Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PROMOSI KESEHATAN MASYARAKAT

UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN


KADER TENTANG ANTROPOMETRI MELALUI PENYEGARAN PADA
KADER POSYANDU DI DESA KESIUT, KABUPATEN TABANAN

Oleh:

Ni Putu Rani Apsari Dewi (1702612189)


Hananya Dwi Anggi Manurung (1702612157)

Pembimbing :
dr. Pande Putu Januraga, M.Kes, DrPH

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Promosi Kesehatan Masyarakat dengan judul “Upaya Peningkatan
Pengetahuan dan Keterampilan Kader tentang Antropometri melalui Penyegaran
pada Kader Posyandu di Desa Kesiut, Kabupaten Tabanan” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan
dan informasi dari berbagi pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. dr. Pande Putu Januraga, M.Kes, DrPH selaku pembimbing, yang telah
meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, saran serta masukan dalam
penyelesaian proposal promosi kesehatan ini.
2. dr. Made Sukamertha, SH, M.Kes selaku Kepala UPTD Puskesmas Kerambitan
I dan pembimbing lapangan, yang telah meluangkan waktu dan memberikan
bimbingan dalam penyelesaian proposal promosi kesehatan ini.
3. Para pemegang program di Puskesmas Kerambitan I, Tabanan, atas segala
informasi dan kerja sama terkait dengan penyusunan laporan ini.
Diharapkan hasil laporan ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca
dan dapat menjadi inspirasi dalam perencanaan kegiatan dalam pembangunan
kesehatan di Indonesia dan khususnya di Bali.

Denpasar, Juni 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II PKM DI PUSKESMAS............................................................................3
2.1 Identifikasi Masalah ..................................................................................3
2.2 Analisis Masalah .......................................................................................4
2.3 Tujuan Penyegaran....................................................................................5
2.4 Kelompok Sasaran ....................................................................................5
2.5 Strategi Pelaksanaan .................................................................................6
2.5.1 Persiapan Penyegaran ...................................................................6
2.5.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ...................................................6
2.5.3 Pelaksanaan Penyegaran ...............................................................6
2.6 Isi Penyegaran ...........................................................................................7
2.7 Metode Penyuluhan...................................................................................7
2.8 Rencana Evaluasi ......................................................................................8
2.8.1 Penilaian Proses ............................................................................8
2.8.2 Penilaian Hasil ..............................................................................8
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN..............................................................9
3.1 Waktu dan Tempat Penyegaran ................................................................9
3.2 Peserta Penyegaran ...................................................................................9
3.3 Pelaksanaan Penyegaran ...........................................................................9
3.4 Proses Pelaksanaan Penyegaran................................................................9
BAB IV EVALUASI KEGIATAN......................................................................12
4.1 Evaluasi Penyegaran ...............................................................................12
4.2 Hambatan Penyegaran.............................................................................13
4.3 Manfaat Penyegaran................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
LAMPIRAN .........................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Stunting atau kerdil adalah keadaan balita yang memiliki panjang atau tinggi
badan kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi balita stunting jika hasil
pengukuran panjang atau tinggi badan dibandingkan umur kurang dari minus dua
standar deviasi pertumbuhan anak berdasarkan World Health Organization (WHO)
(Kemenkes RI, 2018). Kejadian stunting merupakan salah satu masalah kesehatan
global, terutama di negara berkembang yang sampai saat ini masih menjadi
perhatian dalam dunia kesehatan. Pada tahun 2017, prevalensi balita stunting di
Indonesia sebesar 29,6%. Prevalensi stunting di Bali diketahui sebesar 19,0%
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2019) dan berdasarkan laporan
kinerja instansi pemerintahan Dinas Pemerintahan Provinsi Bali prevalensi stunting
pada tahun 2017 di Kabupaten Tabanan tercatat sebesar 16,2%. Akan tetapi, pada
tahun 2018 prevalensi stunting kembali meningkat menjadi 30,8% di Indonesia dan
di Bali sebesar 21,9% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2019).
Dalam proses pendataan tersebut, pihak-pihak yang berperan penting adalah
posyandu dan kader posyandu. Kader posyandu berperan penting dalam memantau
tumbuh kembang balita. Kader posyandu secara teknis bertugas antara lain untuk
mendata balita, melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan balita serta
mencatatnya secara berkala tiap bulan dalam Kartu Menuju Sehat (KMS).
Hambatan kemajuan pertumbuhan berat badan anak dapat segera terlihat pada
kurva pertumbuhan hasil pengukuran periodik yang tertera dan dicatat pada KMS
tersebut (Nurainun, Ardiani, & Sudaryati, 2015).
Keterampilan kader posyandu salah satu diantaranya meliputi kemampuan
melakukan tahapan-tahapan penimbangan, dimana kader posyandu biasanya
melakukan kegiatan penimbangan belum sesuai dengan prosedur-prosedur
pengukuran antropometri, sehingga hasil yang diperoleh dari penimbangan kurang
tepat (Hida & Mardiana, 2011). Ketelitian, pengetahuan dan keterampilan kader
posyandu dalam melakukan pengukuran antropometri sangatlah penting, karena hal
ini menyangkut dengan pertumbuhan balita. Keterampilan kader yang kurang dapat
menyebabkan interpretasi status gizi yang salah dan dapat berakibat pula pada

