1.3 TUJUAN
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan rumusan masalah di atas,
maka tujuan yang akan dicapai adalah teridentifikasinya pengetahuan orang
tua dan kader mengenai pencegahan stunting pada balita dengan menggunakan
es krim daun kelor sebanyak 80%.
1.4 MANFAAT
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kader dan
orang tua di Dusun Montong Buwuh, Kecamatan Meninting untuk memahami
dan melakukan pembuatan es krim daun kelor secara mandiri.
BAB II
SOLUSI PERMASALAHAN
A. Pengertian Stunting
Stunting adalah kondisi tinggi badan seseorang lebih pendek dibanding
tinggi badan orang lain pada umunya (yang seusia). Stunted (short stature) atau
tinggi/panjang badan terhadap umur yang rendah digunakan sebagai indikator
malnutrisi kronik yang menggambarkan riwayat kurang gizi balita dalam
jangka waktu lama (Sudargo, 2010).
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari
kekurangan gizi kronis sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya.
Kekurangan gizi dapat terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal
setelah anak lahir, tetapi baru nampak setelah anak berusia 2 tahun, di mana
keadaan gizi ibu dan anak merupakan faktor penting dari pertumbuhan anak.
Periode 0-24 bulan usia anak merupakan periode yang menentukan
kualitas kehidupan sehingga disebut dengan periode emas. Periode ini
merupakan periode yang sensitif karena akibat yang ditimbulkan terhadap
bayi masa ini bersifat permanen, tidak dapat dikoreksi. Diperlukan pemenuhan
gizi adekuat usia ini.
Mengingat dampak yang ditimbulkan masalah gizi ini dalam jangka
pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan
pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Jangka panjang
akibat dapat menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, dan
menurunnya kekebalan tubuh (Branca F, Ferrari M,2002;Black dkk, 2008).
B. Pengukuran Status Stunting Dengan Antropometri PB/U atau TB/U
Panjang badan menurut umur atau umur merupakan pengukuran
antropometri untuk status stunting. Panjang badan merupakan antropometri
yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal,
panjang badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan
panjang badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap
masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi
terhadap panjang badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama.
Pengukuran tinggi badan harus disertai pencatatan usia (TB/U).
Tinggi badan diukur dengan menggunakan alat ukur tinggi stadiometer
Holtain/mikrotoice (bagi yang bisa berdiri) atau baby length board (bagi balita
yang belum bisa berdiri). Stadiometer holtain/mikrotoice terpasang di dinding
dengan petunjuk kepala yang dapat digerakkan dalam posisi horizontal.
Alat tersebut juga memiliki jarum petunjuk tinggi dan ada papan
tempat kaki. Alat tersebut cukup mahal, sehingga dapat diganti dengan meter
stick yang digantung di dinding dengan petunjuk kepala yang dapat digeralkan
secara horizontal. Stick pada petunjuk kepala diisertai dengan skala dalam cm
(Suand, 2010). Kategori dan ambang batas status stunting balita berdasarkan
PB/U, menurut PMK NO 2 TAHUN 2020
d. Berat Lahir
Berat lahir dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu rendah dan normal.
Disebut dengan berat lahir rendah (BBLR) jika berat lahirnya < 2500 gram
(Kementrian Kesehatan, 2010). Dampak BBLR akan berlangsung antar
generasi. Seorang anak yang mengalami BBLR kelak juga akan mengalami
deficit pertumbuhan (ukuran antropometri yang kurang) di masa dewasanya.
e. Jumlah Anggota Rumah Tangga
Anggota keluarga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal
disuatu keluarga, baik berada di rumah pada saat pencacahan maupun
sementara tidak ada. Anggota keluarga yang telah bepergian 6 bulan atau
lebih, dan anggota keluarga yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi
bertujuan pindah atau akan meninggalkan rumah 6 bulan atau lebih, tidak
dianggap anggota keluarga. Orang yang telah tinggal di suatu keluarga 6 bulan
atau lebih, atau yang telah tinggal di suatu keluarga kurang dari 6 bulan tetapi
berniat menetap di keluarga tersebut, dianggap sebagai anggota keluarga
(BPS, 2004).
