Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Data WHO didapat bahwa hanya 44 persen dari bayi baru lahir di dunia

yang mendapat ASI dalam waktu satu jam pertama sejak lahir, bahkan masih

sedikit bayi di bawah usia enam bulan disusui secara eksklusif. Dari 129 negara

dengan data yang tersedia, hanya 22 Negara yang saat ini memenuhi target ini.

Tingkat keseluruhan pemberian ASI eksklusif untuk bayi di bawah usia enam

bulan adalah 40%. Hanya 23 negara yang mencapai paling tidak 60% bayi

kurang dari enam bulan disusui secara eksklusif. Target target ke limaWHO di

tahun 2025 yaitu WHO meningkatkan pemberian ASI eksklusif dalam 6 bulan

pertama sampai paling sedikit 50% (WHO, 2017).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2012, setiap tahun

terdapat 1-1,5 juta bayi di dunia yang meninggal karena tidak diberi ASI. Data

WHO 2018 menunjukkan angka kematian Secara global, angka kematian bayi

telah menurun dari perkiraan tingkat 65 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada

1990 menjadi 29 kematian per 1.000 kelahiran hidup. ASI Eksklusif memiliki

kontribusi yang besar terhadap tumbuh kembang dan daya tahan tubuh anak.

Anak yang diberi ASI Eksklusif akan tumbuh dan berkembang secara optimal

dan tidak mudah sakit. Kajian global “The Lancet Braestfeeding Series 2016”

telah membuktikan bahwa menyusui eksklusif menurunkan angka kematian

1
2

karena infeksi sebanyak 88% pada bayi berusia kurang dari 3 bulan, dan

kematian anak karena kekurangan gizi sebanyak 2,7%, karena tidak menerima

ASI Ekslusif. Selain kematian bayi, akibat dari tidak diberikannya ASI eksklusif

dapat menimbulkan diare sebanyak 67%, ISPA sebanyak 39%, serta risiko

obesitas sebanyak 42% (Rahmawati, 2017).

Upaya kesehatan anak telah menunjukan hasil yang baik terlihat dari angak

kematian anak dari tahun ke tahun yang menunjukan penurunan. Data yang

didapat dari Profil Kesehatan Indonesia menunjukkan bahwa berdasarkan hasil

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menunjukkan

AKN sebesar15 per 1.000 kelahiranhidup, AKB 24 per 1.000 kelahiranhidup, dan

AKABA 32 per 1.000 kelahiranhidup. Angka kematian balita telah tercapai target

pembangunan berkelanjutan (TPB/SDGs) 2030 yaitu sebesar 25 per

1.000kelahiran hidup dan diharapan AKN juga dapat mencapai target yaitu 12

per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2018).

Faktor resiko yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dibedakan

menjadi tiga yaitu faktor Pemudah (predisposing factors) yang terdiri dari

Pendidikan, Pengetahuan dan Nilai-nilai atau adat budaya. Kedua Faktor

Pendukung (Enabling Factors) yaitu Pendapatan Keluarga, Ketersediaan waktu

dan Kesehatan Ibu. Faktor ketiga yaitu Faktor Pendorong yaitu Dukungan

keluarga dan Dukungan Petugas Kesehatan (Haryono dan Sulis, 2014).

Faktor-faktor penghambat dalam pemberian ASI Eksklusif yaitu status ibu

bekerja, penyuluhan tentang ASI Eksklusif belum maksimal, persepsi yang salah

dari pengasuh bayi dan keluarga, gangguan kesehatan bayi selama menyusu, ASI
3

tidak langsung keluar sehingga diberikan makanan prelakteal, kelahiran dengan

sectio caesarea (Wijaya, 2018).

Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan bahwa semua bayi harus

diberi ASI eksklusif secara eksklusif sejak lahir sampai usia enam bulan. Wanita

hamil, menyusui adalah pengalaman yang memuaskan dan menyenangkan dan

mereka menyusui dengan sukses meskipun mengalami kesulitan menyusui.

Namun, untuk suatu tempat mengatasi masalah menyusui yang umum dan

tuntutan berulang bayi pada awal postpartum adalah tugas yang melelahkan

secara fisik dan emosional. Selain itu, mereka mungkin merasa merasa bersalah

karena tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi dan menyimpan keraguan tentang

kelanjutan menyusui, atau bahkan mungkin menghentikannya (Mortazafi, 2014).

Penyebab kematian bayi dapat diatasi dengan pemberian ASI eksklusif.

