Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

PROMOSI KESEHATAN TENTANG PEMBERDAYAAN GIZI KURANG


DI MASYARAKAT

Mata Kuliah: Promosi Kesehatan


Dosen Pengampu: Syamsu Rahmaning Tyas., SKM., M.Kes

Disusun Oleh : Kelompok 9

1. Ayu Ariska Nasution 1825013


2. Elsa Mayola Yulfa 1825037
3. Exti Linovrika 1825041
4. Manda Gilang Perdana 1825059
5. Risa Mei Anggraini 1825093
6. Utari Aditia Selvianti 1825113

AKADEMI KEPERAWATAN PANCA BHAKTI


BANDAR LAMPUNG
2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada ALLAH SWT atas nikmatnya yang telah diberikan
kepada kita semua sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Promosi Kesehatan Tentang Pemberdayaan Gizi Buruk di Masyarakat”
yang merupakan tugas kamidisemester IIIdalam mata kuliah Promosi Kesehatan
guna untuk kegiatan belajar mengajar.

Kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah


memberikan bimbingannya dan teman-teman yang memberikan dukungan dan
masukannya kepada kami dalam menyelesaikan tugas ini, sehingga tugas ini dapat
terselesaikan oleh kami semestinya.

Namun sebagai manusia biasa, kami tentunya tak luput dari kesalahan. Oleh
karena itu, saran serta kritik yang membangun senantiasa saya terima sebagai
acuan untuk tugas-tugas kami selanjutnya.

Bandarlampung, 02 Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN ...............................................................................1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................3
1.3 Tujuan....................................................................................................4
1.4 Manfaat .................................................................................................4

BAB 2 PEMBAHASAN ..................................................................................5

2.1 Definisi Gizi .........................................................................................5


2.2 Kebijakan Berwawasan Kesehatan Tentang Gizi kurang .....................6
2.3 Lingkungan Yang Mendukung (Supportive Environment) ..................9
2.4 Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service) .............10
2.5 Keterampilan Individu (Personnal Skill).............................................11
2.6 Gerakan masyarakat (Community Action) .........................................12
2.7 ASUHAN KEPERAWATAN PADA BALITA F.......................14

BAB 3 PENUTUP .........................................................................................28

3.1 Kesimpulan .........................................................................................28


3.2 Saran ...................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan zaman sekarang semakin maju , banyak masalah dan isu-


isu trend terbaru yang memasuki negara kita Indonesia. Tidak di pungkiri bahwa
masalah gizi dan pangan memang selalu terkait antar satu dengan lainnya
.Sehingga Isu dan trend masalah gizi dan pangan ini sangat berpengaruh
besar.Objek sasaran tentu saja masyarakat kita.Masyarakat adalah makhluk sosial
yang terus melakukan adaptasi, perubahan terhadap lingkungan bahkan terhadap
gizi dan pangan. Mereka perlu melakukan perubahan yang berarti tetapi banyak
sekali masyarakat Indonesia terutama yang di daerah perbatasan atau pedalaman
yang tidak mengetahui masalah isu dan trend ini,seharusnya ini menjadi sangat
penting bagi mereka masyarakat Indonesia untuk mengetahui Isu dan Trend
Terkini terkait masalah gizi dan pangan yang nantinya mereka dapat membuat
perubahan untuk diri mereka sendiri.

Terkait dengan itu isu-isu yang beredar mengenai trend terkini masalah
gizi terdapat 2 masalah, yaitu masalah gizi buruk dan masalah kelebihan gizi atau
obesitas.Yang mana di masyarakat ini menjadi isu dan trend yang sangat sering
kita jumpai. Gizi buruk keadaan dimana seseorang kekurangan gizi yang di
sebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari
sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi. Biasanya gizi buruk banyak di
alami oleh balita, dapat dinyatakan bila berat badan dan umur tisak sesuai selama
3 bulan berturut-turut dan menyebabkan kerusakan padahal saat itu merupakan
waktu untuk mendapatkan nutrisi terbaik karena otak yang di bentuk akan di
gunakan seumur hidup dan bersifat irreversible. Akibat dari semua itu akan
menghasilkan perkerjaan kasar yang tidak berpenghasilan tinggi. Kita dapat
menentukan gizi buruk dengan menimbang berat badan balita dengan umur anak
terhadap umur standar WHO-NCHS karena jika menggunakan KMS kita tidak
apat menentukan balita gizi buruk. Secara keseluruhan masalah ini

iv
akanberdampak besar seperti menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar,
meningkatkan resiko penyakit infeksi karena daya tahan menurun, dan lain-lain.

Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat
kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi.Ketiga hal ini
dipengaruhi oleh keadaan gizi. Pola makan merupakan perilaku paling penting
yang dapat mempengaruhi keadaan gizi.Hal ini disebabkan karena kuantitas dan
kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi tingkat
kesehatan individu dan masyarakat. Agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari
berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular (PTM) terkait gizi, maka
pola makan masyarakat perlu ditingkatkan kearah konsumsi gizi
seimbang.Keadaan gizi yang baik dapat meningkatkan kesehatan individu dan
masyarakat.Gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta
perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak, serta seluruh kelompok
umur.Gizi yang baik membuat berat badan normal atau sehat, tubuh tidak mudah
terkena penyakit infeksi, produktivitas kerja meningkat serta terlindung dari
penyakit kronis dan kematian dini.Gizi yang tidak optimal berkaitan dengan
kesehatan yang buruk.Gizi yang tidak baik adalah faktor risiko PTM, seperti
penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi dan
stroke), diabetes serta kanker yang merupakan penyebab utama kematian di
Indonesia.Lebih separuh dari semua kematian di Indonesia merupakan akibat
PTM.(Depkes, 2008).

