Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENDAMPINGAN DAN PELAYANAN GIZI KELUARGA


PADA BAYI, BALITA, REMAJA DAN CALON PENGANTIN
DALAM UPAYA PENCEGAHAN STUNTING

Dosen Pengampu :

Eva Purwita,S.ST,M.Keb

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Alfi Khusna (P07124122002) Radhatul Jannah (P07124122025)

Annisa Fatika Sari (P07124122004) Raliza Dwi Nelva (P07124122026)

Dede Salsabila (P07124122011) Richa Shafira (P07124122027)

Isra Maulida (P07124122018) Shakia (P07124122032)

Uchi Pratama (P07124122034)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2024

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menganugerahkan begitu banyak
limpahan nikmat sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini secara
maksimal. Shalawat dan salam tak lupa pula kita junjungkan kepada Nabi kita
Muhammad SAW yang telah begitu banyak mengajarkan kebaikan dan
menyebarkan ilmu yang bermanfaat kepada semua umatnya.

Alhamdulillah penulis telah dapat menyelesaikan makalah yang berjudul


“Pendampingan Dan Pelayanan Gizi Keluarga Pada Bayi, Balita, Remaja,
dan Calon Pengantin Dalam Upaya Pencegahan Stunting ”.Tidak lupa penulis
ucapkan terima kasih kepada ibu Eva purwita, S.ST, M.Keb selaku dosen
pembimbing mata kuliah Gizi Dalam Pelayanan Kebidanan yang membimbing
kami dalam pengerjaan makalah ini.

Selain itu terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman yang telah
mendukung penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Berkat bantuan dan
dorongan tersebut, penulis dapat menyelesaikan tugas ini secara lancar dan
maksimal.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran demi tercapainya kualitas makalah ini
yang lebih baik di kemudian hari. Dan penulis berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pembaca.

PAGE \* MERGEFORMAT ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 4
A. Definisi Stunting........................................................................ 4
B. Ciri-ciri stunting........................................................................ 4
C. Faktor potensial terjadinya stunting pada anak......................... 6
D. Pertumbuhan dan perkembangan anak...................................... 7
E. Pengukuran pertumbuhan anak................................................. 13
F. Pemantauan tumbuh kembang anak......................................... 15
BAB III PENUTUP........................................................................................... 18
A. Kesimpulan................................................................................ 18
B. Saran.......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA

PAGE \* MERGEFORMAT ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Masalah gizi merupakan adanya suatu gangguan kesehatan yang
disebabkan karena ketidakseimbangan asupan dengan kebutuhan tubuh.
Asupan makan yang bergizi akan mempengaruhi status kesehatan.
Rendahnya asupan zat gizi menyebabkan seseorang rentan mengalami
penyakit infeksi, berisiko mengalami penurunan imunitas tubuh dan dapat
menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan (Sulistiani,
2023).
Masalah Gizi yang ada di Indonesia terbagi menjadi tiga yakni
Masalah gizi yang telah terkendali secara public health; Masalah gizi yang
belum bisa diselesaikan (un-finished) dan Masalah gizi yang terus
meningkat dan mengancam kesehatan (emerging and re-emerging
infectious disease) (Sulistiani, 2023).
Masalah stunting pada anak balita masih menjadi masalah kesehatan
terutama di negara berkembang. Pada tahun 2019 persentase stunting
secara global adalah 21,3 persen atau diperkirakan 144 juta anak usia di
bawah 5 tahun mengalami stunting. Pada tahun 2019, terdapat tujuh
wilayah yang memiliki prevalensi stunting yang tinggi dan sangat tinggi,
yaitu negara kepulauan di Oceania, Afrika timur, Asia Selatan, Afrika
tengah, Afrika Selatan, Afrika barat dan Asia Tenggara dimana Indonesia
termasuk di dalamnya (Aditianti et al., 2020).
Global Nutrition Report 2020 menggunakan kerangka kerja analisis
geostatistik untuk memperkirakan beban kejadian stunting, wasting dan
obesitas pada anak-anak di bawah 5 tahun di tingkat subnasional.
Kesenjangan terbesar pada stunting terjadi di Nigeria, Indonesia dan India,
dengan tingkat yang bervariasi hingga empat kali lipat di seluruh
komunitas(Aditianti et al., 2020) .