Hasil penelitian Story dan Parish dalam estiwidani (2011) menyatakan bahwa

secara signifikan ASI menurunkan insiden diare dan infeksi saluran pernafasan.

Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Arifeen al dalam

estiwidani (2011) yang mengungkapkan bahwa pemberian ASI eksklusif pada

beberapa bulan pertama dapat menurunkan risiko kematian akibat diare sebesar

3,9 kali dan kematian akibat Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sebesar 2,4

kali . dengan ASI eksklusif, 55% dari kematian bayi akibat penyakit diare dan

ISPA dapat dicegah pada bayi umur 0-3 bulan dan 66% pada bayi umur 4-11

bulan di Amerika Latin (Haryono, 2014).

World Health Organization (WHO) telah merekomendasikan untuk

menyusui secara eksklusif dalam 6 bulan pertama kehidupan bayi dan


4

melanjutkannya untuk waktu dua tahun atau lebih, karena ASI sangat seimbang

dalam memenuhi kebutuhan nutrisi bayi yang baru lahir dan merupakan satu-

satunya makanan yang dibutuhkan sampai usia enam bulan. Keuntungan dalam

menyusui yaitu ASI langsung tersedia, tidak mengeluarkan biaya, dapat diberian

langsung bila dibutuhkan dan bayi dapat mengatur jumlah ASI yang dibutuhkan.

Bahan- Bahan yang terdapat dalam ASI sifatnya eksklusif tidak dapat ditiru oleh

merek susu formula (Pollard, 2016).

World Health Organization (WHO) menyarankan agar ibu memberikan

ASI eksklusif kepada bayi sampai bayi berusia 6 bulan. Kementerian Kesehatan

republik Indonesia melalui Kepmenkes RI No. 450/Menkes/SK/IV/Tahun 2004

tentang pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia menetapkan

pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai bayi berusia 6 bulan dan menargetkan

pemberian ASI eksklusif sebesar 80%. World Health Organization (WHO)dan

UNICEF merekomendasikan kepada para ibu, bila memungkinkan memberikan

asi eksklusif sampai usia 6 bulan dengan menerapkan IMD selama 1 jam setelah

kelahiranbayi, ASI ekslusif diberikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan

tambahan atau minuman, ASI diberikan sesuai kebutuhan bayi, ASI tidak

diberikan menggunaan botol, cangkir, maupun dot (Sutanto, 2018).

ASI (Air Susu Ibu) merupakan cairan hidup yang dinamis dan memiliki

kandungan gizi beragam maupun lengkap. Hal penting mengenai ASI bahwa

segala kandungannya sesuai keadaan bayi dan bersifat alami bukan sintetik

sehingga aman dan dapat bermanfaat secara maksimal. Kandungan utama ASI,
5

sebanyak 88% adalah air. ASI terdiri Karbohidrat, Protein, Lemak, Vitamin,

Mineral, Enzim, Hormon dan faktor pertumbuhan (Werdayanti, 2015).

Bayi yang diberikan ASI sampai 6 bulan jauh lebih sehat dibandingkan

bayi-bayi yang diberi ASI hanya sampai 4 bulan dan frekuensi terkena diare jauh

lebih kecil. Bayi yang diberi ASI saja sampai berusia 6 bulan akan merangsang

hormon prolaktin secara terus menerus sehingga memperbanyak produksi ASI

yang dapat bertahan sampai bayi berumur dua tahun. Maka dari itu ibu sebaiknya

harus mendapatkan gizi yang baik dan terhindar dari stres yang berkepanjangan

(Purwanti, 2012).

Air susu ibu sangat penting diberikan pada bayi, karena ASI memiliki

keunggulan dan keistimewaan sebagai nutrisi dibandingkan sumber nutrisi

lainnya. Komponen makro dan mikro yang terkandung di dalam ASI sangat

penting dibutuhkan pada tiap tahapan pertumbuhan bayi. ASI mengandung zat

antibodi yang berperan sebagai sistem pertahanan dinding saluran pencernaan

terhadap infeksi. Telah dibuktikan bahwa bayi yang mendapat ASI eksklusif

mempunyai kadar antibodi yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang

mendapatkan susu formula. Oleh karena itu, daya tahan tubuh terhadap infeksi

bakteri patogen pada bayi dengan ASI lebih besar dibandingkan dengan bayi

dengan susu formula (Wiji, 2013).

