DISUSUN OLEH :
MARLENA
2019720024
PENDAHULUAN
Masa emas tumbuh kembang anak pada, usia 0-24 bulan, mengalami,
pertumbuhan, yang, pesat. Asupan gizi pada masa itu sangat penting, sehingga
perlu perhatian khusus. Pada, masa, bayi, asupan gizi yang didapat sangat
bergantung pada pengasuhnya. Pada tahun pertama, berat lahir bayi naik tiga kali
lipat, dan selama periode ini, 65%, dari total pertumbuhan otak terjadi (Rizal et
prevalensi stunting dalam jangka panjang akan berdampak pada kerugian ekonomi
bangsa (Kemenkes RI, 2018). Akibat stunting potensi kerugian ekonomi setiap
tahunnya bisa mencapai 2-3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), artinya
jika PDB Rp13.000 triliun maka kerugian bisa mencapai Rp 390 triliun
(Bappenas, 2018).
1
tahun 2021 dalam buku saku hasil studi status gizi Indonesia menunjukkan
persen. Meskipun penurunan itu cukup positif tetapi ada catatan yang perlu dilihat
yakni belum mencapai target serta terdapat ketimpangan yang cukup besar
antardaerah. Selain itu, angka 30,8 persen masih sangat tinggi jika mengacu
kepada standar WHO yakni di bawah 20 persen. Data Kondisi balita yang
Kesehatan RI tahun 2019 yaitu sebesar 28,98% menjadi 24,8% dengan 16,1%
Seperti diketahui bahwa penyebab stunting bisa berasal dari faktor internal
orang tua, tempat tinggal, status bekerja, perilaku hidup, dan lainnya memiliki
pengaruh terhadap kejadian stunting pada anak (Dwi, 2020). Hasil penelitian
prenatal (usia ibu saat hamil, status gizi ibu saat hamil), faktor pascanatal (ASI
ibu, pekerjaan ayah dan status sosial ekonomi) dengan kejadian stunting (Linda,
2019).
pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu
2
(MPASI) yang optimal, keadaan ibu, kondisi rumah, kualitas makanan yang
Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) (Kemenkes RI, 2018). Seribu hari
pertama kehidupan atau the first thousand days merupakan suatu periode di dalam
anak berusia 2 tahun. Dimana pada program 1000 hari pertama mencakup
perawatan Ante Natal Care dan pemberian ASI eksklusif, imunisasi, dan
pemberian makanan tambahan pada anak diatas umur 6 bulan. Hasil penelitian
Masta, et all (2022) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kunjungan
antenatal care dengan kejadian stunting diketahui dengan nilai p sebesar 0,000
korelasi sebesar (r)=0,389 (Masta et all, 2022). Tidak hanya perawatan ANC pada
bayi, asi ekslusif juga mempengaruhi terjadinya stunting. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Anita, et all (2020) menunjukkan ada hubungan pemberian ASI
eksklusif dengan kejadian stunting pada balita. Sedangkan pada uji odds ratio
didapatkan nilai OR = 61 yang artinya balita yang tidak diberikan ASI eksklusif
berpeluang 61 kali lipat mengalami stunting dibandingkan balita yang diberi ASI
eksklusif. Hal ini sejalan dengan penelitian Lidia Fitri (2018) ada hubungan yang
bermakna antara ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita di Puskesmas
3
banyak upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah, seperti anggaran ditambah,
stunting.
Stunting memiliki dampak yang besar terhadap tumbuh kembang anak dan
terhadap kesehatan dan tumbuh kembang anak sangat merugikan. Stunting dapat
bawah dua tahun. Anak-anak yang mengalami stunting pada umumnya akan
memiliki risiko yang lebih besar untuk menderita penyakit tidak menular seperti
diabetes, obesitas, dan penyakit jantung pada saat dewasa (Kemenkes RI, 2018).