1
kesalahan dalam mengambil keputusan dan penanganan masalah tersebut
(Handarsari, Syamsianah, Astuti, 2015).

2
BAB II
PKM DI PUSKESMAS

2.1 IDENTIFIKASI MASALAH


Gizi kurang menyebabkan prevalensi stunting (anak pendek) sangat tinggi,
mempengaruhi satu dari tiga anak usia 12 - 60 bulan, yang merupakan masalah
kesehatan masyarakat menurut kriteria Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
(Kemenkes RI, 2013). Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh
asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan gizi (Millenium Challenge Account – Indonesia,
2018). Stunting adalah anak balita yang TB/U kurang dari -2 SD (standar deviasi)
tabel TB/U. Tabel TB/U dibagi berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan
(Kemenkes RI ,2018)
Posyandu sebagai ujung tombak dalam melakukan deteksi dini dan
pelayanan pertama kesehatan ibu dan anak, menjadi vital dalam pencegahan
permasalahan gizi. Salah satu kegiatan untuk melakukan deteksi dini permasalahan
gizi adalah melalui pemantauan status gizi. (Nency, 2005). Kader posyandu
berperan penting dalam memantau tumbuh kembang balita, mendata balita,
melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan balita serta mencatatnya,
memberikan penyuluhan gizi serta kunjungan ke rumah ibu menyusui dan ibu yang
memiliki balita. Deteksi dini tumbuh kembang anak merupakan tugas penting dan
kompleks sehingga tugas ini harus dilakukan secara benar dan cermat untuk
menghindari disfungsi permanen pada anak dan dapat diminimalisir dengan
memberikan stimulus (Sukesi, 2013).
Pemantauan status gizi yang biasa dilakukan di posyandu adalah
dengan melakukan pengukuran antropometri atau pengukuran ukuran tubuh.
Berbagai jenis ukuran fisik tubuh dan komposisi tubuh antara lain yaitu,
berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada,
lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit (Supariasa dkk, 2012).
Pengukuran berat badan, panjang/tinggi badan harus memenuhi tahapan-tahapan
sesuai standar. Hasil suatu pengukuran yang akurat diperoleh bila tahapan-tahapan
pengukuran dilakukan dengan benar dan menggunakan alat ukur yang tepat (Sunita

3
A lmatsier, 2000). Tingkat kemampuan, ketelitian dan akurasi data yang
dikumpulkan kader masih rendah, serta 90% kader membuat kesalahan. Salah satu
kesalahan kader yang paling sering dijumpai adalah teknik penimbangan yang
kurang tepat (Sukiarko,2007). Apabila kader salah menginterpretasikan hasil
penimbangan dalam menilai pertumbuhan balita berdampak pada kesimpulan hasil
yang salah, menghasilkan informasi yang salah dan bermuara pada keputusan yang
salah dalam upaya kebijakan program selanjutnya (Rosphita,2007). Salah satu
upaya untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan kader dalam pengukuran
antropometri yaitu dengan pemberian pelatihan antropometri (Sukiarko, 2007).
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan peningkatan
pengetahuan dan keterampilan kader posyandu tentang antropometri melalui
pelatihan pengukuran antropometri pada kader posyandu balita di Desa Kesiut,
Tabanan.

