DITULIS OLEH :
2019
KATA PENGANTAR
Kelompok 1
2
ABSTRAK
Kelompok 1, 2019.
3
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR …………………………………………….. 2
ABSTRAK ……………………………………………………….... 3
DAFTAR ISI ………………………………………………………. 4
4
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Orang bijak sering mengatakan “Masa depan bangsa terletak di tangan para
penerusnya”. Ini berarti segenap tumpuan masa depan berada di tangan kaum muda.
Apakah bangsa itu akan menjdai suatu bangsa yang rusak dan amburadul atau
menjadi bangsa yang kuat, kekal, dan jaya, semuanya ditentukan oleh para
penerusnya. Oleh karena itu di negara manapun, para penerus bangsa selalu menjadi
perhatian khusus oleh banyak kalangan, sebab masa depan bangsa yang baik adalah
masa depan yang memiliki kaum muda yang unggul.
5
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
Apa yang disebut dengan stunting?
Apa tanda dan gejala stunting?
Apa penyebab stunting?
Apa dampak stunting bagi kita?
Bagaimana cara penanggulangan dan pencegahan stunting?
Apa saja program yang telah dilakukan oleh pemerintah?
Bagaimana cara mengobati penyakit stunting?
Bagaimana keadaan saat ini?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
Untuk menjelaskan pengertian stunting.
Untuk mengetahui tanda dan gejala stunting.
Untuk mengetahui penyebab stunting.
Untuk mengetahui dampak stunting.
Untuk mengetahui cara penanggulangan dan pencegahan stunting.
Untuk mengetahui prokes yang dilakukan pemerintah untuk mencegah
stunting
Untuk mengetahui pengobatan pada stunting.
Untuk mengetahui keadaan saat ini tentang stunting.
D. Manfaat
Manfaat untuk ilmu penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pengetahuan mengenai faktor nutrisi khususnya terkait kejadian
stunting.
6
Manfaat untuk pelayanan kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi para
tenaga medis dalam mengusahakan pencegahan atau penekanan
angka stunting, dan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
baik.
Manfaat untuk masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan masyarakat menyadari
dan memahami tentang pentingnya pemenuhan nutrisi demi
menunjang pertumbuhan anak usia dini.
E. Metode Penulisan
Metode yang di pakai dalam karya tulis ini adalah :
Metode Pustaka
Yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data
dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun informasi
di internet.
Diskusi
Yaitu mendapatkan data dengan cara bertanya secara langsung kepada PJ
konsultasi dan teman – teman yang mengetahui tentang informasi yang di
perlukan dalam membuat proyek.
7
BAB 2
PEMBAHASAN
Apa itu stunting? Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki
panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini
diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi
median standar pertumbuhan anak dari WHO. Balita stunting termasuk masalah
gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi
ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita
stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai
perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.
Seperti apa tanda dan gejala pada anak yang menderita stunting?
Untuk mengantisipasi terjadinya stunting pada buah hati sebaiknya kita mengetahui
gejala stunting sedini mungkin. Dengan demikian dapat dilakukan upaya
penyembuhan dan pencegahan agar tidak semakin parah dan membahayakan anak.
8
1. Praktek pengasuhan yang kurang baik.
9
4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.
10
Apa dampak stunting? Di balik pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
pesat dalam kurun 20 tahun terakhir, masih masih ditemukan anak kekurangan gizi
di Indonesia. Fakta ini menunjukkan bahwa kecepatan pertumbuhan ekonomi dan
perbaikan pembangunan sektor fisik tidak sinkron dengan perbaikan gizi
masyarakat. Walau masalah ini sangat penting, sejauh ini dalam musim kampanye
pemilihan umum 2019, isu ini tidak memperoleh banyak perhatian dari para calon
anggota parlemen (caleg) baik nasional maupun daerah, juga calon presiden dan
wakilnya. Padahal mereka yang akan menentukan kebijakan dan arah
pembangunan dalam lima tahun ke depan, termasuk pembangunan kesehatan dan
gizi.