Gizi berlebih atau obesitas keadaan dimana seseorang kelebihan lemak


tubuh yang di akumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak
merugikan kesehatan yang dapat menurunkan harapan untuk hidup.Obesitas dapat
di sebabkan oleh anak yang lahir berat badan rendah .Anak itu akan mengalami
perubahan berat tubuh mencolok terlihat jelas dari ukuran badan yang semakin
membesar dan perut yang bertambah gemuk. dari umur 2 tahun ini kebiasaan sang
ibu memberikan asupan gizi yang berlebihan ketika baru lahir sehingga
berdampak obesitas hingga ia dewasa.Obesitas ini memiliki 2 tipe obesitas
diakibatkan kelebihan makan kurang aktivitas dan obesitas disebabkan oleh

v
penyakit dan limb obesity.Kegiatan seseorang yang suka mengemil sambil
tiduran,nonton tv dan makan berlebih setelah itu kurang untuk beraktivitas
menyebabkan banyak energi yang di serap tetapi hanya sedikit yang di keluarkn
sehingga lemak dalam tubuh itu akan tersimpan dalam cadangan lemak sehingga
timbulah kegemukan di perut biasa di alami pria dan ,di sekitar panggul di alami
wanita. Selain itu obesitas dapat menyebabkan kematian dan resiko gangguan
fisik dan mental.

Isu masalah pangan di Indonesia makin meluas dan sistem pangan


nasional Indonesia harus terus di kembangkan mengikuti perkembangan zaman
dan aneka tuntuntannya.Masalah pangan di Indonesia tidak hanya mengenai
pasokan produk pangan dalam jumlah dan gizi yang cukup tetapi juga
aman.Dalam hal ini, keamanan pangan merupakan prasyarat bagi pangan bermutu
dan bergizi baik. Tidak ada artinya berbicara citarasa dan nilai gizi, atau pun
mutu dan sifat fungsional yang bagus, tetapi produk tersebut tidak aman
dikonsumsi.

Jadi terkaitan isu dan trend terkini mengenai masalah gizi dan pangan
saling berhubungan selain ada masalah pangan dan kekurangan gizi ,di sisi lain
juga terjadi masalah gizi lebih atau obesitas.keadaaan seperti ini menjadi dilema
dalam upaya pembanguna gizi.dan tugas kita sebagai ahli gizi memeriksa
keamanan pangan yang sesuai dengan mutu dan gizi yang seimbang Dan di
perlukan strategi program yang terarah berdasarkan hasil pemikiran dan penelitian
sehingga antara 2 itu berjakan dengan selaras dan menimbulkan kebaikan bagi
kita semua.

1.2Rumusan Masalah

1. Bagaimana kebijakan berwawasan kesehatan untuk gizi kurang?


2. Bagaimana lingkungan yang mendukung untuk gizi kurang?
3. Bagaimana langkah pemberdayaan masyarakat yang diambil untuk gizi
kurang?
4. Bagaimanakah cara meningkatkan status gizi seimbang di masyarakat?

vi
1.3 Tujuan

1. Untuk memberikan wawasan dan promosi kesehatan untuk masyarakat


mengenai penatalaksanaan dan peningkatan status gizi seimbang.

2. Untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar mengetahui cara


mengimplementasikan peningkatan status gizi di lingkup terkecil (keluarga) dan
merambat ke lingkup besar (masyarakat).

1.4 Manfaat

Manfaat pembuatan makalah ini antara lain :

1. Pembaca mengetahui pengertian peningkatan status gizi seimbang.


2. Pembaca mengetahui bagaimana cara meningkatkan status gizi seimbang
di masyarakat.
3. Pembaca mengetahui metode dan media yang digunakan dalam promosi
kesehatan peningkatan status gizi seimbang.
4. Pembaca diharapkan dapat meningkatkan status gizi seimbang pada
dirinya, keluarga dan masyarakat.

vii
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Gizi

Gizi adalah suatu proses menggunakan makanan yang dikonsumsi secara


normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme,
dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan
penyerapan gizi dan penggunaan zat gizi tersebut atau keadaan fisiologi akibat
dari tersedianya zat gizi dalam sel tubuh (Supariasa, 2002).

Jadi, status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi


makanan dan penggunaan zat gizi.Dibedakan atas status gizi buruk, gizi kurang,
gizi baik, dan gizi lebih (Almatsier, 2006 yang dikutip oleh Simarmata, 2009).

Pemberian makanan yang sebaik-baiknya harus memperhatikan


kemampuan tubuh seseorang untuk mencerna makanan, umur, jenis kelamin, jenis
aktivitas, dan kondisi tertentu seperti sakit, hamil, menyusui.Untuk hidup dan
meningkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi
(karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral) dalam jumlah yang cukup,
tidak berlebihan dan tidak juga kekurangan. Di samping itu, manusia memerlukan
air dan serat untuk memperlancar berbagai proses faali dalam tubuh. Apabila
kelompok zat gizi tersebut diuraiakan lebih rinci, maka terdapat lebih dari 45 jenis
zat gizi. (Santoso dan Lies, 2004).

Secara alami, komposisi zat gizi setiap jenis makanan memiliki


keunggulan dan kelembahan tertentu.Bebarapa makanan mengandung tinggi
karbohidrat tetapi kurang vitamin dan mineral. Sedangkan bebarapa makanan lain
kaya vitamin C tetapi kurang vitamin A. Apabila konsumsi makanan sehari-hari
kurang beranekaragam, maka akan timbul ketidakseimbangan antara masukan dan
kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat dan produktif. Dengan

viii
mengkonsumsi makanan sehari-hari yang beranekaragam, kekurangan zat gizi
pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi
jenis makanan lain sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang. (Santoso
dan Lies, 2004)

RAKERKESNAS 2014 menghasilkan lima isu strategis kesehatan tahun 2015


sampai 2019. Salah satu isinya adalah meningkatkan status gizi, dari orang yang
kurang gizi sampai kelebihan gizi (obesitas). Menteri Kesehatan Republik
Indonesia dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH, menjelaskan bahwa ada lima isu
strategis kesehatan yang lahir dalam Rakerkesnas 2014 tahun ini. Isu pertama,
bagaimana meningkatkan status kesehatan rakyat Indonesia pada setiap tahap
kehidupan, mulai dari bayi hingga lansia.

