto (PDB)
sekitar 3% per tahun. Adapun dasar hukum pedoman ini adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan meliputi di antaranya arah dan
tujuan perbaikan gizi masyarakat. Tujuan tersebut adalah meningkatkan mutu gizi
perorangan dan masyarakat, melalui: a) Perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai
dengan gizi seimbang;b) Perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan kesehatan; c)
Peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang sesuai dengan kemajuan ilmu dan
teknologi; dan d) Peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi.
2. Perpres Republik Indonesia No.72 Tahun 2021 tentang Percepatan penurunan stunting;
3. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia No.2 tahun 2020 tentang standar
Antropometri Anak;
4. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33/2012 tentang air susu ibu eksklusif;

ii
BAB III
VISI, MISI, FALSAFAH DAN MOTTO RUMAH SAKIT

A. Visi
“Rumah sakit sebagai pusat rujukan kasus stunting dan kasus wasting
B. Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut diatas RSUD Anuntaloko Parigi merumuskan Misi-nya,
yaitu :
1. Rumah sakit melakukan pendampingan klinis dan manajemen serta penguatan jejaring
rujukan kepada rumah sakit dengan kelas di bawahnya dan Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP) di wilayahnya dalam tata laksana stuntingdan gizi buruk.
Meningkatkan kualitas SDM ,sarana, prasarana dan peralatan untuk mendukung mutu
pelayanan.
2. Mengembangkan sistem manajemen Rumah Sakit yang transparan, efektif dan efisien
3. Menciptkan lingkungan kerja yang sehat , aman, nyaman dan harmonis.
A. Falsafah
Falsafah RSUD Anuntaloko adalah “ ANUNTALOKO “ ( Aman, Nyaman, Ulet,
Nurani, Tanggap & Terpercaya, Antusias, Lancar, Optimis, Konsisten, Objektif )
B. Motto
Senyum , Sapa , Santun.

ii
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT

Berdasarkan Keputusan Bupati Parigi Moutong Nomor : 445.45/2420/RSUD


Anuntaloko Tahun 2013. Tentang pemberlakuan pola tata kelola Badan Layanan Umum
Daerah Pada RSUD Anuntaloko Kab. Parigi Moutong, Struktur Organisasi RSUD Anuntaloko
dipimpin Oleh seorang Direktur yang membawahi 1 Bagian Tata Usaha, 3 Bidang, 3 Sub
Bagian,6 seksi dan Kelompok Jabatan Fungsional, yaitu sebagai berikut :

STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RSUD ANUNTALOKO PARIGI

Dewan Pengawas Direktur

SPI
Bagian

Tata Usaha

Kelompok Komite
Sub Bagian Sub Bagian Sub Bagian
Jabatan
Komite Perencanaan Keuangan dan Kepegawaian
Fungsional
Program Aset dan Umum

Bidang Pelayanan Bidang Bidang


Medik Penunjang Medik Keperawatan

Seksi Pengembangan Seksi Pengendalian Mutu


Seksi Keperawatan
Fasilitas dan Rujukan Penunjang Medik

Seksi Pengembangan dan Seksi Klinik


Seksi Pengembangan dan
Pemeliharaan Fasilitas Keperawatan
Pengendalian Mutu
Penunjang Medik
Pelayanan Medik

ii
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI TIM STUNTINGI, VISI, MISI DAN TUJUAN TIM STUNTING

a. Struktur Organisasi

PENANGUNG JAWAB TIM


dr. Damaris Pali

KETUA TIM STUNTING


dr. A. Sudarmi Pakki

Koordinator
Nurhikmah Moh Rum, S.Gz

ANGGOTA
- Hajriani, Amd.Keb
- Ni Putu Budiarti , SKM
- Ludialusi,Amd.Keb
- Richa Ari Sarfika, Amd.Keb
- Ristin Hartina Ngoeo, S.Kep
- Ika Indriyati, S.Farm.Apt
- Ari Purwanti, Amd.Kep
- Suud H.Umaiyer, Amd.Keb
- Avit Fitriani, S.Tr. Gz