4
1.3 Pembatasan Masalah
kejadian stunting pada balita usia 24 – 59 bulan di kota Palembang tahun 2022 ?
mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi kejadian stunting pada balita usia
5
balita usia 24 – 59 bulan di kota Palembang tahun 2022
kejadian stunting pada balita umur 24-59 bulan bulan, sehingga tahu
6
hingga menjadi tahu, mau juga mampu untuk mengatasi permasalahan
baru yang timbul didaerah setempat. Juga terkhusus untuk Ibu yang
3. Bagi Peneliti
wawasan.
7
4. Bagi Peneliti yang Akan Datang
tentang stunting.
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stunting
pertumbuhan linear yang telah digunakan sebagai indikator secara luas untuk
mengukur status gizi masyarakat (Laili, 2018). Stunting (tubuh yang pendek)
(Marta, 2019).
(HAZ) <–2SD. HAZ dihitung dengan mengurangi nilai median yang sesuai
usia dan jenis kelamin dari populasi standar dan membaginya dengan SD
populasi standar Anak-anak yang terhambat adalah bagian dari mereka yang
Marta, 2019).
TB/U
badan harus disertai pencatatan usia (TB/U). Tinggi badan diukur dengan
menggunakan alat ukur tinggi stadiometer Holtain (bagi yang bisa berdiri)
atau baby length board (bagi balita yang belum bisa berdiri). Stadiometer
dalam posisi horizontal. Alat tersebut juga memiliki jarum petunjuk tinggi
melalui skrining dan survei. Penilaian status gizi anak dilakukan dengan
menurut umur (BB/U) anak usia 0 (nol) sampai dengan 60 (enam puluh)
bulan, indeks panjang badan atau tinggi badan menurut umur (PB/U atau
TB/U) anak usia 0 (nol) sampai dengan 60 (enam puluh) bulan, indeks berat
badan menurut panjang badan atau tinggi badan (BB/PB atau BB/TB) anak
usia 0 (nol) sampai dengan 60 (enam puluh) bulan, indeks massa tubuh
menurut umur (IMT/U) anak usia 0 (nol) sampai dengan 60 (enam puluh)
bulan dan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) anak usia lebih dari 5
10
Sekedar pembakuan, WHO menganjurkan penggunaan data dari NCHS
sebagai acuan.
Normal ≥-2 SD
(underweight)
11
TB/U) anak usia 0 - 60 Normal -2 SD sd +3 SD
Panjang wasted)
(possible risk of
overweight)
(severelywasted)3
(possible risk of
overweight)
12
menurut Umur thinness)
sebagai LAZ kurang dari dua standar deviasi di bawah median usia spesifik
4 kategori besar yaitu faktor keluarga dan rumah tangga, makanan tambahan/
dan rumah tangga dibagi lagi menjadi faktor maternal dan faktor lingkungan
rumah. Faktor maternal berupa nutrisi yang kurang pada saat prekonsepsi,
kehamilan dan laktasi, tinggi badan ibu yang rendah, infeksi, kehamilan pada
13
kelahiran preterm, jarak kehamilan yang pendek, dan hipertensi (Nurul,
2019).
tidak adekuat, perawatan yang kurang, sanitasi dan pasukan air yang tidak
adekuat, akses dan ketersediaan pangan yang kurang, alokasi makanan dalam
rumah tangga yang tidak sesuai, dan edukasi pengasuh yang rendah. Faktor
yang dibagi menjadi tiga, yaitu kualitas makanan yang rendah, cara
makanan hewani yang rendah, makanan yang tidak mengandung nutrisi, dan
pemberian makanan yang tidak adekuat ketika sakit dan setelah sakit,
konsistensi makanan yang terlalu halus, pemberian makan yang rendah dalam
ASI (Air Susu Ibu) yang salah, karena inisiasi yang terlambat, tidak ASI
adalah infeksi klinis dan sub klinis seperti infeksi pada usus : diare,
14
makan yang kurang akibat infeksi, dan inflamasi (Nurul, 2019).
oksigen pada janin. Adaptasi janin terhadap keadaan hipoksia seperti otak dan
dewasa. Penyesuaian ini diikuti dengan perubahan cepat pada insulin dan
PDTT, 2017
15
a) Kurang pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada
masa kehamilan.