2.2 ANALISIS MASALAH


Untuk mengetahui masalah yang dihadapi di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Kerambitan I terkait pengetahuan dan keterampilan kader posyandu
balita dilakukan observasi dan juga wawancara pada pihak puskesmas. Dari hasil
wawancara yang dilakukan terhadap pihak Puskesmas Kerambitan I, Program yang
pernah dilakukan terkait permasalahan gizi adalah penapisan ibu hamil kurang
energi kronis (KEK) dan anemia; pemberian makanan tambahan (PMT)
penyuluhan menyusui dan ASI eksklusif pendampingan pemberian tablet tambah
besi dan vitamin A, penyuluhan garam beryodium. Program yang dilakukan untuk
mencegah stunting lebih banyak difokuskan untuk ibu hamil, hal tersebut sangat
baik tetapi, akan lebih baik jika pasca kehamilan pun baik ibu maupun kader dapat
mengetahui tumbuh kembang anak.
Diketahui bahwa saat ini puskesmas memiliki data tentang status gizi balita
di wilayah kerjanya, hanya saja data tersebut dikatakan tidak merepresentasikan
keadaan sebenarnya, dikatakan oleh narasumber bahwa puskesmas memiliki data
dimana ada balita yang di kategorikan dalam pendek atau stunted, gizi kurang
maupun gizi buruk, namun saat pelaksanaan posyandu balita, tidak ditemukan
kasus demikian. Observasi terhadap kader posyandu juga dilakukan pada kegiatan

4
posyandu balita. Beberapa kader yang ditemui saat pelaksanaan posyandu
menunjukkan kurangnya keterampilan pada kegiatan penimbangan dan pengukuran
tinggi badan anak, misalnya dalam menggunakan dacin saat penimbangan posisi
bandul dacin pada saat diseimbangkan tidak tepat pada posisi “nol‟. Kader juga
tidak mengusahakan anak ditimbang dengan pakaian yang seminimal mungkin dan
untuk tidak memakai alas kaki. Pada pengukuran tinggi badan balita, alas kaki
balita tidak dilepas, dan pengukuran dilakukan tanpa memperhatikan posisi kaki.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tersebut, penulis memilih untuk
memberikan penyegaran kepada kader posyandu balita di Desa Kesiut mengenai
pengukuran antroponetri. Penyegaran ini diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan para kader posyandu balita di Desa Kesiut.

2.3 TUJUAN PENYEGARAN


2.3.1 TUJUAN UMUM
Tujuan umum dari penyegaran ini adalah meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan kader tentang antropometri dan cara pengukuran antropometri
di kader posyandu Desa Kesiut.

2.3.2 TUJUAN KHUSUS


Adapun tujuan khusus dari penyegaran ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader posyandu tentang
cara pengukuran antropometri
2. Meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya pengukuran status gizi
pada balita

2.4 KELOMPOK SASARAN


Kelompok sasaran dari kegiatan PKM ini adalah para kader posyandu di
Desa Kesiut, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan. Dipilihnya kader
posyandu desa Kesiut dikarenakan data anak dengan gizi kurang di desa
tersebut paling banyak dibandingkan dengan desa-desa lainnya. Kelompok
kader posyandu di Desa Kesiut yang dipilih menjadi sasaran adalah seluruh
kader posyandu di Desa Kesiut, karena kader posyandu secara teknis bertugas

5
antara lain untuk mendata balita, melakukan pengukuran berat badan dan tinggi
badan balita serta mencatatnya secara berkala tiap bulan dalam Kartu Menuju
Sehat (KMS). Pertimbangan lainnya adalah data-data pertumbuhan balita
selanjutnya akan diberikan ke Puskesmas dan diterskan ke Dinas Kesehatan.
Hal ini tentu saja sangat penting untuk menggambarkan profil kesehatan
Kabupaten Tabanan khususnya kecamatan Kerambitan, sehingga diperlukan
data yang benar-benar akurat.

