DI SUSUN OLEH :
NIM : 23611019
TAHUN 2024/2025
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia mempunyai masalah gizi yang cukup berat yang ditandai dengan
banyaknya kasus kurang gizi pada anak balita, usia masuk sekolah baik pada laki-laki
dan perempuan. Masalah gizi pada usia sekolah dapat menyebabkan rendahnya kualiatas
tingkat pendidikan, salah satu dampak negatifnya adalah tingginya angka ketidakhadiran
dan tingginya angka putus sekolah. Indonesia menduduki peringkat kelima dunia untuk
jumlah anak dengan kondisi stunting. Lebih dari sepertiga anak berusia di bawah lima
tahun di Indonesia tingginya berada di bawah rata-rata. (Ahmad et al., 2022)
Masalah gizi yang terjadi pada remaja putri saat ini adalah status gizi buruk,
kekurangan gizi kronik (KEK), anemia, obesitas dan Intra Uterine Growth Retriction
(IUGR) atau hambatan pertumbuhan janin pada kehamilan remaja putri. Pada dasarnya
masalah gizi remaja timbul karena adanya perilaku gizi yang salah, yaitu keadaan
ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kebutuhan gizi yang diperlukan.
(Natanael et al., 2022)
Remaja putri umumnya memiliki kebiasaan makan tidak sehat, tidak sarapan, makan
makanan siap saji, malas minum air putih, diet yang tidak sehat karna ingin mendapatkan
bentuk tunuh yang ideal, sehingga mengabaikan sumber karbohidrat, protein, vitamin,
mineral yang diperlukan tubuh. Apabila hal ini diteruskan dapat mempengaruhi kualitas
kesehatan reproduksi dan status gizi remaja yang seharusnya disiapkan dengan matang
sebagai calon ibu. (Oktafiana et al., 2023)
Remaja penduduk berusia 10-19 tahun. Usia remaja merupakan usia paling efektif
untuk mendapatkan edukasi mengenai kejadian dan pencegahan stunting. Pengetahuan
tentang remaja akan dapat meningkatkan terjadi kelahiran generasi yang lebih baik dan
dapat mengantisipasi terjadinya stunting. Temuan penelitian lain menyebutkan bahwa
sebagian remaja putri telah memahami definisi stunting, tetapi belum mengetahui peran
penting remaja dalam pencegahan stunting sebelum hamil. Hal ini menunjukan belum
adanya persepsi yang tepat tentang pencegahan stunting pada remaja dengan pola hidup
sehat sejak remaja. Dukungan keluarga juga penting untuk mendorong remaja untuk
lebih memprioritaskan status kesehatannya seperti menghindari terjadinya malnutrisi,
KEK, dan anemia. (Natanael et al., 2022)
Stunting menjadi isu penting yang tidak berhenti dibicarakan hingga saat ini
mengingat dampak jangka pendek yang diakibatkan berupa tingginya resiko morbiditas
dan mortalitas hingga resiko jangka panjang berupa rendahnya kualitas sumer daya
manusia yang akan berdampak pada tingkat kemajuan bangsa. Kesehatan remaja putri
sebagai faktor penentu kesehatan ibu hamil dan balita kelak menjadikanya salah satu
target perbaikan gizi untuk pencegahan stunting, maka perlu diketahui persepsi remaja
putri dan dukungan keluarga terkait stunting sehingga mereka bisa turut berperan aktif
dalam upaya perbaikan gizi dan pencegahan stunting.(Apriliani et al., 2021)
Stunting disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah kesehatan reproduksi
remaja, anemia pada remaja, kesehatan repruduksi selama ibu hamil, rendahnya
pengetahuan orang tua tentang stunting, pernikahan dini, rendahnya pengetahuan ibu
tentang gizi, pendapatan keluarga, dan yang lainnya. Faktor-faktor penyebab stunting ini
bisa berkaitan satu dan lain hal. (Firrahmawati et al., 2023)
Upaya pencegahan stunting dapat dilakukan dapat dilakukan melalui berbagai
program yaitu, gizi, prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), meningkatkan akses keluarga
terhadap daya beli pangan dan biaya berobat melalui penyediaan lapangan kerja dan
peningkatan pendapatan, peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada
pengetahuan dan kemampuan dalam penerapan kesehatan gizi keluarga dan
mempermudah akses keluarga terhadap informasi dan penyedian informasi tentang
kesehatan dan gizi anak. Upaya promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan
masyarakat melalui booklet dan pamflet sudah banyak dilakukan, namun angka stunting
masih cukup tinggi. (Kasjono & Suryani, 2020)
Pentingnya memodifikasi cara pemberian edukasi kepada masyarakat secara dini
sangat diperlukan mengingat perkembangan zaman yang semakin pesat. Pada saat ini
hampir semua masyarakat mempunyai android, untuk itu peneliti ingin melakukan
promosi kesehatan melalui aplikasi mobile edukasi app “ELSIMIL” aplikasi ini
bertujuan untuk menyampaikan materi pencegahan stunting antara lain, mengatur pola
konsumsi gizi seimbang, bahaya anemia pada remaja, persiapan remaja sebelum menikah
seperti mempersiapkan kehamilan yang sehat serta kontrasepsi setelah melahirkan.
