Anda di halaman 1dari 14

SAMPUL

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini
yang berjudul [………….].

Terima kasih saya ucapkan Kepada semua pihak telah membantu


kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan
kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga
kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa Makalah yang kami buat ini masih jauh dari
kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih
baik lagi di masa mendatang.

Semoga Makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan


bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Parigi, 14 Januari 2022


Penulis

Herawati

2ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................ii

Daftar Isi.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................4

A. Latar Belakang....................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................5
C. Tujuan..................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................6

A. Pengertian Stunting..............................................................................6

B. Bagimana Dampak dari Stunting..........................................................6


C. Langkah Pencegahan Stunting............................................................7
D. Hasil Analisis Pengukuran Data Stunting Tingkat
Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa....................................................8

BAB III PENUTUP..........................................................................................13

A. Kesimpulan..........................................................................................13

B. Saran...................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................14

3
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stunting merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang masih


dihadapi Indonesia. World Health Organization (WHO) pernah menempatkan
Indonesia sebagai negara ketiga dengan angka prevalensi stunting tertinggi
di Asia pada 2017 (Kemenkes RI, 2019). Hasil Studi Status Gizi Balita
Indonesia (SSGBI) tahun 2019 menunjukan telah terjadi penurunan
prevalensi stunting dari 30,8% tahun 2018 menjadi 27,67% tahun 2019
(Kemenkes RI, 2020). Meski menurun, angka ini masih dinilai tinggi, karena
angka toleransi WHO untuk stunting sebesar 20 %. Kondisi ini diperberat
dengan adanya pandemi COVID -19, yang menyebabkan banyak pemutusan
hubungan kerja (PHK) sehingga pengangguran meningkat , dan akibatnya
daya beli masyarakat khususnya pangan menurun. Secara tidak langsung
berdampak pada peningkatan kejadian stunting (Ichsan, 2021).
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat
kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Stunting mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak sehingga
berisiko lebih tinggi menderita penyakit kronis di masa dewasanya
(Kemendesa, 2017). Permasalahan stunting terjadi mulai dari dalam
kandungan dan baru akan terlihat ketika anak sudah menginjak usia dua
tahun (Kemenkes, 2019). Secara ekonomi, permasalahan stunting akan
menjadi beban bagi negara terutama akibat meningkatnya pembiayaan
kesehatan. Dampak kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh stunting sangat
besar (Perliyani, 2020).
Hasil-hasil penelitian baik yang dilakukan di dalam dan luar negeri,
menyebutkan stunting disebabkan faktor multi dimensi. Faktor tersebut dapat
dibagi menjadi faktor ibu dan faktor bayi. Dari faktor ibu, diantaranya tinggi
badan, dan tingkat pendidikan dan faktor bayi, diantaranya berat badan lahir,
jenis kelamin, dan pemberian ASI eksklusif (Larasati dkk, 2017). Ada pula
menyebutkan dari faktor sosial ekonomi (Sulistyawati, 2018).
Presiden Jokowi menargetkan, penurunan stunting menjadi 14
persen pada 2024, maka kondisi di lapangan harus dikelola dengan baik
(Kemenkes RI, 2018). Menurut Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K) 4 tahun 2018, salah satu upaya konvergensi

4
percepatan pencegahan stunting, yaitu intervensi yang dilakukan secara
terkoordinir (pusat sampai desa), terpadu, dan bersama-sama mensasar
kelompok sasaran prioritas yang tinggal di desa untuk mencegah stunting .
Selain upaya penanganan program stunting, harus dilaksanakan revitalisasi
Puskesmas/Posyandu bekerjasama dengan lintas sektor dalam pendataan
masalah gizi, menganalisis, dan intervensi gizi spesifik dan sensitive.
Dengan diketahuinya fakta-fakta tersebut maka dari dijadikan
perbandingan dengan Hasil Analisis Pengukuran Data Stunting Tingkat
Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan stunting.
2. Bagaimana Dampak dari Stunting.
3. Bagaimana lankah pencegahan stunting.
4. Hasil Analisis Pengukuran Data Stunting Tingkat Kecamatan Parigi
Kabupaten Gowa.
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui apa yang dimaksud dengan stunting
2. Untuk Mengetahui dampak dari Stunting.
3. Untuk mengetahui langkah pencegahan dari stunting
4. Untuk mengetahui Hasil Analisis Pengukuran Data Stunting Tingkat
Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Stunting
Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang
disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal
ini menyebabkan adanya gangguan di masa yang akan datang yakni
mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang
optimal. Anak stunting mempunyai Intelligence Quotient (IQ) lebih rendah
dibandingkan rata – rata IQ anak normal (Kemenkes RI, 2018).
Stunting juga dapat diartikan sebagai kondisi gagal tumbuh kembang
anak balita akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, terutama pada
rumah tangga 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kekurangan gizi terjadi
sejak bayi dalam kandungan hingga masa setelah lahir, akan tetapi nanti
tampak stunting setelah bayi berusia 2 tahun. Dengan demikian, usia 1000
HPK merupakan masa emas yang sangat penting mendapat perhatian baik
dari aspek nutrisi maupun kesehatan lingkungan sekitar rumah tangga.
Periode 1.000 HPK seharusnya mendapat perhatian khusus karena menjadi
penentu tingkat pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seseorang
di masa depan.
Status gizi buruk pada ibu hamil dan bayi merupakan faktor utama
yang menyebabkan anak balita mengalami stunting.  Ada banyak sekali hal-
hal yang dapat memicu terjadinya gizi buruk antara lain:
1. Kurangnya edukasi soal asupan gizi saat hamil.
2. Kurangnya gizi saat bayi lahir hingga usia 2 tahun.
3. Kondisi kesehatan ibu yang buruk
4. Sanitasi dan kebersihan lingkungan yang buruk
5. Infeksi penyakit