b. Visi
Percepatan Penurunan prevalensi stunting dan wasting di Rumah Sakit Umum
Daerah Anuntaloko Parigi Kabupaten Parigi Moutong
c. Misi
1. Peningkatan pemahaman dan kesadaran seluruh staf,pasien, dan keluarga tentang
masalah stunting dan wasting
2. . Peningkatan efektifitas Intervensi spesifik gizi dan penerapan RSSIB
3. Rumah Sakit sebagai pusat rujukan kasus stunting dan Wasting
4. Rumah Sakit sebagai pendamping Klinis dan manajemen serta merupakan jejaring
rujukan
5. Program pemantauan dan evaluasi.
d. Tujuan
Pedoman ini bertujuan untuk menjadi panduan untuk melaksanakan penurunan
stunting di Rumah Sakit Umum Daerah Anuntaloko Parigi Kabupaten Parigi Moutong.

ii
BAB VI
TUGAS POKOK DAN URAIAN TUGAS TIM

Tim Pelaksana program dalam rangka penurunan prevalensi stunting dan wasting di
Rumah Sakit Anuntaloko Parigi, program rencana yang dilakukan adalah :

1. Peningkatan pemahaman dan kesadaran seluruh staf,pasien, dan


keluarga tentang masalah stunting dan wasting
 Sosialisasi masalah stunting dan wasting bagi pegawai dan
karyawan Rumah Sakit Anuntaloko Parigi
 Sosialisai masalah stunting dan Wasting bagi Masyarakat
pengunjung polik rawat jalan
 Edukasi Gizi Pasien Rawat Inap dan Rawat jalan
 Pengadaan dan pemberian leaflet tentang Stunting

2. Peningkatan efektifitas Intervensi spesifik gizi dan penerapan RSSIB


 Suplementasi tablet besi dan folat pada ibu hamil
 Promosi dan konseling IMD dan ASI ekslusif
 Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA)
 Pemantauan pertumbuhan bayi dan balita
 Tim Tumbuh Kembang
 Pemberian Imunisasi
 PMT di Posyandu binaan
 Pemberian Vit.A
 Penguatan sistem jejaring
3. Rumah Sakit sebagai pusat rujukan kasus stunting dan Wasting
4. Rumah Sakit sebagai pendamping Klinis dan manajemen serta
merupakan jejaring rujukan
 Intervensi Gizi di Rumah Sakit sesuai kondisi penyakit
 Pelayanan Proses Asuhan Gizi Terstandar
 Terapi Tata Laksana Gizi Buruk
 Pemberian Makanan Gizi seimbang
 Edukasi dan konseling Gizi
5. Program pemantauan dan evaluasi
 Laporan tercapainya Program kerja Tim Stunting
 Realisasi Sosialisasi tentang stunting dan Wasting bagi
pegawai dan karyawan RSUD Anuntaloko Parigi
 Realisasi pelatihan bagi Tim stunting
 Kegiatan Intervensi Gizi
 Cakupan ibu hamil yang mendapat TTD
 Cakupan Skrining Status Gizi bayi dan balita yg
rawat jalan dan rawat inap
 Cakupan Ibu Post Natal dengan IMD
 Bayi dan Balita dengan kasus stunting dan
wasting mendapat rujukan sesuai prosedur
 Laporan Posyandu Binaan

