SKRIPSI
DISUSUN OLEH
ANI HARTATI
203001070248
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang
atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini
diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua
stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor
seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi,
dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang akan
merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia saat
ini. Pada tahun 2017 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di dunia
mengalami stunting. Lebih dari 39% berasal dari Benua Afrika sedangkan
lebih dari setengah balita stunting di dunia berasal dari Benua Asia (55%).
Dari 83,6 juta balita stunting di Asia, proporsi terbanyak berasal dari Asia
faktor lain yang turut berperan, antara lain pemberian makan yang tidak
lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. (Depkes RI, 2017).
masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak
masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk. Prevalensi
balita pendek mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5%
kronis, karena prevalensi stunting lebih dari 20 persen pada tahun 2018.
tahun 2017 penderita stunting di Kabupaten Bogor ini masih lebih tinggi
berjumlah 5,7 juta orang. Selain itu desa Cibatok 2 terpilih menjadi
stunting.
jumlah anak umur 0-23 bulan dan 24-59 bulan menurut status gizi (TB/U)
dan jenis kelamin di desa cibatok 2, jumlah anak 0-23 bulan dengan
kategori sangat pendek yaitu laki-laki 1 orang dan perempuan 1 orang,
laki-laki 120 dan perempuan 101, jumlah anak tinggi laki-laki 5 dan
perempuan 26, jumlah anak normal laki-laki 178 dan perempuan 145,
B. Rumusan Masalah
dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 bulan di Wilayah Kerja
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tahun 2021
D. Manfaat
Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
13
keadaan seseorang atau keluarga yang ditinjau dari segi sosial
1) Pendidikan
2) Perkerjaan
imbalan atau upah, ber upa barang dan jasa dalam memenuhi
d) Jasa
e) Petani
alat angkut/bengkel.
3) Keadaan ekonomi
2010).
4) Pendapatan
(Nasution, 2015).
2013).
dan tinggi:
a) Golongan Ekonomi Rendah
kehidupan. (11)
yaitu:
1) Kelas atas (upper class) berasal dari golongan kaya raya seperti
2013).
telah dilakukan sejak tahun 1930-an oleh para ahli ilmu-ilmu sosial
ekonomi di Indonesia :
1) Indikator Objektif
klasifikasi ini:
a) Pendidikan
skor.
2) Indikator Subjektif
1) Kesehatan
3) Kondisi pekerjaan
6) Pengangkutan
8) Sandang
(Siagian, 2012).
penelitian ini adalah kondisi suatu keluarga atau orang tua yang
a. Pengertian Stunting
umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi badan yang
anak dari WHO. Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang
ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi
terjadi.
dan bentuk tubuh potensial dapat dicapai oleh orang tersebut. Jika
walaupun masih bisa terjadi hal tersebut sangat jarang dan sulit
2010).
dan faktor setelah kelahiran seperti asupan gizi anak saat masa
Faktor Keluarga dan Rumah Tangga Pemberian Makanan Tambahan yangTidak Pemberian ASI
Adekuat
Faktor maternal Lingkungan Rumah
Praktik yang
Buruknya Kualitas Praktik yang tidak
Nutrisi yang buruk pada Stimulasi dan aktifitas anak kurang tepat
makanan adekuat
masa prakonsepsi, yang tidak adekuat,
IMD yang terlambat,
kehamilan dan laktasi, buruknya praktik Buruknya kualitas zat gizi Pemberian makanan yang
Asi tidak eksklusif,
tinggi badan ibu pendek, pengasuhan, persediaan air mikro, rendahnya tidak adekuat, pemeberian
penghentian
infekssi, kehamilan usia yang bersih & sanitasi yang keberagaman makanan makanan yang tidak adekuat
pemberian ASI lebih
remaja, kesehatan buruk, ketidaktahanan dan gizi hewani , selama & setelah sakit,
awal.
mental, IUGR dan pangan, alokasi makanan kandungan Anti zat gizi , kosistensi makanan encer,
prematuritas, jarak lahir dalam rumah tangga yang rendahnya kandungan pemberian makanan dalam
singkat, hipertensi. tidak tepat, Rendahnya energi dalam makanan kualitas rendah, pemberian
pendidikan pengasuh. pendamping. makan yang tidak responsif.
