Oleh:
FITRI SHYLVIANA
NIM.PO71241220133
i
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pada empat program prioritas, yaitu penurunan angka kematian ibu dan bayi,
penurunan prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak dibawah
asupan gizi yang kurang dalam waktu lama, penyakit infeksi berulang dan
Data dunia balita yang mengalami stunting pada tahun 2017 sebesar
22,2% atau sekitar 150,8 juta balita. Namun angka ini sudah mengalami
penurunan jika dibandingkan dengan angka stunting pada tahun 2000 yaitu
32,6%. Pada tahun 2017, lebih dari setengah balita stunting di dunia berasal
dari Asia (55%) sedangkan lebih dari sepertiganya (39%) tinggal di Afrika.
2
Dari 83,6 juta balita stunting di Asia, proporsi terbanyak berasal dari Asia
penurunan pada tahun 2016 menjadi 27.5%. namun prevalensi balita pendek
balita sangat pendek dan pendek pada usia 0 – 23 bulan di Indonesia tahun
2017 adalah 9.8% dan 19.8%. kondisi ini meningkat dari tahun sebelumnya
yaitu pravelansi balita sangat pendek sebesar 8.5% dan balita pendek 19 %.
dan evaluasi kegiatan dan capaian program. Berdasarkan hasil PSG tahun
2015, prevalensi balita pendek di Indonesia adalah 29%. Angka ini mengalami
penurunan pada tahun 2016 menjadi 27,5%. Namun prevalensi balita pendek
kembali meningkat menjadi 29,6% pada tahun 2017. Prevalensi balita sangat
pendek dan pendek usia 0-59 bulan di Indonesia tahun 2017 adalah 9,8% dan
19,8%. Kondisi ini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu prevalensi balita
sangat pendek sebesar 8,5% dan balita pendek sebesar 19%. Provinsi dengan
prevalensi tertinggi balita sangat pendek dan pendek pada usia 0-59 bulan
diketahui ada 12 Kabupaten prevelansi gizi kurang dan gizi buruk berdasarkan
3
indikator BB/U adalah 17.2% dan berdasarkan indicator TB/U adalah 20.2% .
Persentase balita sangat pendek dan pendek umur 0-23 bulan menurut
stunting di Kota Jambi berjumlah 196 yaitu Kecamatan Jambi selatan 73 kasus,
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh stunting terdiri dari jangka
pendek dan jangka panjang. Pada jangka pendek akibat buruk yang dapat
sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes,
Transmigrasi, 2017).
masalah utama yaitu faktor keluarga dan rumah tangga, pemberian makanan
4
tambahan yang tidak adekuat, pemberian ASI, serta penyakit infeksi. Keempat
sistem pangan dan agrikultur, serta air, sanitasi, juga lingkungan. Adapun
konsekuesi yang ditimbulkan oleh stunting dapat bersifat jangka pendek dan
(Fikawati, 2017).
salah satunya adalah dengan menerapkan pola makanan sehat pada ibu hamil
dan balita sesuai dengan takaran gizi yang seimbang. Karena itu salah satu cara
diterapkan langsung dalam pemenuhan kebutuhan gizi ibu hamil ataupun balita
Salah satu produk olahan yang dapat digunakan yaitu daun kelor. Kelor
merupakan bahan pangan yang kaya akan zat gizi makro dan mikro (Rahayu
dkk, 2018). Tanaman kelor memiliki nilai manfaat dalam pengobatan, sumber
bahan penjernih air. Tanaman kelor merupakan salah satu tanaman yang paling
berbagai macam senyawa fitokimia pada daun, polong, dan biji. Hasil
7 kali lebih besar dibandingkan 1 buah jeruk, vitamin A 10 kali lebih besar
5
dibandingkan pisang, dan zat besi 25 kali lebih tinggi dibandingkan bayam
(Nuraina, 2019).
pada 5 orang ibu balita dengan stunting didapat bahwa ibu mengatakan pihak
Namun, selain pemberian makanan tambahan ibu tidak mengetahui cara lain
makanan tambahan atau makanan selingan lain yang dapat membantu balita
B. Rumusan Masalah
lambak dan daun kelor untuk perbaikan status gizi balita dalam upaya
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
kelor untuk perbaikan status gizi balita dalam upaya pencegahan stunting
2. Tujuan Khusus
2023.
