Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

PEMICU : MASALAH STUNTING DI INDONESIA

MPKT B-29/K.201

KELOMPOK : HG 06

Disusun Oleh :

Adinda Diva Sugiarto, 1906356866

Asalam Riady Christian, 1906355951

Fulky Hariz Zulkarnaen, 1906355762

Michelle Annice Tjitra, 1906357982

Nathanael Basana Hisar, 1906307706

Yoga Diatama Pohan, 1906357401

Makalah Problem Based Learning (PBL) Dua

Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Terintegrasi B (MPKT-B)

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NDONESIA

2019
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................................... i

ABSTRAK ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A Latar Belakang ........................................................................... 1

B Rumusan Permasalahan ............................................................. 2

C Hipotesis ..................................................................................... 3

D Tujuan Penulisan…. ................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN .………. ............................................................... 4

A Landasan Teori .................................................................... 4

B Penyebab Stunting.................................................................... 5

C Dampak Stunting...................................................................... 6

D Solusi Stunting ......................................................................... 8

BAB III PENUTUP . . ..................................................................................... 10

A Kesimpulan .............................................................................. 10

B Saran ...................................................................................... 10

C Ucapan Terimakasih................................................................. 10

D Daftar Pustaka .......................................................................... 11

i
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis masalah yang ada pada wacana PBL-2
dan mencari solusi terbaik dari hasil diskusi kelompok home group. Latar belakang
dari penelitian ini yaitu permasalahan stunting yang ada di Indonesia. Penulis
mengajukan 2 buah hippotesis yang kedua-duanya bisa dibuktikan. Penulis juga
memberikan tiga buah solusi dan menentukan satu solusi utama yaitu berusaha
memperbaiki kebutuhan ekonomi masyarakat menengah ke bawah untuk memenuhi
kebutuhan gizi mereka.

Kata Kunci : Stunting, Gizi, Ekonomi

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang
kurang dalam waktu lama. Hal ini terjadi karena asupan makan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat
saat anak berusia dua tahun. Menurut UNICEF, stunting didefinisikan sebagai
persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan, dengan tinggi di bawah minus (stunting
sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) diukur dari standar pertumbuhan
anak keluaran WHO. Stunting diakibatkan oleh banyak faktor, seperti ekonomi
keluarga, penyakit atau infeksi yg berkali-kali. Kondisi lingkungan, baik itu polusi
udara, air bersih bisa juga mempengaruhi stunting. Tidak jarang pula masalah non
kesehatan menjadi akar dari masalah stunting, seperti masalah ekonomi, politik,
sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan, serta masalah
degradasi lingkungan.

Salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting sebagai
upaya agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan
maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk
belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global. Stunting bukan
hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh pendek/kerdil) saja, melainkan juga
terganggu perkembangan otaknya, yang tentunya sangat mempengaruhi kemampuan
dan prestasi di sekolah, produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif. Gejala
yang ditimbulkan akibat stunting antara lain anak berbadan lebih pendek untuk anak
seusianya, proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda/kecil

1
untuk usianya, berat badan rendah untuk anak seusianya dan pertumbuhan tulang
tertunda.

Proses stunting sebenarnya kronis. Dalam mengatasi stunting, perlu peran dari
semua sektor dan tatanan masyarakat. Pada 1000 hari pertama kehidupan harus dijaga
baik nutrisi maupun faktor di luar itu yang mempengaruhi stunting. Seribu hari
pertama kehidupan adalah pembuahan/hamil ditambah usia 2 tahun balita. Saat itulah
stunting harus dicegah dengan pemenuhan nutrisi dan lain-lain. Jika memang ada
faktor yang tidak baik yang bisa mengakibatkan stunting, di 1000 hari pertama itulah
semua dapat diperbaiki. Pola hidup sehat, terutama kualitas gizi dalam makanan perlu
diperhatikan dengan menerapkan konsep setengah piring diisi oleh sayur dan buah,
setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan
proporsi lebih banyak daripada karbohidrat. Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku,
terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi
dan balita. Edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal
bakal keluarga, hingga para calon ibu dalam memahami kebutuhan gizi saat hamil
juga penting untuk disosialisasikan. Selain itu, edukasi tentang persalinan yang aman
di fasilitas kesehatan, serta pentingnya melakukan inisiasi menyusu dini (IMD)
hingga pemberian colostrum air susu ibu (ASI) juga wajib disosialisasikan. Akses
terhadap sanitasi dan air bersih yang mudah dapat menghindarkan anak pada risiko
ancaman penyakit infeksi. Untuk itu, perlu membiasakan cuci tangan pakai sabun dan
air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan. Hal lain yang juga perlu
diperhatikan adalah berikanlah hak anak mendapatkan kekebalan dari penyakit
berbahaya melalui imunisasi yang telah dijamin ketersediaan dan keamanannya oleh
pemerintah.