Konteks Politik & Kesehatan & Pendidikan Kultur & Sistem Air, Sanitasi &
Ekonomi Pelayanan sosial Pangan & Lingkungan
Kesehatan Akses
agrikultural
Kebijakan ekonomi dan kependidikan yang Kepercayaan Infrastruktur dan
harga pangan, regulasi Akses pelayanan terkualifikasi, guru dan norma, Produksi dan pellayanan akan
pasar, stabilitas politik, kesehatan, penyediaan yang memenuhi jaringan pengolahan air dan sanitasi,
kemiskinan layanan kesehatan syarat, pendidikan penduduk pangan, kepadatan
(pendapatan, dan yang memenuhi kesehatan yang sosial, pengasuh ketersediaan penduduk,
kesejahteraan), syarat, ketersediaan memenuhi syarat, anak (orang tua pangan kaya perubahan iklim,
pelayanan keuangan, pasokan, infrastruktur, infrastruktur & bukan orang zat gizi mikro, urbanisasi,
lapangan kerja dan kebijakan dan sisitem (sekolah dan tua), status kualitas dan bencana
mata pencaharian. pelayanan kesehatan. isntitusi pelatihan). wanita. keamanan alam/manusia.
pangan.
prediksikan akan ada 127 juta anak dibawah 5 tahun yang stunting pada tahun
2025 jika tren sekarang ini masih terus berlanjut. (WHO, 2012).
Diperkirakan dari sekitar 171 juta anak stunting di seluruh dunia, 167 juta
anak (98%) hidup di negara berkembang. WHO memiliki target global untuk
menurunkang angka stunting balita sebesar 40% pada tahun 2015. Namun kondisi
saat ini menunjukan bahwa target penurunan yang dapat dicapai hanya sebesar
mengalami peningkatan. Namun pada tahun 2017 jumlah balita stunting sekitar
22,2% atau sekitar 150,8 juta balita, angka ini sudah mengalami penurunan jika
dibandingkan dengan angka stunting pada tahun 2013 yaitu 32,6%. Tatapi
penurunan ini masih belum memenuhi standar yang di tetapkan WHO yaitu <20%
menentukan pada 1.000 HPK (1000 Hari Pertama Kehidupan). Kekurangan gizi
dalam waktu lama terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan
anak (1000 Hari Pertama Kelahiran). Kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum dan
1) Faktor Langsung
dapat berkualitas baik bagi pertumbuhan anak. Asupan zat gizi pada balita
b) Penyakit infeksi yang mungkin di derita oleh anak, Ibu yang masa
2018).
dan terjangkau.
b) pola pengasuhan anak, pola asuh yang kurang baik terutama pada perilaku
dan praktik pemberian makan kepada anak juga menjadi penyebab anak
stunting apabila ibu tidak memberikan asupan gizi yang cukup dan baik.
ANC (Ante Natal Care), Post natal dan pembelajaran dini yang
berkualitas.
(1) dari 3 anak usia 3-6 tahun tidak terdaftar di Pendidikan Anak Usia
Dini.
(2) 2 dari 3 ibu hamil belum mengkonsumsi suplemen zat besi yang
memadai.
kesehatan untuk ibu hamil dan balita. Berdasarkan data Joint Child
penyakit infeksi.
3) Faktor Predisposisi
2018).
4) Faktor Pemungkin
e. Dampak Stunting
1) Stunting pada masa anak-anak berdampak pada tinggi badan yang pendek dan
2) Malnutrisi kronis yang terjadi di dalam rahim dan selama 2 tahun pertama
3) Sistem kekebalan tubuh yang lemah dan rentan terhadap penyakit kronis
berhubungan dengan penurunan angka mulai sekolah sebesar 0,9 tahun, usia
yang lebih tua saat masuk sekolah, dan peningkatan resiko sebesar 16% untuk
dengan perfoma kognitif yang buruk dan prestasi di sekolah yang rendah.