2023.
D. Manfaat Penelitian
cara meningkatkan gizi balita agar ibu balita dapat mencegah terjadinya
stunting.
2. Bagi Puskesmas
bersifat one group pretest-postest, Pada penelitian ini peneliti meneliti tentang
pengaruh konsumsi nuget ikan lambak dan daun kelor untuk perbaikan status
gizi balita dalam upaya pencegahan stunting di Kelurahan Jelutung Kota Jambi
Tahun 2023. Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan pada bulan Januari-
Februari 2023 di Kelurahan Jelutung Kota Jambi. Populasi dalam penelitian ini
adalah bayi berusia 12-59 bulan yang mengalami gizi kurang yaitu sebanyak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Status Gizi
1. Pengertian
dan penggunaan zat gizi yang dibedakan antara lain: gizi buruk, kurang,
baik, dan lebih. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri
dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam
terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur
9
(Hasdianah, 2014)
balita adalah :
a. Pengetahuan
9
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga
b. Persepsi
keluarga, jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu
10
yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein, dibeberapa daerah
keluarga.
terhadap anak untuk makan telur, ikan atau daging hanya berdasarkan
kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis
yang menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi
atau adik yang baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawat
f. Sosial ekonomi
g. Penyakit infeksi
batasan yang disebut dengan ambang batas. Batasan ini disetiap Negara
relatif berbeda, hal ini tergantung dari kesepakatan para ahli gizi dinegara
Tabel 2.1
Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak
SD
Obesitas (obese) > + 3 SD
Indeks Massa Gizi buruk (severely < -3 SD
Tubuh Menurut wasted)
Umur Gizi Kurang (wasted) -3 SD sampai dengan < -2 SD
(IMT/Umur) Gizi Baik (normal) -2 SD sampai dengan 2 SD
Anak Umur 0-60 Beresiko Gizi Lebih > +1 SD sampai dengan + 2
Bulan SD
Sumber : (Permenkes, 2020)
B. Stunting
1. Pengertian
kekurangan gizi kronis yang terjadi sejak bayi dalam kandungan sampai
merupakan dampak dari kurang gizi yang terjadi dalam periode waktu
atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi
ini diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua
faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada
bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang
dibawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak
terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam
kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi
dan hasilnya berada di bawah normal. Secara fisik balita akan lebih
a. Menghitung umur
Umur adalah jarak waktu antara tanggal lahir dan tanggal dilakukan
untuk anak 0-59 bulan. Menentukan umur anak harus harus tetap
pada anak yang berumur 24 bulan atau lebih. Alat yang digunakan
2. Penyebab Stunting
disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun
Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Secara lebih detil, beberapa
berikut:
informasi yang ada menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6
bulan tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, dan 2
minuman.
16
menurun dari 79% di 2007 menjadi 64% di 2013 dan anak belum
pembelajaran dini yang berkualitas (baru 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun
masih buang air besar (BAB) diruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah
lahir yang rendah, stimulasi dan pengasuhan anak kurang tepat, asupan
a. Faktor maternal
laktasi.
3) Infeksi.
5) Kesehatan mental.
8) Hipertensi.
b. Lingkungan Rumah
4) Ketidaktahanan pangan.
2) Buruknya hygiene
c. Malaria
e. Inflamasi.
malnutrisi kronis yang terjadi di dalam rahim dan selama dua tahun
sekolah
6. Upaya Pencegahan
f. Pemberantasan kecacingan
Buku KIA
ASI eksklusif
2. Balita
4. Remaja
narkoba dan
5. Dewasa Muda
merokok/mengonsumsi narkoba.