B. Bagimana Dampak dari Stunting


Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya
disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak
balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi
stunting adalah intervensi yang dilakukan pada 1.000 HPK dari anak balita.
Intervensi stunting memerlukan konvergensi program dan upaya sinergis
pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. Pada tahun 2021 dan 2022,
Pemerintah Daerah Kabupaten Gowa telah mengadakan Rembuk Stunting

6
dengan menetapkan 55 lokus desa untuk intervensi spesifik dan sensitif pada
lokus tersebut.
Stunting menyebabkan beragam dampak buruk untuk anak baik
dalam jangka pendek maupun panjang.  Direktorat Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) membagikan informasi tentang stunting melalui media sosialnya
termasuk dampak dan cara pencegahan stunting baik jangka pendek dan
panjang diantaranya. 
1. Jangka Pendek
a) Sering merasa kesakitan bahkan kematian. 
b) Menghambat pertumbuhan syaraf anak sehingga fungsi kognitif
menurun. 
c) Perkembangan motorik lebih lamban.
d) Kesulitan dalam mengungkapkan bahasa ekspresif. 
e) Meningkatkan biaya kesehatan. 
2. Jangka panjang
a) Postur tubuh tidak optimal saat dewasa atau lebih pendek
dibandingkan pada umumnya. 
b) Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya. 
c) Menurunnya kesehatan reproduksi. 
d) Kapasitas belajar dan performa kurang optimal saat sekolah atau
produktivitas dan kapasitas kerja tidak optimal. 

C. Langkah Pencegahan Stunting
Jumlah penderita stunting di Indonesia menurut hasil Riskesdas 2018
terus menurun. Tetapi langkah pencegahan stunting sangat perlu dilakukan
sebagai berikut:
1. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada
anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga
kesehatan Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan agar ibu
yang sedang mengandung selalu mengonsumsi makanan sehat nan
bergizi maupun suplemen atas anjuran dokter. Selain itu, perempuan yang
sedang menjalani proses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan
kesehatannya ke dokter atau bidan.
2. Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan

7
Veronika Scherbaum, ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim, Jerman,
menyatakan ASI ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada
anak berkat kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu
disarankan untuk tetap memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan
kepada sang buah hati. Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada
susu ibu pun dinilai mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi
yang terbilang rentan.
3. Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat
Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa
memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan
makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang
sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting. WHO pun
merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan.
Di sisi lain, sebaiknya ibu berhati-hati saat akan menentukan produk
tambahan tersebut. Konsultasikan dulu dengan dokter.
4. Terus memantau tumbuh kembang anak
Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama
dari tinggi dan berat badan anak. Bawa si Kecil secara berkala ke
Posyandu maupun klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah
bagi ibu untuk mengetahui gejala awal gangguan dan penanganannya.
5. Selalu jaga kebersihan lingkungan
Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit,
terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang
secara tak langsung meningkatkan peluang stunting. Studi yang dilakukan
di Harvard Chan School menyebutkan diare adalah faktor ketiga yang
menyebabkan gangguan kesehatan tersebut. Sementara salah satu
pemicu diare datang dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh
manusia.

D. Hasil Analisis Pengukuran Data Stunting Tingkat Kecamatan Parigi


Kabupaten Gowa.