Pedoman Gizi Seimbang KEMENKES RI : 2004, juga berharap adanya isu


strategis bisa mempercepat peningkatan pembangunan kesehatan di seluruh
Indonesia di masa depan

2.2 Kebijakan Berwawasan Kesehatan Tentang Gizi buruk

Penanggulan gizi kurang perlu dilakukan secara terpadu antar departemen


dan kelompok profesi, melalui upaya-upaya peningkatan pengadaan pangan,
penganekaragaman produksi dan konsumsi pangan, peningkatan status social
ekonomi, pendidikan dan kesehatan masyarakat, serta peningkatan teknologi hasil
pertanian dan teknologi pangan. Upaya ini dilakukan untuk memperoleh
perbaikan pola komsumsi pangan m,asyarakat yang beranekaragaman dan
seimbang dalam mutu gizi.

Upaya-upaya penanggulangan masalah gizi kurang yang harus dilakukan secara


terpadu oleh masyarakat dan pihak pemerintah setempat antara lain :

1. Upaya pemenuhan dan persediaan pangan nasional terutama peningkatan


produksi beraneka ragam pangan

ix
2. Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yang diarahkan pada
pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat
rumah tangga
3. Peningkatan upaya pelayanan-pelayanan gizi terpadu dan system rujukan
dimulai dari tingkat pos pelayanan terpadu (posyandu), hingga puskesmas
dan rumah sakit
4. Peningkatan upaya keamanan pangan dan gizi melalui system
kewaspadaan pangan dan gizi masyarakat (SKPG)
5. Peningkatan komunikasi, imformasi, dan edukasi di bidang pangan dan
gizi masyarakat
6. Peningkatan teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk
pangan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat luas
7. Peningkatan kesling
8. Upaya penelitian dan pengembangan pangan dan gizi.

Berbagai upaya untk mengatasi masalah yang berkaitan dengan maka tidak lepas
dari kebijakan dan strategi dari pihak terkait terutama pemerintah sebagai
pemenang wewenang untuk menungkat kesejahteraan masyarakat.

-Kebijakan
a. mengingat besarnya dan sebaran gizi buruk yang ada di semua wilayah
indonesia dan dampaknya terhadap kualitas sumber daya manusia,
pencegahan dan penganggulangan gizi buruk merupakan program nasional
sehingga perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dilaksanakan secara
berkesinambungan antara pusat daerah.
b. Penanggulangan masalah gizi buruk dilaksanakan pendekatan komperatif
dengan mengutamakan upaya pencegahan dan upaya peningkatan yang di
dukung upaya pengobatan dan upaya pemulihan.
c. Penanggulan masalah gizi buruk dilaksanakan oleh semua kabupaten atau
kota secara terus menerus dengan koordinasi lintas instansi / sektor atau
dinas organisasi masyarakat.

x
d. Penangulangan masalah gizi buruk diselenggarakan secara demoatis
transparan melalui kemitraan di tingkat kabupaten atau kota anatara
pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat.
e. Penanggulangan masalah gizi buruk dilakukan dengan pendekatan
pemberdayaan masyarakat yaitu dengan meningkatkan akses untuk
memperoleh informasi dan kesempatan untuk mengemukakan pendapatan,
serta keterlibatan dalam proses pengembalian keputusan. Masyarakat yang
telah berdaya diharapkan berperan sebagai pelaku / pelaksanaan,
melakukan advokasi, dan melakukan pemantauan untuk peningatan
pelayanan publik.
- Strategi
a. Pencegahan dan penanggulangan gizi buruk dilaksanakan di seluruh
kabupaten / kota di indonesia sesuai dengan kewenangan wajib dan
standar pelayanan minimal (SPM) dengan memperhatikan besaran dan
luasnya masalah.
b. Mengambilkan fungsi posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi
masyarakat dan keluarga dalam memantau tumbuh kembang balita,
mengenali dan menanggulangi secara dini balita yang mengalami
gangguan pertumbuhan melalui revitalitas posyandu.
c. Meningkatkan kemampuan petugas dalam manajemen dan melakukan tata
laksana gizi buruk untuk mendukung fungsi melakukan tata laksana gizi
burk untuk mendukung fungsi posyandu yang di kelola oleh masyarakat
melalui revitalisasi Puskesmas.
d. Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada kelompok
rawan melalui pemberian intervensi gizi (suplementasi), seperti kapsul
Vitamin A, MP ASI, dan makanan tambahan.
e. Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui promosi gizi, advokasi dan
sosialisasi tentang makanan sehat dan bergizi seimbang serta pola hidup
bersih dan sehat.
f. Mengalang kerjasama lintas sektor dan kemiraan dengan swasta ataun
dunia usaha dan masyarakat untuk mobilisasi sumber daya dalam angka

xi
meningkatkan daya beli keluarga untuk menyediakan makanan sehat dan
bergizi seimbang.
g. Mengaktifkan kembali Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)
melalui revit alisasi SKPG dan Sistem Kewaspadaan Dini Gizi Buruk,
yang dievaluasi dengan kajian data SKDN < yaitu semua balita mendapat
kartu menuju sehat ditimbang setiap bulan, dan berat badan naik dan
penyakit dan dat pendukung lainnya.

2.3 Lingkungan Yang Mendukung (Supportive Environment)

Sejak tahun 2010 upaya perbaikan gizi di dunia di kembangkan dalam bentuk
gerakan gizi internasional yang dikenal sebagai gerakan scalling up nutrition (
SUN ) sebagai respon Negara-negara di dunia terhadap kondisi status gizi
sebagian besar Negara berkembang dan akibat kemajuan yang tidak merata dalam
pencapaian MDGs khususnya pada tujuan IC dalam kurun waktu, tahun 1990-
2015. Sasaran yang ingin dicapai pada akhir tahun 2025 di sepakati adalah :

1. Menurunkan proposi anak balita yang stanting sebanyak 40%


2. Menurunkan proporsi anak balita yang menderita kurus (wasting <5%)
3. Menurunkan anak yang lahir berat badan rendah sebanyak 30%
4. Tidak ada kenaikan proposi anak yang mengalami gizi lebih
5. Menurunkan proposi usia ibu yang menderita anemia sebesar 50%
6. Meningkatkan prsentasi ibu yang memberikan asi ekslusif selama 6 bulan
paling kurang 50%

Investasi gizi yang terbukti secara bermakna dapat meningkatkan status


gizi diantaranya adalah lingkungan yang mendukung.Area investasi ini
ditunjukkan untuk faktor-faktor mendasar yang berhubungan dengan
status gizi seperti pemerintah, pendapatan, dan kesetaraan.Investasi ini
dapat berbentuk undang-undang peraturan, kebijakan investasi untuk
kebutuhan ekonomi.Dan peningkatan kapasitas pemerintah.Sebagian besar
investasi yang menyasar pada penyebab tidak langsung dan akar masalah

xii
gizi bukanlah hal yang berkaitan langsung dengan masalah gizi. Dengan
kata lain kegiatan yang dilakukan tidak secara eksplisit, ditunjukkan untuk
tujuan penanggulangan masalah gizi namun untervensi ini dapat menjadi
bagian penting dari perbaikan gizi.