Dampak kurang gizi, kekurangan gizi pada anak berdampak secara akut dan
kronis. Anak-anak yang mengalami kekurangan gizi akut akan terlihat lemah secara
fisik. Anak yang mengalami kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama atau
kronis, terutama yang terjadi sebelum usia dua tahun, akan terhambat pertumbuhan
fisiknya sehingga menjadi pendek (stunted).
Kondisi ini lebih berisiko jika masalah gizi sudah mulai terjadi sejak di
dalam kandungan. Data-data secara nasional di Indonesia membuktikan bahwa
angka stunting yang tinggi beriringan dengan kejadian kurang gizi. Seperti disebut
dalam laporan Riskesdas terakhir, ada 30,8% atau 7,3 juta anak di Indonesia
mengalami stunting, dengan 19,3% atau 4,6 juta anak pendek, dan 11,5% atau 2,6
juta anak sangat pendek. Lalu apa saja dampak gizi buruk, baik langsung maupun
langsung, terhadap anak dan ketahanan negara Indonesia?
11
2) Kesulitan menguasai sains dan berprestasi dalam olahraga
Anak-anak yang tumbuh dan berkembang tidak proporsional hari ini, pada
umumnya akan mempunyai kemampuan secara intelektual di bawah rata-rata
dibandingkan anak yang tumbuh dengan baik. Generasi yang tumbuh dengan
kemampuan kognisi dan intelektual yang kurang akan lebih sulit menguasai ilmu
pengetahuan (sains) dan teknologi karena kemampuan analisis yang lebih lemah.
Pada saat yang sama, generasi yang tumbuh dengan kondisi kurang gizi dan
mengalami stunting, tidak dapat diharapkan untuk berprestasi dalam bidang olah
raga dan kemampuan fisik. Dengan demikian, proporsi kurang gizi dan stunting
pada anak adalah ancaman bagi prestasi dan kualitas bangsa di masa depan dari
segala sisi.
12
4) Sumber daya manusia berkualitas rendah
Kurang gizi dan stunting saat ini, menyebabkan rendahnya kualitas sumber
daya manusia usia produktif. Masalah ini selanjutnya juga berperan dalam
meningkatkan penyakit kronis degeneratif saat dewasa. Karena itu, Januari
merupakan momen yang tepat bagi semua pihak (para orang tua, keluarga,
masyarakat, pemerintah dan parlemen) untuk ikut berperan dalam menyelesaikan
permasalahan gizi anak dan stunting tersebut. Perhatian terhadap Hari Gizi
Nasional bukan semata seremonial, tapi merupakan sebuah bentuk kewaspadaan
terhadap kondisi yang terjadi saat ini, dan kepedulian masa depan bangsa.
13
Terapkan IMD
Setelah anak lahir, segera lakukan inisiasi menyusui dini (IMD) agar
berhasil menjalankan ASI esklusif. Setelah itu, lakukan pemeriksaan ke
dokter atau pusat pelayanan kesehatan seperti posyandu atau puskesmas
secara berkala. Hal ini bertujuan untuk memantau pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Imunisasi
ASI Eksklusif
Terapkan gaya hidup bersih dan sehat sedari dini, misalnya rutin
mencuci tangan sebelum makan, pastikan air yang diminum merupakan air
bersih, dan lainnya.
14
Terkait upaya untuk mengurangi serta menangani pervalensi stunting, pemerintah
di tingkat nasional kemudian mengeluarkan berbagai kebijakan serta regulasi
yang diharapkan dapat berkontribusi pada pengurangan pervalensi stunting,
termasuk diantaranya:
15
Selain mengeluarkan paket kebijakan dan regulasi, kementerian/lembaga
(K/L) juga sebenarnya telah memiliki program baik terkait intervensi gizi spesifik
maupun intervensi gizi sensitif, yang potensial untuk menurunkan stunting.