2.5 STRATEGI PELAKSANAAN


2.5.1 PERSIAPAN PENYEGARAN
Persiapan penyegaran terdiri dari beberapa bagian antara lain:
1. Berdiskusi dengan pemegang program posyandu dan pemegang program
promosi kesehatan di UPTD Puskesmas Kerambitan I, Tabanan
2. Melakukan koordinasi dengan pihak Desa Kesiut
3. Penyusunan materi tentang pelatihan pengukuran antropometri
4. Penguasaan cara-cara komunikasi atau penyampaian pesan
5. Menyampaikan informasi dilakukan dengan berkoordinasi dengan
pemegang program
6. Persiapan pre dan post tes sebagai alat ukur keberhasilan

2.5.2 TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN


Hari/Tanggal : Selasa, 18 Juni 2018
Waktu : 09.00 – 11.00 WITA
Tempat : Desa Kesiut, Kecamatan Kerambitan, Tabanan

2.5.3 PELAKSANAAN PENYEGARAN


Pelaksanaan penyegaran terdiri dari beberapa bagian antara lain:
1. Tim penyuluh berkoordinasi dengan pemegang program posyandu dan
promosi kesehatan UPTD Puskesmas Kerambitan I
2. Tim penyuluh bersama pihak puskemas bekoordinasi dengan pihak
Desa Kesiut
3. Tim masuk ke ruangan. Peserta dapat merupakan perwakilan dari kader
posyandu tiap dusun dengan minimal sebanyak 15 orang, atau lebih
menyesuaikan dengan kondisi.

6
4. Sebelum penyuluhan, para kader posyandu di Desa Kesiut, diberikan
pre-tes
5. Memberikan penjelasan awal tentang jenis kegiatan yang akan
dilakukan
6. Tim memberi penjelasan tentang pengetahuan pengukuran antropometri
serta keterampilan yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab
7. Post-tes tentang materi yang diberikan
8. Penutup

2.6 ISI PENYEGARAN


Adapun isi dari penyegaran, akan diajukan 3 pertanyaan berbeda di masing-
masing kelompok:
1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran antropometri?
2. Bagaimana cara mengukur tinggi badan?
3. Kapan kegiatan pengukuran disebut tinggi badan atau panjang badan?
4. Alat apa yang digunakan untuk mengukur tinggi badan pada balita?
5. Alat apa yang digunakan untuk mengukur berat badan pada balita?
Kemudian isi penyegaran adalah:
1. Definisi pengukuran antropometri dan fungsinya
2. Pentingnya ketepatan pengukuran antropometri
3. Tahap-tahap pengukuran tinggi badan
4. Tahap-tahap pengukuran berat badan
5. Tahap-tahap pengukuran lingkar kepala
6. Tahap-tahap pengukuran lingkar lengan atas

2.7 METODE PENYEGARAN


Penyegaran ini dilakukan di Balai Desa Kesiut, Kecamatan Kerambitan,
Tabanan. Metode penyegaran yang digunakan adalah memberikan beberapa
pertanyaan di selembar kertas untuk mengukur pengetahuan kader posyandu
mengenai pengukuran antropometri dan dilanjutkan dengan memberikan informasi
tentang pengetahuan dan pelatihan pengukuran antropometri. Di akhir kegiatan, tim
menyediakan sesi tanya jawab dan kembali melakukan penilaian dengan
memberikan beberapa pertanyaan untuk dijawab.

7
2.8 RENCANA EVALUASI
2.8.1 PENILAIAN PROSES
Penilaian proses penyegaran terdiri dari beberapa bagian antara lain:
1. Indikator penilaian
- Dukungan dari pihak UPTD. Puskesmas Kerambitan I dan Desa
Kesiut
- Ketepatan waktu pelaksanaan
- Sarana yang dipergunakan untuk penyegaran
- Jumlah cakupan peserta yang datang
- Keseriusan peserta dalam mengikuti penyegaran
2. Waktu penilaian
Penilaian dilakukan sebelum, selama, dan sesudah pelaksanaan
3. Cara penilaian
Dengan mengamati pelaksanaan
4. Penilai
Dokter muda FK UNUD.