Berikut ini adalah status grafik sebaran stunting di Kecamatan Parigi


kabupaten Gowa dengan perbandingan data e-PPGBM bulan Agustus tahun
2020 dan 2021.

8
Berikut ini adalah Tabel dan Grafik Perkembangan Prevalensi Balita Stunting
Tingkat Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa

Grafik Perkembangan Prevalensi Balita Stunting Tingkat Kecamatan Parigi


Kabupaten Gowa

Grafik Prevalensi Tahun 2020 dan 2021 Kec. Parigi


10.89

9.09
7.93
6.83 6.99
6.49
5.58 5.855.73
5.04
Tahun 2020
Tahun 2021

IN
I
NG
I OI G
NJ
O
IS C E H AN
NR BA N JO
LA IM AN
BI AN AJ
M M

Sumber Data : e-PPGBM bulan agustus Tahun 2020 dan Tahun 2021

Parigi adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Gowa, Sulawesi


Selatan. Kecamatan Parigi merupakan kecamatan hasil pemekaran dari
Kecamatan Tinggimoncong pada tahun 2006 dengan luas wilayah sekitar
132,76 km². Dengan ibu kota di Desa Majannang. Kecamatan ini berjarak
sekitar 57 Km ke arah Timur dari ibukota Kabupaten Gowa. Dari segi
geografis Parigi terdiri dari dataran dengan batas wilayah sebelah utara

9
Kecamatan Tingggimoncong, Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Sinjai, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bontolempangan dan
sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Bungaya dan Kecamatan
Manuju.

Kecamatan Parigi terdiri dari 5 Desa, adapun perkembangan


prevalensi stunting dari 5 Desa/Kel, dapat dilihat pada tabel dan Grafik ,
berikut di bawah ini :

Grafik persentase Stunting berdasarkan wilayah kerja Puskesmas di


Kecamatan parigi Tahun 2020 dan Tahun 2021

Grafik Prevalensi Tahun 2020 dan 2021 Kec. Parigi


10.89

9.09
7.93
6.83 6.99
6.49
5.58 5.855.73
5.04
Tahun 2020
Tahun 2021

I I I
IN NG HO NG NJ
O
SIC E A A
JO
NR M
B
AN
N
ILA NI AJ
B A M
M
Sumber Data : Bulan Penimbangan Tahun 2020 dan Tahun 2021

Berdasarkan grafik diatas, diketahui bahwa terjadi penurunan


prevalensi stunting di kecamatan Parigi dari 7,05 % tahun 2020 menjadi 5,86
% tahun 2021. Hal ini menunjukkan bahwa adanya konvergensi

10
program/intervensi upaya percepatan pencegahan stunting telah mampu
menurunkan persentase balita stunting di Kecamatan Parigi. Namun Dari 5
Desa di Kecamatan Parigi masih ada 2 Desa yang mengalami kenaikan
prevalensi stunting.
Pemerintah Kecamatan Parigi guna mneurunkan prevalensi stunting
melalui perbaikan gizi pada 1000 HPK, telah melakukan kegiatan Konseling
Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA), Konsilidasi dan Konvergensi
Lintas Sektor dan Lintas Program dalam Upaya Pencegahan Stunting,
Pemberian mikro nutrien (taburia),penyediaan sarana dan prasarana air
bersih dan sanitasi. Walaupun demikian, angka penurunannya tidak terlalu
signifikan, oleh karena itu, masih diperlukan adanya dukungan komitmen dan
kebijakan pimpinan daerah dalam melakukan intervensi.
Beberapa hal yang mempengaruhi sehingga terjadi peningkatan
kenaikan dan penurunan prevalensi stunting di Kecamatan Parigi yaitu :
1. Faktor determinan yang memerlukan perhatian
Faktor yang masih menjadi kendala dalam perbaikan status gizi balita,
khususnya baduta adalah pemberian ASI Eksklusif, Kunjungan masyarakat
(ibu balita) ke posyandu khususnya bagi ibu yang imunisasi balitanya sudah
lengkap, dan perilaku merokok. Kurangnya asupan gizi ibu selama kehamilan
dan kesehatan ibu yan tidak terpantau karena tidak memeriksakan
kehamilannya secara teratur. Begitupun dengan remaja putri yang telah
mendapatkan tablet tambah darah (TTD) namun tidak mengonsumsinya
karena kurangnya minat maupun motivasi dari diri remaja putri tersebut.
Kegiatan imunisasi pada Tahun 2020 terkendala karena adanya COVID 19
sehingga cakupan imunisasi pada tahun 2020 rendah karena posyandu yang
tidak dilaksanakan dan beberapa orangtua juga tidak mau membawa
anaknya ke posyandu.
2. Perilaku kunci rumah tangga 1000 HPK yang masih bermasalah
Adapun masalah yang dapat memengaruhi perilaku kunci rumah
tangga 1.000 HPK yang terjadi di desa yaitu Pola Asuh Balita, Pola Konsumsi
Ibu hamil dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang masih
membutuhkan intervensi dan pembinaan.  Cara mengatasi permasalahan
stunting dapat dilakukan dengan berbagai upaya antara lain dengan
memperbaiki gizi ibu hamil seperti pemberian makanan tambahan terutama
bagi ibu hamil yang mengalami Kurang Energi Kronis (KEK), memberikan

