Anda di halaman 1dari 21

“HUBUNGAN ANTARA STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN

KEJADIAN STUNTUING PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DI DESA


BONTOBIRAENG SELATAN KABUPATEN GOWA”

Oleh :

ROSALINA LUTURMAS
NIM : 120241831

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATANAN 


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

 Di Indonesia mempunyai masalah gizi yang cukup berat yang


ditandai dengan banyaknya kasus gizi kurang. Malnutrisi
merupakan suatu dampak keadaan status gizi. Stunting
adalah salah satu keadaan malnutrisi yang berhubungan
dengan ketidakcukupan zat gizi masa lalu sehingga termasuk
dalam masalah gizi yang bersifat kronis (Sutarto dkk., 2018)
WHO

Data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World Health Organization (WHO),
Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia
Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR). Rata-rata prevalensi balita stunting di
Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4%.
Kejadian balita stunting (pendek) merupakan masalah gizi utama yang dihadapi
Indonesia. Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir,
pendek memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti
gizi kurang, kurus, dan gemuk. Prevalensi balita pendek mengalami peningkatan dari
tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6% pada tahun 2017 (Kemenkes, 2018).

ASEA
N
Diketahui di Indonesia, sebanyak 10 provinsi termasuk dalam kategori berat,
dan 5 besar diantaranya adalah provinsi Sulawesi Selatan, disusul Aceh,
Sulawesi Barat dan Nusa Tenggara Timur. Masalah kesehatan masyarakat
dianggap berat bila prevalensi pendek sebesar 30- 39% dan serius bila
prevalensi pendek ≥40%. Hal ini menunjukkan bahwa Provinsi Sulawesi
Selatan masih termasuk dalam kategori berat (Nurjanna, 2019 ).
SULAWESI Prevalensi stunting di Provinsi Sulawesi Selatan Sebesar
SELATAN 35,74%. Prevalensi stunting berdasarkan mata pencaharian atau
pekerjaan sebagai petani/buruh tani di Provinsi Sulawesi Selatan
untuk kategori sangat pendek 14,25% dan pendek 25,06%,
sehingga prevalensi stunting 39,31%. Data stunting di
Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan umur 0-59 bulan
untuk kategori sangat pendek 18,28% dan pendek 26,17%,
sehingga prevalensi stunting di Kabupaten Gowa Provinsi
Sulawesi Selatan 44,45%. (Balitbangkes, 2019).
Berdasarkan latar belakang adalah bagaimana
RUMUSAN Hubungan status sosial ekonomi keluarga dengan
MASALAH kejadian stunting pada anak usia 2-5 tahun di Desa
Biraeng Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa?

Untuk mengetahui status sosial ekonomi


TUJUAN
UMUM
keluarga dengan kejadian stunting pada
anak usia 2-5 tahun di desa Bontobiraeng
Selatan?
1. Untuk mengidentifikasi status sosial dan
ekonomi pada keluarga di desa Bontobiraeng
TUJUAN Selatan.
KHUSUS 2. Untuk menilai kejadian stunting pada anak usia
2-5 tahun di desa Bontobiraeng Selatan.
3. Untuk menganalisis hubungan antara status
sosial ekonomi keluarga dengan kejadian
stunting pada anak usia 2-5 tahun.di desa
Bontobiraeng Selatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, oikonomia.


Kata oikonomia berasal dari dua kata yaitu oikos dan nomos.
Oikos berarti rumah tangga, sedangkan nomos berarti
Pengertian mengatur. Jadi oikonomia berarti mengatur rumah tangga.
status sosial ekonomi Ekonomi berkembangan menjadi suatu ilmu, sehingga
ekonomi berarti pengetahuan yang tersusun menurut cara
yang runtut dalam rangka mengatur rumah tangga. Rumah
tangga diartikan secara lebih luas, rumah tangga disini
berkaitan dengan kelompok sosial yang dianggap sebagai
rumah tangga sebagai kesatuan kelompok manusia yang
hidup menurut norma dan tata aturan tertentu (M.T Ritonga,
2018).
Status sosial ekonomi yaitu kedudukan tertentu seseorang terhadap
Status sosial masyarakat lainnya dalam suatu kelompok atau kelas masyarakat. Syarat
menjadi anggota kelas masyarakat ialah menjalankan beberapa aktivitas
ekonomi ekonomi, bentuk dan jumlah pendidikan resmi, jumlah penghasilan,
bentuk perumahan, dan lain-lain. Status sosial keluarga yang rendah
menyebabkan ketidakmampuan dalam memberikan fasilitas tempat
tinggal yang sesuai dengan standar kebutuhan tempat tinggal. (Basrowi
dalam Wanimbo, 2019).