2.4Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service)

Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya bahwa dalam


pelayanan kesehatan itu ada “provider” dan “consumer”.Penyelenggara
(penyedia) pelayanan kesehatan adalah pemerintah dan swasta, dan masyarakat
adalah sebagai pemakai atau pengguna pelayanan kesehatan.Pemahaman
semacam ini harus diubah dan harus diorientasi lagi, bahwa masyarakat bukan
sekedar pengguna atau penerima pelayanan kesehatan, tetapi sekaligus juga
sebagai penyelenggara, dalam batas-batas tertentu.Realisasi dari reorientasi
pelayanan kesehatan ini, adalah para penyelenggara pelayanan kesehatan baik
pemerintrah maupun swasta harus melibatkan diri, bahkan memberdayakan
masyarakat agar mereka juga dapat berperan bukan hanya sebagai penerima
pelayanan kesehatan, tetapi juga sekaligus sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan. Dalam meorientasikan pelayanan kesehatan ini peran promosi
kesehatan sangat penting.

Diantaranya adalah strategi reorientasi kesehatan untuk kasus gizi buruk adalah:

1. Pencegahan dan penanggulangan gizi buruk dilaksanakan di seluruh


kabupaten / kota di indonesia sesuai dengan kewenangan wajib dan
standar pelayanan minimal (SPM) dengan memperhatikan besaran dan
luasnya masalah.
2. Mengambilkan fungsi posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi
masyarakat dan keluarga dalam memantau tumbuh kembang balita,
mengenali dan menanggulangi secara dini balita yang mengalami
gangguan pertumbuhan melalui revitalitas posyandu.
3. Meningkatkan kemampuan petugas dalam manajemen dan melakukan
tata laksana gizi buruk untuk mendukung fungsi melakukan tata

xiii
laksana gizi burk untuk mendukung fungsi posyandu yang di kelola
oleh masyarakat melalui revitalisasi Puskesmas.
4. Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada
kelompok rawan melalui pemberian intervensi gizi (suplementasi),
seperti kapsul Vitamin A, MP ASI, dan makanan tambahan.
5. Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui promosi gizi, advokasi dan
sosialisasi tentang makanan sehat dan bergizi seimbang serta pola
hidup bersih dan sehat.
6. Mengalang kerjasama lintas sektor dan kemiraan dengan swasta ataun
dunia usaha dan masyarakat untuk mobilisasi sumber daya dalam
angka meningkatkan daya beli keluarga untuk menyediakan makanan
sehat dan bergizi seimbang.
7. Mengaktifkan kembali Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)
melalui revit alisasi SKPG dan Sistem Kewaspadaan Dini Gizi Buruk,
yang dievaluasi dengan kajian data SKDN < yaitu semua balita
mendapat kartu menuju sehat ditimbang setiap bulan, dan berat badan
naik dan penyakit dan dat pendukung lainnya.

2.5 Keterampilan Individu (Personnal Skill)

Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri dari individu,


keluarga, dan kelompok-kelompok. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat akan
terwujud apabila kesehatan indivu-individu, keluarga-keluarga dan kelompok-
kelompok tersebut terwujud. Strategi untuk mewujudkan keterampilan individu-
individu (personnels kill) dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan adalah
sangat penting. Langkah awal dari peningkatan keterampilan dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan mereka ini adalah memberikan pemahaman-
pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara-cara memelihara kesehatan,
mencegah penyakit, mengenal penyakit, mencari pengobatan ke fasilitas
kesehatan profesional, meningkatkan kesehatan, dan sebagainya. Metode dan
teknik pemberian pemahaman ini lebih bersifat individual daripada massa.

xiv
Dalam mewujudkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan, ketrampilan
individu mutlak diperlukan. Dengan harapan semakin banyak individu yang
terampil akan pelihara diri dalam bidang kesehatan, maka akan memberikan
cerminan bahwa dalam kelompok dan masyarakat tersebut semuanya dalam
keadaan yang sehat. ketrampilan individu sangatlah diharapkan dalam
mewujudkan keadaan masyarakat yang sehat. Sebagai dasar untuk terapil tentunya
individu dan masyarakat perlu dibekali dengan berbagai pengetahuan mengenai
kesehatan, selain itu masyarakat juga perlu dilatih mengenai cara-cara dan pola-
pola hidup sehat. Contohnya adalah dengan melakukan penyuluhan tentang m

manfaat gizi, status gizi, dan gizi buruk diantaranya adalah sebagai contoh
melakukan penyuluhan di masyarakat tentang penanggulangan masalah gizi
tingkat keluarga dengan cara mengajak Ibu membawa anak untuk ditimbang di
posyandu secara teratur, Memberikan MP-ASI sesuai usia dan kondisi anak, dan
lain lain dengan harapan individu tersebut dapat mencontoh keterampilan yang
diberikan oleh kita sebagai pemberi penyuluhan.

