DESA TALAGASARI
LAPORAN
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Program Gizi
disusun oleh:
Afiyah Hadianti Pangasih L NIM P17331116052
Ali Akbar Karimulloh NIM P17331116071
Fitri Aulia Firdaus NIM P17331116008
Iffat Nabil Trirahmawati NIM P17331116049
Maria Indra Witjayanti NIM P17331116056
Nurul Tria Maharani NIM P17331116005
Putri Fajriani NIM P17331116042
Siska Purwanti Susilowati NIM P17331116077
Yunita Rahma Dwi Safira NIM P17331116023
i
LAPORAN
PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN (PBL) PERENCANAAN
PROGRAM GIZI (PPG)
(15 Oktober – 19 Oktober 2018)
DESA TALAGASARI, KECAMATAN KADUNGORA
KABUPATEN GARUT
Telah mendapat persetujuan dari dosen pembimbing
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan hidayah-Nya dan memberi kami kesempatan dalam
menyelesaikan laporan Praktik Belajar Lapangan (PBL) yang kami buat
ini.
Kami berharap laporan PBL ini akan memberi banyak manfaat bagi
kami para mahasiswa maupun bagi pembaca. Penulis mengharapkan dan
menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan
penyusunan laporan PBL ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
i
iii
v
vi
viii
BAB I
PENDAHULUAN
viii
Gizi buruk dapat terjadi karena penyebab langsung dan penyebab
tidak langsung. Penyebab langsung gizi buruk meliputi kurangnya jumlah
dan kualitas makanan yang dikonsumsi dan menderita penyakit infeksi,
sedangkan penyebab tidak langsung gizi buruk yaitu ketersediaan pangan
rumah tangga, kemiskinan, pola asuh yang kurang memadai dan
pendidikan yang rendah (Departemen Gizi dan Matematika
Diponegoro,2013).
viii
(stunting) dapat diketahui bila seorang balita sudah diukur panjang atau
tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan hasilnya berada
di bawah normal. Balita pendek adalah balita dengan status gizi yang
berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut umurnya bila
dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth
Reference Study) tahun 2005, nilai z-scorenya kurang dari -2SD dan
dikategorikan sangat pendek jika nilai z-scorenya kurang dari -3SD.
viii
Status Gizi Anak umur 5 – 12 tahun di Jawa Barat Prevalensi
pendek pada anak umur 5-12 tahun adalah 11,4% sangat pendek dan
18,2% pendek. Apabila dibandingkan antar Kabupaten/Kota prevalensi
sangat pendek terendah di Kota Depok (1,8%) dan tertinggi di
Kabupaten Garut (22,9%) (Riskesdas 2013).
viii
digunakan untuk menunjang kebutuhan energi tubuh, dengan
kelebihan energi tersebut disimpan sebagai trigliserida di jaringan
lemak (Sherwood, 2012).
viii
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau
minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak
usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-
ASI berupa makanan padat atau cair yang diberikan secara bertahap
sesuai dengan usia dan kemampuan pencernaan bayi. Peraturan
Pemerintah No. 33 Tahun 2012, memberikan makanan pendamping
ASI (MP-ASI) yang tepat sejak umur 6 bulan dan meneruskan
pemberian ASI sampai umur 2 tahun. Penerapan pola pemberian
makan ini akan mempengaruhi derajat kesehatan selanjutnya dan
meningkatkan status gizi bayi.
Air susu ibu (ASI) adalah makanan utama dan terbaik untuk bayi.
ASI ekslusif menurut Peraturan Pemerintahan Nomor 33 Tahun 2012
adalah air susu ibu yang diberikan kepada bayi sejak lahir hingga
berumur 6 bulan, tanpa menambahkan atau mengganti dengan
makanan atau minuman lain.
viii
2016, pemberian ASI eksklusif dari 754.438 jumlah bayi berumur 0-6
bulan hanya 349.968 bayi berumur 0-6 bulan (46,4%) yang
mendapatkan ASI eksklusif di Jawa Barat. Sedangkan prevalensi
pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 0-6 bulan di Kabupaten
Garut sebesar 12,2%. Gambaran ini masih dibawah cakupan nasional
yaitu 52,3% dan target nasional yaitu sebesar 80%.
viii
jenis kelamin, usia, status gizi, riwayat BBLR, status pemberian ASI
eksklusif, status imunisasi, dan penyakit lain.
viii
Gangguan akibat kurang yodium tidak hanya berakibat pada
pembesaran kelenjar tiroid, tetapi juga akan menyebabkan gangguan
lainnya. Gangguan akibat kurang yodium masih merupakan salah satu
masalah gizi mikro di Indonesia. Hal ini dapa dilihat pada tahun 2013
prevalensi GAKY di Indonesia mencapai 11,1% (Riskesdas, 2013).
viii
pada bayi dan berat badan bayi lahir rendah (BBLR) (Waryono, 2010).
Prevalensi kurang energi kronik pada wanita hamil umur 15-49
berdasarkan indicator Lingkar Lengan Atas (LILA) secara nasional
sebanyak 24,4% (RISKESDAS,2013). Angka KEK pada ibu hamil di
Garut sebesar 16,2% (Buku Saku PSG, 2017)
viii
yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku
yang tidak didasari pengetahuan (Notoadmojo, 2003). Menurut
Depkes, tujuan diselenggarakan posyandu adalah untuk mempercepat
penurunan angka kematian bayi, anak balita, dan angka kelahiran.
Kurang berfungsinya posyandu menunjukkan kinerja posyandu
menjadi rendah, disebabkan oleh rendahnya kemampuan kader dan
pembinaan dari unsur pemerintah dan instansi terkait, hal tersebut
mengakibatkan menurunnya minat masyarakat untuk memanfaatkan
posyandu (Nusi, 2006).
viii
2. Berapa persentase asupan Energi dan Zat Gizi Makro (KH,
Protein, Lemak) yang baik dan kurang pada balita di Desa
Talagasari Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut 2018?
3. Berapa persentase asupan Zat Gizi Mikro dan Vitamin( zink, zat
besi, vitamin A, kalsium) pada balita di Desa Talagasari
Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut 2018?
4. Berapa persentase balita yang mendapatkan ASI Eksklusif di
Desa Talagasari Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut
2018?
5. Bagaimana persentase perilaku ibu terhadap inisiasi menyusu
dini di Desa Talagasari Kecamatan Kadungora Kabupaten
Garut 2018?