ASI.
a) 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun tidak terdaftar di Pendidikan anak Usia
Dini
memadai
16
3) Pertumbuhan gigi terlambat.
4) Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam tidak banyak melakukan
eye contact.
5) Pertumbuhan melambat.
tubuh.
yang menjadi patokan semua anak diukur untuk perbedaan individu. Tes
pertama untuk mengukur bayi kesehatan adalah tes APGAR. Tes ini
dilakukan di rumah sakit segera setelah lahir. Menilai lima tanda vital pada
a. Detak jantung.
c. Bentuk otot.
17
d. Aktivitas refleks.
e. Warna.
belakang, alat kelamin, telinga, jantung, paru-paru, tangan dan kaki, dan
Refleks Definisi
menunjukkan keterlambatan
18
perkembangan.
erat
Seorang bayi yang sehat harus memiliki ciri-ciri fisik sebagai berikut:
d. Saluran hidung yang bersih, serta tidak ada cairan dari telinga.
keseluruhan.
19
c. Refleks yang baik.
tahap perkembangan).
Untuk balita dan anak kecil yang sehat, daftar fisik dan perilaku di
a. Pandangan positif.
sejak janin dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun yang disebut
dengan periode emas (seribu hari pertama kehidupan). Oleh karena itu,
perbaikan gizi diprioritaskan pada usia seribu hari pertama kehidupan yaitu
270 hari selama kehamilannya dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi
20
(KemenkesRI, 2018b)
sakit.
Eksklusif)
dasar lengkap.
21
c. Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya
gangguan pertumbuhan.
dan masalah kesehatan. Selain itu, asupan gizi dan masalah kesehatan
serta kependudukan.
22
gizi dilakukan dengan dua pendekatan yaitu secara langsung (kegiatan
umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan seperti PMT ibu hamil KEK,
pemberian vitamin A pada ibu nifas. Untuk bayi dan balita dimulai dengan
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif adalah pemberian Air Susu Ibu
minuman lain yang diberikan kepada bayi sejak baru dilahirkan selama 6
pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada saat anak berusia 0-6
pemberian ASI yang tidak cukup menjadi salah satu faktor resiko yang
23
nilai p value 0.021 artinya p<0,05 (Lidia, 2018).
BBLR adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram
tanpa melihat masa kehamilan (Supriyanto et al., 2017). Dampak BBLR
akan berlangsung antar generasi. Seorang anak yang mengalami BBLR
kelak juga akan mengalami defisit pertumbuhan (ukuran antropometri yang
kurang) di masa dewasanya. Bagi perempuan yang lahir BBLR (Rahayu et
al., 2018).
Penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto, Paramashanti, dan Astiti
2017 di Sedayu Kabupaten Bantul sejalan dengan penelitian ini,
menunjukan bahwa BBLR dinyatakan berhubungan secara statistik dengan
kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan. Dan hasil penelitian
menujukan nilai odds rasio 6,16 yang berarti anak yang mengalami BBLR
sangat beresiko mengalami stunting. Penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Fatimah Chandra, et all (2020) bahwa BBLR
merupakan faktor resiko kejadian stunting pada balita usia 2 - 5 tahun di
Desa Umbulrejo, Gunung Kidul.
Usia ibu mempunyai hubungan erat dengan berat bayi lahir, pada usia
reproduksi dan fungsi fisiologisnya belum optimal. Selain itu emosi dan
ibu yang melahirkan dengan usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35
yang buruk. Ini menunjukkan bahwa usia ibu pada kehamilan dapat
24
mengakibatkan hasil kelahiran yang buruk yang menghambat
dalam rahim, kematian ibu dan janin juga kekurangan gizi. Ibu yang
dibandingusia ibu ideal (20-35 tahun). Ibu yang hamil diusia yang
Ibu yang pertama kali hamil diusia ≥25 tahun memiliki efek
tertunda) lebih cenderung hidup dalam kondisi sanitasi yang lebih baik,
Sartika, 2021).