Intervensi Program Gizi Spesifik dilakukan oleh Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu) melalui Gerakan 1.000 Hari Pertama Kegiatan (HPK). Berikut
ini adalah identifikasi beberapa program gizi spesifik yang telah dilakukan oleh
pemerintah:
Jenis kegiatan yang telah dan dapat dilakukan oleh pemerintah baik
di tingkat nasional maupun di tingkat lokal meliputi pemberian
suplementasi besi folat minimal 90 tablet, memberikan dukungan kepada
ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali,
memberikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT), pemberian makanan
tambahan pada ibu hamil, melakukan upaya untuk penanggulangan
cacingan pada ibu hamil, dan memberikan kelambu serta pengobatan bagi
ibu hamil yang positif malaria.
Program yang menyasar Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6 bulan
16
tumbuh kembang secara rutin setiap bulan, dan penanganan bayi sakit
secara tepat.
17
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Selain pemerintah pusat,
PAMSIMAS juga dilakukan dengan kontribusi dari pemerintah daerah serta
masyakart melalui pelaksanaan beberapa jenis kegiatan seperti dibawah:
18
• Penguatan advokasi dan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) terkait
Program KKBPK.
• Peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB yang merata • Peningkatan
pemahaman dan kesadaran remaja mengenai kesehatan reproduksi dan
penyiapan kehidupan berkeluarga.
• Penguatan landasan hukum dalam rangka optimalisasi pelaksanaan
pembangunan bidang Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB)
• Penguatan data dan informasi kependudukan, KB dan KS
Program Layanan KB dan Kesehatan Seksual serta Reproduksi
(Kespro) oleh LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI). Kegiatan yang dilakukan adalah :
• Menyediakan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi yang terjangkau oleh
seluruh
lapisan masyarakat, termasuk difabel (seseorang dengan kemampuan berbeda)
dan
kelompok marjinal termasuk remaja.
• Menyediakan pelayanan penanganan kehamilan tak diinginkan yang
komprehensif yang
terjangkau.
• Mengembangkan standar pelayanan yang berkualitas di semua strata pelayanan,
termasuk
mekanisme rujukan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi.
• Melakukan studi untuk mengembangkan pelayanan yang berorientasi pada
kepuasan
klien, pengembangan kapasitas dan kualitas provider.
• Mengembangkan program penanganan kesehatan seksual dan reproduksi pada
situasi
bencana, konflik dan situasi darurat lainnya.
• Mengembangkan model pelayanan KB dan Kesehatan Produksi (Kespro)
melalui
pendekatan pengembangan masyarakat.
19
Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
20
Memberikan Pendidikan Gizi Masyarakat Program Perbaikan Gizi Masyarakat
yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan (melalui Puskesmas dan
Posyandu) Kegiatan yang dilakukan berupa:
• Peningkatan pendidikan gizi.
• Penanggulangan Kurang Energi Protein.
• Menurunkan prevalansi anemia, mengatasi kekurangan zinc dan zat besi,
mengatasi Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) serta
kekurangan Vitamin A.
• Perbaikan keadaan zat gizi lebih.
• Peningkatan Survailans Gizi.
• Pemberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.
Memberikan Edukasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi serta Gizi pada Remaja,
21
Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Gizi
Melalui Program Ketahanan Pangan dan Gizi yang dilaksanakan Lintas K/L
yaitu Kementerian Pertanian, Kementerian Koperasi, Kemendagri. Kegiatan yang
dilakukan berupa:
22
Pengetahuan dan kapasitas pemerintah baik pusat maupun daerah dalam
menangani stunting perlu ditingkatkan.
Memiliki anak yang mengalami stunting harus diperiksa rutin ke dokter. Ini
berlaku bukan hanya untuk anak yang mengalami stunting saja. Setiap bayi tidak
hanya ditimbang, tapi juga diukur panjang badannya dan lingkar kepala. Anak
dengan stunting diukur dengan pengukuran berat badan.
Seorang anak yang sudah stunting harus diberikan asupan Makanan tepat.
Mereka harus dapat asupan protein. Setiap 1000 kalori harus ada Makanan sumber
protein hewani dan nabati. Misalnya untuk anak 10 kg 1000 kalori, 25 gram itu
dapat protein hewani atau nabati. Selain itu, pastikan Anda memberikan makanan
yang memiliki kandungan nutrisi yang beragam pada anak.