6. Berapa persentase balita yang memiliki riwayat penyakit ISPA
di Desa Talagasari Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut
2018?
7. Berapa persentase balita yang memiliki riwayat diare di Desa
Talagasari Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut 2018?
8. Berapa persentase keluarga balita yang telah memiliki sarana
air bersih dan jamban keluarga di Desa Talagasari Kecamatan
Kadungora Kabupaten Garut 2018?
9. Berapa persentase keluarga balita yang telah mengkonsumsi
garam beryodium di Desa Talagasari Kecamatan Kadungora
Kabupaten Garut 2018?
10. Berapa persentase riwayat merokok pada keluarga balita di
Desa Talagasari Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut
2018?
11. Bagaimana gambaran asupan zat besi terhadap risiko anemia
pada ibu hamil di Desa Talagasari Kecamatan Kadungora
Kabupaten Garut 2018?
viii
12. Berapa persentase ibu hamil yang mengalami KEK
berdasarkan indikator LILA di Desa Talagasari Kecamatan
Kadungora Kabupaten Garut 2018?
13. Berapa persentase tingkat pengetahuan gizi pada Kader
Posyandu di Desa Talagasari Kecamatan Kadungora
Kabupaten Garut 2018?
14. Berapa persentase tingkat keterampilan Kader Posyandu di
Desa Talagasari Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut
2018?
1.3 Tujuan Pengumpulan Data
viii
balita di Desa Talagasari Kecamatan Kadungora Kabupaten
Garut 2018.
4. Mengetahui persentase balita yang mendapatkan ASI Eksklusif
di Desa Talagasari Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut
2018.
5. Mengetahui persentase perilaku ibu terhadap inisiasi
menyusudini di Desa Talagasari Kecamatan Kadungora
Kabupaten Garut 2018.
6. Mengetahui persentase balita yang memiliki riwayat penyakit
ISPA di Desa Talagasari Kecamatan Kadungora Kabupaten
Garut 2018.
7. Mengetahui persentase balita yang memiliki riwayat diare di
Desa Talagasari Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut
2018.
8. Mengetahui persentase keluarga balita yang memiliki sarana
air bersih dan jamban keluarga di Desa Talagasari Kecamatan
Kadungora Kabupaten Garut 2018.
9. Mengetahui persentase keluarga balita yang telah
mengkonsumsi garam beryodium di Desa Talagasari
Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut 2018.
10. Mengetahui persentase riwayat merokok pada keluarga balita
di Desa Talagasari Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut
2018.
11. Mengetahui gambaran asupan zat besi terhadap risiko anemia
pada ibu hamil di Desa Talagasari Kecamatan Kadungora
Kabupaten Garut 2018.
12. Mengetahui persentase ibu hamil yang mengalami KEK
berdasarkan indikator LILA di Desa Talagasari Kecamatan
Kadungora Kabupaten Garut 2018.
viii
13. Mengetahui persentase tingkat pengetahuan gizi pada Kader
Posyandu di Desa Talagasari Kecamatan Kadungora
Kabupaten Garut 2018.
14. Mengetahui persentase tingkat keterampilan Kader Posyandu
di Desa Talagasari Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut
2018.
viii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Ketersediaan Pangan
2. Tingkat Pendapatan
viii
4. Pendidikan Ibu
6. Pengetahuan Ibu
viii
yang baik akan menentukan tingginya angka presentase status gizi secara
nasional. Ketidaktahuan tentang makanan yang mempunyai gizi baik akan
menyebabkan pemilihan maknan yang salah dan rendahnya gizi yang
terkandung dalam makanan tersebut menjadi buruk dan kurang (Maulana,
2012)
viii
e) Meminta klien untuk melepas sepatu/alas kaki dan aksesoris rambut yang
dapat mengganggu pengukuran. Klien dipersilakan untuk naik ke papan
alas dan menempel membelakangi dinding.
f) Mengatur telapak kaki klien agar menapak sempurna pada lantai/papan
alas tepat di tengah tumit menyentuh sudut dinding. Memastikan bahwa
kaki klien lurus serta tumit dan betis menempel pada dinding.
g) Mengatur pandangan klien lurus ke depan dan berdiri tegak
lurus.memperkirakan garis antara cuping telinga dengan puncak tulang
pipi (frankfort plane) horizontal. Meletakkan tangan kiri pengukur pada
dagu klien, memastikan bahwa bahu klien lurus dan tegak, tangan di
samping, dan bagian belakang kepala, rentang bahu, dan bokong tepat
menempel pada dinding.
h) Menurunkan perlahan-lahan batas kepala microtoise sampai puncak
kepala klien. Memastikan bahwa pengukur menekan (dengan lembut)
rambut klien.
i) Memeriksa posisi anak. Jika perlu, ulangi lagi satu persatu.
j) Apabila posisi anak telah benar, membaca dan menentukan tinggi badan
klien dengan akurasi 0,1 cm. Batas kepala dipindahkan kembali dan
tangan kiri dilepaskan dari dagu klien.
k) Mencatat hasil pengukuran dan klien dipersilakan untuk turun dari papan
alas, serta menyampaikan ucapan terimakasih.
viii
e) Batang dacin yang sudah dibebani celana timbang, diseimbangkan lagi
dengan cara menggantungkan katong plastik yang berisi pasir atau benda
lain yang halus sampai seimbang.
f) Anak dinaikkan ke dalam sarung timbang, kemudian ditimbang pada dacin
sampai batang dacin dalam keadaan seimbang.
g) Menentukkan berat badan anak, dengan cara membaca angka diujung
bandul geser.
h) Mencatat hasil penimbangan pada buku catatan.
i) Menggeser bandul ke angka 0 (nol) kemudian meletakkan batang dacin
dalam tali pengaman, setelah itu anak atau bayi dapat diturunkan. Dalam
melakukan pekerjaan ini tidak lupa mengucapkan terrima kasih kepada
ibu balita.
viii
b. Indeks berat badan menurut panjang/tinggi badan (BB/PB atau
BB/TB)
Penentuan status gizi dengan menggunakan indeks Berat Badan
menurut umur (BB/U)adalah menilai status gizi degan cara
membandingkan berat badan anak dengan berat badan pada standar
(median) menurut panjang/tinggi badan anak tersebut. Indeks ini
memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari
peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama (singkat).Indicator
BB/TB dan IMT/U dapat digunakan untuk identifikasi kurus dan gemuk.
