Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN STATUS EKONOMI DAN POLA ASUH TERHADAP KEJADIAN

MALNUTRISI PADA BALITA DI KOTA SAMARINDA

PROPOSAL PENELITIAN

Dosen Pembimbing : Ns. Fatma Zulaikha

Disusun Oleh :

Annisa Rahmawati

2011102411077

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIAMANTAN TIMUR

SAMARINDA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam laporan The State of Food Security and Nutrition in the world terbaru yang dirilis
Food and Agriculture Organization (FAO) Pada tahun 2022 Indonesia tercatat sebagai Negara
dengan jumlah penduduk kurang gizi tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Estimasi rata-rata
jumlah penduduk kurang gizi di Asia Tenggara periode 2019-2021 menurut FOA kasus kurang
gizi di Indonesia adalah sebanyak 17,7 juta orang.
Masalah gizi di Indonesia masih memerlukan perhatian lebih. Berdasarkan data hasil
penimbangan balita di posyandu secara Nasional, ditemukan sebanyak 26.518 balita yang
berstatus gizi buruk. Data Prevalensi gizi sangat kurus pada balita sebesar 5,3%. Berdasarkan
jumlah balita yang terdaftar di posyandu yaitu sebesar (21.436.940) maka estemitas jumlah balita
gizi buruk berada diangka sekitar 1,1 juta jiwa
Berdasarkan hasil surve status gizi balita Indonesia yang di lakukan oleh Kementrian
Kesehatan RI pada tahun 2022 hasil dari SSGI didapatkan pada tahun 2022 balita yang mengalami
stunting sekitar 21,6%, balita yang mengalami Wasting 7,7%, balita yang mengalami Underweght
17,1% dan balita yang mengalami Overweight 3,5% (Kemenkes RI 2022)
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 menunjukkan bahwa 17,7%
balita masih mengalami masalah gizi. Angka tersebut terdiri atas balita yang mengalami malnutrisi
energi protein (MEP) berat sebesar 3,9% dan yang menderita malnutrisi energi protein (MEP)
ringan sebesar 13,8% (Riskesdas, 2018)
Anak kurang gizi memiliki kemungkinan risiko kematian yang tinggi, menghambat
pertumbuhan dan mempengaruhi status kesehatannya di kemudian hari. Privalensi balita kurang
gizi secara universal digunakan sebagai indikator untuk memonitor status kesehatan penduduk.
Jumlah malnutrisi pada balita di Kalimantan Timur sekitar 20-25% (Riskesdas, 2020)
Pada tahun 2020 penderita malnutrisi di Kota Samarinda menunjukkan jumlah 9 orang pada
tahun 2021 penderita malnutrisi meningkat menjadi 220 orang, dan pada tahun 2022 kasus
malnutrisi di Kota Samarinda menurun menjadi 20 orang (Dinkes, 2023)
Malnutrisi didefinisikan suatu kondisi kekurang, kelebihan, ketidakseimbangan dari energi,
protein, serta nutrisi yang berakibat kurang baik pada kondisi badan serta klinik. Pada umur lebih
lanjut permasalahan yang kerap terjadi merupakan kondisi gizi kurang, khususnya malnutrisi
protein dan energi. Keadaan malnutrisi akibat asupan yang tidak terpenuhi yang berdampak pada
kelainan metabolik, perubahan fisiologis, dan perubahan fungsi orang ataupun jaringan serta
hilangnya massa tubuh. (Dwitanto dalam Sari dkk, 2019)
Nutrisi yang cukup sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat selama
masa kanak-kanak. Malnutrisi mengacu pada keadaan patologis akibat defisuensu relatif atau
absolut atau kelebihan satu atau lebih zat gizi esensial. Masalah gizi buruk bukanlah masalah
sederhana dengan solusi tunggal dan sederhana (Sugiatmi, 2022)
Calon SDM yang unggul di mulai dari masa kanak-kanak kisaran usia 1-6 tahun yang mana
itu merupakan masa golden age. Masa golden age merupakan masa yang sangat penting bagi
perkembangan dan pertumbuhan struktur dan fungsi manusia yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan (Roficha dkk, 2018)
Masalah gizi pada hakikitanya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanganannya
tidak hanya dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab
timbulnya masalah gizi dikarenakan adanya multifaktorial oleh karena itu pendekatan
penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor terkait (Supariasa Bakri & Fajar 2012 dalam
Khairani dkk 2020)