2.8.2 PENILAIAN HASIL


Penilaian hasil penyegaranterdiri dari beberapa bagian antara lain:
1. Indikator penilaian
- Pertanyaan dari peserta yang diajukan selama tanya jawab
berlangsung.
- Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan
pengukuran antropometri dinilai berdasarkan keaktifan serta hasil
post tes.
2. Waktu penilaian
Waktu penilaian dilakukan selama dan sesudah penyegaran.
3. Cara penilaian
Menggunakan pertanyaan lisan, pertanyaan tertulis dan pengamatan
langsung.
4. Penilai
Dokter muda FK UNUD.

8
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENYEGARAN


Hari/Tanggal : Selasa, 18 Juni 2018
Waktu : 09.00 – 11.00 WITA
Tempat : Kantor Desa Kesiut, Kecamatan Kerambitan

3.2 PESERTA PENYEGARAN


Peserta yang hadir adalah kader-kader posyandu dari masing-masing dusun
di Desa Kesiut.

3.3 PELAKSANAAN PENYEGARAN


Penyegaran dilakukan oleh dua orang dokter muda yang secara bergiliran
membawakan materi penyegaran. Penyegaran ini didampingi oleh Perbekel Desa
Kesiut dan pihak puskesmas.

3.4 PROSES PELAKSANAAN PENYEGARAN


Pada hari Senin tanggal 10 Juni 2018, kami berdiskusi dengan kepala
Puskesmas Kerambitan I yaitu dr. Made Sukamertha, SH, M.Kes. Materi PKM
yang dipilih adalah terkait penyegaran kader posyandu tentang pengukuran
antropometri. Setelah menentukan materi, kami berkoordinasi dengan pemegang
program promosi kesehatan, ibu Ni Komang Sri Rosma Asri Widuri, A.Md.KL,
untuk melakukan penyegaran terhadap kader-kader posyandu di Desa Kesiut,
karena kader posyandu berperan penting dalam memantau tumbuh kembang balita.
Kader posyandu secara teknis bertugas antara lain untuk mendata balita, melakukan
pengukuran berat badan dan tinggi badan balita serta mencatatnya secara berkala
tiap bulan dalam Kartu Menuju Sehat (KMS). Hambatan kemajuan pertumbuhan
berat badan anak dapat segera terlihat pada kurva pertumbuhan hasil pengukuran
periodik yang tertera dan dicatat pada KMS tersebut yang datanya juga bisa
digunakan sebagai profil kesehatan. Pihak Puskesmas membantu menyiapkan

9
kebutuhan yang diperlukan untuk kegiatan tersebut. Kami mempersiapkan materi
yang dibuat di file power point tentang cara pengukuran antropometri, lembaran
pre dan post test mengenai pertanyaan untuk mengevaluasi pengetahuan peserta
tentang cara pengukuran antropometri, serta konsumsi yang disediakan untuk ibu-
ibu yang hadir.
Pada hari Rabu, 12 Juni 2018 kami bertemu dengan bidan Desa Kesiut dan
membicarakan tentang kegiatan promosi kesehatan, kami juga mengonfirmasi
kegiatan yang akan berlangsung ke Perbekel Desa Kesiut, serta meminta bantuan
untuk mengumpulkan para kader-kader posyandu nantinya. Kami diterima dengan
baik oleh bidan Desa Kesiut dan beliau sangat antusias dengan kegiatan penyegaran
yang akan kami lakukan dengan harapan dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan kader-kader posyandu dalam melakukan pengukuran antropometri.
Pada hari Selasa, 18 Juni 2018 kami datang ke Kantor Desa Kesiut pada pukul
08.00 untuk menyiapkan materi terlebih dahulu. Saat pukul 08.45 para peserta
penyegaran masih sedikit yang datang ke lokasi. Setengah jam kemudian kader-
kader posyandu Desa Kesiut sudah berkumpul dan menempati tempat yang
disediakan di ruang pertemuan di Kantor Desa Kesiut. Kegiatan diawali dengan
sambutan dari Kepala Desa Kesiut sekaligus membuka kegiatan. Selanjutnya hal
pertama yang kami lakukan adalah memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan
secara umum pada penyegaran yang dilakukan. Setelah perkenalan diri kami
membagikan soal pre-test yang berjumlah 30 buah pertanyaan benar salah dan
dijawab dalam waktu 15 menit. Setelah semua peserta selesai menjawab, kami
kemudian memulai pemberian materi terlebih dahulu mengenai cara pengukuran
antropometri. Materi penyegaran berisikan tentang definisi pengukuran
antropometri dan fungsinya, pentingnya ketepatan pengukuran antropometri, tahap-
tahap pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar kepala serta pengukuran
lingkar lengan atas dan sekilas tentang stunting.
Materi telah disiapkan dalam bentuk slide yang ditampilkan di layar disertai
dengan pemutaran video tentang cara-cara pengukuran antropometri. Sesi tanya
jawab dimulai setelah pemberian materi dan dilanjutkan dengan post-test selama 15
menit. Pada akhir kegiatan, kami memberikan kesempatan kepada perwakilan kader
posyandu untuk memberikan masukan maupun kesan dan pesan terhadap