6) Seorang wanita dengan tinggi badan kurang dari 145 cm beresiko terkena
kelak. Prevalensi tertinggi stunting pada wanita usia subur ditemukan di Asia
selatan dan Asia Tenggar. Stunting pada ibu hamil (maternal stunting) dapat
pertumbuhan janin dapat berdampak pada buruknya outcomes janin dan bayi
intelektual, serta rendahnya tinggi badan. Hal ini ini pada umumnya akan
di 54 negara menunjukan bahwa anak dibawah usia 5 tahun terlahir dari ibu
yang pendek (tinggi badan < 145 cm) memiliki resiko kematian sebesar 40%
setelah dikontrol dengan beberapa faktor lainnya. Penurunan tinggi badan ibu
Dibandingkan dengan ibu yang paling tinggi (> 160 cm), setiap kelompok ibu
dengan tinggi badan lebih rendah memiliki resiko lebih tinggi untuk memiliki
anak dengan status underweight dan stunting. Ibu dengan tinggi badan < 145
cm memiliki risiko yang paling tinggi. Tinggi badan ibu dengan kejadian
Pertumbuhan janin
STUNTING Gangguan kognitif
yang buruk
Kesulitan
Asfiksia pada bayi persalinan
zat gizi sejak janin dan terus berlanjut sampai lahir dan memasuki fase anak
hingga remaja, juga penyakit infeksi yang kerap diderita bayi atau anak. Namun,
pada level penyebab tidak langsung dapat muncul karena situasi yang berbeda-
1) Kasus pertama seorang anak yang lahir dari kehamilan yang tidak diinginkan,
sempat berusaha untuk dilakukan aborsi. Anak tersebut lahir dengan BBLR
dikarenakan ibu dari anak tersebut harus menyelesaikan studinya, maka anak
tersebut hanya di berikan ASI sampai usinya 2 bulan dan di lanjutkan dengan
susu formula. Anak tersebut diasuh oleh neneknya dan ibunya hanya
berujung pada stunting. Pada saat usia 1 tahun 2 bulan TB anak tersebut
2) Kasus kedua seorang ibu yang pada saat hamil selalu memenuhi kebutuhan
gizinya dan tidak berpantang makanan, anaknya lahir dengan BB normal yaitu
2900 gram tetapi tidak ada catatan panjang badan saat lahir, setelah lahir anak
tersebut pun diupayan agar segera diberikan ASI tetapi karena asi yang keluar
terlalu sedikit maka anak itu pun di berikan susu formula. Upaya ibu untuk
memperlancar ASI pun telah dilakukan dengan obat pelancar ASI, makan
sayur-sayuran unuk membantu melancarkan ASI, namun tetap saja ASI yang
keluar sedikit. Anak nya hanya di berikan ASI sampai usia 2 bulan, kemudian
dilanjutkan dengan susu formula. Selain susu formula anak itu pun sudah
diberikan MP-ASI sebelm usia 6 bulan, jenis makanan yang di berikan adalah
bulan lalu dilanjut dengan pemberian bubur beras buatan ibu sendiri. Setiap
harinya anak hanya makan sedikit-sedikit dan lebih banyak jajan makanan
ringan dan selalu diberikan es cream. Anak terkadang diasuh oleh neneknya
atau ayahnya bila ibunya sedang berdagang. Anak pun sering sakit panas dan
selanjutnya sulit makan sehingga asupan gizi sangat kurang. Hal ini ditambah
dengan beratnya situasi pola asuh anak sehingga kurang perhatian dalam hal
konsumsi makanan. Selain itu sikap ibu yang acuh terhadap kebutuhan gizi
anak dan terlalu menganggap sepele masalah konsumsi makan yang dapat
h. Intervensi Stunting
sebelum kelahiran melalui perinatal care dan gizi ibu, kemudian intervensi
berusia 2 tahun yang disebut dengan periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan.
Pencegahan kurang gizi pada ibu dan anak merupakan investasi jangka panjang
yang dapat memberri dampak baik pada generasi sekarang dan generasi
menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta
stunting hingga 40% pada tahun 2025. Kerangka Intervensi Stunting yang
dilakukan oleh Pemerintah Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu Intervensi Gizi
merupakan intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama
Intervensi ini juga bersifat jangka pendek dimana hasilnya dapat dicatat dalam
Intervensi Gizi Spesifik dapat dibagi menjadi beberapa intervensi utama yang
mengupayakan jaminan mutu Ante Natal Care (ANC) terpadu yang meliputi
kecacingan pada ibu hamil serta melindungi ibu hamil dari Malaria.
2) Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6
3) Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23
ASI hingga anak/bayi berusia 23 bulan. Kemudian, setelah bayi berusia diatas
kedua adalah Intervensi Gizi Sensitif. Kerangka ini idealnya dilakukan melalui
pada 70% Intervensi Stunting. Sasaran dari intervensi gizi spesifik adalah
masyarakat secara umum dan tidak khusus ibu hamil dan balita pada 1.000
Hari Pertama Kehidupan/HPK. Kegiatan terkait Intervensi Gizi Sensitif dapat
berikut :
10) Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi pada remaja.
dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia sebagai bagian dari upaya nasional untuk
gizi ibu selama hamil melalui ANC serta pemantauan dan perbaikan gizi anak
setelah lahir, juga perlu di perhatikan khusus gizi ibu manyusui. (Fikawati dkk,
2017).