(Buku Saku Pemantauan Status Giz, 2017)
viii
underweight (gizi kurang) dan severely underweight (gizi buruk) (Holil
Muhammad Par'i, S. M., 2014).
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Tinggi
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Gemuk
viii
a. Stunting
Stunting didefinisikan sebagai indeks tinggi badan menurut umur
(TB/U) kurang dari minus dua standar deviasa (-2 SD) atau dibawah rata-
rata standar yang ada (ACC/SCN, 2000). Stunting pada anak merupakan
hasil jangka panjang konsumsi kronis diet berkualitas rendah yang
dikombinasikan dengan morbiditas, penyakit infeksi, dan masalah
lingkungan (Semba, et al., 2008).
Stunting atau kependekan mengacu pada anak yang memiliki
indeks TB/U rendah.Pendek dapat mencerminkan baik variasi normal
dalam pertumbuhan ataupun defisit dalam pertumbuhan.Stunting yaitu
pertumbuhan linear yang gagal mencapai potensi genetik sebagai hasil
dari kesehatan atau kondisi gizi suboptimal.Beaton et al. (1990)
berpendapatt bahwa pengerdilan adalah proxy populasi untuk kekurangan
yang beragam.
Stunting pada anak merupakan indikator utama dalam menilai
kualitas modal sumber daya manusia di masa mendatang.Gangguan
pertumbuhan yang diderita anak pada awal kehidupan, pada hal ini
stunting, dapat menyebabkan kerusakan yang permanen (UNSCN, 2008).
b. Kegemukan
Kegemukan adalah kelebihan berat badan dengan ambang batas
IMT/U > 1 Standar Deviasi sampai dengan 2 Standar Deviasi (WHO,
2005).Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari
penimbunan lemak berlebihan dengan ambang batas IMT/U >2Standar
Deviasi (WHO, 2005).Kegemukan dan obesitas terjadi akibat asupan
energi lebih tinggi daripada energi yang dikeluarkan.Asupan energi tinggi
disebabkan oleh konsumsi makanan sumber energi dan lemak tinggi,
sedangkan pengeluaran energi yang rendah disebabkan karena
kurangnya aktivitas fisik dan sedentary life style.
viii
Penentuan kelebihan BB atau kegemukan pada balita, hal pertama
yang perlu dilakukan pada tahap penapisan balita adalah memplot hasil
penimbangan pada KMS (Kartu Menuju Sehat) sesuai umur anak; bila
terletak di atas garis hijau, mungkin anak tersebut memiliki BB
berlebih.Selanjutnya, perlu juga dilakukan pengukuran Tinggi Badan (TB)
atau Panjang Badan (PB).Pada anak-anak pengukuran BB sebaiknya
dilakukan setiap bulan, pengukuran TB juga dianjurkan dilakukan setiap 6
bulan untuk pemantauan status gizi anak.Dalam praktek, ukuran
antropometri untuk melihat kelebihan BB pada balita yang sering
digunakan adalah BB dan TB atau PB.Ukuran BB dan TB sebagai
penentu status gizi baru ada artinya bila saling dikombinasikan
(BB/TB).Selain itu BB sering juga dikaitkan dengan umur (BB/U).
Dalam keadaan normal, keadaan kesehatan baik dan
keseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat
badan bertambah mengikuti pertambahan umur.Dalam keadaan
abnormal, pertambahan BB dapat lebih cepat atau lebih lambat dari
normal.Berdasarkan hal ini, indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi
seseorang saat ini. Menurut Kepmenkes RI No: 920/Menkes/ SK/VIII/2002
kelebihan BB pada balita disebut dengan istilah Gizi-Lebih dengan
ambang batas Z-Skor > + 2 SD. Sebelumnya standar baku yang
digunakan adalah WHO-NCHS, namun sejak tahun 2006 digunakan
standar baku WHO tahun 2005.
Berat badan (BB) memiliki hubungan linear dengan tinggi badan
(TB). Dalam keadaan normal pertambahan BB akan searah dengan
pertambahan TB. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk
menyatakan status gizi saat ini, karena indeks BB/TB dapat pula
memberikan gambaran tentang proporsi berat badan relatif terhadap tinggi
badan, indeks ini merupakan pula indikator kekurusan atau
kegemukan.Kelebihan BB pada balita dengan indeks BB/TB disebut
dengan istilah gemuk dengan ambang batas Z-Skor > + 2 SD. Baik indeks
BB/U maupun BB/TB tidak menggunakan obese untuk balita.Obesitas
viii
pada anak berisiko 1,8 kali menjadi obesitas pada masa dewasa.
Obesitas pada anak berdampak pada penurunan prestasi belajar dan
dampak psikososial seperti kurang percaya diri dan menarik diri dari
sosial.Terdapat beberapa faktor yang berperan terhadap kejadian
obesitas pada anak.Faktor tersebut antara lain keturunan/genetik; asupan
makanan; aktifitas fisik; riwayat makan seperti pemberian ASI, berat
badan lahir dan parental obesity.
2.2 Pengetahuan
2.2.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia terdiri dari
sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk
memecahkn masalah yang dihadapi (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya tindakan
seseorang. perilaku yang didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2005).
Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan orang tua khususnya ibu
merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada balita.
Masa peralihan antara saat disapih dan mengikuti pola makan orang
dewasa, merupaka masa rawan karena ibu anak mengikuti kebiasaan
yang keliru. Penyuluhan gizi dengan bukti-bukti perbaikan gizi pada anak
dapat memperbaiki sikap ibu yang kurang menguntungkan pertumbuhan
anak. Pengetahuan gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor, disamping
pendidikan yang pernah dijalani, faktor lingkungan sosial dan frekuensi
kontak dengan media massa juga mempengaruhi pengetahuan gizi. Salah
satu penyebab terjadiya gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan
gizi atau kemampuan utnuk menerapkan informasi tentang gizi ke dalam
kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 2003).
Pengetahuan gizi memegang peranan pening dalam penyediaan pangan
yang baik untuk mencapai keadaan gizi yang baik pula. Pengetahuan gizi
didukung oleh pendidikan gizi yang cukup. Pentingnya pengetahuan gizi
didasarkan pada kenyataan yaitu:
viii
1) Tingkat pengetahuan gizi sangat penting peranannya dalam usaha
meningkatkan status gizi.
2) Setiap orang ala cukup gizi jika makanan yang dimakan cukup untuk
oertumbuhan pemeliharaan dan energi tubuh.