2.6 Gerakan masyarakat (Community Action)

Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan mampu


memelihara dan meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi promosi
kesehatan ini, maka di dalam masyarakat itu sendiri harus ada gerakan atau
kegiatan-kegiatan untuk kesehatan.Oleh karenaitu, promosi kesehatan harus
mendorong dan memacu kegiatan-kegiatan di masyarakat dalam mewujudkan
kesehatan mereka. Tanpa adanya kegiatan masyarakat di bidang kesehatan, maka
akan terwujud perilaku yang kondusif untuk kesehatan atau masyarakat yang mau
dan mampu memelihara serta meningkatkan kesehatan mereka.Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) memiliki program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(Germas) yang terus dikampanyekan untuk mempercepat upaya promotif dan
preventif hidup sehat.Kesehatan dan kecukupan gizi masyarakat sangat efektif
untuk menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan akibat
penyakit.Kampanye ini tertuang dalam Instruksi Presiden (Inpres) nomor 1 tahun

xv
2017 tentang Germas.Fokus utama Germas adalah dengan memenuhi angka
kecukupan gizi di masyarakat.Caranya dengan melakukan olahraga teratur,
konsumsi sayur dan buah, serta memeriksa kesehatan berkala.Protein paling baik
ada pada telur dan ikan.Namun memang masyarakat Indonesia konsumsi ikan
masih sedikit, lebih lari ke daging atau ayam.Germas diharapkan dapat
membangkitkan kesadaran dan motivasi keluarga bahwa sehat dimulai dari diri
sendiri. Sebab saat ini, Indonesia menghadapi tantangan berupa perubahan pola
gaya hidup masyarakat dan ditengarai menjadi penyebab bergesernya pola
penyakit katastropik dalam 30 tahun terakhir. Penyakit katastropik adalah
penyakit degeneratif yang menghabiskan biaya banyak seperti ginjal, diabetes,
jantung, hipertensi dan lainnya.Pergeseran penyakit ini akan menjadi hambatan
terhadap upaya peningkatan derajat kesehatan dan produktivitas masyarakat dan
semakin besarnya biaya pengobatan yang dibutuhkan. Penyakit Tidak Menular
(PTM) sejak tahun 2010 memiliki porsi yang sangat besar dari segi biaya
pelayanan kesehatan.Hal ini dipicu ketidaktahuan masyarakat terhadap pola gizi
yang seimbang dan cenderung menyantap makanan cepat saji (junk
food).Masyarakat juga kurang melakukan aktivitas fisik, kurang mengonsumsi
sayur dan buah, merokok, dan alkohol.Untuk memenuhi kebutuhan gizi
masyarakat, Asosiasi Pengusaha Suplenmen Kesehatan Indonesia (APSKI)
mendukung penuh gerakan ini. Evolusi penyakit juga harus dihadapi dengan
evolusi pola gaya hidup masyarakat serta evolusi upaya pemenuhan nutrisi bagi
masyarakat. Masalah gizi dan kesehatan tak hanya pemerintah tetapi juga
didukung oleh masyarakat dan swasta serta pihak lainnya.sebagai pihak
pengusaha juga berperan menyediakan pemenuhan gizi bagi masyarakat seiring
dengan evolusi pola gaya hidup dan Germas itu sendiri.

xvi
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KAUS GIZI KURANG

a. Kasus
Keluarga Tn.D (37 Tahun) memiliki istri yang bernama Ny.E yang berusia 34
tahun, mempunyai 2 orang anak. Anak pertama bernama An.S berusia 9 tahun
yang sedang duduk di bangku sekolah dasar dan anak ke 2 bernama Balita F
berusia 25 bulan. Balita F menderita gizi kurang. Setiap bulan Balita F dibawa ke
posyandu oleh ibunya. Berat badan balita.F 8.2 Kg. Ny.E mengatakan bahwa
Balita.F susah jika diberi makan nasi. Dia hanya mau memakan makanan yang
manis, gorengan dan makanan ringan saja.

ASUHAN KEPERAWATAN
b.Pengkajian Keperawatan Keluarga
1. Data Umum
1. Nama kepala keluarga : Tn. D
2. Alamat dan telepon : Lampung Selatan
3. Pekerjaan Kepala Keluarga : Mancing
4. Pendidikan Kepala Keluarga : SMP

Fasilitas Puskesmas No.Register 101.860


Yankes
Nama Elsa Mayola Yulfa Tanggal 16 Oktober
Perawat yang Pengkajian 2019/21.00 WIB
mengkaji

1. DATA KELUARGA

Nama Kepala Tn.D Bahasa sehari- Indonesia


Keluarga hari
Alamat Lampung Jarak yankes 2km(Puskesmas)

xvii
Rumah & Selatan/+62(8120)73xx terdekat 100m (Posyandu)
Telp
Agama & Islam & Sunda Alat Kendaraan Bermotor
Suku transportasi

DATA ANGGOTA KELUARGA

No Nama Hub.dgn Umur JK Suku Pendidikan Pekerjaan Status TTV Status Alat
Bantu/
KK Terakhir Saat Ini Gizi(TB, (TO,N,SP) Imunisasi
Prolesa
BB) Dasar
1. Tn.D Kepala 37 Sunda SMP Pemancing 169 cm TD
Keluarga Tahun 62 Kg 130/80
N
86x/menit
RR
18x/menit
2. Ny. E Istri 34 Sunda SMA Ibu 150 cm TD
Tahun Rumah 51 Kg 110/70
Tangga mmHg
N
90x/menit
RR 20x/
menit
3. An.S Anak 9 Pelajar 120 cm TD – Ccampak/MR
Tahun 30 Kg N
78x/menit
RR
24x/menit

4. Balita Anak 2 Belum 90 cm TD – Campak/MR

xviii
F. Tahun Sekolah 8.2 Kg R
86x/menit
N
22x/menit

LANJUTAN

No Nama Penampilan Status Kesehatan Riwayat Analisi


Umum Saat ini Penyakit/ Masalah
Alergi Kesehatan
INDIVIDU
1. Tn.D Hidung: Baik Tidak Ada Baik
Bersih
Telinga:
Bersih
Mukosa Bibir
Lembab
Tidak ada
pembesaran
Kelekjar
Thyroid
Kulit Sawo
matang
2. Ny.E Hidung Bersih Baik Tidak Ada Baik
Telinga
Bersih
Mukosa bibir
lembab
Tidak ada
pembesaran

xix
kelenjar
Thyroid
Kulit Sawo
maang
3. An.S Hidung Bersih Baik Tidak Ada Baik
Telinga
Bersih
Mukosa bibir
lembab
Tidak ada
pembesaran
kelenjar
Thyroid
Kulit Sawo
maang
4. Balita F. Hidung Bersih Gizi Kurang Gizi Kurang Gizi Kurang
Telinga
Bersih
Mukosa bibir
kering
Tidak ada
pembesaran
kelenjar
Thyroid
Kulit Sawo
maang

