PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Data WHO didapat bahwa hanya 44 persen dari bayi baru lahir di dunia
yang mendapat ASI dalam waktu satu jam pertama sejak lahir, bahkan masih
sedikit bayi di bawah usia enam bulan disusui secara eksklusif. Dari 129 negara
dengan data yang tersedia, hanya 22 Negara yang saat ini memenuhi target ini.
Tingkat keseluruhan pemberian ASI eksklusif untuk bayi di bawah usia enam
bulan adalah 40%. Hanya 23 negara yang mencapai paling tidak 60% bayi
kurang dari enam bulan disusui secara eksklusif. Target target ke limaWHO di
tahun 2025 yaitu WHO meningkatkan pemberian ASI eksklusif dalam 6 bulan
terdapat 1-1,5 juta bayi di dunia yang meninggal karena tidak diberi ASI. Data
WHO 2018 menunjukkan angka kematian Secara global, angka kematian bayi
telah menurun dari perkiraan tingkat 65 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada
1990 menjadi 29 kematian per 1.000 kelahiran hidup. ASI Eksklusif memiliki
kontribusi yang besar terhadap tumbuh kembang dan daya tahan tubuh anak.
Anak yang diberi ASI Eksklusif akan tumbuh dan berkembang secara optimal
dan tidak mudah sakit. Kajian global “The Lancet Braestfeeding Series 2016”
1
2
karena infeksi sebanyak 88% pada bayi berusia kurang dari 3 bulan, dan
kematian anak karena kekurangan gizi sebanyak 2,7%, karena tidak menerima
ASI Ekslusif. Selain kematian bayi, akibat dari tidak diberikannya ASI eksklusif
dapat menimbulkan diare sebanyak 67%, ISPA sebanyak 39%, serta risiko
Upaya kesehatan anak telah menunjukan hasil yang baik terlihat dari angak
kematian anak dari tahun ke tahun yang menunjukan penurunan. Data yang
AKN sebesar15 per 1.000 kelahiranhidup, AKB 24 per 1.000 kelahiranhidup, dan
AKABA 32 per 1.000 kelahiranhidup. Angka kematian balita telah tercapai target
1.000kelahiran hidup dan diharapan AKN juga dapat mencapai target yaitu 12
menjadi tiga yaitu faktor Pemudah (predisposing factors) yang terdiri dari
dan Kesehatan Ibu. Faktor ketiga yaitu Faktor Pendorong yaitu Dukungan
bekerja, penyuluhan tentang ASI Eksklusif belum maksimal, persepsi yang salah
dari pengasuh bayi dan keluarga, gangguan kesehatan bayi selama menyusu, ASI
3
diberi ASI eksklusif secara eksklusif sejak lahir sampai usia enam bulan. Wanita
Namun, untuk suatu tempat mengatasi masalah menyusui yang umum dan
tuntutan berulang bayi pada awal postpartum adalah tugas yang melelahkan
secara fisik dan emosional. Selain itu, mereka mungkin merasa merasa bersalah
karena tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi dan menyimpan keraguan tentang
Hasil penelitian Story dan Parish dalam estiwidani (2011) menyatakan bahwa
secara signifikan ASI menurunkan insiden diare dan infeksi saluran pernafasan.
beberapa bulan pertama dapat menurunkan risiko kematian akibat diare sebesar
3,9 kali dan kematian akibat Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sebesar 2,4
kali . dengan ASI eksklusif, 55% dari kematian bayi akibat penyakit diare dan
ISPA dapat dicegah pada bayi umur 0-3 bulan dan 66% pada bayi umur 4-11
melanjutkannya untuk waktu dua tahun atau lebih, karena ASI sangat seimbang
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi bayi yang baru lahir dan merupakan satu-
satunya makanan yang dibutuhkan sampai usia enam bulan. Keuntungan dalam
menyusui yaitu ASI langsung tersedia, tidak mengeluarkan biaya, dapat diberian
langsung bila dibutuhkan dan bayi dapat mengatur jumlah ASI yang dibutuhkan.
Bahan- Bahan yang terdapat dalam ASI sifatnya eksklusif tidak dapat ditiru oleh
ASI eksklusif kepada bayi sampai bayi berusia 6 bulan. Kementerian Kesehatan
pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai bayi berusia 6 bulan dan menargetkan
asi eksklusif sampai usia 6 bulan dengan menerapkan IMD selama 1 jam setelah
kelahiranbayi, ASI ekslusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan
tambahan atau minuman, ASI diberikan sesuai kebutuhan bayi, ASI tidak
ASI (Air Susu Ibu) merupakan cairan hidup yang dinamis dan memiliki
kandungan gizi beragam maupun lengkap. Hal penting mengenai ASI bahwa
segala kandungannya sesuai keadaan bayi dan bersifat alami bukan sintetik
sehingga aman dan dapat bermanfaat secara maksimal. Kandungan utama ASI,
5
sebanyak 88% adalah air. ASI terdiri Karbohidrat, Protein, Lemak, Vitamin,
Bayi yang diberikan ASI sampai 6 bulan jauh lebih sehat dibandingkan
bayi-bayi yang diberi ASI hanya sampai 4 bulan dan frekuensi terkena diare jauh
lebih kecil. Bayi yang diberi ASI saja sampai berusia 6 bulan akan merangsang
yang dapat bertahan sampai bayi berumur dua tahun. Maka dari itu ibu sebaiknya
harus mendapatkan gizi yang baik dan terhindar dari stres yang berkepanjangan
(Purwanti, 2012).