3) Ilmu gizi yang dipelajari dapat meningkatkan pengetahuan gizi seseorang
dimana ilmu gizi tersebut dapat memberikan fakta-fakta yang perlu
sehingga dapat menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi.
Penyebab penting dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan
tentang gizi dan kemampuan untuk menerapkan informasi-informasi
tersebut dalam kehiduan sehari-hari (Depkes, 2014).
viii
disimpulkan bahw perbedaan intelegensi seseorang akan berpengaruh
terhadap tingkat pengetahuan.
3) Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi
seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan
juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam
lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan
berpengaruh pada cara berpikir seseorang.
4) Sosial budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada oengetahuan seseorang.
Seseoran memperoleh suatu kebudayaan hubungannya dengan orang
lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan
memperoleh suatu pengetahuan.
5) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk
mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga
sasaran pendidikan itu dapat beridir sendiri.
6) Informasi
Informasi yang akan memberikan pengaruh pada pengetahuan
seseorang. meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi
jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV,
radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang.
viii
Pengukuran tingkat pengetahua seseorang dapat dikategorikan
sebagai berikut:
1. Pengetahuan dikatakan baik apabila responden mampu menjawab
pertanyaan pada kuesioner dengan benar > 75% dari seluruh pertanyaan
kuesioner.
2. Pengteahuan dikatakan cukup apabila responden mampu
menjawab pertanyaan pada kuesioner dengan benar 56%-74% dari
seluruh pertanyaan kuesioner.
3. Pengteahuan dikatakan cukup apabila responden mampu
menjawab pertanyaan pada kuesioner dengan benar<55% dari seluruh
prtanyaan kuesioner (Budiman, 2013)
viii
“sangat” sederhana berdasarkan berat badan.Bayi seberat 0 – 10 Kg
memerlukan 100 kkal/Kg BB. Mereka yang beratnya 11-20 Kg
membutuhkan 1000 Kg kkal ditambah dengan 50 kkal/Kg BB untuk
kelebihan berat diatas 10 Kg, misalnya untuk 1 Kg pada 11 Kg. Angka
kecukupan energi berdasarkan tabel AKG 2004 adalah 550 kkal untuk
usia 0-6 bulan dan 650 kkal untuk usia 7-11 bulan (Arisman, 2007)
2.3.2 Karbohidrat
Kebutuhan akan karbohidrat bergantung pada besarnya kebutuhan
akan energi. Sebaiknya 60-70% energi dipasok oleh karbohidrat.Jenis
karbohidrat yang sebaiknya diberikan adalah laktosa, bukan sukrosa,
karena laktosa bermanfaat untuk saluran pencernaan bayi.Manfaat ini
berupa pembentukan flora yang bersifat asam dalam usus besar sehingga
penyerapan kalsium meningkat dan penyerapan fenol dapat dikurangi.
Pada ASI dan sebagian susu formula, laktosa menjadi sumber karbohidrat
utama. Sumber energi pasokan karbohidrat diperkirakan sebesar 40-50%
yang sebagian besar dalam bentuk laktosa (Arisman, 2007)
2.3.3 Protein
Protein terdiri atas rantai-rantai asam amino (20 jenis asam amino)
yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptida. Dari dua puluh macam
asam amino, tubuh orang dewasa membutuhkan delapan jenis asam
amino esensial yaitu lisin, leusin, isoleusin, valin, triptofan, fenilalanin,
viii
metionin, treonin, sedangkan untuk anak-anak yang sedang tumbuh,
ditambahkan dua jenis lagi yaitu histidin dan arginin. Adapun contoh asam
amino non esensial yaitu prolin, serin, tirosin, sistein, glisin, asam glutamat,
alanin, asam aspartat, aspargin, ornitin (Irianto dan Waluyo, 2004).
viii
6. Mengangkut zat-zat gizi dari saluran cerna ke dalam darah, dari darah ke
jaringan-jaringan, dan melalui membran sel ke dalam sel-sel.
2.3.4 Lemak
Lemak adalah substansi yang tampak seperti lilin dan tidak larut
dalam air.Lemak yang terdapat dalam zat makanan kita umumnya terdiri
dari gabungan tiga gugus asam lemak dan gliserol dan dikenal sebagai
trigliserid (Soeharto, I. 2002).
viii
minyak palem dan lain-lain. Lemak jenuh juga bisa dicampur dengan zat-
zat lain. Semua makanan yang digoreng dengan minyak tersebut diatas
berarti bercampur dengan lemak jenuh berkadar tinggi sehingga menjadi
makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi pula. Misalnya, tempe
sebenarnya mengandung sedikit lemak, tetapi kalau digoreng dengan
menggunakan minyak palem menjadi makanan yang penuh dengan lemak
jenuh. Asam lemak jenuh tidak memiliki ikatan rangkap di antara atom-
atom karbin (c) di dalam molekulnya, dari sudut ilmu kimia.
2. Lemak Tidak Jenuh Tunggal (mono-unsaturated fat) Lemak jenuh tunggal
adalah lemak yang sebagian asam lemaknya mono-unsaturated, seperti
minyak olive dan canola. Minyak-minyak tersebut berbentuk cair pada
temperatur kamar. Asam lemak tidak jenuh tunggal terdapat satu ikatan
rangkap, dari sudut ilmu kimia.
3. Lemak Tidak Jenuh Majemuk (poly-unsaturated fat) Lemak tidak jenuh
majemuk yang dominan adalah asam lemak poly-unsaturated. Minyak
yang kaya akan asam lemak poly-unsaturated adalah minyak bunga
matahari, minyak jagung, dan minyak kedelai. Asam lemak tidak jenuh
majemuk terdapat dua ikatan rangkap atau lebih, dari sudut ilmu kimia.
viii
Rate) nya tinggi dan pneumonia merupakan infeksi yang mempunyai andil
besar dalam morbiditas maupun mortalitas di negara berkembang.
2.4.2 Diare
Diare atau penyakit diare (diarrheal disease) berasal dari kata
diarroia(bahasa Yunani) yang berarti mengalir terus (to flow through),
merupakan keadaan abnormal pengeluaran tinja yang terlalu sering. Halini
disebabkan adanya perubahan-perubahan dalam transport air dan
elektrolit dalam usus, terutama pada keadaan keadaan dengan gangguan
intestinal pada fungsi digesti, absorpi dan sekresi. Diare sering
didefinisikan sebagai berak lembek cair sampai cair sebanyak 3 kali
viii
perhari.UKK Gasto-hepatologi IDAI (2009) mendefinisikan diare sebagai
peningkatan frekuensi buang air besar dan berubahnya konsistensi
menjadi lebih lunak atau bahkan cair (Ratna, 2014).
1. Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari
(umumnya kurang dari tujuh hari),
2. Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya
3. Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari
secara terus menerus
4. Diare dengan masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut dan
persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan
gizi atau penyakit lainnya.
Menurut para ahli ada beberapa definisi tentang Air Susu Ibu (ASI).
Air Susu Ibu (ASI) adalah sumber nutrisi terpenting yang dibutuhkan oleh
setiap bayi idealnya diberikan secara eksklusif selama 6 bulan dan
dilanjutkan makanan pendamping sampai usia 2 tahun (IDAI, 2010).
Menurut Mustofa & Prabandari (2010), ASI adalah emulsi lemak dalam
larutan protein, laktosa dan garamgaram anorganik yang disekresi oleh
kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya.
viii
Dilengkapi oleh Mustofa & Prabandari (2010) ASI eksklusif atau lebih
tepatnya pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI
saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air
teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya,
bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim.
1. Bagi Ibu
a. Menyusui berarti memelihara hubungan emosional ibu dan bayi. Ketika
seorang ibu memeluk bayinya sambil bermain atau mendekapnya dalam
kenyamanan, maka tingkat oksitosin keduanya akan meningkat dan itu
akan memicu sistem penghargaan pada bagian otaknya. Kondisi ini akan
melahirkan dorongan bagi ibu untuk semakin banyak mencurahkan
perhatian dan kasih sayang kepada anak dan meningkatkan keterikatan
antara bayi dan ibunya.
b. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan. Apabila bayi disusui setelah
dilahirkan maka kemungkinan terjadinya perdarahan setelah melahirkan
(post partum) akan berkurang. Ini terjadi karena ibu menyusui terjadi
peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk kontriksi (penutupan
pembuluh darah) sehingga peredaran darah akan lebih cepat berhenti.
Hal ini akan menurunkan angka kematian ibu yang melahirkan (Roesli,
2005 dalam Raharjo, 2015).
2. Bagi Bayi
a. Sebagai nutrisi makanan terlengkap untuk bayi, karena mengandung zat
gizi yang seimbang dan cukup serta diperlukan untuk 6 bulan pertama.
b. ASI terutama kolostrum mengandung immunoglobulin yaitu secretory IgA
(SIgA), yang berguna untuk pertahanan 15 tubuh bayi. Melindungi
viii
terhadap penyakit diantaranya diare, gangguan pernapasan dan alergi
karena tidak mengandung zat yang dapat menimbulkan alergi.
c. Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi yang diberi ASI ekslusif
akan lebih cepat bisa berjalan.
d. Meningkatkan jalinan kasih sayang.
e. Selalu siap tersedia, dan dalam suhu yang sesuai serta mudah dicerna
dan zat gizi mudah diserap.
f. Mengandung cairan yang cukup untuk kebutuhan bayi dalam 6 bulan
pertama, 87% ASI adalah air.
g. Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak
sehingga bayi ASI ekslusif potensial lebih pandai.
h. Menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional,
kematangan spiritual dan hubungan sosial yang baik.
2.5.2 MPASI
viii
bayi < 6 bulan. Pemberian MP-ASI dini sama saja dengan membuka
gerbang masuknya berbagai jenis kuman penyakit. Hasil riset
menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan MP-ASI sebelum
berumur 6 bulan lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk pilek,
dan panas dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif
(Williams, L & Wilkins,2006). Pemberian makanan padat pertama ini
harus memperhatikan kesiapan bayi, antara lain keterampilan motorik,
keterampilan mengecap dan mengunyah serta penerimaan terhadap
rasa dan bau. Untuk itu, pemberian makanan pada pertama perlu
dilakukan secara bertahap. Misalnya, untuk melatih indera
pengecapnya, berikan bubur susu satu rasa dahulu, baru kemudian
dicoba dengan multirasa (Depkes, 2000), (Bowman, BA, et al,2001).
viii
Menurut Dachroni (2007) garam beryodium adalah garam yang
mengandung atau yang dicampuri yodium.Garam beryodium berasal dari
garam biasa yang dicampur dengan zat yodium.Istilahnya difortifikasi atau
diyodisasi.Garam beryodium yang dianjurkan untuk digunakan manusia
adalah yang memenuhi Standar Nasional Indonesia, yaitu kandungan
yodiumnya lebih dari 30 ppm.
viii
TABEL 2.2 KLASIFIKASI STATUS GIZI YODIUM
Median EIU (µg/L) Asupan Status Gizi Iodium
pada populasi Iodium
< 20 Kurang Kurang iodium berat
20 – 49 Kurang Kurang iodium sedang
50 – 99 Kurang Kurang iodium ringan
100 – 199 Cukup Optimum
200 – 299 Lebih Resiko IIH dalam 5 – 10
tahun program pada
kelompok umur tertentu
>299 Sangat Beresiko terhadap
kelebihan kesehatan, lebih luas IIH,
auto imun, penyakit tiroid,
dll
Catatan : Iodine induced hyperthyroidism (IIH) adalah kelainan yang
disebabkan kelebihan asupan iodium
Sumber : Balai Litbang GAKY Magelanang Kementrian Kesehatan.
viii
Kondisi asupan Iodium pada Ibu Hamil Berdasarkan nilai Median EIU
(µg/L)
Median EIU (µg/L) pada Ibu Hamil Asupan Iodium
< 150 Kurang
150 – 249 Cukup
250 – 499 Lebih
>499 Sangat kelebihan
Sumber : Balai Litbang GAKY Magelanang Kementrian Kesehatan.
( Sumber : 2015, Pusat Data dan Informasi kementrian kesehatan)
viii
dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan, baik sel
tubuh maupun sel otak. Selain itu anemia gizi besi akan menurunkan daya
tahan tubuh dan mengakibatkan tubuh mudah terkena infeksi.Batas
normal dari kadar Hb dalam darah dapat dilihat pada tabel berikut :
viii
Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia. Wanita
usia subur sering mengalami anemia,karena kehilangan darah sewaktu
menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi sewaktu hamil (Masrizal,
2007).