xx
Tn. H Ny.S
Tn. Y Ny.Y
67 th

Paru-paru DM asam urat

Ny.E
Ny. P Tn.A Tn. D
38 th 34 th Tn.w
36 th 37 th
32th
38th

An.S
Blt.f
9th 2th

Gizi kurang

Laki-laki Perempuan Meninggal Klien yang


Diidentifikasi

Kawin Anggota Serumah

1. Tipe Keluarga : Keluarga Besar


2. Suku Bangsa : Sunda/Indonesia

xxi
3. Agama : Islam

1. Status Sosial Ekonomi Keluarga


Tn. D bekerja sebagai pemancing di kolam yang tak jauh dari
rumahnya dan Ny. E Ibu Rumah Tangga yang mengasuh anaknya di
rumah. Penghasilan kelurga kurang lebih Rp. 600.000,- tiap bulannya.
Keluarga mengganggap kebutuhan belum bisa terpenuhi dengan
penghasilan tiap bulannya untuk kebutuhan sehari-hari dan
menyekolahkan anaknya.
2. Aktifitas Rekreasi Keluarga
Keluarga tidak mempunyai jadwal rekreasi. Keluarga jarang berlibur
keluar rumah tetapi setiap malam keluarga Tn.D selalu menyempatkan
untuk makan bersama.

2. Riwayat dan tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Kelurga Tn. D memiliki 1 Istri dan 2 orang anak. Anak pertama
bernama An.S berusia 9 tahun dan anak kedua bernama Balita. F
berusia 25 bulan, maka keluarga Tn. D berada pada tahap
perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah.
2. Tahap Perkembangan Keluarga yang belum terpenuhi
Tn. D memiliki 2 orang anak. Anak ke 2 mengalami susah makan,
Balita. F hanya mau makan makanan yang manis, gorengan dan
makanan ringan sehingga susah untuk makan nasi. Setiap bulan
Balita.F selalu ke posyandu dengan diantar oleh Ny.E. Ketika
ditimbang kader posyandu selalu mengatakan bahwa berat badan
balita.F kurang dari batas BB seusia 2 tahun

1. Riwayat Keluarga Inti


Tn. D tidak memiliki riwayat penyakit apapun, dan Istrinya Ny. S
tidak memiliki riwayat penyakit. Anak pertamanya An.S sehat dan

xxii
tidak mempunyai riwayat penyakit berat. Sakit yang diderita An.S
hanya demam, batuk dan pilek. Gizi kurang yang dialami anak ke 2
dari Tn.D dan Ny.E ini diketahui sejak lama karena sering menimbang
BB anaknya di posyandu
2. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Dalam kelurga Tn. D Ibunya sudah meninggal karena memiliki
riwayat penyakit Paru-paru dan dalam Keluarga Ny. E Ayahnya
memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus dan Ibu Ny. E memiliki
riwayat penyakit asam urat. Kedua orang tua Ny.E sudah meninggal
2. DATA PENGKAJIAN INDIVIDU YANG SAKIT (terlampir)
3. DATA PENUNJANG KELUARGA

Rumah dan Sanitasi Lingkungan: PHBS Di Rumah Tangga


Kondisi rumah : Jika ada Bunifas, Persalinan
Rumah yang memiliki Luas 80 m2 ditolong oleh tenaga kesehatan:
dengan tipe 18, dan memiliki 1 lantai Ya
yang terdiri dari: ruang tamu, 2 Jika ada bayi, Memberi ASI
Kamar tidur, 1 kamar mandi dan Ekslusif:
dapur. Tidak. Kurangnya pengetahuan
Ventilasi: keluarga tentang kesehatan
Cukup. Jumlah jendela ada 2, dan Jika ada balita, Menimbang balita
terdapat ventilasi di depan. tiap bln:
Pencahayaan Rumah: Ya. Ny. E selalu menimbang
Baik. anaknya setiap bulan ke
Saluran Buang Limbah: Puskesmas.
Cukup. Jarak septic tank dengan Menggunakan air bersih untuk
sumber air sekitar 2,5 m. makan dan minum:
Sumber Air Bersih: Ya
Tidak Sehat. Sumber air minum dan Menggunakan air bersih untuk
air untuk masak yang digunakan kebersihan diri:
berasal dari sumur milik sendiri yang Ya

xxiii
letaknya ada di dalam jamban Mencuci tangan dengan air bersih
Jamban memenuhi syarat: dan sabun:
Tidak. Karena terlalu dekat dengan Tidak
sumber air. Melakukan pembuangan sampah
Tempat Sampah: pada tempatnya:
Ya. Terdapat tempat sampah Ya
Rasio Luas Bangunan Rumah dengan Menjaga lingkungan rumah
Jumlah Anggota Keluarga 8m²/orang: tampak bersih:
Ya Ya. Namun lingkungan rumahnya
kurang sehat karana berdekatan
langsung dengan kandang ayam.
Mengkonsumsi lauk pauk tiap hari:
Ya. Namun tidak sering

4. KEMAMPUAN KELUARGA MELAKUKAN TUGAS


PEMELIHARAAN KESEHATAN ANGGOTA KELURGA
1. Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit: Ada
2. Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota
dalam keluarganya: Ya, namun kurang faham cara menanganinya
3. Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami
anggota dan keluarganya: Ya
4. Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang
dialami anggota dalam keluarganya: Ya
5. Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami
anggota dalam keluarganya bila tidak diobati/dirawat: Ya
6. Pada siapa keluarga bisa menggali informasi tentang masalah kesehatan
yang dialami angooa keluarganya: Kader tenaga kesehatan yaitu petugas
kesehatan yang berada di Puskesmas
7. Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota

xxiv
keluarganya: Tidak terpikir
8. Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami
anggota keluarganya secara aktif: Tidak, kurangnya pengetahuan keluarga
tentang gizi seimbang
9. Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan
yang dialami anggota keluarganya: Tidak, kurangnya pengetahuan cara
menangani gizi seimbang
10. Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan
masalah kesehatan yang dialaminya: Ya, namun keluarga kurang begitu
faham
11. Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah keperawatan yang
dialami anggota keluarganya: Tidak, keluarga masih perlu mendapatkan
pemerhatian khusus
12. Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang
mendukung kesehatan yang dialami anggota keluarganya:Tidak, karena
masih terdapat jamban yang kurang sehat, sumber air kurang sehat dan
terdapat kandang ayam yang berdekatan dengan rumah keluarga
13. Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di
masyarakat untuk mengatasi masalah anggota keluarganya: Ya, keluarga
kadang bertanya kepada tetangga atau ke Pelayanan Kesehatan terdekat.