25
kemiskinan dan penyakit. Pendapatan keluarga mempengaruhi kehidupan
mencukupi kebutuhan zat gizi balita, disamping itu keadaan sosial ekonomi
mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang lebih sedikit dari pada anak-
mengkonsumsi energi dan zat gizi dalam jumlah yang lebih lebih sedikit
26
mempunyai pengetahuan yang lebih luas tentang praktik perawatan anak
Pada anak yang berasal dari ibu dengan tingkat pendidikan tinggi
memiliki tinggi badan 0,5 cm lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang
minimal satu kali) dan ANC minimal empat kali dan indikator ANC untuk
27
2.3 Penelitian Terkait
1 Dwi Ardian1, Efri Diah Pengaruh Karakteristik Metode analisis yang Pendidikan ibu, pendidikan ayah,
Kejadian Stunting Pada Metode analisis ibu, riwayat konsumsi TTD saat
Balita Di Provinsi menggunakan regresi kehamilan ibu, dan usia ibu saat
menunjukkan bahwa
28
kejadian stunting.
2 Febriana Dwi Bella, Et Hubungan antara Pola Penelitian ini Hasil penelitian menunjukkan
all (2020) Asuh Keluarga dengan merupakan penelitian bahwa proporsi balita stunting
kebiasaan kebersihan (p =
mendapatkan
29
pelayanan kesehatan (p=0,000)
balita.
3 Anita Rahmawati, et all Faktor yang Berhubungan Penelitian ini Hasil penelitian menunjukkan
30
pengalaman (p=0,822).
4 Verawati Sudarma Hubungan status gizi Penelitian Untuk status gizi didapatkan
(2018) dengan kejadian stunting menggunakan studi lebih banyak anak yang memiliki
31
status gizi dan stunting. Tidak
0,005).
32
2.4 Kerangka Analisis
anak di bawah usia dua tahun di Indonesia dijelaskan pada Bagan 2.1
Bagan 2.1 Analisis untuk faktor-faktor yang terkait dengan stunting pada anak di
33
2.5 Kerangka Teori
Karakteristik Balita:
Umur , jenis
kelamin, Berat lahir Asupan makanan
anak, Usia
kehamilan saat lahir
Karakteristik Orang
Tua: , Umur,
Stunting
Pendidikan ,
Pekerjaan, Umur
ibu saat melahirkan
Faktor Tidak
Karakteristik Langsung:
Keluarga: Ketahanan
1. Jarak kelahiran pangan rumah tangga
anak Pola
2. Urutan pengasuhan
kelahiran anak anak (pola
3. Jumlah anggota asuh makan)
keluarga San
4. Tingkat itasi
Pendapatan lingkungan
Pemanfaatan
pelayanan
kesehatan
34
BAB 3
yang dilakukan dan memberikan landasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai
Karakteristik Balita:
Jenis Kelamin, Berat Badan
Bayi Lahir, Panjang Bayi
Lahir, Riwayat Asi Ekslusif
Karakteristik Orang Tua:
Usia Ibu Saat Melahirkan,
Pendidikan
Stunting
Karakteristik Keluarga:
Pendapatan, Jarak Kelahiran
Anak
35
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
bayi lahir, Panjang bayi lahir) dengan kejadian stunting pada balita
tahun 2022.