Di Indonesia kurangnya gizi pada balita dapat disebut sebagai ancaman yang
serius, salah satunya yaitu masalah mengenai stunting. Indonesia pernah mengalami
penurunan angka stunting sampai 21,6% pada tahun 2022 namun angka tersebut masih
belum memenuhi standar World Health Organization (WHO) dimana persyaratannya
sendiri harus mencapai < 14% di akhir tahun 2024. (SSGI, 2023)
Salah satunya di provinsi riau juga terjadi penurunan angka stunting dari 22,3%
menjadi 17% pada tahun 2022,ada beberpa daerah kabupaten/kota di provinsi riau yang
mengalami kenaikan dan penurunan angka stunting. Ada 9 kabupaten/kota dengan
prevalensi stunting turun, dan terdapat 3 kabupaten/kota yang mengalami kenaikan angka
stunting salah satunya kabupaten Indragiri hilir naik 0,1% dari 28,4% pada tahun 2021
menjadi 28,5% pada tahun 2022. (SSGI, 2023)
Menurut data dinas kesehatan Indragiri hilir secara garis besar prevalensi stunting di
20 kecamatan telah terjadi penurunan presentase angka stunting dari tahun 2020 sebesar
6,59% menjadi 1,79% pada tahun 2022,namun ada 2 kecamatan yang terjadi peningkatan
angka stunting yaitu kecamatan pelangiran dan kecamatan teluk balengkonng. Dari dua
kecamatan tersebut yang paling tinggi angka stunting berada di kecamatan teluk
balengkong dengan jumlah balita yang mengalami gizi kurang sebanyak 12 orang dan
balita yang mengalami gizi buruk sebanyak 69 orang. (Data-Stunting-Balita-Indragiri-
Hilir-2023, n.d.)
Cara untuk memutus mata rantai terjadinya stunting adalah penanaman perilaku
hidup bersih dan sehat, konsumsi gizi seimbang pada remaja putri, konsumsi tablet
tambah darah, mampu mempersiapkan pernikahan dan membangun kelurga, dan
mempersiapkan kehamilan yang sehat pada remaja putri, mengingat generasi penerus
bangsa akan kuat dan sehat bila dilahirkan oleh ibu dengan kondisi sehat. Kecamatan
Teluk Balengkong memiliki sekolah SMP sebanyak 6 sekolah dengan jumlah siswi
sebanyak 288 dan memiliki SMA sebanyak 4 sekolah dengan jumlah siswi 366 siswi.
(Badan Pusat Statistik Kabupaten Indragiri Hilir, 2023). Peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian di pada siswi SMA di Kecamatan Teluk Balengkong.
Prevalensi di kecamatan tersebut masih cukup tinggi sehingga perlu peningkatan
program-program dalam menangani mencegah kejadian stunting di Indragiri hilir.
Berbagai upaya/program yang dilakukan kabupaten Indragiri hilir guna menurunkan
angka stunting antara lain, perbaikan gizi di masa 1000 hari pertama kelahiran (HPK),
program gerakan satu hati (GSH) jilid 1 dengan enam kegiatan inti, penimbangan
serentak, sapta desa, pemberian vitamin A, imunisasi lengkap, pemeriksaan ibu hamil,
ibu menyusui serta keluaraga berencana (KB). Program GSH jilid II yang berpokus pada
upaya pemenuhan kebutuhan gizi dalam bentuk penyaluran produk nutrisi yang diproleh
melalalui donasi yang dikumpulkan melalui pelaksana GSH kemudian dana hasil donasi
itu disalurkan untuk memberi susu khusus bagi balita penderita gizi kurang dan gizi
buruk.
Bupati inhil juga membuka pelatihan pencegahan dan penanggulangan stunting di
beberapa kecamatan sekaligus membentuk bapak atau bunda asuh anak stunting disetiap
kecamatan guna untuk mendata anak atau bayi yang mengalami stunting agar kemudian
bisa memprogramkan langkah tepat selanjutnya bagi anak atau balita yang kurang
beruntung tersebut. Dinas kesehatan Indragiri hilir juga menciptakan program yang
dinamai Durasi Penting (posyandu prakonsepsi dalam pencegahan stunting). Program
lainya yang sudah dijalankan yaitu dengan menerapkan 5 pesan kunci cegah stunting
dengan “ ABCDE” yaitu, Aktif minum tablet tambah darah, Bumil (ibu hamil) teratur
periksa kehamilan, Cukup konsumsi protein hewani, Datang ke posyandu setiap bulan,
Ekslusif asi (air susu ibu) selama enam bulan.