Ini merupakan intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari
mengatasi
b. Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6 Bulan:
jolong/colostrum).
c. Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23 bulan:
dan tidak khusus ibu hamil dan balita pada 1.000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK).
Berencana (KB).
Gizipada Remaja.
Tanaman kelor (Moringa Oleifera Lam.) dikenal secara universal sebagai tanaman
ajaib (miracle plant) atau tanaman kehidupan (the tree of life) 1 . Saat ini tanaman
kelor telah tumbuh tersebar pada seluruh daerah tropis mulai dari Asia selatan
sampai Afrika barat. Tanaman kelor tumbuh dengan baik pada suhu 25-40°C dan
curah hujan per tahun tidak kurang dari 500 mm. Tanaman kelor tumbuh pada
25
daratan dengan ketinggian pada permukaan air laut hingga 1000 m. Tanaman
yang paling banyak ditanam dan dipelajari di antara 13 spesies dalam famili
digunakan di India ribuan tahun yang lalu untuk pengobatan tradisional Ayurveda.
Bangsa Yunani, Romawi, dan Mesir juga menggunakan bagian dari tanaman kelor
untuk makanan dan kosmetik. Hal ini membuktikan bahwa tanaman kelor telah
digunakan secara mpiris di seluruh bagian dunia untuk sumber nutrisi dan
pengobatan.
Tanaman kelor dapat tumbuh dan berkembang di daerah tropis seperti Indonesia.
Tanaman kelor dapat tumbuh mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 700 m
di atas permukaan laut. Tanaman kelor adalah salah satu tanaman perdu dengan
ketinggian 7-11 meter, tahan terhadap musim kering dengan toleransi terhadap
barunggai (Sumatera) dan hau fo (Timur). Kelor merupakan spesies dari keluarga
2021).
Tanaman kelor berupa pohon dengan jenis kayu lunak, berdiameter 30 cm dan
memiliki kualitas rendah. Daun tanaman kelor memiliki karakteristik bersirip tak
sempurna, kecil, berbentuk telur, sebesar ujung jari. Helaian anak daun memiliki
26
warna hijau sampai hijau kecokelatan, bentuk bundar telur atau bundar telur
terbalik, panjang 1-3 cm, lebar 4 mm sampai 1 cm, ujung daun tumpul, pangkal
daun membulat, tepi daun rata. Kulit akar berasa dan beraroma tajam serta pedas,
bagian dalam berwarna kuning pucat, bergaris halus, tetapi terang dan melintang.
Akarnya sendiri tidak keras, bentuk tidak beraturan, permukaan luar kulit agak
licin, permukaan dalam agak berserabut, bagian kayu warna cokelat muda, atau
krem berserabut, sebagian besar terpisah. Bunga kelor ada yang berwarna putih,
putih kekuning kuningan (krem) atau merah, tergantung jenis atau spesiesnya.
Tudung pelepah bunganya berwarna hijau dan mengeluarkan aroma bau semerbak
Brassicales
KANDUNGAN ZAT GIZI KELOR Salah satu bagian dari tanaman kelor yang
telah banyak diteliti kandungan gizi dan kegunaannya baik untuk bidang pangan
dan kesehatan adalah bagian daun. Di bagian tersebut terdapat ragam nutrisi, di
antaranya kalsium, besi, protein, vitamin A, vitamin B dan vitamin C (Misra &
Misra, 2014; Oluduro, 2012). Kandungan zat gizi daun kelor lebih tinggi jika
dibandingkan dengan sayuran lainnya yaitu berada pada kisaran angka 17.2
mg/100 g (Yameogo et al., 2011). Selain itu, di dalam daun kelor juga terdapat
kandungan berbagai macam asam amino, antara lain asam amino yang berbentuk
27
asam aspartat, asam glutamat, alanin, valin, leusin, isoleusin, histidin, lisin,
Kandungan fenol dalam daun kelor segar sebesar 3.4% sedangkan pada daun
kelor yang telah diekstrak sebesar 1.6% (Foild et al., 2007). Penelitian lebih lanjut
(Das et al., 2012). Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan asam askorbat,
kering
2200
penjernih air. Tanaman kelor merupakan salah satu tanaman yang paling
berbagai macam senyawa fitokimia pada daun, polong, dan biji. Hasil penelitian
wortel, kalsium 17 kali lebih tinggi dibandingkan susu, protein 9 kali lebih tinggi
dibandingkan yoghurt, kalium 15 kali lebih tinggi dibandingkan pisang, dan zat
tanaman kelor dengan bahan pangan yang lain dapat dilihat pada Gambar 2 (Rani,
et al, 2019).