1
World Health Assembly (WHA) menargetkan menurunkan angka
stunting sebanyak 40 persen dari prevalensi 2013 yaitu 22 persen pada
tahun 2025 3. Sementara itu salah satu sasaran pembangunan kesehatan
yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah dengan menurunnya prevalensi
gizi kurang pada balita. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018
menunjukkan penurunan prevalensi stunting di tingkat nasional sebesar
6,4 persen selama periode lima tahun, yaitu dari 37,2 persen (2013)
menjadi 30,8 persen (2018). Sementara prevalensi stunting pada tahun
2007 adalah 36,8 persen. Sedangkan untuk balita berstatus normal terjadi
peningkatan dari 48,6 persen (2013) menjadi 57,8 persen (2018) (Aditianti
et al., 2020).
Stunting atau sering disebut kerdil atau pendek atau tengkes adalah
kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita)
akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode
1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak
berusia 23 bulan 3. Kegagalan pertumbuhan linier adalah bentuk paling
umum dari kekurangan gizi secara global 8. Anak yang tergolong stunting
apabila panjang atau tinggi badannya berada di bawah minus dua standar
deviasi panjang badan atau tinggi badan anak seumurnya. Stunting pada
anak mencerminkan kondisi gagal tumbuh pada anak balita. Sehingga
anak menjadi terlalu pendek untuk usianya(Aditianti et al., 2020).
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan stunting?
b. Apa saja ciri-ciri stunting?
c. Apa saja faktor potensial terjadinya stunting pada anak?
d. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan anak?
e. Bagaimana cara mengukuran pertumbuhan anak?
f. Bagaimana pemantauan perkembangan anak?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan definisi stunting.
b. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri stunting.

PAGE \* MERGEFORMAT ii
c. Untuk mengetahui apa saja faktor potensial terjadinya stunting pada
anak.
d. Untuk mengetahui bagaimana cara mengukur pertumbuhan anak
e. Untuk mengetahui bagaimana pemantauan perkembangan anak.

PAGE \* MERGEFORMAT ii
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi stunting
Stunting atau sering disebut kerdil atau pendek adalah kondisi gagal
tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan
gizi kronis dan infeksiberulang terutama pada periode 1.000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia 23 bulan. Anak
tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badannya berada di bawah
minus dua standar deviasi panjang atau tinggi anak seumurnya
Stunting adalah kondisi panjang atau tinggi badan yang kurang jika
dibandingkan dengan umur pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis
terutama dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Kekurangan gizi
dapat terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah anak
lahir, tetapi baru nampak setelah anak berusia 2 tahun (Kemenkes RI,
2018).
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah
lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu
pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam
kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi
stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita pendek (stunted)
dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang badan
(PB / U) atau tinggi badan (TB / U) menurut umurnya dibandingkan
dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study)
2006.
B. Ciri-ciri stunting
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri- ciri yang
saling berkaitan. Ciri ciri tersebut adalah sebagai berikut (Azijah, 2020):
a. Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi
bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan

PAGE \* MERGEFORMAT ii
perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang
anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf.
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu
tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya.
Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa
berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki
dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak
terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis
karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan
yang berbeda- beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun
perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing
anak.
d. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan. Pada saat
pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi
peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak
sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta
bertambah kepandaiannya.
e. Perkembangan mempunyai pola. yang tetap. Perkembangan fungsi
organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap.
f. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju
ke arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal). Perkembangan juga
terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang
ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak
halus (pola proksimodistal).
g. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap perkembangan
seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap
tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu

PAGE \* MERGEFORMAT ii
mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak,
anak mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.
Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling
berkaitan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.
a. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.
Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan
sendirinya, sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar
merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui
belajar, anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang
diwariskan dan potensi yang dimiliki anak.
b. Pola perkembangan dapat diramalkan. Terdapat persamaan pola
perkembangan bagi semua anak.
C. Faktor potensional terjadinya stunting pada anak
Menurut (Maryanah; dkk, 2023) Faktor utama yang menjadi penyebab
stunting yaitu:
a. Kurangnya asupan gizi selama hamil. Menurut WHO, menyatakan
bahwa sekitar 20% kejadian stunting sudah terjadi saat bayi masih
berada di dalam kandungan. Hal ini disebabkan oleh asupan ibu
selama hamil yang kurang bergizi dan berkualitas sehingga nutrisi
yang diterima janin cendrung sedikit. Akibatnya terjadi pertumbuhan
di dalam kandungan mulai terhambat dan hal ini terus berlanjut setelah
kelahiran.
b. Infeksi berulang atau kronis dan pengetahuan ibu yang kurang
memadai. Sejak masih didalam kandungan, bayi masih membutuhkan
berbagai nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Untuk itu
diperlukan pengetahuan ibu tentang gizi dan asupan nutrisi yang baik
untuknya dan janin dalam kandungannya. Begitu pula setelah lahir,
1000 hari pertama kehidupan (0-2 tahun), Kondisi ini dapat terjadi
pada balita saat anak masih usia dibawah 2 tahun akibat makanan yang
tercukupi, tidak seperti posisi menyusui kurang tepat, tidak diberikan
ASI ekslusif, hingga MPASI (makanan pendamping ASI) yang kurang

PAGE \* MERGEFORMAT ii
berkualitas. Faktor lainnya yang juga dapat memicu stunting adalah
jika anak terlahir dengan kondisi sindrom alcohol janin (fetus alcohol
syndrome), kondisi ini disebabkan oleh konsumsi alcohol berlebihan
saat hamil. Penyakit infeksi berulang yang dialami sejak bayi
menyebabkan tubuh anak selalu membutuhkan energi lebih untuk
melawan penyakitnya. Jika kebutuhan ini tidak diimbangi dengan
asupan yang cukup, maka anak akan mengalami kekurangan gizi.
c. Sanitasi yang buruk dan kurangnya ketersediaan air bersih.
d. Terbatasnya layanan kesehatan, termasuk layanan kehamilan dan
postnatal.
e. Rendahnya tinggi badan ibu
D. Pertumbuhan dan perkembangan Anak
a. Pertumbuhan
1. Definisi pertumbuhan
“Pertumbuhan" dapat didefinisikan sebagai penambahan
jaringan yang terjadi seiring dengan peningkatan ukuran tubuh.
"Perkembangan" berarti perubahan kapasitas tubuh untuk berfungsi
secara fisik maupun intelektual melalui peningkatan kompleksitas
jaringan dan organ. Terdapat lima tahap saat perubahan
pertumbuhan dan perkembangan utama manusia yaitu: (1) masa
bayi; (2) masa kanak-kanak; (3) masa remaja; (4) masa dewasa;
dan (5) masa lanjut usia (Azijah, 2020).
Pertumbuhan merupakan perubahan yang bersifat kuantitatif
(dapat diukur) perubahan ukuran tubuh dan bagiannya seperti
peningkatan jumlah sel, jaringan, struktur, dan sistem. Sebagai
contoh pertumbuhan fisik seseorang dengan bertambahnya tinggi
badan, berat badan, kepadatan tulang, dan struktur gigi dan polanya
dapat diprediksikan. Tahap pertumbuhan yang paling cepat terjadi
pada usia prenatal, bayi dan usia remaja (Azijah, 2020).
Pengertian lain tentang pertumbuhan adalah berkaitan dengan
perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel,