10
penyegaran yang kami berikan. Selanjutnya, sebagai penutup kegiatan, kami
sempat memberikan pesan untuk mengingat materi yang telah diberikan, serta agar
para kader-kader posyandu Desa Kesiut mampu memberikan informasi yang telah
didapat kepada kader-kader lainnya yang berhalangan hadir dan juga mampu
menerapkan cara pengukuran antropometri yang benar selama pelaksanaan
posyandu.

11
BAB IV
EVALUASI KEGIATAN

4.1 EVALUASI PENYEGARAN


Evaluasi kegiatan penyegaran ini dilihat dari beberapa aspek yaitu dari segi
peserta dan proses berjalannya diskusi. Proses pelaksanaan PKM ini berjalan
dengan baik karena mendapat dukungan dari pihak Puskesmas dalam bentuk
bantuan pelaksanaan penyegaran yaitu pengadaan surat, memberi masukkan
mengenai materi yang harus diberikan dan juga membantu memberitahu teknik
penyegaran yang baik. Dukungan terhadap kegiatan ini juga didapatkan dari kepala
desa dan bidan puskesmas pembantu yang memberikan kami kesempatan untuk
menyampaikan materi kepada kader -kader posyandu di Desa Kesiut. penyegaran
berlangsung selama sekitar 1 jam sesuai dengan perkiraan waktu yang telah
direncanakan sebelumnya. Sarana yang digunakan dalam penyegaran adalah LCD
yang tersedia. Selama penyegaran, terjadi komunikasi dua arah dimana kader-kader
posyandu peserta penyegaran memperhatikan materi penyegaran dengan baik, dan
tidak segan untuk bertanya dan memberikan saran.
Penilaian keberhasilan penyegaran dinilai dengan adanya peningkatan
pengetahuan dan keterampilan kader-kader posyandu mengenai pengukuran
antropometri, hal ini dilihat dari perbandingan nilai pre-test sebelum dilakukan
penyegaran dengan nilai post-test setelah dilakukan penyegaran. Pre-test dan post-
test memuat 30 pertanyaan benar salah yang dikerjakan selama 15 menit. Penilaian
ini diberikan kepada semua kader posyandu peserta penyegaran tentang
antropometri.
Pre-test dan post-test berisi 30 pertanyaan benar salah yang
menggambarkan materi tentang antropometri. Tingkat pemahaman peserta
dikategorikan baik apabila mampu memperoleh skor ≥ 70 dari total 30 pertanyaan
pilihan ganda.

12
Tabel 4.1.Hasil Pre-Test para kader posyandu Desa Kesiut
Skor Jumlah %

≥ 70 8 53,3%

<70 7 46,6%

Total 15 100%

Gambaran awal tingkat pemahaman kader posyandu peserta penyegaran


mengenai cara pengukuran antropometri adalah 53,3% dari kader posyandu
memiliki pengetahuan yang tergolong dalam kelompok pengetahuan baik dan
46,6% kader posyandu memiliki pengetahuan yang kurang. Dari hasil pre-test
tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman kader posyandu mengenai
antropometri lebih banyak yang berpengetahuan baik.