obat-obatan daun kelor juga sering dijadikan sebagai teh. Teh daun
kelor ini adalah teh herbal yang bebas kafein yang baik untuk
Tanaman kelor merupakan tanaman dengan kandungan yang kompleks dan kaya
nutrisi. Seluruh bagian tanaman kelor terutama daun, bunga, polong, dan buah
kandungan nutrisi tanaman kelor dapat dilihat pada Tabel 1. Daun kelor
mengandung 40% protein, dari kandungan protein tersebut terdapat 9 jenis asam
amino esensial. Asam amino esensial merupakan asam amino yang tidak dapat
disintesis oleh tubuh, sehingga harus didapatkan dari luar tubuh melalui konsumsi
makanan dan minuman. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tanaman kelor
merupakan tanaman dengan rasio protein paling tinggi dibandingkan tanaman lain
Tabel 1. Kelompok nutrisi utama dan kandungan pangan yang bermanfaat dalam
tanaman kelor7
Protein atau asam Terdapat 20 asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh
13%
mangan
lemak
lainnya)
pada molekulnya)
spesifik
Jenis ikan di Sungai Batanghari Jambi berjumlah 130 spesies yang terdiri dari 14
Ordo dengan 43 famili. Jenis yang cukup banyak ditemukan di daerah bagian
tengah dan hulu Sungai Batanghari adalah dari famili Cyprinidae seperti ikan
kepiat, palau, lambak, lambak pipih, repang , keperas dsb (Kaban el at., 2015).
tersebar di Sungai Batanghari ikan merupakan ikan yang dominan dan memiliki
(Nurdawati, 2010). Menurut Nurdawati (2013) ikan lambak pipih merupakan ikan
dominan di Danau Sipin Jambi terkhusus pada musim kemarau, karena ikan ini
lambak pipih ini termasuk ke dalam famili Cyprinidae ini bersifat demersal dan
Pulau Sumatera dan Kalimantan (Kottelat el al., 1993). Ikan lambak pipih
ukuran panjang lebih besar dari pada ukuran tinggi tubuhnya dengan berbentuk
bilateral simetris. Kepala meruncing dengan mulut terletak di ujung kepala atau
agak kebawah dan kecil, moncongnya dapat menonjol kedepan, tapi tidak ada
33
bibir atas dan rahang bawahnya (Kottelat el al., 1993). Untuk pengelolaan ikan
biologi seperti halnya ukuran ikan, hubungan panjang-berat, kebiasaan makan dan
Kebiasaan makanan bagi ikan dapat merupakan faktor yang menentukan populasi,
pertumbuhan dan kondisi ikan. Mengetahui makanan atau kebiasaan makan satu
jenis ikan dapat melihat hubungan ekologi antara ikan dengan organisme lain
rantai makanan (Effendie, 1992). Penelitian tentang beberapa aspek biologi ikan
mendatang agar sumberdaya ikan ini tetap lestari di Sungai Batanghari dan DAS
(daerah aliran sungai) nya di Propinsi Jambi. Sistem penangkapan yang tidak
ramah lingkungan dimana upaya penangkapan yang dilakukan terus menerus akan