PAGE \* MERGEFORMAT ii
organ maupun individu. Dapat diukur dengan ukuran berat (gram,
kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan lain-lain
(Azijah, 2020).
Pertumbuhan mengacu pada perubahan ukuran dan fungsi
seluruh tubuh atau bagian tubuh. Ini adalah perubahan kuantitatif
yang dapat diukur dengan menilai perubahan pada berat, panjang,
tinggi, dan keluaran fungsional. Pertumbuhan normal adalah
perkembangan dari perubahan tinggi, berat, dan lingkar kepala
yang sesuai dengan standar yang ditetapkan untuk populasi tertentu
(Azijah, 2020).
Pertambahan pertumbuhan ditafsirkan dalam konteks potensi
genetik untuk anak tertentu. Pertumbuhan normal merupakan
cerminan dari keseluruhan kesehatan dan status gizi. Memahami
pola pertumbuhan normal memungkinkan deteksi dini
penyimpangan patologis (misalnya, kenaikan berat badan yang
buruk karena gangguan metabolisme, perawakan pendek karena
penyakit radang usus) dan dapat mencegah evaluasi yang tidak
perlu pada anak-anak dengan variasi normal pertumbuhan yang
dapat diterima (Azijah, 2020).
2. Pola Pertumbuhan Normal
Pola pertumbuhan normal memiliki lonjakan (spurt) dan
dataran (plateau) sehingga suatu pergeseran pada grafik persentil
dapat diperkirakan, namun pergeseran yang besar memerlukan
perhatian. Ketidaksesuaian yang besar antara persentil tinggi
badan, berat badan, dan lingkar kepala juga patut diperhatikan
(Azijah, 2020).
3. Pertumbuhan Fisik Anak Prasekolah
Tubuh anak usia prasekolah akan tumbuh 6,5 hingga 7,8 cm
per tahun. Tinggi rata-rata anak usia 3 tahun adalah 96,2 cm, anak-
anak usia 4 tahun adalah 103,7 cm dan rata-rata anak usia 5 tahun
adalah 118,5 cm. Pertambahan berat badan selama periode usia

PAGE \* MERGEFORMAT ii
prasekolah sekitar 2,3 kg per tahun. Rata-rata berat badan anak usia
3 tahun adalah 14,5 kg dan akan mengalami peningkatan menjadi
18,6 kg pada usia 5 tahun. Tulang akan tumbuh sekitar 5 hingga
7,5 sentimeter per tahun. Lemak bayi yang hilang dan
pertumbuhan otot selama tahuntahun prasekolah menjadikan
penampilan anak terlihat lebih kuat dan dewasa. Panjang tengkorak
juga bertambah sedikit, dengan rahang bawah menjadi lebih jelas.
Rahang atas melebar selama tahun prasekolah sebagai persiapan
untuk munculnya gigi permanen, biasanya mulai sekitar usia 6
Tahun (Azijah, 2020).
4. Faktor Non-Gizi yang Memengaruhi Pertumbuhan
Menurut Azijah (2020) Pertumbuhan dipengaruhi oleh
sejumlah faktor penting sebagai berikut:
a) Faktor Genetik
Penelitian pada bayi kembar memperlihatkan bahwa pola
pertumbuhan, usia menarche, bentuk tubuh, komposisi, dan
ukuran tubuh, serta deposisi lemak semuanya sangat
berhubungan erat dengan faktor genetik. Tinggi badan sangat
dipengaruhi oleh predisposisi genetik, sedangkan berat badan
tampaknya lebih dipengaruhi oleh lingkungan.
b) Hormon dan Faktor Pertumbuhan
Secara umum ada tiga fase endokrin pertumbuhan linier,
yaitu masa bayi (termasuk pertumbuhan janin), masa kanak-
kanak, dan pubertas. Satu hormon terpenting yang mengatur
pertumbuhan pada manusia adalah hormon pertumbuhan
(growth hormone, GH). GH melalui somatomedin atau faktor
pertumbuhan mirip-insulin (insulin-like growth factor, IGF;
IGF-1, IGF-2). IGF bekerja melalui perangsangan diferensiasi
sel otot sehingga penting bagi pertumbuhan dan perkembangan.
c) Kontrol Biokimia Lokal