Kunjungan Pertama (K-1): Kunjungan Keempat (K-4):


Perawat:Perawat Elsa Perawat: Perawat Elsa dan Perawat
Manda
Kunjungan Kedua (K-2) Kunjungan Kelima (K-5):
Perawat: Perawat Elsa dan Ayu Perawat: Perawat Elsa dan Perawat
Risa
Kunjungan Ketiga (K-3) Kunjungan Keenam (K-5): Perawat
Perawat: Perawat Elsa dan Azahra Elsa dan Perawat Ayu

xxv
Penjelasan cara menilai tingkat kemandirian keluarga terlampir.

Fungsi Perawatan Kesehatan


a. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Keluarga mengetahui jika ada anggota keluarga yang menderita gizi
kurang. Tn.D dan Ny.E mengetahui bahwa anak ke 2 nya menderita gizi
kurang setelah rutin menimbang BB nya di posyandu dekat rumahnya.
Keluarga belum mengetahui penyebab dan bagaimana upaya agar anaknya
tersebut mau makan nasi atau makanan pokok lainnya tidak hanya
makanan manis yang anaknya sukai saja.
b. Kemampuan keluarga untuk mengambil keputusan untuk mengatasi
masalah kesehatan
Keluarga belum mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
kesehatannya karena belum mengetahui banyak tentang masalah penyakit
yang dialami balita.F.
c. Kemampuan keluarga melakukan perawatan
Keluarga belum mampu merawat anggota keluarga yang menderita gizi
buruk, karena keluarga saja kebingungan karena anaknya susah untuk
disuruh makan nasi dan makanan pokok lainnya. Yang keluarganya
ketahui hanya banyak makan makanan saja tanpa tahu makanan yang
seimbang untuk balita.
d. Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan
Keluarga belum mampu memodifikasi lingkungan, lingkungan di
rumahnya kurang sehat. Di depan rumahnya terdapat kandang ayam dan
jambannya pun tidak sehat
e. Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Keluarga selalu memanfatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah
kesehatan yang dialami oleh anaknya, tetapi terkadang keluarga
mempunyai kesulitan ekonomi jika berobat ke puskesmas karena keluarga
tidak mempunyai asuransi, BPJS ataupun jamkesmas.

xxvi
2.DATA PENGKAJIAN INDIVIDU YANG SAKIT DALAM KELUARGA

Nama individu yang sakit: Balita F Diagnosa Medik: Gizi Kuraang


Sumber dana: Rujukan Dokter Rumah Sakit:
Keadaan Umum Sirkulasi/Cairan Perkemihan: Pola BAK: Pernapasan: Normal
Kesadaran: Bunyi jantung: 10-15x perhari
GCS: - Normal Kemampuan BAK: Bantu
TD:- Tanda Alat Bantu: Tidak
P: 22 x/menit Perdarahan: Gunakan Obat: Tidak
BB: 8.2 Kg Normal Kemampuan BAB: Bantu
N: 86 x/menit Tanda Anemia:
Tidak ada
Tanda Dehidrasi:
Bibir Kering
Pencernaan: Normal Muskuloskeletal: Neurosensori
Nafsu Makan: Normal Fungsi Penglihatan: Fungsi Perabaan:
Berkurang Tremor jenis:- Normal Normal
Bising Usus: 5x/ Kekuatan otot:
menit normal Fungsi Pendengaran: Normal
Diet Khusus: RPS Atas:
Tidak terbatas Fungsi Perasa: Mampu Fungsi Penciuman: Mampu
Kebiasaan makan- RPS Bawah:
minum: Bantu Terbatas
sebagian Berjalan: Mandiri
Alergi Alat Bantu: Tidak
makanan/minuman: Nyeri: Tidak
Tidak

Kulit: Normal tidak ada memar Dll.


Tidur dan Istirahat
Terkadang rewel

xxvii
Mental: Gelisah Komunikasi dan Kebersihan diri: Hidung, Perawattan diri
Budaya Telinga bersih mukosa Sehari- hari
Interaksi dengan bibir kering. Mandi: Bantu
Keluarga: Baik Berpakaian: Bantu
Berkomunikasi: Menyisir rambut:
Ya namun belum Bantu
lancar
Kegiatan sosial
sehari –hari:
Baik
Keterangan Tambahan terkait individu:
Balita F. menderita gizi kurang setelah rutin menimbang BB nya di posyandu dekat rumahnya.
Balita F. susah untuk disuruh makan nasi dan makanan pokok lainnya.

Diagnosa Keperawatan Individu/Keluarga:

Gangguan Kebutuhan Nutrisi Pada Balita F.

MENGETAHUI

Nama Koordinator Utari Aditia Selvianti Tanggal/


Puskesmas Tanda Tangan

PRIORITAS MASALAH

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang pada Balita.F.


2. Gangguan Kebutuhan Nutrisi pada Balita.F.

xxviii
PERENCANAAN KEPERAWATAN

Fasilitas Yankes Puskesmas No. Register 101.860


Nama Perawat: Elsa Mayola Nama Tuan.E
Yulfa Penanggungjawaab/KK:
Nama Balita F. Anak Alamat Lampung
Individu/Keluarga/ dari Tuan E. Selatan
Kelompok
Penyakit/Masalah Gizi Kurang
Kesehatan

Tgl/ Diagnosa
Tujuan Rencana tindakan
No Keperawatan
1. Gangguan kebutuhan Tujuan Umum : 1. Memberikan penyuluhan
nutrisi pada Balita.F Nutrisi pada Balita.F kepada keluarga Tn.D
anak dari Tn.D terpenuhi tentang :
Tujuan Khusus : 1. Pertumbuhan anak usia 2
Setelah dilakukan tahun
penyuluhan keluarga 2. Penyebab anak tidak mau
mampu : makan
1. Keluarga dapat 3. Upaya agar anak mau
mengenal masalah. makan
2. Keluarga mampu 4. Gizi seimbang
mengambil keputusan
yang tepat
3. Keluarga dapat
memanfatkankan
fasilitas kesehatan.