dan sifatnya bervariasi dalam arti berubah-ubah pada setiap subjek (Azwar
36
Pendidikan, Pendapatan, Jarak
37
3.3.2 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
Variabel Dependen
1. Kejadian Tinggi balita menurut umur Wawancara Instrument 1. Stunting ≤ -2 SD Ordinal
Stunting (TB/U) ≤ -2 SD sehingga Observasi pengukur panjang 2. Tidak Stunting -2
lebih pendek dari pada tinggi badan/ tinggi SD
sesuai umur badan, tabel (Ebtanasar, 2018)
antopometri
Variabel Independen
1. Jenis Keadaan fisiologi status pada Wawancara Kuisioner 1. Laki-laki Nominal
kelamin responden 2. Perempuan
2. Berat badan Bayi yang lahir dengan berat Wawancara, Kuisioner, KMS, 1. BBLR < 2500 Ordinal
bayi lahir badan < 2500 gram Kuisoner Buku KIA 2. Tidak BBLR
≥2500
(Ebtanasar, 2018)
38
3. Panjang lahir Panjang lahir yang diukur Wawancara, Kuisioner, KMS, 1. Pendek : < 48 cm Ordinal
pertama kali setelah lahir Kuisoner Buku KIA 2. Normal : ≥ 48 cm
atau maksimal 24 jam (Novia, 2019)
setelah lahir
4. Riwayat Asi Usia pengenalan MP-ASI Wawancara, Kuisioner 1. Tidak < 6 bulan Ordinal
ekslusif yang dikategorika n < 6 Kuisoner 2. Ya ≥ 6 bulan
bulan dan ≥ 6 bulan (Sr. Anita Sampe et
al., 2020)
5. Usia ibu saat Usia 20 tahun masih berada Wawancara, Kuisioner 1. Resiko <20 atau > Ordinal
melahirkan dalam tahap pertumbuhan Kuisoner 35 tahun
dan perkembanga n, ibu 2. Normal 20-35
yang berumur lebih dari 35 tahun
tahun mulai menunjukka n (Dewi, 2019)
proses penuaannya
6. Pendapatan Pendapatan keluarga bapak Wawancara, Kuisioner 1. Rendah < UMR Ordinal
dan ibu dari awal kehamilan Kuisoner 2. Tinggi > UMR
sampai dengan sekarang. (Windi, 2018 dan
UMR SumSel, 2022)
7. Pendidikan Pendidikan sangat berperan Wawancara, Kuisioner 1. Rendah < SMA Ordinal
Orang tua terhadap persepsi yang Kuisoner 2. Tinggi ≥ SMA
lebih baik terhadap (Dewi, 2019)
sesuatu, tingkat pendidikan
sangat berperan dalam
39
perubahan sikap dan
perilaku positif,
pendapat
8. Jarak kelahiran Jarak kelahiran antara anak Wawancara, Kuisioner 1. Dekat, bila jarak Ordinal
anak yang lahir dengan anak Kuisoner kelahiran anak <
sebelumnya 3 tahun
2. Normal, bila jarak
kelahiran anak ≥
3 tahun
(Nurul, 2019)
9. Kunjungan Pemeriksaan secara rutin Observasi Buku KIA 1. Tidak Lengkap < 8 Ordinal
ANC Balita semasa kehamilan kali
2. Lengkap ≥ 8 Kali
(Agus, 2022)
40
BAB 4
METODE PENELITIAN
rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional
bisa juga disebut studi potong lintang, yang menganalisis variabel dependen dan
independen pada suatu periode yang sama pada suatu waktu yang sama
(Sugiyono, 2017). Mempelajari korelasi antara Jenis Kelamin, Berat badan bayi
lahir, Panjang bayi lahir, Riwayat Asi Ekslusif, Usia ibu saat melahirkan,
atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach), artinya
tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan
terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat yang bersamaan.
