Kelas: 2 A
Latar belakang
Mungkin sebagian orang tidak setuju kalau korupsi itu disebut “budaya” di
Indonesia, karena mereka yang segelintir itu memang tidak pernah melakukan
praktek-praktek korupsi. Mereka bekerja sesuai jalurnya tidak dipaksakan dan
juga tidak melakukan pemaksaan. Orang-orang semacam ini susah sekali di
temukan dan memberikan sedikit kesadaran kepada pembesar Negeri ini.
Sebenarnya mereka ada tetapi tenggelam oleh maraknya praktek korupsi sekarang
ini.
Dan entah mengapa Negara ini merasa korupsi adalah hal yang wajar
untuk dilakukan. Bagaimana tidak, untuk memperoleh suatu jabatan atau
kedudukan atau proyek-proyek yang dananya berasal dari jeripayah dan keringat
rakyat, memberikan setoran awal sebagai pemulus kepada pembesar-pembesar
Negeri ini agar apa yang menjadi cita-cita dan tujuannya tercapai sudah bukan
rahasia umum lagi. Tidak lagi peduli apakah itu hal yang akan merugikan banyak
orang yang telah menggantungkan harapan besar kepada Negara Indonesia yang
mereka cintai ini.
Masalah
Salah satu dari bannyaknya factor terjadinya korupsi yaitu
1. Bannyaknya kesempatan segelintir oknum untuk melakukan korupsi
2. Tidak ada pengawasan yang ketat agar tidak terjadinya korupsi.
3. Ringannya hukuman bagi pelaku korupsi
Pembahasan
Hukum bagi para pelaku korupsi tampak berlawanan arah dengan efek
jera. Salah satu penyebabnya, dan ini sering menjadi bahan pembicaraan publik,
adalah hukuman yang dijatuhkan hakim bagi para koruptor dipersepsikan belum
sebanding dengan kejahatan luar biasa tersebut.
Di Indonesia khususnya, sampai sekarang tidak tidak selesai-selesai. Dari
pejabat tinggi Negara, pejabat daerah bahkan pejabat rendahan sekalipun ada.
Kesadaran dari semua pihak, terlebih bagi pelaku korupsi sangat kecil sekali.
Padahal sudah banyak sekali sindiran-sindiran dari masyarakat yang di sampaikan
baik dari lagu-lagu tentang korupsi, filem-filem tentang korupsi bahkan sindiran
langsung dari orang-orang tentang korupsi.
Ada salah satu cara untuk mencegah terjadinya korupsi , yaitu dengan cara
menyita semua asset yang di miliki pelaku korupsi. ini di jabarkan dengan di
adakannya peraturan oleh MUI. Adanya peraturan yang di tetap kan oleh MUI ini
bertujuan agar para korupsi takut untuk melakukan korupsi. Peraturan ini di
tetapkan bukan hanya semata-mata di keluarkan untuk mencegah terjadi nya
korupsi saja, tetapi untuk menyelesaikan fenomena korupsi yang terjadi di
Indonesia yang tidak tau kapan berakhirnya.
Sebenarnya rancangan undang-undang tentang penyitaan asset pelaku
korupsi bukan lah hal baru. Ini terbukti dari semenjak medio 2011 pemerintah
telah membuat tentang rancangan undang-undag tentang penyitaan asset tindak
pidana korupsi (PATPK). Dan sampai kini rancangan undang-undang itu telah di
siapkan oleh direktorat jendral peraturan dan perundang undangan hokum dan hak
asasi manusia (ditjen PP kemenhukam), namun belum masuk pembahasan
parlemen. Persamaan fatwa dari MUI dan rancangan UU peraturan dari
pemerintah yaitu, fatwa MUI di kuatkan dengan dalil-dalil yang ada dalam Al-
Quran dan hadis, untuk menguatkan peraturan yang di keluarkan oleh pemerintah.
