DISUSUN OLEH:
MAKASSAR
JURUSAN S1 KEPERAWATAN
(2019)
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………..18
3.2 Saran……………………………………………………………………………….18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diantara upaya-upaya kesehatan tersebut istilah pelayanan kesehatanlah yang paling sering kita
dengar penggunaan nya. UndangUndang kesehatan No.36 tahun 2009 Pasal 52 ayat 1,
mengkategorikan pelayanan kesehatan itu menjadi dua yaitu pelayanan kesehatan perseorangan
dan pelayanan kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan yang sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 tersebut meliputi kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif,
sedangkan menurut Pasal 53 ayat 1 UU No. 36 tahun 2009, pelayanan kesehatan perorangan
ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga,
sedangkan ayat 2 nya mengatakan pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat. Kegiatan
pelayanan kesehatan tersebut dapat diselenggarakan di beberapa tempat atau sarana pelayanan
kesehatan seperti Rumah sakit, Puskesmas, balai pengobatan, praktik dokter, dan sarana
kesehatan lainnya. Di Indonesia Rumah Sakit merupakan rujukan akhir pelayanan kesehatan,
pengertian Rumah sakit itu sendiri menurut Pasal 1 angka 1 UU No.44 tahun 2009, adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat, sedangkan
Pengertian pelayanan kesehatan paripurna menurut Pasal 1 angka 3 UU No. 44 tahun 2009
adalah pelayanan kesehatan yang meliputi.
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, dan pengertian pelayanan kesehatan promotif,
preventif dan kuratif masing-masing disebutkan berurutan pada Pasal 1 angka 12, 13, 14, 15 UU
No. 36 tahun 2009, menyebutkan masing-masing bahwa pelayanan kesehatan Promotif adalah
suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan
kegiatan yang bersifat promosi kesehatan.
Pelayanan kesehatan Preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah
kesehatan/penyakit. Pelayanan kesehatan Kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk menyembuhkan penyakit, pengurangan penderitaan
akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita
dapat dijaga seoptimal mungkin, dan pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita kedalam masyarakat sehingga dapat
berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat
semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah yang akan diangkat
dalam makalah ini adalah : ”
1. Bagaimana Upaya atau sistem Pelayanan Kesehatan Yang ada di Indonesia
2. Upaya atau Sistem Pelayanan Kesehatan Khususnya dibidang Keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan yang berkualitas, banyak hal yang perlu
dipahami, salah satu diantaranya yang dinilai mempunyai peranan yang amat penting adalah
tentang apa yang dimaksud dengan kualitas pelayanan.
Kualitas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh banyak institusi kesehatan
hampir selalu dapat memuaskan pasien, maka dari itu sering disebut sebagai pelayanan
kesehatan yang berkualitas. Salah satu definisi menyatakan bahwa kualitas pelayanan kesehatan
biasanya mengacu pada kemampuan rumah sakit, memberi pelayanan yang sesuai dengan
standar profesi kesehatan dan dapat diterima oleh pasiennya.
Menurut Azwar (1996) kualitas pelayanan kesehatan adalah yang menunjukkan tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin
sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula kualitas pelayanan kesehatan.
Dalam menyelenggarakan upaya menjaga kualitas pelayanan kesehatan dirumah sakit
tidak terlepas dari profesi keperawatan yang berperan penting. Berdasarkan standar tentang
evaluasi dan pengendalian kualitas dijelaskan bahwa pelayanan keperawatan menjamin adanya
asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi dengan terus menerus melibatkan diri dalam
program pengendalian kualitas di rumah sakit.
a. Keandalan (reliability)
Yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan
memuaskan, jujur, aman, tepat waktu, ketersediaan. Keseluruhan ini berhubungan dengan
kepercayaan terhadap pelayanan dalam kaitannya dengan waktu.
b. Ketanggapan (responsiveness)
Yaitu keinginan para pegawai atau karyawan membantu konsumen dan
memberikan pelayanan itu dengan tanggap terhadap kebutuhan konsumen, cepat
memperhatikan dan mengatasi kebutuhan-kebutuhan.