45
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi
2017). Populasi dalam penelitian ini yaitu balita stunting. Balita yang
diselidiki atau dapat di ukur ((Sugiyono, 2017). Sampel dalam penelitian ini
adalah orang tua anak dan balita. Teknik pengambilan sampel penelitian ini
teknik yang digunakan apabila anggota sampel yang dipilih secara khusus
1. Kriteria Inklusi
Posyandu
2. Kriteria Eksklusi
46
Sampel populasi dalam penelitian ini yaitu balita dan anak
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Besar populasi
47
4.4.1 Uji Validitas
ketentuan:
valid, dan
2. Bila didapatkan nilai r hitung < nilai r tabel, berarti pernyataan tersebut
dengan ketentuan:
reliable, dan
2. Bila nilai r alpha < nilai r tabel, maka pernyataan tersebut dianggap
tidak reliable.
yang disebut data primer. Dan data yang dikumpulkan oleh peneliti
48
2012). Data sekunder di gunakan untuk mendapatkan gambaran
1. Informed consent
persetujuan.
3. Confidentialy (kerahasiaan)
2006).
1. Editing
49
konsisten.
2. Coding
3. Processing
4. Cleaning
variabel jenis kelamin, berat lahir, riwayat asi ekslusif, usia ibu
antara dua atau lebih kelompok. (Hastono, 2006; hal 88). Untuk
50
statistik Chi Square dengan tingkat kesalahan terbesar (level
level) 95 %.
ANC.
51
a. Melakukan analisis bivariat dengan melakukan seleksi
< 0,25, namun bisa saja P value > 0,25 tetap diikuti ke
2006).
52
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/Acer/Downloads/anc.pdf
Angelina, C., Perdana, A. A., dan Humairoh. (2018). Faktor Kejadian Stunting
7(3), 127–133.
ubungan Berat Badan Lahir, Panjang Badan Lahir dan Jenis Kelamin
Kecukupan Protein dan Zinc Dengan Stunting (Pendek) Pada Balita Usia 6
Anshori, H. Al, dan Nuryanto. (2013). Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada
https://doi.org/10.14710/jnc.v1i1.738.
Kejadian Stunting pada Balita (0-59 Bulan) di Negara Berkembang dan Asia
256. https://doi.org/10.22435/mpk.v28i4.472.
Ardian, Dwi dan Efri Diah Utami. 2020. Pengaruh Karakteristik Demografi
Bella, Febriani Dwi, et all. 2020. Hubungan antara Pola Asuh Keluarga dengan
http://download.portalgaruda.org/.
J.2022; 7(1)
urnalpress.id/index.php/wellness/.
Kejadian Stunting Pada Anak Usia 1-5 Tahun Di Desa Ketandan Kecamatan
Ekasari, W. U. (2015). Pengaruh umur ibu, paritas, usia kehamilan, dan berat lahir
bayi terhadap asfiksia bayi pada ibu pre eklamsia berat. Tesis Pengaruh
Umur Ibu, Paritas, Usia Kehamilan, Dan Berat Lahir Bayi Terhadap
109X(15)00038-8.
Fitri, Lidia. 2018. Hubungan BBLR dan ASI eksklusif dengan kejadian stunting di
Handayani, S., Kapota, W. N., dan Oktavianto, E. (2019). Hubungan Status Asi
Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Batita Usia 24-36 Bulan Di Desa
Hapsari, Anindya et all. 2022. Hubungan Kunjungan Antenatal Care Dan Berat
Indonesia.
https://doi.org/10.36911/pannmed.v16i1.1043
kejadian stunting.
Islam, M. M., Sanin, K. I., Mahfuz, M., Ahmed, A. M. S., Mondal, D., Haque, R.,
Julian, D. N. A., dan Yanti, R. (2018). Usia Ibu Saat Hamil dan Pemberian ASI
Ekslusif Dengan Kejadian Stunting Balita. Riset Pangan Dan Gizi, 1, 1–11.
KEMENDES PDTT. (2017). Buku saku desa dalam penanganan stunting. In Buku
Kesehatan RI.
Kemenkes RI. (2019). Laporan Nasional Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun
Kemenkes RI. 2021. Buku Saku Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tingkat
Kesehatan RI.
kemkes.go.id/artikel-sehat/1-dari-3-balita-indonesia-derita-stunting
Kesehatan Yogyakarta.