PAGE \* MERGEFORMAT ii
Stimulus ini bisa berupa faktor parakrin, seperti protein
tetangga, yang bertindak sebagai pengirim sinyal lokal dan
faktor pertumbuhan. Selain faktor parakrin, ada juga faktor
autokrin, seperti hormon atau faktor pertumbuhan yang
memengaruhi pertumbuhan hanya pada area tertentu.
d) Faktor Sosial dan Budaya
Faktor sosial budaya utama yang memengaruhi
pertumbuhan adalah budaya, usia, keluarga, jenis kelamin, dan
status sosial ekonomi. Pencapaian pendidikan dan pendapatan
berhubungan positif dengan pertumbuhan dan perkembangan,
terutama melalui penurunan kemiskinan. Ibu yang bekerja
menjadi faktor terjadinya status gizi kurang (underweight) dan
wasting (p value <0.05 dengan OR 1.40; 2.12) pada anak
prasekolah.
e) Faktor Morbiditas
Faktor morbiditas seperti terjadinya ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Atas), diare, dan campak (Measles) berhubungan (p
value 0.05; 0.01; 0.01) dengan terjadinya gizi kurang pada anak
5. Faktor Gizi yang Memengaruhi Pertumbuhan
Gizi memengaruhi seluruh sistem tubuh dan faktor- faktor yang
memengaruhi pertumbuhan. Terganggunya asupan zat gizi dapat
memengaruhi replikasi dan ekspresi gen, kontrol hormonal, dan
kontrol saraf; seperti yang disebutkan sebelumnya, faktor
lingkungan lain juga penting bagi pertumbuhan. Gizi yang tidak
adekuat merupakan faktor predominan malnutrisi, yang dapat
berupa gizi kurang (undernutrition) atau gizi lebih (overnutrition).
Status gizi ditemukan sangat memengaruhi status hormonal.
Growth Hormone tidak akan merangsang pertumbuhan linear,
kecuali dengan adanya gizi yang adekuat. Kadar IGF plasma
sangat berespons dengan perubahan langsung keseimbangan
nitrogen tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa memakan beberapa

PAGE \* MERGEFORMAT ii
komponen diet, seperti asam amino esensial, energi yang adekuat,
dan keseimbangan nitrogen optimal, dapat bersifat sangat penting
bagi kontrol hormonal yang optimal; jika hal tersebut tidak
terpenuhi, efek negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan
dapat terjadi. Pemberian ASI eksklusif dapat mencegah terjadinya
stunting pada anak usia 24-59 (Azijah, 2020).
b. Perkembangan
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan (Azijah, 2020).
Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel
tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian
rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk
perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungan (Azijah, 2020).
Secara umum anak usia dini dikelompokkan dalam usia (0-1
tahun), (2-3 tahun), (4-6 tahun); dengan karakteristik masing-masing
sebagai berikut:
1. Usia 0-1 tahun
Usia ini merupakan masa bayi, tetapi perkembangan fisik
mengalami kecepatan yang sangat luar biasa, paling cepat
dibandingkan usia selanjutnya. Berbagai karakteristik anak usia
bayi dapat jelaskan sebagai berikut:
a) Mempelajari keterampilan motorik mulai dari berguling,
merangkak, duduk, berdiri, dan berjalan.
b) Mempelajari keterampilan menggunakan panca indra seperti
melihat, mengamati, meraba, mendengar, mencium dan
mengecap dengan memasukkan setiap benda ke mulutnya.
c) Mempelajari komunikasi sosial. Bayi yang baru lahir telah siap
melaksanakan kontak sosial dengan lingkungannya. Komunikasi

PAGE \* MERGEFORMAT ii
responsif dari orang dewasa akan mendorong dan memperluas
respon verbal dan nonverbal bayi.
2. Usia 2-3 tahun
Pada usia ini terdapat beberapa kesamaan karakteristik dengan
masa sebelumnya, yang secara fisik masih mengalami
pertumbuhan yang pesat. Beberapa karakteristik khusus untuk anak
usia 2-3 tahun adalah sebagai berikut:
a) Sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada di
sekitarnya. Ia memiliki kekuatan observasi yang tajam dan
keinginan belajar luar biasa. Eksplorasi yang dilakukan anak
terhadap benda apa saja yang dia temui merupakan proses
belajar yang sangat efektif. Motivasi belajar anak pada usia
usia tersebut menempati grafik tertinggi disbanding sepanjang
usianya bila tidak ada hambatan dari lingkungan.
b) Mulai mengembangkan kemampuan berbahasa. Diawali
dengan berceloteh, kemudian satu dua kata dan kalimat yang
belum jelas maknanya. Anak terus belajar dan berkomunikasi,
memahami pembicaraan orang lain dan belajar
mengungkapkan isi hati dan pikiran.
c) Mulai belajar mengembangkan emosi. Perkembangan emosi
anak didasarkan pada bagaimana lingkungan memperlakukan
dia. Sebab emosi bukan ditentukan oleh bawaan, namun lebih
banyak pada lingkungan.
3. Usia 4-6 tahun
Perkembangan pada usia 4-6 tahun memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a) Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif
melakukan berbagai kegiatan. Hal itu bermanfaat untuk
pengembangan otot-otot kecil maupun besar, seperti manjat,
melompat dan berlari.