xxix
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi
1 Gangguan kebutuhan 21 Februari 2019 1. Melakukan inform S : Keluarga
nutrisi pada Balita.F concent kepada keluarga mengatakan senang
anak dari Tn.D Tn.D dengan kedatangan
2. Melakukan pengkajian petugas kesehatan
kepada keluarga Tn.D yang berkunjung ke
3. Melakukan kontrak rumah
waktu untuk pertemuan O : Keluarga terlihat
selanjutnya antusias dengan
kedatangan petugas
kesehatan yang
berkunjung ke
rumahnya
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan
intervensi
26 Februari 2019 1.Memberikan S : Keluarga klien
penyuluhan kepada mengatakan mengerti
keluarga Tn.D tentang : apa yang dijelaskan
 Pertumbuhan anak oleh perawat
usia 2 tahun O : Klien terlihat
 Penyebab anak tidak senang diberi
mau makan penyuluhan tersebut
 Upaya agar anak mau A : Masalah teratasi
makan
 Gizi seimbang

xxx
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Krisis ekonomi yang terjadi sejak 1997 semakin memperburuk keadaan


gizi masyarakat.Selama krisis, ada kecenderungan meningkatnya prevalensi gizi
kurang dan gizi buruk terutama pada kelompok umur 6-23 bulan. Paradigma baru
menekan pentingnya outcome dari pada input. Persediaan pangan yang cukup
(input) dimasayarakat tidak menjamin setiap rumah tangga dan anggota
memperoleh makanan yang cukup dan status gizinya baik. Banyak faktor lain
yang dapat mengganggu proses terwujudnya outcome sesuai dengan yang
diharapkan. Paradigma input sering melupakan faktor lain tersebut, diantaranya
air bersih, kebersihan lingkungan dan pelayanan kesehatan dasar.

Penyebab langsung kurang gizi adalah makanan anak dan penyakit infeksi
yang mungkin diderita anak dan masyarakat.Timbulnya gizi kurang tidak hanya
karena makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit.Anak yang mendapatkan
makanan yang cukup baik, tetapi sering diserang diare atau demam akhirnya dapat
menderita kurang gizi.Demikian juga pada anak yang makan dengan tingkat yang
tidak cukup baik, maka daya tahan tubuhnya (imunitas) dapat melemah.Dalam
keadaan demikian, mudah diserang infeksi yang dapat mengurangi nafsu makan
dan akhirnya dapat menderita kurang gizi.Dalam kenyataan keduanya (makanan
dan penyakit) secara bersama-sama merupakan penyebab kurang gizi.Begitu pula
dengan gizi berlebih, dimana konsumsi makanan yang kaya lemak dan
karbohidrat (pati) menyebabkan tubuh memiliki cadangan energi berlebih yang
diperparah dengan tidak diimbanginya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
serta olahraga yang teratur.

3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah yang membahas salah satu isu
kesehatan yang masih ada di Indonesia ini, masyarakat luas dan khususnya
mahasiswa dapat menjadi cerminan diri untuk melaksanakan perilaku hidup
bersih dan sehat serta memiliki dan mampu untuk meningkatkan status gizi
seimbang yang baik bagi dirinya dan masyarakat luas.

xxxi
DAFTAR PUSTAKA

 Ahmad,Ismail.2010.StatusGizi.Online. https://creasoft.wordpress.com/201
0/01/01/status-gizi/. Diakses tanggal 15 MAret 2017.
 Ambarawati,Eny.2010.MediaPromosiKesehatan.Online. http://enyretnaam
barwati.blogspot.co.id/2010/03/media-promosi-
kesehatan.html.Diaksestanggal 13 Maret 2017
 Anwar,Lalu.M.2009.StatusGizidanFaktoryangMempengaruhi.
Online. https://anwarsasake.wordpress.com/2009/08/07/status-gizi-dan-
faktor-yang-mempengaruhi/. Diakses tanggal 15 Maret 2017.
 Online.Pdf. http://eprints.uny.ac.id/7718/3/BAB%202%20-
%2008603141021.pdf. Diakses tanggal 15 Maret 2017.
 Depkes RI.2006.Profile Direktorat Jenderal Pusat Promosi Kesehatan
RI. Online. depkes.co.id. Diakses tanggal 13 Maret 2017.
 2011.MasalahGizidiMasyarakat.
Online. http://acehgorevolusions.blogspot.co.id/. Diakses tanggal 15 Maret
2017.
 Lutfiana,Nurlaela.2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Gizi Buruk pada Lingkungan Tahan Pangan dan Gizi. Online.
Pdf. http://lib.unnes.ac.id/18287/1/6450407024.pdf. Diakses tanggal 15
Maret 2017
 Nawawi, 2014. Lima Isu Strategis Kesehatan Nasional. Online.
Post. http://lifestyle.okezone.com/read/2014/04/01/482/963616/berikut-5-
isu-strategis-kesehatan-2015-2019. Diakases tanggal 14 Maret 2017.
 Padji,Rey.2012.MediaPromosiKesehatan.
Online. https://reypadji.wordpress.com/2012/10/10/media-promosi-
kesehatan/. Diakses tanggal 13 Maret 2017.
 PuskesmasBaruTengahBalikpapan.2016.UpayaPerbaikanGiziMasyarakat.
Online. https://puskesmasbarutengah.com/upaya-perbaikan-gizi-
masyarakat/. Diakses tanggal 15 Maret 2017.

xxxii
 Pratiwi, Rachmahnia. 2014. Isu dan Trend Terkini Terkait dengan Masalah
Gizi dan Pangan. Online. http://amaziua.blogspot.co.id/2014/12/isu-dan-
trend-terkini-terkait-dengan.html. Diakses tanggal 14 Maret 2017.
 UniversitasSumateraUtara.StatusGizidaPengertiannya.Online.
Pdf. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21485/4/Chapter%20
II.pdf
 Ulfa,Mama.2014.FAktoryangMempengaruhiStatusGizi.
Online. http://berbagiilmu111.blogspot.co.id/2014/01/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-status.html. Diakses tanggal 15 Maret 2017.

xxxiii

Anda mungkin juga menyukai