c. Jaminan (assurance)
Mencangkup kemampuan, pengetahuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya
yang dimiliki pada karyawan, bebas dari bahaya, resiko, keragu-raguan, memiliki
kompetensi, percaya diri dan menimbulkan keyakinan kebenaran (obyektif).
c. Aspek komunikasi
Aspek ini meliputi sikap perawat yang harus bisa melakukan komunikasi yang
baik dengan pasien, dan keluarga pasien. Adanya komunikasi yang saling berinteraksi
antara pasien dengan perawat, dan adanya hubungan yang baik dengan keluarga pasien.
d. Aspek kerjasama
Aspek ini meliputi sikap perawat yang harus mampu melakukan kerjasama yang
baik dengan pasien dan keluarga pasien.
Joewono (2003) menyebutkan adanya delapan aspek yang perlu diperhatikan dalam
pelayanan yaitu :
a. Kepedulian, seberapa jauh perusahaan memperhatikan emosi atau perasaan konsumen.
b. Lingkungan fisik, aspek ini menunjukkan tingkat kebersihan dari lingkungan yang akan
dinikmati konsumen, ketika mereka menggunakan produk.
c. Cepat tanggap, aspek yang menunjukkan kecepatan perusahaan dalam menanggapi
kebutuhan konsumen.
d. Kemudahan bertransaksi, seberapa mudah konsumen melakukan transaksi dengan
pemberi servis.
e. Kemudahan memperoleh informasi, seberapa besar perhatian perusahaan untuk
menyajikan informasi siap saji.
f. Kemudahan mengakses, seberapa mudah konsumen dapat mengakses penyedia servis
pada saat konsumen memerlukannya.
g. Prosedur, seberapa baik prosedur yang harus dijalankan oleh konsumen saat berurusan
dengan perusahaan.
h. Harga, aspek yang menentukan nilai pengalaman servis yang dirasakan oleh konsumen
saat berinteraksi dengan perusahaan.
Sedangkan Soegiarto (1999) menyebutkan lima aspek yang harus dimiliki Industri
jasa pelayanan, yaitu :
a. Cepat, waktu yang digunakan dalam melayani tamu minimal sama dengan batas waktu
standar. Merupakan batas waktu kunjung dirumah sakit yang sudah ditentukan waktunya.
b. Tepat, kecepatan tanpa ketepatan dalam bekerja tidak menjamin kepuasan konsumen.
Bagaimana perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien yaitu tepat memberikan
bantuan dengan keluhan-keluhan dari pasien.
c. Aman, rasa aman meliputi aman secara fisik dan psikis selama pengkonsumsian suatu
poduk atau. Dalam memberikan pelayanan jasa yaitu memperhatikan keamanan pasien
dan memberikan keyakinan dan kepercayaan kepada pasien sehingga memberikan rasa
aman kepada pasien.
d. Ramah tamah, menghargai dan menghormati konsumen, bahkan pada saat pelanggan
menyampaikan keluhan. Perawat selalu ramah dalam menerima keluhan tanpa emosi
yang tinggi sehingga pasien akan merasa senang dan menyukai pelayanan dari perawat.
e. Nyaman, rasa nyaman timbul jika seseorang merasa diterima apa adanya. Pasien yang
membutuhkan kenyaman baik dari ruang rawat inap maupun situasi dan kondisi yang
nyaman sehingga pasien akan merasakan kenyamanan dalam proses penyembuhannya.
4. Ekonomi
Semakin tinggi ekonomi seseorang pelayanan kesehatan lbh mudah diperoleh dan di jangkau
dan begitu sebaliknya dengan orang yang tergolong ekonomi rendah.Keadaan ekonomi ini akan
mempengaruhi dalam system pelayanan kesehatan.
5. Politik
Kebijakan pemerintah melalui system politik yang ada akan sangat berpengaruh sekali dalam
system pemberian pelayan kesehatan. Kebijakan-kebijakan yang ada dapat memberikan pola
dalam system pelayanan.