Pada saat hamil, status gizi ibu perlu mendapat perhatian lebih, hal ini
dapat dilakukan melalui ANC. Ibu hamil harus mendapat gizi yang baik, apabila
kondisinya sangat kurus atau mengalami Kurang Energi Kronis (KEK) perlu
diberikan makan tambahan, selain itu pemberian tablet tambah darah, minimla 90
tablet selama kehamilan, juga perlu diberikan pada ibu hamil. Pada saat kelahiran,
bayi harus langsung dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan setelah itu
diteruskan dengan pemberian ASI Eksklusif sampai dengan usia 6 bulan. Mulai
usia 6 bulan, bayi dapat mulai diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan
pemberian ASI dapat terus dilakukan sampai usia anak 2 tahun. Selain itu, bayi
dan anak diharapkan mendapatkan kapsul vitamin A dosis tinggi, taburia, dan
intervensi dan upaya sinergis dari kementerian atau lembaga, pemerintah daerah
serta dunia usaha dan masyarakat. Untuk memastikan konvergensi program atau
intervensi dan sinergitas upaya intervensi stunting berjalan sesuai dengan yang
telah di targetkan.
tertentu, sehingga beresiko mengkonsumsi makanan dengan jumlah gizi yang kurang.
Sementara itu pendidikan dan pengetahuan akan mempengaruhi pola asuh keluarga
terutama ibu, yang akan menentukan pemberian makan pada anak diantaranya
Kondisi sosial ekonomi dan sanitasi tempat tinggal juga berkaitan dengan
memenuhi asupan yang bergizi dan pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan balita.
penyakit infeksi. Berdasarkan data Joint Child Malnutrition Estimates tahun 2018,
hingga 64%, sedangkan pada negara menengah ke bawah hanya menurunkan sekitar
24% dari tahun 2000 hingga 2017. Pada negara dengan pendapatan rendah justru
publikasikan oleh Henry puckering Bowdich pada tahun 1885 dengan sampel 24.500
berdasarkan pekerjaan orang tua, yaitu buruh dan non buruh. Hasil penelitian tersebut
memperlihatkan, bahwa anak yang orang tuanya berprofesi sebagai buruh (sosial-
ekonomi rendah) memiliki ukuran tubuh lebih kecil dari pada anak yang orang tuanya
perkembangan anak. Begitu pula, status sosial ekonomi, semakin rendah status sosial-
ekonomi sebuah keluarga maka semakin besar pula anak mengalami keterbelakangan
perkembangan fisik. Status sosial ekonomi akan berdampak pada kesehatan anak
yang hidup dalam ruang lingkup keluarga yang berpenghasilan lebih sedikit memiliki
potensi lebih besar untuk mengalami resiko sakit, luka-luka, bahkan kematian dari
pada keluarga pada umumnya. Sebab selalu ada pertimbngan berapa biaya yang akan
di keluarkan? Dan cukupkah untuk kebutuhan yang lain?. Serta banyak dari mereka
anak sebagai prioritas utama dalam hidup mereka karena untuk kebutuhan sehari-hari
saja seperti makan dan sebagainya harus di cukup cukupi. Jadi, Status sosial ekonomi
sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan anak. Yang mana kesehatan anak tersebut
1. Faktor langsung
Makanan/nutrisi
Penyakit infeksi
2. Faktor tidak langsung STUNTING
Ketahanan pangan
Pola pengasuhan anak
Pelayanan kesehatan
Kondisi lingkungan keluarga
Sosial ekonomi keluarga
Sanitasi dan keamanan
pangan
3. Faktor predisposisi
Pengetahuan
Tingkat pendidikan
4. Faktor pemungkin
Sumber daya
Ketersediaan informasi
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
BAB III
METODE PENELITIAN
yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.
Adapun pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Cross
sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-
faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel
Berikut merupakan bagian dari variabel independen dan variabel dependen yang
peneliti temukan dalam penelitian kali ini. Kerangka konsep digunakan peneliti untuk
menemukan Hubungan Status Ekonomi Keluarga dengan Kejadian Stunting pada Balita
24-59 Bulan Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Jabung Timur Tahun 2021
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu
kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain. Variabel juga dapat
menjadi dua yaitu variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang menjadi
sebab timbulnya atau adanya variabel dependen. Sedangkan variabel dependen (variabel
terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel
1. Variabel independen dalam penelitian ini adalah status ekonomi keluarga di Wilayah
2. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian stunting pada anak usia 24-59
D. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau
tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan. (Notoatmodjo, 2010). Adapun
Operasional ukur
Variabel Independen
2010). 1.500.000 -
s/d Rp.