G. Upaya Pencegahan Stunting
Usia 0–2 tahun atau usia bawah tiga tahun (batita) merupakan periode
emas (golden age) untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada
masa tersebut terjadi pertumbuhan yang sangat pesat. Periode 1000 hari
pertama sering disebut window of opportunities atau periode emas ini
didasarkan pada kenyataan bahwa pada masa janin sampai anak usia dua tahun
terjadi proses tumbuh-kembang yang sangat cepat dan tidak terjadi pada
kelompok usia lain.
Gagal tumbuh pada periode ini akan mempengaruhi status gizi dan
kesehatan pada usia dewasa. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya
pencegahan masalah stunting ini mengingat tingginya prevalensi stunting di
Indonesia. Pemerintah telah menetapkan kebijakan pencegahan stunting,
melalui Keputusan Presiden Nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Peningkatan Percepatan Gizi dengan fokus pada kelompok usia pertama 1000
hari kehidupan, yaitu sevagai berikut:(Kemenkes RI, 2013).
a. Ibu hamil mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet
selama kehamilan
b. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ibu hamil
c. Pemenuhan gizi
d. Persalinan dengan dokter atau bidan yang ahli
e. PemberianInisiasi Menyusu Dini(IMD)
f. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi hingga usia
6 bulan
g. Memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) untuk bayi diatas
6 bulan hingga 2 tahun
h. Pemberian imunisasi dasar lengkap dan vitamin A
i. Penggunaan daun kelor untuk mengatasi malnutrisi
j. Pemantauan pertumbuhan balita di posyandu terdekat
k. Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
C. SUSUNAN ACARA
Adapun susunan acara kegiatan promosi dalam pelatihan pembuatan es krim daun
kelor untuk mencegah stunting pada balita. (terlampir)
D. BIAYA
Rincian biaya akan disajikan dalam Realisasi Anggara Belanja (terlampir).
BAB IV
HASIL DAN EVALUASI
B. Penutup
Demikian Laporan Penanggung Jawaban ini disusun sebagai pedoman
operasional dalam penyelenggaraan kegiatan promosi kesehatan selanjutnya.
LAPORAN REALISASI ANGGARA BELANJA PROMOSI KESEHATAN
LATIHAN PEMBUATAN ES KRIM DAUN KELOR SEBAGAI UPAYA
PENVEGAHAN STUNTING PADA BALITA
C. ANGGARAN BIAYA
Adapun anggaran dalam kegiatan ini sebagai beikut:
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. 2001. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Aryastami, N.K. 2015. Pertumbuhan usia dini menentukan pertumbuhan usia pra-
pubertas (studi longitudinal IFLS 1993-1997-2000) [Longitudinal study,
secondary data analisys]. Jakarta: Universitas Indonesia.
Atikah Rahayu. 2018. Study Guide –Stunting Dan Upaya Pencegahannya.
Yogyakarta: CV Main
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan . 2013. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Branca F, Ferrari M. Impact of micronutrient deficienies on growth: The stunting
syndrome. Ann Nutr Metab. 2002; 46(suppl 1): 8-17.
Dekkar, L.H., Plazas, M.M., Bylin, C.M.A dan Villamor, E. 2010. Stunting
assosiated with poor socioeconomic and maternal nutrition status and respiratory
morbidity in Colombian schoolchildren. Food and Nutrition Bulletin. 31: 2
BAPPENAS RI. Pedoman Perencanaan Program Gerakan Sadar Gizi dalam Rangka
Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000HPK); 2012. 1-8.
Maxwell, S. 2011. Module 5: Cause of Malnutrition. 2 : 41-47.
Pipes dan Cristine. 1985. Nutrition in infancy and childhood (3rd ed). United States
of America: Mosby St. Louis
Dr. Kurniasih Sukenti S.Si, M. R. (2019). Pemantauan Daun Kelor Menjadi Es
Krim Sebagai Inovasi Untuk Pencegahan Stunting. Mataram: Mataram
University Press.
Ninna Rohmawati, A. D. (2019). Es Krim Kelor :Produk Inovasi Sebagai Upaya
Pencegahan Stunting dalam 1000 hari Pertama Kehidupan. Penelitian, 20.