Strategi yang ada dalam visi Indonesia sehat diantanya pemahaman tentang paradigma
sehat, srategi professionalisme dalam segala tugas, adanya JPKM,dan desentralisai.
Dalam menggunakan strategi yang ada, pemerintah telah menyusun misi yang akan di
jalankan sebagaimana dalam system pelayanan kesehatan, diantaranya :
a) Penggerak pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan
b) Memelihara, meningkatkan melindungi kesehatan individu, keluarga, masyarat dan lingkungan
c) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau
d) Meningkatkan kemandirian masyatakat hidup sehat
Dalam melaksanakan misi yang ada, keperawatan sebagai profesi dalam bidang
kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan yang professional dan berorientasi pada
paradigma sehat sesuai dengan paradigma keperawatan yang dimiliki, salah satunya adalah
pembangunan kesehai yang berorientasi penyembuhan pada orang berian pelayanan kesehatan
difokuskan pada promosif dam preuk prod agar dapat lebih meninggkatkan dan memelihara
baghat ag segar lebih produktif dan yang sakit agar lebih sehat. Sehingga akhirnya akan terjadi
pola atau gaya hidup sahat pada semua lapisan masyarakat Indonesia.
Berikut beberapa upaya yang bisa dilakukan mahasiswa keperawatan dalam menciptakan sebuah
revolusi bagi profesi keperawatan, diantaranya:
b. Peningkatan gizi.
f. Rekreasi.
g. Pendidikan seks
2. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan terhadap kesehatan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:
3.Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga, kelompok dan
masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui kegiatan.
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta, patah tulang
maupun kelainan bawaan.
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita penyakit tertentu, misalnya TBC, latihan napas
dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat.
5. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok
khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-kelompok yang
diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau
kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain.
Disamping itu, upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali
kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah
kesehatan yang mereka derita. Upaya resosialisasi ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan
pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.
2.2.7 Kegiatan
Kegiatan praktik perawatan kesehatan masyarakat yang dilakukan oleh perawat mencakup hal-
hal yang sangat luas, tentunya sesuai dengan tingkat pelayanan kesehatan, dimana perawat
kesehatan masyarakat itu bekerja, tetapi secara umum kegiatan perawat kesehatan masyarakat
adalah sebagai berikut:
Prinsip dasar dalam pelaksanaan praktek perawatan kesehatan masyarakat adalah sebagai
berikut:
2.2.9 Pendekatan
Dalam memecahkan masalah kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok khusus dan masyarakat secara keseluruhan, pendekatan yang digunakan oleh perawat
kesehatan adalah pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach), yang dituangkan
dalam proses keperawatan dengan memanfaatkan pendekatan epidemiologi yang dikaitkan
dengan upaya kesehatan dasar (PHC).
Pendekatan pemecahan masalah yang dimaksudkan adalah bahwa setiap masalah kesehatan yang
dihadapi oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat akan dapat diatasi oleh perawat
melalui ketrampilan melaksanakan profesinya sebagai perawat kesehatan masyarakat.
Bila pendekatan dilakukan terhadap keluarga binaan disebut dengan family approach, tetapi bila
pembinaan keluarga berdasarkan kepada seleksi kasus yang datang ke puskesmas yang dinilai
memerlukan tindak lanjut disebut case approach, dan bila pendekatan dilakukan terhadap
masyarakat daerah binaan melalui survei mawas diri dengan melibatkan partisipasi masyarakat
disebut community approach.
Peranan yang utama dari perawat kesehatan masyarakat adalah sebagai pelaksana asuhan
keperawatan individu, keluarga kelompok dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit
atau yang mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan apakah itu di rumah, di sekolah,
puskesmas, panti dan sebagainya sesuai dengan kebutuhannya.