Manfaat

Agar anak dapat memperoleh pendidikan yang baik maka orang tua
harus pandai mengarahkan agar anaknya tidak terpengaruh apabila
kondisi sosial mereka tidak mendukung tercapainya pendidikan dengan
baik. Orang tua juga harus mengusahakan agar lingkungan sosial di
sekitar dapat dijadikan sebagai pendukung tercapainya pendidikan yang
maksimal
Jenis Status Sosial

Jadi untuk menentukan status sosial ekonomi yang dilihat


dari
status : pekerjaan, Pendidikan, dan jenis tempat tinggal.
A. Pekerjaan yang berstatus tinggi, sedang, rendah,
B. Pendidikan formal dan non formal
C. Jenis tempat tinggal, (rumah sendiri, kontrak, bangunan,
dll)
TINJAUAN UMUM
Tentang stunting

Stunting didefinisikan sebagai kondisi anak usia 0 – 59


bulan, dimana tinggi badan menurut umur berada di
Pengertian bawah minus 2 Standar Deviasi (<-2SD) dari standar
stunting median WHO (Kemenkes, 2018).

Stunting merupakan kondisi balita yang memiliki panjang atau


tinggi yang pendek dibanding dengan umurnya. Panjang atau
tinggi badannya lebih kecil standar pertumbuhan anak dari
World Health Organization (WHO)
Next
Kejadian stunting dikalangan anak-anak masih
tergolong tinggi. Berdasarkan data UNICEF
(2016)terdapat satu dari empat anak balita (159.000)
yang stunting akibat gizi buruk, dengan jumlah yang
signifikan yang lebih tinggi terdapat di beberapa
bagian afrikadan asia selatan

Selain itu, Stunting pada masa anak - anak berdampak


pada tinggi badan yang pendek dan penurunan
pendapatan saat dewasa, rendahnya angka masuk
sekolah, dan penurunan berat lahir keturunannya
kelak.
Penyebab stunting Faktor determinan penting terjadinya stunting
Faktor penyebab stunting ini dapat di Indonesia,, yaitu :
disebabkan. 1. Bayi tidak diberi ASI eksklusif.
 Penyebab langsung dari kejadian 2. Kelahiran prematur.
stunting adalah asupan gizi dan 3. Bayi lahir pendek.
adanya penyakit infeksi sedangkan 4. Kurangnya akses pelayanan kesehatan.
 penyebab tidak langsungnya adalah 5. Akses jamban dan air minum yang tidak
pola asuh, pelayanan kesehatan, memadai.
ketersediaan pangan, faktor budaya, 6. Ibu yang berpostur pendek.
ekonomi dan masih banyak lagi 7. Pendidikan ibu yang rendah.
faktor lainnya (UNICEF; Bappenas, 8. Tinggal di pedesaan.
2017 9. Status sosio-ekonomi rumah tangga yang
rendah (Doddy Izwardy, 2018).
Dampak stunting
Anak-anak yang mengalami stunting Menurut Doddy Izwardy (2018),
pada umumnya akan mengalami dampak stunting terjadi proses “3G”,
hambatan dalam perkembangan yaitu :
kognitif dan motoriknya yang akan a. Gagal tumbuh, seperti berat lahir
mempengaruhi produktivitasnya saat rendah, kecil pendek, kurus, daya
dewasa. Selain itu, anak stunting juga tahan rendah, dan mudah sakit.
memiliki risiko yang lebih besar untuk b. Gagal Kembang, seperti
menderita penyakit tidak menular gangguan kognitif, lambat
seperti diabetes, obesitas, dan penyakit menyerap pengetahuan.
jantung pada saat dewasa (Kemenkes, c. Gangguan metabolisme tubuh,
2018). seperti berisiko gemuk dan
terkena penyakit tidak menular.
Pencegahan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun


2016 tentang, upaya yang dilakukan untuk menurunkan prevalensi
stunting di antaranya sebagai berikut:
a. Ibu Hamil dan Bersalin
1) Intervensi pada 1.000 hari pertama kehidupan.
2) Mengupayakan jaminan mutu ante natal care (ANC) terpadu.
b. Balita
3) Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan.
Pemantauan pertumbuhan balita.
4) Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi Menyelenggarakan kegiatan Pemberian
kalori, protein, dan mikronutrien (TKPM). Makanan Tambahan (PMT) untuk balita.
Menyelenggarakan stimulasi dini
5) Menyelenggarakan konseling Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
perkembangan anak, Memberikan
dan ASI eksklusif. pelayanan kesehatan yang optimal .
6) Penyuluhan dan pelayanan KB.
Instrumen
Penelitian

Variabel Independen menggunakan skala gutman dimana untuk


mengetahui status social ekonomi ada 3 variabel yang dilihat yaitu
pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.

Variabel Dependen menggunakan lembar observasi dengan


mengukur tinggi badan kemudian melihat standar antropometri
anak nilai Z score
Cara pencegahan stunting

strategi implementasi program yang harus


dilaksanakan. Pola asuh (caring), termasuk di
dalamnya adalah Inisiasi Menyusui Dini (IMD),
menyusui eksklusif sampai dengan 6 bulan, dan
pemberian ASI dilanjutkan dengan makanan
pendamping ASI (MPASI) sampai dengan 2 tahun
merupakan proses untuk membantu tumbuh kembang
bayi dan anak (Kemenkes, 2018).
BAB III
KERANGKA KONSEP

KERANGKA   Status sosial ekonomi Kejadian stunting


KONSEP

Ada hubungan antara status sosial ekonomi


HIPOTESIS keluarga dengan kejadian stunting pada
PENELITIAN
anak usia 2-5 tahun di desa Bontobiraeng
selatan KAB GOWA.
Defenisi Operasional dan Kriteria
Objektif

 Status social ekonomi dalam penelitian ini adalah : Status sosial ekonomi
dapat dilihat dari pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan tiap bulan
responden..
1. Pendidikan : Pendidikan Formal terakhir oleh Responden.
Kriteria objektif :
Rendah : Jika pendidikan terakhir Responden SD – SMU
Tinggi : Jika pendidikan terakhir Responden D3, S1, S2/S3
2. Pekerjaan : Kegiatan Pokok yang dilakukan setiap hari oleh Responden
untuk memperoleh upah/gaji
Kriteria objektif :
Bekerja : Jika responden memiliki pekerjaan tetap
Tidak Bekerja : Jika responden tidak memiliki pekerjaan tetap
3. Pendapatan : Penghasilan yang timbul dari aktifitas Responden dengan hasil
kerja berupa uang.
Kriteria objektif :
Rendah : Jika penghasilan perbulan 500.000-1.000.000
Tinggi : Jika penghasilan perbulan > 1.000.000
 Kejadian Stunting dalam penelitian ini adalah
penilaian terhadap pengukuran Tinggi badan
sesuai dengan umur balita.
Kriteria Objektif :
Stunting: Jika hasil pada antropometri
nilai Z score < -2 SD
Normal : Jika hasil pada antropometri nilai
Zscore -2 SD sampai dengan 2 SD
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik
dengan pendekatan Cross Sectional Study,

Dengan criteria sebagai berikut :


B. POPULASI DAN SAMPEL
Kriteria Inklusi :
 POPULASI 1. Keluarga yang memiliki anak usia 2-5 tahun
semua keluarga di desa bontobiraeng yang berada di desa Bontobiraeng
selatan Kab. Gowa 2. Keluarga ( Bapak/ibu) Bersedia menjadi
responden.
SAMPEL
3. Anak Ada ditempat saat penelitian.
Keluarga yang memiliki anak usia 2-5
tahun di desa bontobiraeng selatan Kriteria Eksklusi :
diperoleh dengan menggunakan teknik Anak yang sakit atau tidak hadir saat acara
Purposive Sampling, berlangsung.
Variabel Independen menggunakan skala
gutman dimana untuk mengetahui status social
ekonomi ada 3 variabel yang dilihat yaitu
pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.

Variabel Dependen menggunakan lembar


observasi dengan mengukur tinggi badan kemudian
melihat standar antropometri anak nilai Z score

Anda mungkin juga menyukai