PAGE \* MERGEFORMAT ii
b) Perkembangan bahasa juga semakin baik. Anak sudah mampu
memahami pembicaraan orang lain dan mampu
mengungkapkan pikirannya dalam batas-batas tertentu, seperti
meniru, mengulang pembicaraan.
c) Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukkan
dengan rasa ingin tahu anak yang luar biasa terhadap
lingkungan sekitar.
E. Pengukuran pertumbuhan anak
Menurut (Hidayat, 2008) dalam melakukan penilaian terhadap
pertumbuhan anak, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mendeteksi tumbuh kembang anak, di antaranya dengan pengukuran
antropometri, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan
pemeriksaan radiologi.
1. Pengukuran antropometri
Pengukuran antropometri ini meliputi pengukuran berat badan,
tinggi badan (panjang badan), lingkar kepala, dan lingkar lengan atas.
Dalam pengukuran antropometri terdapat dua cara dalam pengukuran,
yaitu pengukuran berdasarkan usia dan pengukuran tidak berdasarkan
usia.
Pengukuran berdasarkan usia misalnya berat badan berdasarkan
usia, tinggi badan berdasarkan usia, dan lain-lain. Sedangkan
pengukuran tidak berdasarkan usia misalnya pengukuran berat badan
berdasarkan tinggi badan, lingkar lengan atas berdasarkan tinggi
badan, dan lain-lain.
2. Pengukuran Berat Badan
Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil
peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh,
misalnya tulang, otot, lemak, organ tubuh, dan cairan tubuh sehingga
dapat diketahui status keadaan gizi atau tumbuh kembang anak. Selain
menilai berdasarkan status gizi dan tumbuh kembang anak, berat badan

PAGE \* MERGEFORMAT ii
juga dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis dan makanan
yang diperlukan dalam tindakan pengobatan.
Penilaian berat badan berdasarkan usia menurut WHO dengan
standar NCHS (National Center for Health Statistics) yaitu
menggunakan persentil sebagai berikut: persentil ke 50-3 dikatakan
normal, sedangkan persentil kurang atau sama dengan tiga termasuk
kategori malnutrisi.
Penilaian berat badan berdasarkan tinggi badan menurut WHO
yaitu menggunakan persentase dari median sebagai berikut: antara 80-
100% dikatakan malnutrisi sedang dan kurang dari 80% dikatakan
malnutrisi akut (wasting).
Penilaian berat badan berdasarkan tinggi badan menurut standar
baku NCHS yaitu menggunakan persentil sebagai berikut: persentil 75-
25 dikatakan normal, persentil 10-5 dikatakan malnutrisi sedang, dan
kurang dari persentil 5 dikatakan malnutrisi berat.
3. Pengukuran Tinggi Badan
Pengukuran ini digunakan untuk menilai status perbaikan gizi.
Pengukuran ini dapat dilakukan dengan sangat mudah dalam menilai
gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Cara pengukuran
dapat dilihat pada Gambar 3.1-3.4.
Penilaian tinggi badan berdasarkan usia menurut WHO dengan
standar baku NCHS yaitu menggunakan persentase dari median
sebagai berikut: lebih dari tau sama dengan 90% dikatakan normal,
sedangkan kurang dari 90% dikatakan malnutrisi kronis (abnormal).
4. Pengukuran Lingkar Kepala
Pengukuran lingkar kepala ini digunakan sebagai salah satu
parameter untuk menilai pertumbuhan otak. Dengan penilaian ini,
dapat dideteksi secara dini apabila terjadi pertumbuhan otak mengecil
yang abnormal (mikrosefali) yang dapat mengakibatkan adanya
retardasi mental atau pertumbuhan otak membesar yang abnormal
(volume kepala meningkat) yang dapat disebabkan oleh penyumbatan