B. Rumusan Masalah

1. Perlu adanya penyelesaian masalah stunting di Indonesia

2. Bagaimana cara mengatasi stunting di Indonesia?

3. Mengapa stunting banyak terjadi di negara berkembang?

2
4. Bagaimana kemiskinan menyebabkan stunting?

C. Hipotesis
1. Penyebab utama stunting adalah permasalahan ekonomi di berbagai
daerah.
2. Lalainya masyarakat menyadari seberapa pentingnya pemenuhan
kebutuhan gizi juga menjadi penyebab lain dari stunting.

D. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui penyebab dari stunting
2. Mengetahui dampak dari stunting
3. Mengetahui solusi paling efektif untuk stunting yang terjadi di Indonesia

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Teori

Stunting, adalah salah satu masalah kesehatan yang perlu menjadi sorotan.
Seorang anak dinyatakan stunting ketika tinggi badannya lima persen di bawah acuan
normal. Angka stunting di Indonesia masih masuk kategori sangat tinggi yaitu 27.67
persen, karena menurut ambang batas standar WHO 20 persen. Selanjutnya, Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melaporkan 510 dari 516 kabupaten/kota di
Indonesia, termasuk DKI Jakarta mempunyai masalah ini. Faktor utama penyebab
stunting di Indonesia adalah buruknya asupan gizi sejak janin masih dalam
kandungan (masa hamil), baru lahir, sampai anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi
pada dua tahun pertama kehidupan dapat menyebabkan kerusakan otak yang tidak
dapat lagi diperbaiki, sehingga mengganggu kecerdasannya di masa depan, yang
berakibat pada kemiskinan. WHO telah menetapkan Indonesia sebagai Negara
dengan status gizi buruk. Di Wamena baru-baru ini juga ditetapkan Kejadian luar
biasa (KLB) gizi buruk yang sudah memakan korban jiwa. WHO menjadikan
stunting sebagai fokus Global Nutrition Targets untuk 2025, juga Sustainable
Development Goals (SDGs) untuk 2030, sehingga mencegah stunting sangat penting
untuk mencapai SDM Indonesia yang berkualitas dan pertumbuhan ekonomi yang
merata, serta memutus rantai kemiskinan antargenerasi. berupa perbaikan layanan
kesehatan dasar, seperti akses air bersih dan sanitasi dan yang berkaitan dengan
lingkungan. Jadi, masalah gizi adalah persoalan mendesak yang harus segera diatasi
di negeri "gemah ripah loh jinawi" ini karena bila terlambat menanganinya bisa

4
membawa dampak yang jauh lebih parah dari sekadar bencana banjir dan tanah
longsor. Sejauh ini pemerintah telah melaksanakan sejumlah program perbaikan gizi,
dan program perbaikan sanitasi maupun MCK, juga program bagaimana prilaku
hidup sehat melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) yang dilakukan
terintegrasi oleh semua kementerian/lembaga, mulai dari literasi tentang kesehatan,
pendidikan, infrastruktur, pasokan makanan, gerakan makan ikan, dan lain-lain.

B. Penyebab Stunting

Stunting dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Kekurangan gizi untuk perkembangan anak

Gizi sangat berdampak pada tumbuh dan kembang anak. Dengan


demikian, kekurangan gizi dapat menyebabkan stunting pada anak-anak.

2. Sanitasi yang buruk

Ada kemungkinan besar bahwa ada hubungan antara pertumbuhan


linier anak-anak dengan praktik sanitasi rumah tangga. Anak-anak
yang terkontaminasi bakteri karena kurangnya kebersihan di lingkungan
rumah bisa mengarah ke infeksi usus. Hal inilah yang juga memengaruhi
status gizi mereka. Bahkan anak yang sering mengalami penyakit berulang
seperti diare dan infeksi cacing usus (helminthiasis) akibat paparan
lingkungan kotor juga dapat dikaitkan dengan stunting. Pasalnya, kondisi
ini berpengaruh besar pada penurunan kemampuan sistem pencernaan dan
kekebalan sebagai penangkal organisme penyebab penyakit. Akibatnya,
nutrisi sang anak tidak diserap dengan sempurna. Sementara memelihara
kebiasaan yang sehat di rumah seperti mencuci tangan dengan sabun