Malnutrisi disebabkan oleh multifaktori salah satunya yaitu status ekonomi keluarga dan pola
asuh terhadap anak. Orang tua dengan tingkat pendidikan formal yang tinggi cenderung
mempunyai tingkatan pengetahuan yang lebih baik dan mendapatkan keahlian lebih dalam
mengurus anak dan pengetahuan yang nantinya di saat dewasa bisa digunakan dalam perihal
pengasuhan, konsumsi makan serta perawatan kesehatan anak serta pemanfaatan pelayanan
kesehatan setempat yang dapat menuntun menuju peningkatan kesehatan serta status gizi pada
anak (Wandani dkk, 2020)
Pendapatan keluarga sangat mempengaruhi cukup atau tidaknya kebutuhan primer, sekunder,
serta perhatian dan kasih sayang seorang anak. Anak yang tinggal bersama keluarga dengan status
ekonomi rendah mempunyai prioritas status gizi kurang dibandingkan dengan anak yang tinggal
bersama keluarga yang memiliki status ekonomi yang tinggi. (Wahyuningsih dkk, 2020)
Tingkat penghasilan atau pendapatan keluarga merupakan cerminan yang lebih jelas tentang
ekonomi keluarga yang merupakan jumlah seluruh penghasilan. Pendapatan untuk menciptakan
seluruh kebutuhan keluarga biasanya berasal dari pendapatan kerja anggota keluarga (Khairani,
2020)
Pendapatan keluarga dapat ditinjau dari sumber pendapatan seseorang yang akan memberikan
dampak ke arah yang baik atau kearah yang buruk, pendapatan akan berpengaruh terhadap
penyediaan gizi yang cukup dimana kurangnya pendapataan akan menghambat aktivitas baik yang
bersifat materialistik maupun non materialistik (BKKBM, 2004 dalam Khairani dkk, 2020)
Menurut Kohn, pola asuh merupakan sikap orang tua dalam hubungannya dengan anaknya
yang dapat dilihat dari bagaimana orang tua memberikan peraturan pada anak, memberikan hadiah
dan hubungan, memberikan perhatian dan merespon keinginan anak serta berpengaruh dalam
perkembangan anak dalam meningkatkan status gizi anak (Nafiah dkk, 2021)
Pola asuh dalam hal pemberian makan pada anak meliputi pemberian makanan sesuai umur,
kepekaan ibu mengetahui saat anak ingin makan (waktu makan), upaya dalam menciptakan nafsu
makan anak dengan cara merayu anak sehingga nafsu makan dapat meningkat, dapat mewujudkan
suasana makanan yang apik, hangat dan nyaman.
Menurut Ebi Ch, pola asuh orang tua terbagi menjadi beberapa macam salah satunya yaitu
pola asuh otoritatif. Pola asuh otoritatif menjadi jalan terbaik dalam membentuk karakter anak,
karena pola otoritatif ini bercirikan oran tua bersikap demokratis, menghargai dan memahami
keadaan anak dengan kelebihan serta kekurangan sehingga anak menjadi peribadi yang matang,
supel dan bisa menyusuaikan diri dengan baik (Windayani, 2021)
Berdasarkan hasil dari studi pendahuluan yang sudah dilakukan pada bulan Agustus tahun
2023 pada 2 Puskesmas yaitu Puskesmas Sidomulyo dan Puskesmas Karang Asam. Pada
posyandu sidomulyo yang dinaungi oleh Puskesas Sidomulyo data yang di dapatkan ada pada
bulan Februari tahun 2023 terdapat balita dengan berat badan sangat kurang 9 balita, berat badan
kurang 64 balita, berat badan normal 475 balita, berat badan risiko lebih 28 balita, tinggi badan
sangat pendek 6 balita, tinggi badan pendek 11 balita, tinggi badan normal 547 balita, gizi buruk 3
balita, gizi kurang 22 balita, gizi normal 512 balita, risiko gizi lebih 18 balita, gizi lebih 10 balita,
obesitas 6 balita dan stunting 17 balita
Pada posyandu karang asam ulu dan ilir yang dinaungi oleh Puksesmas Karang Asam data
yang di dapatkan ada pada bulan Juni tahun 2023 yaitu terdapat berat bada risiko lebih 17 balita,
berat badan lebih 6 balita, obesitas 4 balita, stunting 34 balita, washting 14 balita dan underwaid
30 balita.
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai Malnutrisi dengan judul penelitian “Hubungan Status Ekonomi dan Pola
Asuh Terhadap Kejadian Malnutrisi Pada Balita Di Kota Samarinda”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah ada hubungan antara status ekonomi terhadap kejadian malnutrisi pada balita di
wilayah kerja puskesmas Sidomulyo dan Karang Asam