PAGE \* MERGEFORMAT ii
pada aliran cairan serebrospinalis. Penilaian ini dapat dilakukan
dengan cara menggunakan kurva lingkar kepala.
F. Pemantauan perkembangan anak
Stimulasi Perkembangan Bayi, Balita, dan Anak Usia Prasekolah.
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6
tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu
mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap
kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah
yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti ibu/pengasuh
anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan
rumah tangga masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari.
Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang
anak bahkan gangguan yang menetap (Azijah, 2020).
Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah
adalah kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan
bicara dan bahasa serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian. Dalam
melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip dasar
yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut: (Azijah, 2020)
1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.
2. Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan
meniru tingkah laku orang-orang yang terdekat dengannya.
3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bemyanyi,
bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.
5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur
anak, terhadap ke 4 aspek kemampuan dasar anak.
6. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada di
sekitar anak
7. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
8. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas
keberhasilannya.

PAGE \* MERGEFORMAT ii
Stimulasi Perkembangan Bayi, Anak Balita, Dan Anak Usia Prasekolah

Stimulasi bayi usia 0-9 bulan


1. Sering memeluk dan menimang bayi dengan penuh kasih sayang.
2. Gantung benda berwarna cerah yang bergerak dan bisa dilihat bayi.
3. Tatap mata bayi dan ajak tersenyum, bicara dan bernyanyi.
4. Perdengarkan musik atau suara kepada bayi.
5. Mulai 3 bulan, bawa bayi keluar rumah memperkenalkan lingkungan
sekitar.
Stimulasi bayi usia 3-6 bulan
1. Sering telungkupkan bayi.
2. Gerakkan benda ke kiri dan kanan, di depan matanya.
3. Perdengarkan berbagai bunyi-bunyian.
4. Beri mainan benda yang besar dan berwarna.
Stimulasi bayi usia 6-12 bulan
1. Ajari bayi duduk.
2. Ajak main CI-LUK-BA.
3. Ajari memegang dan makan biskuit.
4. Ajari memegang benda kecil dengan 2 jari.
5. Ajari berdiri dan berjalan dengan berpegangan.
6. Ajak bicara sesering mungkin.
7. Latih mengucapkan ma.. ma.., pa.. pa..
8. Beri mainan yang aman dipukul-pukul
Stimulasi anak usia 1-2 tahun
1. Ajari berjalan di undakan/tangga
2. Ajak membersihkan meja dan menyapu
3. Ajak membereskan mainan
4. Ajari mencoret-coret di kertas
5. Ajari menyebut bagian tubuhnya
6. Bacakan cerita anak
7. Ajak bernyanyi

PAGE \* MERGEFORMAT ii
8. Ajak bermain dengan teman
9. Berikan pujian kalau ia berhasil melakukan sesuatu.
10. Ajari anak untuk bergerak bebas dalam pengawasan.
11. Orang tua membimbing agar anak mematuhi aturan permainan.
12. Biasakan menggunakan perkataan santun

Stimulasi anak usia 2-3 tahun


1. Ajari berpakaian sendiri
2. Ajak melihat buku bergambar
3. Bacakan cerita anak
4. Ajari makan di piring sendiri
5. Ajari cuci tangan
6. Ajari buang air besar dan kecil di tempatnya
7. Ajari anak untuk menghormati orang lain
8. Ajari anak untuk beribadah
9. Bawa anak ke PAUD
Stimulasi anak usia 3-5 tahun
1. Minta anak menceritakan apa yang dilakukan
2. Dengarkan anak ketika bicara
3. Jika anak gagap, ajari bicara pelan-pelan
4. Awasi anak ketika bermain
5. Ajak anak mulai melibatkan diri dalam kegiatan bersama.
6. Ajarkan anak tentang perbedaan jenis kelamin.
7. Ajarkan anak menjaga alat kelaminnya.
8. Latih anak tidur terpisah dari orang tua dan anak yang berbeda jenis
kelamin.
9. Biasakan anak untuk berkata jujur, berterima kasih dan meminta maaf.