Tabel 4.2.Hasil post-test para kader posyandu Desa Kesiut


Skor Jumlah %

≥ 70 15 100 %

<70 - -

Total 15 100%

Berdasarkan dua tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan
jumlah kader posyandu yang mendapat skor ≥ 70 yaitu dari 8 orang (53,3%)
menjadi 15 orang (100%) dan terjadi penurunan jumlah kader posyand yang
mendapat skor <70 yaitu dari 7 orang (46,6%) menjadi tidak ada (100%). Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman peserta terhadap
materi penyegaran yang diberikan mengenai antropometri.
Pendapat kader posyandu peserta penyuluhan tentang pemberian
antropometri adalah bagus dan menambah ilmu. Kepala Desa Kesiut juga
memberikan apresiasi terhadap kegiatan ini.

4.2 HAMBATAN PENYULUHAN PKM


Hambatan yang kami rasakan dalam melakukan penyuluhan ini adalah
terdapat beberapa kader posyandu peserta penyegaran yang datangnya terlambat,

13
sehingga waktu selesainya penyegaran lebih dari yang di rencanakan, juga sada atu
dusun yang berhalangan hadir dikarenakan waktu pelaksanaan penyegaraan
bersamaan dengan kegiatan adat di dusun tersebut, dan ada peserta penyegaran
kurang fokus karena ada peserta yang membawa anaknya.

4.3 MANFAAT PENYULUHAN PKM


Manfaat yang dirasakan sebagai pemberi materi dalam pelaksanaan PKM
ini adalah sebagai sarana latihan untuk menjadi pemateri yang baik di masyarakat
mulai dari pengumpulan materi, penguasaan materi, dan mengasah kemampuan
bicara di depan orang agar dapat menarik perhatian dan dapat dipahami oleh
pendengar. Manfaat yang dirasakan bagi peserta adalah diharapkan dengan
adalanya penyegaran ini dapat meningkatkan pengetahuan tentang cara pengukurna
antropometri dan juga tentang pentingnya pengukuran status gizi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2019. Riset Kesehatan Dasar :


Riskesdas 2018, Denpasar.
Hadi, H. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya terhadap Kebijakan
Pembangunan Kesehatan Nasional, Pidato pengukuhan Guru Besar.
FKUGM. Yogyakarta.
Handarsari, E., Syamsianah, A., & Astuti, R. 2015. Peningkatan Pengetahuan dan
Keterampilan Kader Posyandu di Kelurahan Purwosari Kecamatan Mijen
Kota Semarang. Jurnal Kesehatan. Hal: 621-630.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2018. Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia E. S. Sakti, ed.,
Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
Millenium Challenge Account – Indonesia. (2018). Stunting dan Masa Depan
Indonesia. Jakarta: MCA – Indonesia.
Nency dan Arifin. 2005. Gizi Buruk, Ancaman Generasi yang Hilang. Artikel.
Inovasi Edisi Vol. 5/XVII/November 2005: Inovasi Online. Diakses 5 Juni
2019.http://io.ppijepang.org/v2/index.php?option=com_k2&view=item&i
d=14:gizi-buruk-ancaman-generasi-yang-hilang
Nurainun., Ardiani, F., & Sudaryati, E. 2015. Gambaran Keterampilan Kader dalam
Pengukuran BB dan TB berdasarkan Karakteristik Kader di Wilayah Kerja
Puskesmas Langsa Timur Provinsi Aceh tahun 2015. Jurnal Gizi. Hal 1-10.
Rospita, A. 2007. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Keterampilan Kader
Dalam Menginterpretasikan Hasil Penimbangan (N Dan T) Dalam KMS Di
Puskesmas Baumata Kabupaten Kupang. Skripsi Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Sukiarko, E. 2007. Pengaruh Pelatihan Dengan Metode Belajar Berdasarkan
Masalah Terhadap Pengtahuan Dan Keterampilan Kader Gizi Dalam
Kegiatan Posyandu. Tesis Fakultas Gizi Masyarakat Undip, Semarang.
Supariasa, I.D.N., Bakri, B., Fajar, I. 2002. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta.

15
LAMPIRAN

Lampiran I. Dokumentasi Kegiatan

Gambar 1. Pembukaan Kegiatan Oleh Kepala Desa Kesiut

Gambar 2. Suasana Penyegaran Kader Posyandu

16
Gambar 3. Pemberian materi penyegaran tentang cara pengukuran antropometri

Gambar 4. Foto bersama para kader posyandu Desa Kesiut

17
18

Anda mungkin juga menyukai