3.500.000
per bulan
0 Pendapatan
rendah
pendapatan
rata-rata
antara Rp.
1.500.000
per bulan.
Variabel Dependen
baku acuan
berdasarkan
SK Menkes
No
1995/Menke
s/
SK/XII/201
06 tentang
Standar
Antropomet
ri.
E. Hipotesis
hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel, variabel bebas dan
Ha : Ada hubungan antara status ekonomi keluarga dengan kejadian stunting pada anak
Usia 24-59 bulan Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Jabung Timur Tahun 2021
H0 : Ada hubungan antara status ekonomi keluarga dengan kejadian stunting pada anak
Usia 24-59 bulan Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Jabung Timur Tahun 2021
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti.
(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah balita umur 24-59 bulan
(Notoatmodjo, 2010). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
total sampling dimana sampel yang digunakan adalah seluruh anak usia 24-59 bulan di
Jumlah sempel yang digunakan adalah apabila besar sempel populasi kecil atau
Keterangan :
n = Total Sempel
N = Jumlah Populasi
G. Tempat Penelitian
Waktu Penelitian
berkaitan dengan pengambilan data saat penelitian. Penelitian ini telah dilakukan pada
H. Etika Penelitian
Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan
penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti, dan masyarakat yang
dengan terlebih dahulu diberi kesempatan membaca isi lembar tersebut, selanjutnya
nama dalam kuesioner. Pada lembar pengumpulan data peneliti hanya menuliskan
peneliti.
berhak mendapatkan kerahasiaan atas apa yang telah dia lakukan dalam penelitian.
tujuan dan sumber data yang akan dikumpulkan. Untuk mendapatkan data yang
relevan dengan masalah penelitian maka diperlukan alat pengumpulan data atau
instrumen yang tepat. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner
dan metline. Kuesioner dalam penelitian ini bila ditinjau dari segi siapa yang
langsung jika kueisioner tersebut dikirim dan diisi langsung oleh orang yang akan
dimintai jawaban tentang dirinya. Keisioner ini terdiri dari 1 pernyataan tentang status
digunakan peneliti, pada peneliti ini yang digunakan adalah data primer dan sekunder.
kuesioner yang diisi oleh orang tua (ayah atau ibu) dan melakukan pengukuran
antropometri pada anak yang berusia 24-59 bulan. Sedangkan data sekunder diambil
dari data rekapitulasi hasil penimbangan tahun 2018 di Wilayah Kerja Puskesmas
a) Angket (kuesioner)
(Sugiyono, 2011).
b) Observasi
yaitu tidak harus selalu berkomunikasi secara lisan terhadap objek yang diteliti.
(Sugiyono, 2011).
Pada penelitian ini akan dilakukan observasi pada balita usia 24-59 bulan
Data yang telah diisi oleh responden dikumpulkan kemudian dikoreksi apakah
jawaban telah diisi semua. Bila telah terisi semua selanjutnya dilakukan pengolahan
berikut :
a. Editing
pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner yang kemungkinan ada
b. Coding
pengkodean atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
a) Normal =2
b) Pendek =1
c) Sangat pendek = 0
kelebihan dan kekurangannya. Salah satu paket program yang paling sering
digunakan untuk “entry data” penelitian adalah paket program SPSS for Window.
d) Tabulasi (tabulating)
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
a) Analisis Univariat
analisis univariat dilakukan pada variabel status ekonomi dan kejadian stunting.
f
P= x 100%
n
Keterangan:
f =Hasil pencapaian
b) Analisis Bivariat
keluarga dengan variabel dependennya adalah kejadian stunting pada anak usia
24-29 bulan. Pada analisa bivariat digunakan uji korelasi Kendall Tau. (28)
dua variable berskala ordinal atau juga dapat salah satu data berskala ordinal
2010).
Keterangan :
S adalah total skor seluruhnya (grand total), yang merupakan jumlah skor urutan
kewajaran pasangan data pada salah satu variabel. Jika urutan ranking wajar diberi
skor +1, jika urutan ranking tidak wajar diberi skor –1. N adalah banyaknya