Leroy, J. L., dan Frongillo, E. A. (2019). Perspective: What Does Stunting Really
196–204. https://doi.org/10.1093/advances/nmy101
Meilyasari, F. (2014). Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita Usia 12 Bulan
https://doi.org/10.14710/jnc.v3i2.5437
Murti, Fatimah Chandra et all. 2020. Hubungan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 2-5 Tahun Di Desa
Stunting Pada Balita Umur 24-59 Bulan Di Wilayah Kerja Upt Puskesmas
Bhakti Kencana.
Nirmalasari, Nur Oktia. 2020. Stunting Pada Anak: Penyebab Dan Faktor Risiko
Kejadian Stunting Pada Balita. Media Gizi Indonesia, 10(1), 13–19. http://e-
journal.unair.ac.id/index.php/MGI/article/view/3117/2264.
Paulina, Novia et all. 2019. Hubungan Panjang Badan Lahir Dengan Kejadian
Stunting Pada Balita Di Puskesmas Sentolo I Kulon Progo. skripsi thesis,
Kejadian Stunting Pada Anak Usia 6-24 Bulan. Jurnal Gizi Prima (Frime
https://doi.org/10.1038/155016a0.
250–265. https://doi.org/10.1179/2046905514Y.0000000158.
mance/2-119014-2tahunan-581.pdf.
Rahayu, A., Yulidasari, F., Octaviana, A., dan Anggaini, L. (2018). Study Guide-
Mine.
Rahmadi, A. (2016). Hubungan Berat Badan Dan Panjang Badan Lahir Dengan
Orangtua tentang Stunting pada Balita. Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume
Sampe, Anita et all. 2020. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian
Stunting Pada Balita. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada Vol 11, No, 1,
Sari, K. and Sartika, R. A. D. 2021. The effect of the physical factors of parents
doi: 10.3961/jpmph.21.120.
Savita, R., dan Amelia, F. (2020). Hubungan Pekerjaan Ibu , Jenis Kelamin , dan
Pemberian Asi Eklusif Terhadap Kejadian Stunting Pada Balita 6-59 Bulan
ASI Eklusif with Incident of Stunting inToddler Aged 6-59 Months. Jurnal
https://doi.org/10.25077/jka.v7.i2.p275-284.2018.
Sr. Anita Sampe, S., Toban, R. C., dan Madi, M. A. (2020). Hubungan Pemberian
Asi Eksklusif Dengan Kejadian Stunting Pada Balita 1-5 Tahun. Jurnal
Sumardilah, D. S., dan Rahmadi, A. (2019). Risiko Stunting Anak Baduta (7-24
Sumarni, S., Oktavianisya, N., dan Suprayitno, E. (2020). Pemberian Air Susu Ibu
org/10.34008/jurhesti.v5i1.174
Supriyanto, Y., Paramashanti, B. A., dan Astiti, D. (2017). Berat badan lahir
rendah berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan.
Stunting Pada Anak Usia 6-23 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan
Kota Tangerang Selatan Tahun 2018. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Sudarma, Verawati. 2018. Hubungan status gizi dengan kejadian stunting pada
Trisakti.
Titaley, C. R., Ariawan, I., Hapsari, D., Muasyaroh, A., dan Dibley, M. J. (2019).
https://doi.org/10.20473/amnt.v4i2.2020.171-177
Who. (2014). WHA Global Nutrition Targets 2025: Low Birth Weight Policy
Brief. https://doi.org/10.1002/ppul.25414
WHO. (2014). Global Nutrition Targets 2025: Stunting policy brief. World Health
Organization. https://doi.org/10.1016/j.ehb.2005.05.005
https://www.who.int/data/gho/data/themes/topics/joint-child-malnutrition-
estimates-unicef-who-wb.
Yanisti, F., Sabar, S., dan Ana, K. (2017). Faktor Risiko Kejadian Stunting pada
1–85.