Anak harus tidur cukup di malam hari, dia harus deep sleep di antara jam
23.00-02.00 dini hari. Pastikan jam 8 malam anak sudah masuk kamar dan bersiap
untuk tidur, jangan ajak anak bermain di atas jam 8 malam. Tidur minimal 8 jam
akan membuat tubuh sehat dan lebih berenergi untuk melakukan aktivitas.
23
e. Pastikan anak aktif
Sebagai seorang ibu harus mengetahui kondisi anak. Sang anak harus tetap
aktif untuk merangsang hormone pertumbuhan pada anak. Selain itu, ini juga bisa
merangsang IQ anak sampai berusia 2 tahun. Jika Anda mengetahui bahwa sang
anak mengalami stunting, ini harus segera diobati sebelum terlambat untuk
merangsang fungsi otaknya.
Saat ini, Kejadian balita pendek atau biasa disebut dengan stunting
merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia saat ini. Pada
tahun 2017 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami stunting.
Namun angka ini sudah mengalami penurunan jika dibandingkan dengan angka
stunting pada tahun 2000 yaitu 32,6%. Pada tahun 2017, lebih dari setengah balita
stunting di dunia tahun2018 berasal dari Asia (55%) sedangkan lebih dari
sepertiganya (39%) tinggal di Afrika. Dari 83,6 juta balita stunting di Asia, proporsi
terbanyak berasal dari Asia Selatan (58,7%) dan proporsi paling sedikit di Asia
Tengah (0,9%).
24
Prevalensi balita pendek di Indonesia cenderung statis. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan prevalensi balita pendek di
Indonesia sebesar 36,8%. Pada tahun 2010, terjadi sedikit penurunan menjadi
35,6%. Namun prevalensi balita pendek kembali meningkat pada tahun 2013 yaitu
menjadi 37,2%. Prevalensi balita pendek selanjutnya akan diperoleh dari hasil
Riskesdas tahun 2018 yang juga menjadi ukuran keberhasilan program yang sudah
diupayakan oleh pemerintah.
25
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
26
B. Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
http://www.depkes.go.id/download.php%3Ffile%3Ddownload/pusdatin/buletin/Buletin
-Stunting-
2018.pdf&ved=2ahUKEwj3zcKNyezkAhWHe30KHZyvDVAQFjABegQIAhAB&usg=AOvVaw
2Sdwa9UKB6jrtTY7JRuJCn
https://e-
journal.unair.ac.id/MGI/article/download/3117/2264&ved=2ahUKEwj3zcKNyezkAhWHe
30KHZyvDVAQFjACegQIAxAB&usg=AOvVaw3DGbNfisY1ftTiVtvfnnpf
http://jurnal.htp.ac.id/index.php/keskom/article/download/85/69/&ved=2ahUKEwj3zcK
NyezkAhWHe30KHZyvDVAQFjADegQIBBAB&usg=AOvVaw3KCTxpWq4LNtVkf1ZA75K0
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/813/669&ved=2ahUKEwj3z
cKNyezkAhWHe30KHZyvDVAQFjAGegQIBxAC&usg=AOvVaw3Tv8wMiiiegfHoYwJmNMqd
&cshid=1569435172713
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/article/download/2520/2029&ved=2ahUKEwj3z
cKNyezkAhWHe30KHZyvDVAQFjAIegQICBAB&usg=AOvVaw2je3mE7dYsUKuBdRpNur06
&cshid=1569435172713
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jgi/article/download/20025/14467&ved=2ahUKE
wj3zcKNyezkAhWHe30KHZyvDVAQFjAJegQICRAB&usg=AOvVaw1DMykk7TbtTe0oPxdvF
Pj4&cshid=1569435172713
https://media.neliti.com/media/publications/39896-ID-model-pengendalian-faktor-
risiko-stunting-pada-anak-bawah-tiga-
tahun.pdf&ved=2ahUKEwj3zcKNyezkAhWHe30KHZyvDVAQFjAKegQIChAB&usg=AOvVaw
0568ANQgM30qQ6xzgzBXg5&cshid=1569435172713
28