5
antiseptik dan menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal merupakan cara
terbaik untuk mencegah stunting

3. Tidak mendapatkan ASI eksklusif menyebabkan malnutrisi pada anak

Tentunya, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama akan


memberikan perlindungan terhadap infeksi gastrointestinal dan berkaitan
dengan stunting. Infeksi tersebut dapat menyebabkan malnutrisi yang parah.
Malnutrisi merupakan kondisi di mana tubuh tidak menerima asupan gizi
yang cukup. Sementara, jika sang anak tidak mendapatkan ASI
sejak dilahirkan, ia akan kekurangan gizi maupun sistem kekebalan dan pada
akhirnya menyebabkan stunting. Sedangkan ASI merupakan asupan nutrisi
dan sumber protein berkualitas baik yang dapat memenuhi ¾ kebutuhan
protein pada bayi usia 6–12 bulan. Agar anak tidak mengalami stunting, sang
ibu bisa mencegahnya sejak awal kehamilan. Memperbaiki pola makan dan
mencukupi kebutuhan gizi selama kehamilan adalah langkah yang tepat.

4. Janin kekurangan asupan makanan bernutrisi di masa kehamilan

Jika ibu hamil kurang mengonsumsi makanan bernutrisi seperti asam


folat, protein, kalsium, zat besi dan omega-3 maka bisa melahirkan anak
dengan kondisi kurang gizi.

C. Dampak Stunting

Permasalahan stunting tentunya bukan lagi masalah kecil di dunia, banyak negara
berkembang di dunia yang berupaya untuk menurunkan angka stunting. Berikut
beberapa dampak stunting :

1. Kognitif lemah dan psikomotorik terhambat


Bukti menunjukkan anak yang tumbuh dengan stunting mengalami
masalah perkembangan kognitif dan psikomotorik. Jika proporsi anak yang

6
mengalami kurang gizi, gizi buruk, dan stunting besar dalam suatu negara,
maka akan berdampak pula pada proporsi kualitas sumber daya manusia yang
akan dihasilkan. Artinya, besarnya masalah stunting pada anak hari ini akan
berdampak pada kualitas bangsa masa depan.

2. Kesulitan menguasai sains dan berprestasi dalam olahraga


Anak-anak yang tumbuh dan berkembang tidak proporsional hari ini,
pada umumnya akan mempunyai kemampuan intelektual secara rata-
rata dibandingkan anak yang tumbuh dengan baik. Generasi yang tumbuh
dengan kemampuan kognisi dan intelektual yang kurang akan lebih sulit
menguasai ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi karena kemampuan
analisis yang lebih lemah.
Pada saat yang sama, generasi yang tumbuh dengan kondisi kurang
gizi dan mengalami stunting, tidak dapat diharapkan untuk berprestasi dalam
bidang olah raga dan kemampuan fisik. Dengan demikian, proporsi kurang
gizi dan stunting pada anak adalah ancaman bagi prestasi dan kualitas bangsa
di masa depan dari segala sisi.

3. Lebih mudah terkena penyakit degeneratif


Kondisi stunting tidak hanya berdampak langsung terhadap kualitas
intelektual bangsa, tapi juga menjadi faktor tidak langsung terhadap penyakit
degeneratif (penyakit yang muncul seiring bertambahnya usia). Berbagai studi
membuktikan bahwa anak-anak yang kurang gizi pada waktu balita, kemudian
mengalami stunting, maka usia dewasa akan lebih mudah mengalami
obesitas dan terserang diabetes melitus.
Seseorang yang dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya
mengalami kekurangan gizi dapat mengalami masalah pada perkembangan
sistem hormonal insulin dan glukagon pada pankreas yang mengatur
keseimbangan dan metabolisme glukosa. Sehingga, pada saat usia dewasa jika
terjadi kelebihan intake kalori, keseimbangan gula darah lebih cepat

7
terganggu, dan pembentukan jaringan lemak tubuh (lipogenesis) juga lebih
mudah. Dengan demikian, kondisi stunting juga berperan dalam
meningkatkan beban gizi ganda terhadap peningkatan penyakit kronis di masa
depan.