BAB VII

ii
TATA HUBUNGAN KERJA

Tim stunting merupakan bentuk kerjasama tim yang bekerja secara interdisiplin dalam
mencapai tujuan percepat penurunan prevalensi stunting dan wasting di Rumah Sakit
Anuntaloko Parigi. tim akan kerjasama terutama dengan Organisasi pelaksana program terdiri
dari tenaga kesehatan yang kompeten dari unsur: Staf Medis. Staf Keperawatan. Staf Instalasi
Farmasi. Staf Instalasi Gizi. Tim Tumbuh Kembang. Tim Humas Rumah Sakit
dalam melakukan penurunan prevalensi stunting dan wasting di Rumah Sakit
Anuntaloko Parigi.Bekerjasama dengan poliklinik dan ruang rawat inap lainnya untuk
melakukan konsultasi pasien stunting dan wasting sesuai kebutuhnannya, sedangkan dengan
sarana penunjang untuk melakukan pemeriksaan tambahan dalam menegakkan diagnosis dan
penyediaan sarana untuk memaksimalkan pelayanan pasien stunting dan wasting.
Secara eksternal melakukan rujukan antar fasilitas kesehatan sesuai dengan peraturan yang
ada. Selain itu, Tim stunting melakukan kerjasama dengan dinas kesehatan terkait dalam
melakukan pelayanan dalam bentuk Penguatan sistem jejaring.

ii
BAB VIII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL

Ketenagaan dalam pelayanan stunting dan wasting di RSUD Anuntaloko Parigi terdiri
atas tenaga medis yang bekerja bersama-sama sebagai Tim Stunting.
Adapun pola ketenagaan dan kualifikasi tim Stunting RSUD Anuntaloko, sebagai berikut
:

JUMLAH TENAGA YANG


NAMA JABATAN PENDIDIKAN FORMAL
KEBUTUHAN ADA
Penangung jawab Dokter spesialisis Anak 1 1
ketua Dokter Umum 1 1
koordinator S1 Gizi 1 1
Anggota (Farmasi) Pendidikan Farmasi 1 1
Anggota (Gizi) S1 Ilmu Gizi/D4 gizi 1 1

Anggota (Staf Ahli Madya Analisis


1 1
Keperawatan) Kesehatan
D3/S1 Keperawatan
Anggota (Staf Medis) Profesi Keperawatan/D3 3 3
Kebidanan

ii
BAB IX
PERTEMUAN/RAPAT

Pertemuan dilakukan oleh Tim stunting dan wasting baik secara internal dan eksternal
dengan mengundang pihak-pihak yang terkait jika diperlukan untuk melakukan evaluasi
program kerja percepatan penurunan prevalensi stunting dan wasting di RSUD Anuntaloko
Parigi dan juga membicarakan hal-hal yang belum diatur atau melakukan perubahan dalam
aturan yang sudah dibuat dan ditetapkan dalam pelaksanaan kegiatan program kerja. Rapat
terdiri dari :
1. Rapat Rutin
Rapat yang dilakukan setiap 3 bulan untuk melakukan evaluasi pelaksanan program
kerja
2. Rapat Insidenti
Rapat Insidentil diselenggarakan sewaktu-waktu bila ada masalah atau sesuatu yang
perlu dibahas segera.

ii
BAB X
PEMANTAUAN DAN EVALUASI MUTU

Tim stunting wajib melakukan pemantauan dan evaluasi program kerja secara
berkesinambungan untuk mewujudkan keberhasilan penurunan stunting dan wasting bagi
Pasien. Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna mewujudkan
keberhasilan program pelayanan kesehatan. Pemantauan dan evaluasi harus ditindaklanjuti
untuk menentukan faktor-faktor yang potensial berpengaruh agar dapat diupayakan
penyelesaian yang efektif. Pemantauan dan evaluasi dilakukan dalam bentuk kegiatan
pencatatan dan pelaporan. Pencatatan angka kematian dan kesakitan dilakukan setiap bulan
dan akan dilakukan evaluasi setiap tiga bulan.

ii
BAB XI
PENUTUP

Pedoman ini mengatur proses perorganisasian tim stunting yang mengatur tentang
keanggotaan dan uraian tugas masing-masing bagian dalam tim terpadu geriatri, sehingga
penurunan percepatan prevalensi stunting dan wasting dapat dilakukan sesuai dengan target
capaian. Pedoman tim ini dijadikan acuan dalam pelaksanaan pelayanan.
Semoga buku pedoman ini dapat bermanfaat dalam mewujudkan pola kerja dan
menyusun pengorganisasin program tim stunting sehingga penurunan percepatan prevalensi
stunting dan wasting dapat terealisai.

ii

Anda mungkin juga menyukai