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat baik di
rumah, di puskesmas dan di masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilkau
sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai tingkat
kesehatan yang optimal.
d) Pembaharu (inovator)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu terhadap individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat terutama dalam merubah perilaku dan pola hidup yang erat
kaitannya dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan serta dalam mewmberikan motivasi dalam rangka
meningkatkan keikutsertaan masyarakat, individu, keluarga, kelompok dam masyarakat dalam
setiap upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh masyarakat misalnya: kegiatan
posyandu, dana sehat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai dengan tahap penilaian,
sehingga itu berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan dan pengorganisasian masyarakat
dalam bidang kesehatan.
Mengkooordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan masyarakat dan puskesmas dalam
mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan tema kesehatan lainnya sehingga tercipta
keterpaduan dalam sisitem pelayanan kesehatan. Dengan demikian pelayanan kesehatan yang
diberikan merupakan suatu kegiatan yang menyeluruh dan tidak terpisah-pisah antara satu
dengan yang lain.
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang
kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tata cara
hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
Perawat kesehatan masyarakat dapat dijadikan tempat bertanya oleh individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam bidang kesehatan
dan keperawatan yang dihadapi sehari-hari. Dan perawat kesehatan diharapkan dapat membantu
memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka
hadapi.
i) Pengelola (menejer)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan pelayanan
kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang
diemban kepadanya.
mengidentifikasi masalah keperawatan, menerapkan prinsip dan metode yang tepat sehingga
dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan
Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga, dan
kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan
daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil.
Menurut Anderson (1988) sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga tingkat yaitu :
1. Tingkat Individu
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang mempunyai masalah kesehatan
tertentu (misalnya TBC, DHF, ibu hamil d1l) yang dijumpai di poliklinik, Puskesmas dengan
sasaran dan pusat perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan individu.
2. Tingkat Keluarga
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas
kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk mengatasi
masalah kesehatan, memberikan perawatan kepada anggota keluarga, menciptakan lingkungan
yang sehat dan memanfaatkan sumber daya masyarakat untuk meningkatkan kesehatan keluarga.
Prioritas pelayanan perawatan kesehatan masyarakat difokuskan pada keluarga rawan yaitu :
a. Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga dengan: ibu hamil yang
belum ANC, ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun dan neonatusnya, balita tertentu,
penyakit kronis menular yang tidak dapat diintervensi oleh program, penyakit endemis, penyakit
kronis tidak menular atau keluarga dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik).
b. Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang memiliki masalah gizi,
seperti anemia gizi berat (HB kurang dari 8 gr%) ataupun Kurang Energi Kronis (KEK),
keluarga dengan ibu hamil resiko tinggi seperti perdarahan, infeksi, hipertensi, keluarga dengan
balita dengan BGM, keluarga dengan neonatus BBLR, keluarga dengan usia lanjut atau keluarga
dengan kasus percobaan bunuh diri.
c. Keluarga dengan tindak lanjut perawatan.
3. Tingkat Komunitas
Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien, Pembinaan kelompok khusus,
Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan derajat
kesehatan. Dalam sistem ini terdapat tingkat, lembaga, lingkup dan faktor yang
mempengaruhi dalam terlaksananya sistem pelayanan kesehatan tersebut.
3.2. Saran
Dalam sistem pelayanan kesehatan perlu terus di tingkatkannya mutu serta kualitas
dari pelayanan kesehatan agar sistem pelayanan ini dapat berjalan dengan efektif, itu
semua dapat dilakukan dengan melihat nilai-nilai yang ada di masyarakat, dan diharapkan
perawat dapat memberikan pelayanan dengan kualitas yang bagus dan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI., (2009) Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta
Hidayat, A.A. A., (2008) Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Edisi 2, Jakarta: Salemba
Medika.
Notoatmodjo Soekidjo., (2001) Peran Pelayanan Kesehatan Swasta dalam Menghadapi Masa
Krisis. Jakarta:Suara Pembaruan Daily.
Perry, Potter., (2009) Fundamental Keperawatan,Buku 1, Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.
Potter,Patricia.Perry,Anne Griffin., (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4, Volume
1. EGC: Jakarta
Satrianegara, M. Fais., (2009) Buku Ajar Organisasi Dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Serta
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.