2. Apakah ada hubungan antara pola asuh terhadap kejadian malnutrisi pada balita di wilayah
kerja puskesmas Sidomulyo dan Karang Asam

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah status ekonomi dan pola asuh
berhubungan dengan kejadian malnutrisi pada balita. Penelitian ini juga bertujuan untuk
menambah pengetahuan pada orang tua terkait malnutrisi pada balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Sidomulyo dan Posyandu Karang Asama.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengidentifikasi gambaran karakteristik responden ibu (usia, pekerjaan, dan
tingkat pendidikan ibu). Balita (usia dan jenis kelamin), terhadap kejadian malnutrisi
di wilayah kerja puskesmas Sidomulyo dan Karang Asam

2. Untuk mengidentifikasi status ekomoni keluarga yang memiliki balita di wilayah


kerja puskesmas Sidomulyo dan Karang Asam

3. Untuk mengidentifikasi pola asuh orang tua yang memiliki balita di wilayah kerja
puskesmas Sidomulyo dan Karang Asam

4. Untuk mengidentifikasi kejadian malnutrisi pada balita di wilayah kerja puskesmas


Sidomulyo dan Karang Asam

5. Untuk menganalisis hubungan status ekonomi dan malnutrisi di wilayah kerja


puskesmas Sidomulyo dan Karang Asam

6. Untuk menganalisis hubungan pola asuh dan malnutrisi di wilayah kerja puskesmas
Sidomulyo dan Karang Asam

7. Untuk menganalisis hubungan status ekonomi keluarga dan pola asuh orang tua pada
balita di wilayah kerja puskesmas Sidomulyo dan Karang Asam

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Responden


Penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi mengenai pentingnya pengetahuan
tentang gizi
1.4.2 Manfaat Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan menambah bekal ilmu pengetahuan
yang diperoleh peneliti dari perkuliahan dan menambah pengetahuan bagi orang lain.

1.4.3 Manfaat Bagi Mahasiswa


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada peneliti selanjutnya khususnya
bagi mahasiswa Ilmu Keperawatan

1.4.4 Manfaat Bagi Masyarakat


Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi masyarakat
khususnya orang tua yang memiliki balita agar lebih memperhatiakan gizi sang anak

1.5 Kerangka Konsep


Hadari (2018) menjelaskan bahwa kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam
menguraikan rumusan hipotesis yang menurupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji
kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiritis, maka harus dioperasionalkan
dengan mengubahnya menjadi variabel atau komponen

Variabel Dependen variabel Independen

Status Ekonomi
Malnutrisi
Pola Asuh

1.6 Hipotesis Penelitian


Hipotesis merupakan suatu pernataan atau pendapat sementara yang masih lemah atau kurang
kebenaranya sehingga masih perlu dibuktikan atau suatu dugaan yang sifatnya masih sementara
(Anuraga, dkk, 2021). Hipoteisi penelitian ini adalah :

1. Hipotesis (Ha)

Ada hubungan antara status ekonomi terhadap kejadian malnutrisi di wilayah kerja
puskesmas Sidomulyo dan Karang Asam

Ada hubungan antara pola asuh terhadap kejadian malnutrisi di wilayah kerja puskesmas
Sidomulyo dan Karang Asam

2. Hipotesis (H0)

Tidak ada hubungan antara status ekonomi terhadap kejadian malnutrisi di wilayah kerja
puskesmas Sidomulyo dan Karang Asam

Tidak ada hubungan anatar pola asuh terhadap kejadian malnutrisi di wilayah kerja
puskesmas Sidomulyo dan Karang Asam
BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Desain Penelitian Populasi dan Sampel

2.2 Populasi dan Sampel

2.3 Waktu dan Tempat

2.4 Definisi Operasional

2.5 Instrumen Penelitian

Prosedur Penelitian

Anda mungkin juga menyukai