Beberapa penyebab menurunnya pemberian ASI eksklusif yaitu

gencarnya susu formula sehingga banyak ibu-ibu yang tidak percaya diri dengan

manfaat dari kandungan ASI. Penyebab umum kegagalan pemberian ASI

eksklusif adalah minimnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dan menyusui,
6

ibu bekerja, pendidikan rendah, teknik menyusui yang tidak benar dan sosial

ekonomi. Cara meningkatkan pemberian asi eksklusif diharapkan kepada ibu-ibu

mengetahui manfaat asi dan menyusui, cara yang tepat dalam menyusui serta

mitos-mitos yang salah tentang asi eksklusif yang banyak berkembang di

masyarakat (Wiji, 2013).

Data Susenas menunjukkan bahwa satu diantara dua bayi usia 0-5 bulan

diberi ASI eksklusif. Persentase bayi yang diber ASI eksklusif 55,96 persen.

Provinsi dengan persentase terendah bayi usia 0-5 bulan yang diberi ASI

eksklusif adalah Gorontalo sebesar 24,96 persen, Sulawesi Tenggara sebesar

41,63 persen, dan Kepulauan Bangka Belitung sebesar 42,20 persen (BPS, 2018).

Data Dinas Kesehatan Kota Jambi menunjukkan bahwa pencapaian ASI

eksklusif pada tahun 2018 didapat cakupan pemberian ASI eksklusif di Kota

Jambi sebesar 2.437 (39,9%). Pemberian ASI eksklusif tertinggi terdapat di

Puskesmas Paal Merah I sebesar 109 (84,5%) sedangkan Pemberian ASI

eksklusif terendah terdapat di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil sebesar

319 (14,1%). Data Dinas Kesehatan Provinsi Jambi tahun 2018 cakupan bayi

yang mendapatkan ASI eksklusif yang terenda di Provinsi Jambi pertama

terdapat di Kota Jambi sebesar (39,40%), kedua Kerinci sebesar (40,41%) dan

ketiga Tanjab Barat sebesar (43,40%).

Dari 6.103 bayi usia 0-6 bulan di Kota Jambi hanya 2.437 (39,9%) bayi

yang diberi ASI eksklusif. Data dari Puskesmas Kebun Handil didapat bahwa

dari jumlah bayi 0-6 bulan di Puskesmas Kebun Handil terdapat 627 bayi dan

bayi yang mendapatkan ASI eksklusif umur 0-6 bulan sebanyak 384. Dengan
7

melihat angka ini maka cakupan pemberian ASI untuk Kota Jambi belum

mencapai target. Hal ini menunjukkan masih belum optimalnya kesadaran serta

tingkat pengetahuan para ibu untuk menyusui sendiri bayinya dan kurangnya

perilaku ibu terhadap pemberian asi eksklusif pada bayi Untuk itu perlu

dilakukan upaya promosi kesehatan terus menerus sehingga perilaku masyarakat

berubah menjadi semakin baik.

Menurut Nopita (2019), mengenai Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Gedong Tataan, Ada hubungan

pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif Ada hubungan pengetahuan dengan

pemberian ASI eksklusif dan Ada hubungan kelainan puting susu dengan

pemberian ASI eksklusif dan Ada hubungan dukungan tenaga kesehatan dengan

pemberian ASI eksklusif .

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irianti (2017) mengenai hubungan

pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan kepatuhan ibu dalam pemberian

ASI eksklusif didapat bahwa 60% responden mempunyai pengetahuan cukup

baik, 25% mempunyai pengetahuan baik dan pengetahuan kurang 15%. Hasil uji

bivariat bahwa variabel pengetahuan ibu berhubungan dengan tindakan

pemberian ASI Eksklusif dengan pvalue = 0,000.

Hasil penelitian Nurlinawati (2016) mengenai hubungan dukungan

keluarga dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi di Kota Jambi didapat

bahwa ada hubungan antara dukungan informasi dengan pemberian ASI eksklusif

p value = 0,032 (p value < 0,05).


8

Hasil penelitian Widyawati (2019) mengenai faktor yang berhubungan

dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja

Puskesmas Poleang Utara Kabupaten Bombana Tahun 2019. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa responden yang mempunyai sosial dan budaya baik lebih

banyak yang memberikan ASI eksklusif dibandingkan dengan yang tidak

memberikan ASI Eksklusif. Sedangkan responden yang sosial dan budaya rendah

lebih banyak yang tidak memberikan ASI Eksklusif dibanding yang diberikan

ASI Eksklusif. Hasil analisis didapat ada hubungan yang signifikan antara sosial

dan budaya dengan pemberian ASI eksklusif dengan p value 0,002.