Air susu ibu sangat penting diberikan pada bayi, karena ASI memiliki
lainnya. Komponen makro dan mikro yang terkandung di dalam ASI sangat
penting dibutuhkan pada tiap tahapan pertumbuhan bayi. ASI mengandung zat
terhadap infeksi. Telah dibuktikan bahwa bayi yang mendapat ASI eksklusif
mendapatkan susu formula. Oleh karena itu, daya tahan tubuh terhadap infeksi
bakteri patogen pada bayi dengan ASI lebih besar dibandingkan dengan bayi
gencarnya susu formula sehingga banyak ibu-ibu yang tidak percaya diri dengan
eksklusif adalah minimnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan menyusui,
6
ibu bekerja, pendidikan rendah, teknik menyusui yang tidak benar dan sosial
mengetahui manfaat asi dan menyusui, cara yang tepat dalam menyusui serta
Data Susenas menunjukkan bahwa satu diantara dua bayi usia 0-5 bulan
diberi ASI eksklusif. Persentase bayi yang diber ASI eksklusif 55,96 persen.
Provinsi dengan persentase terendah bayi usia 0-5 bulan yang diberi ASI
41,63 persen, dan Kepulauan Bangka Belitung sebesar 42,20 persen (BPS, 2018).
eksklusif pada tahun 2018 didapat cakupan pemberian ASI eksklusif di Kota
319 (14,1%). Data Dinas Kesehatan Provinsi Jambi tahun 2018 cakupan bayi
terdapat di Kota Jambi sebesar (39,40%), kedua Kerinci sebesar (40,41%) dan
Dari 6.103 bayi usia 0-6 bulan di Kota Jambi hanya 2.437 (39,9%) bayi
yang diberi ASI eksklusif. Data dari Puskesmas Kebun Handil didapat bahwa
dari jumlah bayi 0-6 bulan di Puskesmas Kebun Handil terdapat 627 bayi dan
bayi yang mendapatkan ASI eksklusif umur 0-6 bulan sebanyak 384. Dengan
7
melihat angka ini maka cakupan pemberian ASI untuk Kota Jambi belum
mencapai target. Hal ini menunjukkan masih belum optimalnya kesadaran serta
tingkat pengetahuan para ibu untuk menyusui sendiri bayinya dan kurangnya
perilaku ibu terhadap pemberian asi eksklusif pada bayi Untuk itu perlu
pemberian ASI eksklusif dan Ada hubungan kelainan puting susu dengan
pemberian ASI eksklusif dan Ada hubungan dukungan tenaga kesehatan dengan
pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan kepatuhan ibu dalam pemberian
baik, 25% mempunyai pengetahuan baik dan pengetahuan kurang 15%. Hasil uji
keluarga dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi di Kota Jambi didapat
bahwa ada hubungan antara dukungan informasi dengan pemberian ASI eksklusif
dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja
menunjukkan bahwa responden yang mempunyai sosial dan budaya baik lebih
memberikan ASI Eksklusif. Sedangkan responden yang sosial dan budaya rendah
lebih banyak yang tidak memberikan ASI Eksklusif dibanding yang diberikan
ASI Eksklusif. Hasil analisis didapat ada hubungan yang signifikan antara sosial
dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Kenali Besar kota
Jambi didapat Ibu yang pernah melakukan pemberian ASI eksklusif berjumlah 34
orang (46,6%) dan Ibu yang tidak pernah melakukan pemberian ASI eksklusif
0,000(p<0,05), hal ini berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara
Besar.
Kebun Handil pada 10 ibu yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan, didapat
bahwa 2 orang ibu memberikan ASI ekslusif sedangkan 8 orang ibu tidak
memberikan madu bahkan sudah ada yang memberikan makanan seperti pisang
dan bubur instan dengan alasan ASI tidak lancar dan bayi tidak kenyang jika
9
selain ASI. Berdasarkan aspek budaya, 5 orang ibu mengatakan bayi akan rewel
jika hanya diberi ASI saja sedangkan 3 orang ibu mengatakan mempunyai
kebiasaan memberi madu kepada bayi sejak bayi baru lahir dan 2 orang ibu
lainnya tidak memiliki kebiasaan tertentu hanya memberikan ASI saja sejak
bayi lahir. Dari 10 orang ibu, dari pengalaman sebelumnya hanya 2 orang ibu
tentang faktor yang mempengaruhi perilaku ibu menyusui dalam pemberian ASI
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Tahun 2020.
2020.
11
2020.
2020.
D. Manfaat Penelitian
eksklusif.
E. Ruang Lingkup
Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi tahun 2020. Penelitian ini dilaksanakan di
Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi pada bulan januari - juli
tahun 2020. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu menyusui yang mempunyai
bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi yang