BAB IV LAMPIRAN
Kuantita
No. Jenis Barang Satuan Harga l Satuan Total
1. Konsumsi
Konsumsi Peserta
Jajan kotak Rp. 5000,00 70 Buah Rp.350.000,00
Rp.120.000,00
Door prize Rp.40.000,00 4 Buah
Air Mineral Rp. 1 Dus Rp.
2. Kestari
Print proposal dan Lemba
SAP Rp.500,00 150 r Rp.75.000,00
Lemba
Print Leaflet Rp.1.500,00 40 r Rp.60.000,00
3. Perlengkapan
Microphone 0 2
Sound system 0 1
LCD 0 1
Cokrol 0 1
4. Pubdekdok
Spanduk Rp.75.000,00 1 (2x1) Buah Rp.75.000,00
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stunting adalah permasalahan gizi krosnis yang disebabkan
kurangnya asupan gizi dalam rentang waktu yang lama karena asupan
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi (Junaidi, Hakim, &
Elmas, 2020). Salah satu penyebab stunting adalah kurangnya akses rumah
tangga/keluarga terhadap makanan bergizi. Stunting dapat menghambat
pertumbuhan ekonomi dan menyebabkan kemiskinan antar generasi.
Daun kelor dapat dijadikan sebagai alternatif sumber protein dan
kalsium yang potensial untuk mencukupi kebutuhan gizi ibu hamil karena
mengandung protein 3 kali lebih tinggi dari susu bubuk fullcream atau 9
kali protein yogurt dan kalsium 17 kali lebih tinggi dibandingkan kalsium
pada susu (Kholis dan Hadi, 2010). Kelor dapat diolah menjadi tepung
yang dapat digunakan sebagai bahan fortifikan untuk mencukupi gizi pada
berbagai produk pangan (Aminah et al., 2015).
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. 2001. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama
Aryastami, N.K. 2015. Pertumbuhan usia dini menentukan pertumbuhan usia
pra-pubertas (studi longitudinal IFLS 1993-1997-2000) [Longitudinal
study, secondary data analisys]. Jakarta: Universitas Indonesia.
Atikah Rahayu. 2018. Study Guide –Stunting Dan Upaya Pencegahannya.
Yogyakarta: CV Main
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan . 2013. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
PMK NO.2 TAHUN 2020
Branca F, Ferrari M. Impact of micronutrient deficienies on growth: The
stunting syndrome. Ann Nutr Metab. 2002; 46(suppl 1): 8-17.
Dekkar, L.H., Plazas, M.M., Bylin, C.M.A dan Villamor, E. 2010. Stunting
assosiated with poor socioeconomic and maternal nutrition status and
respiratory morbidity in Colombian schoolchildren. Food and Nutrition
Bulletin. 31: 2
BAPPENAS RI. Pedoman Perencanaan Program Gerakan Sadar Gizi dalam
Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000HPK); 2012. 1-8.
Maxwell, S. 2011. Module 5: Cause of Malnutrition. 2 : 41-47.
Pipes dan Cristine. 1985. Nutrition in infancy and childhood (3rd ed). United
States of America: Mosby St. Louis
Dr. Kurniasih Sukenti S.Si, M. R. (2019). Pemantauan Daun Kelor Menjadi
Es Krim Sebagai Inovasi Untuk Pencegahan Stunting. Mataram: Mataram
University Press.
Nina Herlina, L. Y. (2021). PENGOLAHAN ES KRIM DAUN KELOR
SEBAGAI PENGUATAN EKONOMI MASYARAKAT SAAT
PANDEMI COVID-19 DI DESA BOJONGMENGGER KECAMATAN
CIJEUNGJING KABUPATEN CIAMIS. ABDIMAS GALUH, VOLUME
3, NOMOR 2.
Ninna Rohmawati, A. D. (2019). Es Krim Kelor :Produk Inovasi Sebagai
Upaya Pencegahan Stunting dalam 1000 hari Pertama Kehidupan.
Penelitian, 20.
Karina Citra Rani, M. A.-K. (2019). MODUL PELATIHAN KANDUNGAN
NUTRISI TANAMAN KELOR. Dalam f. f. Ssurabaya, MODUL
PELATIHAN KANDUNGAN NUTRISI TANAMAN KELOR (hal. 20-31).
Surabaya: Fakultas Farmasi Universitas Surabaya.