Hasil penelitian Mulyani (2018) mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Kenali Besar kota

Jambi didapat Ibu yang pernah melakukan pemberian ASI eksklusif berjumlah 34

orang (46,6%) dan Ibu yang tidak pernah melakukan pemberian ASI eksklusif

berjumlah 39 orang (53,4%). Hasil uji statistik chi-squarediperoleh nilai p =

0,000(p<0,05), hal ini berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara

Pengalamandengan pemberian ASI ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Kenali

Besar.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

Kebun Handil pada 10 ibu yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan, didapat

bahwa 2 orang ibu memberikan ASI ekslusif sedangkan 8 orang ibu tidak

memberikan ASI eksklusif karena sudah memberikan susu formula,

memberikan madu bahkan sudah ada yang memberikan makanan seperti pisang

dan bubur instan dengan alasan ASI tidak lancar dan bayi tidak kenyang jika
9

hanya diberi ASI. Berdasarkan pertanyaan mengenai dukungan keluarga ibu

tentang pemberian ASI eksklusif didapat bahwa 2 ibu mengatakan keluarganya

memberikan dukungan tentang pemberian ASI eksklusif sedangkan 8 ibu

mengatakan keluarganya kurang mendukung tentang pemberian ASI eksklusif

karena keluarga yang menganjurkan ibu untuk memberikan makanan tambahan

selain ASI. Berdasarkan aspek budaya, 5 orang ibu mengatakan bayi akan rewel

jika hanya diberi ASI saja sedangkan 3 orang ibu mengatakan mempunyai

kebiasaan memberi madu kepada bayi sejak bayi baru lahir dan 2 orang ibu

lainnya tidak memiliki kebiasaan tertentu hanya memberikan ASI saja sejak

bayi lahir. Dari 10 orang ibu, dari pengalaman sebelumnya hanya 2 orang ibu

yang sebelumnya pernah memberikan ASI eksklusif sedangkan 8 orang lainnya

belum pernah memberikan ASI eksklusif.

Berdasarkan masalah di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang faktor yang mempengaruhi perilaku ibu menyusui dalam pemberian ASI

eksklusif di Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi tahun 2020.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor yang mempengaruhi

perilaku ibu menyusui dalam pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Kebun

Handil Kota Jambi tahun 2020.


10

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perilaku ibu

menyusui dalam pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Kebun Handil

Kota Jambi tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu dalam pemberian ASI

eksklusif ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil

Kota Jambi Tahun 2020.

b. Diketahui distribusi frekuensi dukungan keluarga ibu menyusui dalam

pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil

Kota Jambi Tahun 2020.

c. Diketahui distribusi frekuensi budaya ibu menyusui dalam pemberian

ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi

Tahun 2020.

d. Diketahui distribusi frekuensi pengalaman ibu menyusui dalam

pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil

Kota Jambi Tahun 2020.

e. Diketahui hubungan pengetahuan ibu menyusui dengan pemberian ASI

eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi Tahun

2020.
11

f. Diketahui hubungan dukungan keluarga ibu menyusui dengan

pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil

Kota Jambi Tahun 2020.

g. Diketahui hubungan budaya ibu menyusui dengan pemberian ASI

eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi Tahun

2020.

h. Diketahui hubungan pengalaman ibu menysuui dengan pemberian ASI

eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi Tahun

2020.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Jambi

Sebagai bahan masukan dan informasi dalam membuat kebijakan dan

perencanaan program gizi masyarakat khususnya tentang pemberian ASI

eksklusif.

2. Bagi Puskesmas Kebun Handil

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak puskesmas untuk

meningkatkan pelayanan dan pendidikan kesehatan khususnya bagi ibu yang

memiliki bayi tentang pemberian ASI esklusif.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan di perpustakaan atau referensi khususnya

tentang ASI eksklusif.


12

4. Bagi Peneliti Lain

Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang akan melakukan

penelitian mengenai pemberian ASI eksklusif dengan menggunakan variabel

dan analisis yang berbeda.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analitik dengan

desain cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui diketahuinya faktor

yang mempengaruhi perilaku ibu menyusui dalam pemberian ASI eksklusif di

Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi tahun 2020. Penelitian ini dilaksanakan di

Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi pada bulan januari - juli

tahun 2020. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu menyusui yang mempunyai

bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kebun Handil Kota Jambi yang

berjumlah 627 bayi. Sampel penelitian ini dengan menggunakan teknik

accidental sampling yang berjumlah 86 orang. Pengumpulan data dilakukan

dengan pengisian kuesioner dan menggunakan alat ukur kuesioner. Analisis

yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan

menggunakan uji chi square.

Anda mungkin juga menyukai