11
TTD bagi ibu hamil, melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) bagi bayi baru
lahir, pemberian ASI Ekslusif bagi bayi, pemberian MP-ASI bagi bayi mulai
usia 6 bulan, pemberian vitamin A, pemenuhan imunisasi dasar lengkap,
pemantauan tumbuh kembang Balita, meningkatkan akses sanitasi dan
melakukan upaya promosi bagi keluarga untuk menggiatkan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga.
Dinas kesehatan dan puskesmas telah melakukan pemantuan dan
evaluasi serta melakukan analisa masalah hingga pada rumah tangga 1000
HPK di desa, dan yang terjadi, menunjukkan pola asuh balita, pola konsumsi
ibu hamil, dan perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat masih
membutuhkan intervensi dan pembinaan. Pada tahun 2020, ibu hamil anemia
dan KEK telah mendapatkan PMT. Dengan adanya pennagann ibu hamil
KEK tersebut bahwa pendampingan menunjukkan dapat menekan terjadinya
stunting dan BBLR dari ibu hamil KEK dan anemia yang ada. Masih ada
sebagian ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya ke tenaga
kesehatan dan kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang makanan dengan
gizi seimbang untuk ibu hamil serta Belum semua ibu hamil minum secara
rutin tablet tambah darah (TTD) selama kehamilan (90 tablet).
3. Kelompok sasaran beresiko
Kelompok sasaran beresiko yang perlu mendapatkan perhatian antara
lain calon penggantin, bayi dan baduta. Remaja putri perlu dipersiapkan
untuk menjadi calon pengantin pada usia idealnya, sehingga saat hamil bisa
menjadi ibu hamil yang sehat agar anak yang dikandunnya pun dapat lahir
dengan sehat dan selamat. Bayi yang dilahirkan berhak mendapatkan ASI
eksklusif dan pemberian makan bayi dan anak yang sesuai sehingga
pertumbuhan otaknya dapat optimal, selanjutnya dapat meningkatkan IPM
kecamatan Parigi di masa akan datang.
Pemerintah kecamatan Parigi masih sangat mengharapkan dukungan
lintas sector dan pihak di luar pemerintah untuk mau berkonvergensi/terpadu
dalam mempercepat penurunan stunting di kecamatan Parigi. Demikian juga,
pemerintah desa yang ada di wilayah kecamatan Parigi diharapkan
meningkatkan alokasi dana dalam APBDesa-nya untuk penanganan stunting,
juga membangun kerjasama dengan berbagai terkait dan senantiasa
berpartisipasi aktif dalam membina masyarakatnya.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang
disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal
ini menyebabkan adanya gangguan di masa yang akan datang yakni
mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang
optimal. Anak stunting mempunyai Intelligence Quotient (IQ) lebih rendah
dibandingkan rata – rata IQ anak normal.
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya
disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak
balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi
stunting adalah intervensi yang dilakukan pada 1.000 HPK dari anak balita.
Berdasarkan grafik persentase Stunting wilayah kerja Puskesmas
diketahui bahwa terjadi penurunan prevalensi stunting di kecamatan Parigi
dari 7,05 % tahun 2020 menjadi 5,86 % tahun 2021. Hal ini menunjukkan
bahwa adanya konvergensi program/intervensi upaya percepatan
pencegahan stunting telah mampu menurunkan persentase balita stunting di
Kecamatan Parigi. Namun Dari 5 Desa di Kecamatan Parigi masih ada 2
Desa yang mengalami kenaikan prevalensi stunting.

B. Saran

13
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2334/3/bab%202-dikonversi.pdf

https://kesehatan.kontan.co.id/news/stunting-pengertian-dampak-dan-cara-
mencegahnya?page=all

https://bappeda-litbang.banyuasinkab.go.id/mari-kenali-stunting-dan-pahami-
cara-pencegahanya/

https://promkes.kemkes.go.id/pencegahan-stunting

14

Anda mungkin juga menyukai