4. Sumber daya manusia berkualitas rendah


Kurang gizi dan stunting saat ini, menyebabkan rendahnya kualitas
sumber daya manusia usia produktif. Masalah ini selanjutnya juga berperan
dalam meningkatkan penyakit degeneratif saat dewasa. Hal ini tentunya akan
berpengaruh kepada daya saing SDM Indonesia di masa yang akan datang
apabila permasalahan stunting di Indonesia tidak segera diatasi.

D. Solusi Stunting

Menurut analisis kelompok, ada 2 permasalahan utama yang menyebabkan


tingginya angka stunting di Indonesia, yaitu faktoe ekonomi dan kesehatan.
Solusi pertama dalam bidang ekonomi yang dapat dilakukan adalah dengan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah-daerah yang masih tinggi
angka stuntingnya dengan meningkatkan perekonomian di daerah tersebut.
Ekonomi yang harus dikembangkan di daerah tersebut adalah ekonomi yang
bersifat kerakyatan sehingga dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja. Langkah
awal yang perlu dilakukan adalah melakukan pembekalan kepada SDM untuk
meningkatkan kemampuannya sebelum nantinya akan bekerja, kemudian langkah
selanjutnya adalah menghubungkan antara pencari dan penyedia lowongan kerja,
dan yang terakhir adalah pembinaan secara rutin untuk terus meningkatkan
kualitas SDM sehingga karirnya juga dapat berkembang.
Solusi kedua dalam bidang ekonomi yang dapat dilakukan adalah dengan
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan mengoptimalkan anggaran
yang ada di Indonesia. Layanan kesehatan yang ada saat ini perlu dikembangkan
dengan kualitas yang sama hingga ke daerah-daerah yang tertinggal. Beberapa hal

8
yang harus dilakukan adalah pemenuhan kebutuhan gizi bagi ibu hamil, perbaikan
sanitasi dan kebersihan lingkungan sekitar, dan pembekalan pengetahuan bagi ibu
hamil tentang pola pengasuhan yang baik.
Dari kedua solusi yang ditawarkan kelompok kami memilih solusi berupa
solusi dari bidang ekonomi karena setelah diskusi lebih lanjut, meskipun solusi ini
merupakan solusi jangka panjang dan butuh waktu untuk mencapai hasilnya tetapi
permasalahan pokok yang menjadi penyebab stunting di negara berkembang
adalah faktor ekonomi.

9
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hipotesis diterima sesuai dengan uraian di atas bahwa faktor ekonomi


merupakan faktor utama penyebab stunting di Indonesia. Menurut data, stunting
terjadi di negara-negara berkembang, hal ini menunjukan bahwa faktor ekonomi
merupakan faktor utama terjadinya stunting. Pemenuhan gizi pada anak saat masih di
dalam kandungan dan saat sudah dilahirkan juga dapat dipenuhi apabila ekonomi
orang tua sang anak baik, maka dari itu orang tua juga harus mengetahui pentingnya
pemenuhan gizi bagi anak sebelum memutuskan untuk memiliki anak.

B. Saran

Menurut kelompok kami, masalah stunting di Indonesia ini dapat diatasi


apabila pemerintah dan masyarakat bekerja sama dalam meningkatkan ekonomi
masyarakatnya. Pemerintah dapat melakukan pembinaan di daerah tertinggal secara
berkelanjutan dan menghubungkan pencari dan penyedia lowongan kerja. Masyarakat
khususnya orang tua juga harus tahu apa tanggung jawab mereka dalam pemenuhan
gizi anak sehingga anak dapat mendapat gizi yang cukup dan tidak mengalami
stunting.

C. Ucapan Terimakasih

10
Puji dan syukur selalu tercurah kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
pertolongannya dalam penyelesaian makalah ini, juga ucapan terimakasih tak lupa
disampaikan kepada Bapak Sakti Nugroho S.S., M.Pd. selaku dosen mata kuliah
MPKT B-29 juga kepada teman-teman home group 6 yang sudah berkontibusi dalam
penyusunan makalah ini.

D. Daftar Pustaka

http://digilib.unisayogya.ac.id/2461/1/naskah%20publikasi.pdf

http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Al-Sihah/article/viewFile/1978/1910

https://sardjito.co.id/2019/07/22/kenali-penyebab-stunting-anak/

https://health.detik.com/ibu-dan-anak/d-3171188/sanitasi-lingkungan-yang-baik-
bantu-kurangi-jumlah-stunting

11

Anda mungkin juga menyukai