Kesimpulan
usaha yang di lakukan oleh berbagai pihak telah banyak di lakukan, baik dari
pemerintah, MUI, dan banyak sekali pihak yang lainnya. Mulai dari membuat
undang-undang tentang korupsi, membuat lagu tentang korupsi dan filem-filem
tentang korupsi. Dengan harapan untuk menyadarkan segala pihak akan
banyaknya nilai positif yang di hasilkan oleh tindakan korupsi. Tinggal kesadaran
lah yang menentukan semuanya.
Nama: Elsa Mayola Yulfa (1825037)
Kelas: 2 A
Vonis ini lebih rendah dari tuntutan jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
selama 18 tahun. Namun, dalam tuntutan terhadap Nur Alam, pertama kalinya
KPK menggunakan kerusakan lingkungan untuk menilai kerugian keuangan
negara.
"Ini adalah satu hal yang sudah baik dan kami mendorong harusnya bisa
diterapkan ke kasus-kasus korupsi sumber daya alam lainnya. Jangan hanya di
kasus Nur Alam," imbuhnya.
"Ini akan mampu tidak hanya memutus korupsi, tapi juga memutus kerusakan
lingkungan hidup," ujar Merah.izin tambang naik drastis.
Nilai kerugian negara yang ditimbulkan dari kasus Nur Alam sangat fantastis,
mencapai Rp4,3 triliun. Nilai itu hampir dua kali lipat nilai kerugian negara dalam
kasus dugaan korupsi proyek KTP elektronik, yang diklaim mencapai Rp2,3
triliun.
Namun, angka tersebut tidak sepenuhnya atas hasil penghitungan auditor negara.
Sebab, salah satu yang dihitung adalah kerugian akibat kerusakan lingkungan.
Tidak cuma itu, politikus Partai Amanat Nasional itu juga dituntut membayar
uang pengganti Rp2,7 miliar dari keuntungan yang diperoleh dari izin
pertambangan yang diberikan Nur Alam kepada pengusaha.
Lebih ringan dari tuntutan
Imbas dari kasus korupsi yang menjeratnya, Ketua Majelis Hakim Diah Siti
Basariah mengganjar Nur Alam vonis pidana selama 12 tahun.
"Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada terdakwa Nur Alam dengan pidana
penjara selama 12 tahun dan pidana denda sebesar Rp1 miliar, dengan ketentuan
apabila denda itu tidak dibayar maka diganti dengan pidana kurungan selama
enam bulan," ujar Diah seperti dilaporkan wartawan BBC Indonesia Abraham
Utama di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, pada Rabu (23/03) malam.
Selain itu, majelis hakim juga menjatuhkan pidana tambahan kepada terdakwa
Nur Alam untuk membayar uang pengganti sebesar Rp2,7 miliar dan mencabut
hak politiknya selama lima tahun.
"Saya tanpa berkonsultasi dengan para pengacara atau penasihat hukum saya
karena pada akhirnya saya yang merasakan langsung. Maka saya menyatakan saat
ini tanpa menunda waktu untuk banding," tegas Nur Alam.dua kali sampai
akhirnya digelar pada malam harinya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan ahli kerusakan tanah dan lingkungan hidup,
Basuki Wasis, terdapat tiga jenis penghitungan kerugian akibat kerusakan
lingkungan. Pertama, total kerugian akibat kerusakan ekologis. Kemudian,
kerugian ekonomi lingkungan. Ketiga, menghitung biaya pemulihan lingkungan.
Jumlah tersebut dihitung oleh ahli kerusakan tanah dan lingkungan hidup, Basuki
Wasis.
Atas hal itu, Nur Alam dituntut hukuman 18 tahun penjara oleh jaksa. Dia juga
dituntut membayar denda Rp1 miliar subsider satu tahun kurungan.kepada Nur
Alam.