PAGE \* MERGEFORMAT ii
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendampingan dan pelayanan gizi keluarga memiliki peran sentral
dalam upaya pencegahan stunting pada berbagai tahap kehidupan, mulai
dari bayi hingga calon pengantin. Dengan memberikan perhatian khusus
pada aspek gizi, terutama pada periode awal kehidupan seperti bayi dan
balita, serta memperluas cakupan pelayanan hingga pada remaja dan calon
pengantin, dapat menciptakan dasar yang kuat untuk pertumbuhan dan
perkembangan optimal. Upaya ini tidak hanya bersifat preventif terhadap
stunting, tetapi juga berperan dalam meningkatkan kualitas hidup dan
kesejahteraan keluarga secara menyeluruh. Integrasi pendekatan gizi
dalam pendampingan keluarga adalah langkah yang strategis dalam
mencapai tujuan pencegahan stunting dan pembentukan masyarakat yang
lebih sehat.
B. Saran
Memberikan pendampingan keluarga dan pelayanan gizi keluarga pada
bayi, balita, ramaja, dan calon pengantin sangat penting dalam upaya
pencegahan stunting. Memberikan penyuluhan gizi keluarga, pemantauan
kesehatan adalah hal yang sangat di harapkan untuk mencegah stunting.

PAGE \* MERGEFORMAT ii
DAFTAR PUSTAKA

Aditianti, A., Raswanti, I., Sudikno, S., Izwardy, D., & Irianto, S. E. (2020).
Prevalensi Dan Faktor Risiko Stunting Pada Balita 24-59 Bulan Di
Indonesia: Analisis Data Riset Kesehatan Dasar 2018 [Prevalence And
Stunting Risk Factors In Children 24-59 Months In Indonesia: Analysis Of
Basic Health Research Data 2018]. Penelitian Gizi Dan Makanan (The
Journal of Nutrition and Food Research), 43(2), 51–64.

Azijah, I. dkk. (2020). Pertumbuhan dan Perkembangan Anak (Bayi, Balita, dan
Usia Prasekolah) (Miranti (ed.)). Lindan Bestari.
https://books.google.co.id/books?
id=C0kQEAAAQBAJ&pg=PA24&dq=Pertumbuhan+dan+perkembangan+a
nak&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_search&sa=X
&ved=2ahUKEwj05cnX6dGDAxUdxjgGHaP7AuwQ6AF6BAgIEAM#v=on
epage&q=Pertumbuhan dan perkembangan anak&f=false

Hidayat, A. A. A. (2008). Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kesehatan.


salembamedika.https://books.google.co.id/books?
id=mmxAfqKkaNQC&pg=PA26&dq=pengukuran+pertumbuhan+anak&hl=
id&newbks=1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_search&sa=X&ved=2a
hUKEwj_wLzc9NSDAxUccWwGHehrDogQ6wF6BAgOEAU

Maryanah; dkk. (2023). Deteksi Dini Faktor Resiko Stunting. NEM.


https://www.google.co.id/books/edition/Deteksi_Dini_Faktor_Risiko_Stunti
ng/ZyjFEAAAQBAJ?hl=en

Sulistiani, ria purnawiyan; dkk. (2023). Stunting dan Gizi Buruk (D. W.
Mulyasari(ed.)).PradinaPustakaGrup.https://books.google.co.id/books?
id=hrLiEAAAQBAJ&pg=PR5&dq=latar+belakang+untuk+materi+stunting
&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_search&sa=X&ve
d=2ahUKEwjX89TI5tGDAxU5bmwGHWYGBgcQ6wF6BAgHEAU#v=one
page&q=latar belakang untuk materi stunting&f=

PAGE \* MERGEFORMAT ii
PAGE \* MERGEFORMAT ii

Anda mungkin juga menyukai