2.7.3 Tanda dan Gejala Anemia
Merasa gatal-gatal
Perubahan pada indera perasa
Rambut rontok
Telinga berdenging
Sariawan di pinggir mulut.
viii
Anemia dalam kehamilan yang sering dijumpai ialah anemia
akibat kekurangan besi.Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang
masuknya unsur besi dalam makanan, karena gangguan reabsopsi,
gangguan pecernaan, atau karena terlampau banyaknya besi yang keluar
dari badan, misal pada perdarahan.
2. Anemia megaloblastik
Anemia dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi
asam folik, jarang sekali karena defisiensi B12.Hal itu erat kaitanya
dengan defisiensi makanan.
3. Anemia hipoplastik
Anemia pada wanita hamil dikarenakan sumsum tulang
kurang mampu membuat sel – sel darah baru.
4. Anemia hemolitik
Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah
berlangsung lebih cepat dari pada pembuatannya.
viii
prematurus, partus lama karena inersia uteri, perdarahan post
partum karena atonia uteri, syok, infeksi intrapartum, infeksi
postpartum, sedangkan anemia yang sangat berat dengan Hb
kurang dari 4 g/100 ml dapat menyebabkan dekompensasi kordis.
viii
memperoleh pelayanan antenatal dari tenaga kesehatan
profesional selama masa kehamilan, Persentase persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih meningkat dari 66,7% pada
tahun 2002 menjadi 77,34% pada tahun 2009, dan angka tersebut
terus meningkat menjadi 82,3% pada tahun 2010 (Riskesdas,
2010).
viii
anemia akibat kekurangan zat besi (Nanang, 2014 dalam Husnia
2015).Oleh karena itu sebagai bidan untuk mencegah Anemia Gizi
pada ibu hamil dilakukan suplementasi dengan dosis pemberian
sehari sebanyak 1 (satu)tablet (60 mg Elemental Iron dan 0,25 mg
Asam Folat) berturut-turut minimal 90 hari selama masa kehamilan
(profil dinas kesehatan Mojokerto 2013 dalam Husnia 2015). Cara
mengkomsumsi tablet Fe yang baik ialah saat atau segera setelah
makan. (Wylie, Linda dan Helen Bryce,2010 dalam Husnia 2015).
viii
yang asupan makanannya kurang, maka daya tahan tubuh akan
melemah dan akan mudah terserang penyakit.
Ibu dengan KEK adalah ibu dengan salah satu tanda atau
beberapa tanda dan gejala berikut (Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal Edisi 2, 2012) :
viii
1. Lingkar lengan atas sebelah kiri < 23,5 cm
2. Berat badan ibu sebelum hamil < 42 kg
3. Tinggi badan ibu < 145 cm
4. Berat badan ibu pada kehamilan trimester III < 45 kg
5. Indeks masa tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,00
6. Ibu menderita anemia (HB < 11 gr%)
7. Kurang cekatan dalam bekerja
8. Sering terlihat lemah, letih, lesu dan lunglai
9. Jika hamil cenderung akan melahirkan anak secara
prematur atau jika lahir secara normal bayi yang dilahirkan
biasanya berat badan lahirnya rendah atau < 2.500 gram.
viii
1. Dampak pada Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan
komplikasi pada ibu hamil, antara lain : anemia, perdarahan, berat
badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit
infeksi. Sehingga akan meningkatkan angka kematian ibu.
2. Dampak pada Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat
mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan premature
atau sebelum waktunya, perdarahan post partum, serta persalinan
dengan tindakan operasi Caesar cenderung meningkat
3. Dampak pada Janin
Kurang gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses
pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus,
bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan dan lahir dengan
BBLR.
viii
Kriteria kader posyandu menurut Kemenkes RI (2011) ada
tiga, yaitu pertama, kader yang dipilih diutamakan berasal dari
anggota masyarakat setempat sehingga kader lebih mengetahui
karakteristik dan memahami kebiasaan masyarakat.Selain itu kader
lebih mudah dalam memantau situasi dan kondisi bayi dan balita
yang ada di wilayah kerja Posyandu dengan melakukan kunjungan
rumah bagi bayi dan balita yang tidak datang pada hari buka
Posyandu maupun memantau status pertumbuhan bayi dan balita
yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk.
viii
ibu yang memiliki balita. Kader diharapkan berperan aktif dan
mampu menjadi pendorong, motivator dan penyuluh masyarakat.
(Dwi Nastiti Iswarawanti, 2010)
viii
pengetahuannya kurang baik terutama dalam hal melakukan
penilaian terhadap pertumbuhan yang dapat menimbulkan
kesalahan dalam menginterpretasikan status gizi bayi dan balita
tersebut. ada kecenderungan bahwa kader yang pengetahuannya
baik lebih terampil daripada kader yang pengetahuannya kurang
dalam melaksanakan pemantauan pertumbuhan bayi dan balita di
Posyandu. (Sutiani, Lubis dan Siagian,2014).
viii
BAB III
Gambar 4.1
IBU HAMIL
ASUPAN FE BERISIKO
ANEMIA
viii
PENGETAHUAN GIZI TINGKAT KINERJA KADER
KADER POSYANDU KETERAMPILAN KADER POSYANDU
Gambar 4.3
1. Status Gizi
a) Gizi Kurang
Definisi : Kategori status gizi berdasarkan indeks Berat Badan
menurut Umur (BB/U) dengan Z-score kurang dari -
2 Standar Deviasi (SD)
Hasil ukur :
b) Gizi Buruk
viii
Definisi : Kategori status gizi berdasarkan indeks Berat Badan
menurut Umur (BB/U) dengan Z-score kurang dari -
3 Standar Deviasi (SD)
Hasil ukur :
c) Stunting
Definisi : Kategori status gizi berdasarkan indeks Panjang
Badan atau Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau
TB/U) dengan Z-score kurang dari -2 Standar
Deviasi (SD)
Cara ukur : Pengukuran antropometri secara langsung
Alat ukur : Microtoise dan Infantometer
Hasil ukur :
viii
d) Kegemukan
Hasil ukur :
viii
1. Kurang, apabila asupan zat gizi makro < 80%
dari AKG 2013
2. Baik, apabila asupan zat gizi makro ≥ 80% dari
AKG 2013
viii
d) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Definisi : Proses menyusu dimulai segera setelah lahir. IMD
dilakukan dengan cara kontak kulit ke kulit antara
bayi dengan ibunya segera setelah lahir dan
berlangsung minimal satu jam
Cara ukur : Wawancara
Alat Ukur : Kuesioner
Hasil ukur :
1. IMD
2. Tidak melakukan IMD
Skala ukur : Ordinal
viii
Alat Ukur : Kuisioner
Hasil Ukur :
1. Jika pernah menderita ISPA
2. Jika tidak pernah menderita ISPA
Skala : Nominal
b) Diare
Definisi : Peningkatan frekuensi buang air besar > 3 kali dan
berubahnya konsistensi menjadi lebih lunak bahkan
cair dalam 2 minggu terakhir.
Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : Kuisioner
Hasil Ukur :
1. Jika pernah menderita diare
2. Jika tidak pernah menderita diare
SkalaUkur : Nominal
a) Merokok
Hasil ukur :
viii
2. Tidak jika tidak ada anggota keluarga yang
merokok
b) Jamban
Hasil Ukur :
Hasil ukur :
viii
a) Risiko Anemia
Hasil ukur :
Skala : Ordinal
b) KEK
Definisi : Keadaan kurang energi dalam jangka waktu lama
pada ibu hamil yang dinilai berdasarkan lingkar
lengan kiri bagian atas.
Cara ukur : Pengukuran LILA
Alat ukur : Pita LILA ketelitian 0,1 cm
Hasil Ukur :
1. KEK, apabila LILA<23,5 cm
2. Tidak KEK, apabila LILA ≥ 23,5 cm
Skala : Ordinal
viii
Posyandu sesuai kuisioner yang dinyatakan dalam
bentuk skor.
Cara ukur : Angket
Alat ukur : Kuisioner
Hasil ukur :
1. Pengetahuan kurang, jika skor jawaban <55%
2. Pengetahuan baik, jika skor jawaban ≥ 76%-
100%
b) Keterampilan Kader
Definisi : Tingkat keterampilan kader dalam menimbang,
mengisi KMS, menginterpretasikan isi KMS dan
penyuluhan yang dilakukan langsung oleh
posyandu.
Cara ukur : Observasi /simulasi
Alat ukur : Daftar tilik
Hasil ukur : Skor keterampilan dikategorikan menjadi :
1. Tidak terampil apabila skor <55
viii
BAB IV
4.3 Keterbatasan
Keterbatasan dalam pengumpulan data ini yaitu kesulitan
responden dalam memahami maksud dari pertanyaan pada kuesioner,
jarak akses ke rumah responden yang cukup jauh karena wilayahnya
pun yang cukup luas serta ketersediaan alat yang masih belum
mencukupi.
4.4.1 Populasi
viii
GAMBAR 5.1 Contoh Penentuan Sampel Obat Nyamuk
viii
C. Sampel Keluarga Balita
1. Sesuai target dan sasaran, setiap mahasiswa mendapat tugas
mengumpulkan data minimal 5 (lima) keluarga balita, dengan kriteria
usia balita 12 – 50 bulan
2. Jika dalam keluarga terdapat lebih dari 1 balita (misalnya usia 13
bulan dan 45 bulan), maka diambil 1 balita dengan usia termuda
3. Penentuan sampel pertama dimulai dari keluarga balita di titik terpadat
penduduk tiap-tiap cluster (misalnya balai desa, pasar atau masjid),
kemudian bergerak ke kanan searah putaran obat nyamuk untuk
menentukan sampel nomor urut 2 dan seterusnya
4. Setelah seluruh sasaran terpetakan dalam maping cluster, lengkap
dengan nomor urut dan daftar nama keluarga balita, hasil maping
cluster dkonsulkan ke dosen pembimbing untuk mendapat persetujuan
5. Setelah maping cluster disetujui dosen pembmbing, pengumpulan
data dapat mulai dilakukan.
viii
dapat mulai dari mana saja yang paling dekat dengan posisi enumerator
(pengumpul data)/ mahasiswa.
1. Jika dalam keluarga terdapat lebih dari 1 bumil, maka keduanya dapat
diambil sebagai sampel
2. Penentuan sampel bumil pertama mengikuti pola penentuan sampel
keluarga balita, tapi tidak diijinkan dari keluarga yang sama
3. Setelah seluruh sasaran terpetakan dalam maping cluster, lengkap
dengan nomor urut dan daftar nama bumil, hasil maping cluster
dkonsulkan ke dosen pembimbing untuk mendapat persetujuan
4. Setelah maping cluster disetujui dosen pembmbing, pengumpulan data
dapat mulai dilakukan
5. Jika dalam cluster terpilih jumlah bumil tidak mencukupi, wajib dicari dari
RW lain sampai didapat seluruh target
6. Jika ternyata di seluruh RW / desa tdak mencukupi sampel minimal bumil,
maka harus ada pernyataan tertulis dan ditandatangani oleh Bidan
desa dalam logbook mahasiswa bersangkutan.
viii
Maping balita dan ibu hamil kemudian disatukan dalam grafis yang
sama sebagai berikut, dengan catatan bumil dapat diperoleh dalam cluster
yang sama :
i. Besar Sampel
1. Balita dengan usia 12 – 50 bulan dengan jumlah 5 balita
setiap mahasiswa
2. Ibu balita 5 orang setiap mahasiswa
viii
3. Ibu hamil dengan usia kehamilan maksimal 5 bulan dengan
jumlah 2 orang setiap mahasiswa
4. Kader posyandu diambil dari data D/S terendah
viii
b. Data Sekunder
Data sekuunder didapatkan dari sumber yang telah
ada melalui laporan pencatatan dari posyandu (D/S dan
identitas balita) dan bidan desa (identitas ibu hamil).
viii
Data ini diperoleh dari pengisian kuisioner dengan
metode wawancara.
7. Data karakteristik umum keluarga balita meliputi
pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.
Data ini diperoleh dari pengisian kuisioner dengan
metode wawancara.
8. Data penggunaan garam beriodium dalam rumah tangga
Data ini diperoleh dari hasil pengujian kadar iodium
menggunakan iodin tes terhadap sampel garam yang
digunakan sehari – hari.
9. Data sarana air bersih dan ketersediaan jamban
Data ini diperoleh dari observasi sumber air dan
ketersediaan jamban yang digunakan keluarga.
viii
15. Data Keterampilan kader posyandu
Diperoleh dengan cara simulasi/observasi kegiatan kader
di posyandu.
b. Data Sekunder
Data sekunder meliputi gambaran umum lokasi penelitian,
sarana kesehatan yang tersedia, jumlah dan jenis tenaga
kesehatan, jumlah dan jenis fasilitas kesehatan diperoleh dari
arsip yang ada dipemerintahan atau desa setempat.
viii
2. Data Asupan Makanan Balita
Data yang diambil yaitu data asupan zat gizi makro (energi,
protein, lemak, dan karbohidrat) yang diperoleh dari hasil recall 1 x
24 jam kemudian diolah menggunakan nutrisurvey, dibandingkan
dengan standar kebutuhan responden serta di kategorikan baik
atau kurang.