"Kami melihat kasus Nur Alam ini bukan hanya kasus korupsi, tapi kejahatan
lingkungan. Kita melihat kasus korupsi dan kejahatan lingkungan itu kan
sebenarnya suatu kasus yang secara garis besar kejahatan kepada kemanusiaan,"
kata perempuan yang akrab dipanggil Tari ini.
Apalagi, Nur Alam menjabat gubernur selama dua periode. Sebagai seorang
penyelenggara negara, imbuh Tari, semestinya memberi contoh kepada rakyat
untuk tidak korupsi dan memegang teguh integritas.
Skema penghitungan
Di sisi lain, ICW berharap, majelis hakim di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
Jakarta menjadikan metode penghitungan kerugian negara yang didalilkan jaksa
dengan menambahkan kerugian ekologis, biaya pemulihan lingkungan, dan
kerugian ekonomi lingkungan sebagai rujukan dalam pengambilan putusan.
"Dorongan ke KPK adalah bagaimana kemudian KPK bisa menggunakan
penghitungan kerugian lingkungan ini dan membuat formulasi tahapan atau hal-
hal apa sih yang bisa dihitung dalam menghitung kerugian lingkungan. Jadi KPK
memiliki standar ketika kita ngomongin kerugian lingkungan, ujar Tari.
Ahli ekonomi lingkungan yang juga konsultan World Bank, Virza Safaat
Sasmitawidjaja, menjelaskan parameter utama adalah identifikasi kerugian
ekologis dan kerugian sosial akibat korupsi.
"Itu yang harus diperhitungkan untuk kajian untuk menghitung valuasi ekonomi
ini," tandasnya.
'Obral' perizinan
Langkah KPK, lanjut Merah, mesti dilihat sebagai upaya untuk memotong rantai
korupsi yang lebih besar, yakni menyelamatkan kekayaan alam dan ruang hidup
rakyat.
"Jadi kita apresiasi ini terobosan, dan ini akan mampu tidak hanya memutus
korupsi, tapi juga memutus kerusakan lingkungan hidup," cetusnya.
Terobosan ini, menurut dia, juga bisa diterapkan untuk menindaklanjuti temuan
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terkait pelanggaran dalam sektor sumber daya
alam.
"Sebenarnya BPK sejak 2010 sudah melakukan green audit, atau evaluasi
kerugian lingkungan hidup sebagai kerugian negara. Sudah saatnya penegak
hukum yang lain bersinergi dengan KPK juga. BPK misalnya, dan KLHK sendiri
yang selama ini menurut kami peran KLHK yang sangat minim." kata dia.
Baru-baru ini, BPK mendapatkan dua temuan terkait lingkungan yang dilakukan
PT Freeport Indonesia (PTFI). Setidaknya dalam pelanggaran tersebut potensi
kerugian negara mencapai total sekitar Rp455 triliun.
Kerugian dari perubahan ekosistem yang rusak akibat pembuangan limbah yang
berlebihan oleh Freeport ini setidaknya tercatat mencapai Rp185 triliun.
Temuan ini merupakan hasil pemeriksaan BPK atas Kontrak Karya Freeport tahun
2013-2015 pada Kementerian ESDM, Kementerian LHK dan instansi terkait
lainnya di Jakarta, Jayapura, Timika dan Gresik.
Merah pula menyoroti bahwa korupsi di sektor sumber daya alam, terutama
terkait pertambangan selalu menjadi sumber korupsi selama ini guna memenuhi
kebutuhan biaya kampanye dalam pilkada serentak.
Dugaan ini beralasan mengingat pada tahun politik 2017-2018, tren penerbitan
izin tambang naik drastis.
Terdapat 170 izin tambang yang dikeluarkan sepanjang 2017 dan 2018, dengan
rincian 34 izin tambang di Jawa Barat yang terbit pada 13 Februari 2018, dua
pekan sebelum masa penetapan calon kepala daerah Jabar diumumkan.