3. Data Riwayat ASI Eksklusif
Data ini diperoleh dari pengisian kuesioner dengan metode
wawancara kemudian disimpulkan ASI eksklusif (iya) atau non ASI
eksklusif (tidak).
4. Data Perilaku Ibu terhadap IMD
Data ini diperoleh dari pengisian kuesioner dengan metode
wawancara pada ibu balita kemudian dikategorikan iya atau tidak.
5. Data Riwayat ISPA
Data ini diperoleh dari pengisian kuesioner dengan metode
wawancara pada ibu balita kemudian dikategorikan iya atau tidak.
6. Data Riwayat Diare
Data ini diperoleh dari pengisian kuesioner dengan metode
wawancara pada ibu balita kemudian dikategorikan iya atau tidak.
7. Data Tingkat Pendidikan dan Pendapatan Keluarga
Data ini diperoleh dari pengisian kuesioner, untuk
pendidikan dikategorikan berdasarkan jenjang pendidikan formal
terakhir kemudian untuk pendapatan dikategorikan berdasarkan
tingkat pendapatan keluarga.
8. Data Konsumsi Garam Beriodium dalam Rumah Tangga
Data diperoleh dari hasil pengujian kadar iodium
menggunakan iodin test terhadap sample garam yang digunakan
sehari-hari kemudian dikategorikan beriodium jika berwarna ungu
atau tidak jika berwarna ungu.
viii
9. Data Sarana Air Bersih dan Jamban Keluarga
Data ini diperoleh dari pengisian kuesioner dengan metode
wawancara dan observasi langsung kemudian dikategorikan baik
atau buruk.
10. Data Riwayat Merokok dalam Keluarga
Data ini diperoleh dari pengisian kuesioner dengan metode
wawancara kemudian dikategorikan ada atau tidak.
11. Data Asupan energi,protein,dan Fe Ibu Hamil
Diperoleh dari hasil SFFQ dan penggunaan TTD dengan
cara wawancara kemudian di entry pada nutri survey dan
dibandingkan dengan AKG lalu dikategorikan kurang atau baik.
12. Data KEK Ibu Hamil
Diperoleh dari hasil pengukuran antropometri yaitu dengan
pengukuran LILA kemudian dikategorikan KEK atau tidak KEK.
13. Data Karakteristik Kader Posyandu
Data ini diperoleh dari pengisian kuesioner dengan metode
wawancara kemudian dikategorikan.
14. Data Pengetahuan Kader Posyandu
Diperoleh dari data observasi pada kader melalui pengisian
angket kemudian dihitung dari jumlah pertanyaan yang dapat
dijawab lalu dihitung skor dan dikategorikan kurang atau baik.
15. Data Keterampilan Kader Posyandu
Diperoleh dengan cara simulasi yang dilakukan oleh kader
kemudian skor dihitung sesuai penilaian pada kuesioner simulasi
lalu dikategorikan terampil atau tidak terampil.
viii
4.4.2 Analisa Data dan Analisa Masalah
Analisa univariat yaitu analisa yang bertujuan
menggambarkan variabel independen dan variabel dependen.
Data identifikasi sampel seperti status gizi balita, asupan zat gizi
makro, ASI eksklusif, IMD, riwayat penyakit, infeksi, pendidikan
dan pengetahuan ibu balita, riwayat merokok dalam keluarga,
penggunaan garam beryodium, sarana air bersih dan jamban
keluarga, asupan zat besi pada ibu hamil, risiko KEK serta
keterampilan dan pengetahuan kader akan diolah dan dihitung
dari setiap kategori dan disajikan kedalam tabel distribusi
frekuensi lalu dianalisa secara deskriptif.
viii
BAB V
viii
36.387ha tanah darat. Menurut data kependudukan tahun 2014, jumlah
penduduk Desa Talagasari sebanyak 13.349 orang dengan jumlah penduduk
laki-laki 6.400 orang dan jumlah penduduk perempuan 6.949 orang dan
jumlah KK 4.540. Jumlah kedusunan RW dan RT Desa Talagasari yaitu 3
kedusunan, 17 RW, dan 75 RT.
1. Sasaran Balita
a. Jenis Kelamin
Data jenis kelamin balita didapatkan dari hasil wawancara
terhadap ibu balita. Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin
balita di Desa Talasari tahun 2018 dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
TABEL 5.1
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN JENIS KELAMIN
BALITA DI DESA TALAGASARI KECAMATAN KADUNGORA
KABUPATEN GARUT TAHUN 2018
Jenis kelamin N %
Laki-laki 29 64,4
Perempuan 16 35,6
Total 45 100
viii
TABEL 5.1 menunjukkan bahwa dari 45 balita di Desa Talagasari
Kecamatan Kadungora terdapat balita dengan jenis kelamin laki-laki
sebanyak 29 balita (64,4%) dan balita dengan jenis kelamin perempuan
sebanyak 16 balita (35,6%).
TABEL 5.2
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS GIZI BALITA USIA 12-50 BULAN
BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI DESA
TALAGASARI KECAMATAN KADUNGORA KABUPATEN GARUT TAHUN
2018
Status gizi N %
GiziBuruk 1 2,2
GiziKurang 9 20,0
GiziBaik 35 77,8
TOTAL 45 100,0
viii
TABEL 5.2 menunjukkan bahwa dari 45 balita terdapat balita dengan status
gizi buruk sebanyak 1 balita (2,2%), balita dengan status gizi kurang
sebanyak 9 balita (20%), balita dengan status gizi baik sebanyak 35 balita
(77,8%). Masih adanya balita yang memiliki status gizi buruk yang bias
disebabkan karena asupan yang kurang dalam jangka waktu lama dan
adanya penyakit infeksi.
TABEL 5.3
DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS GIZI BALITA USIA 12-50
BULANBERDASARKAN BERAT TINGGI BADAN MENURUT UMUR
(TB/U) DI DESA TALAGASARI KECAMATAN KADUNGORA KABUPATEN
GARUT TAHUN 2018
Status gizi N %
Sangat Pendek 4 8,9
Pendek 17 37,8
Normal 24 53,3
TOTAL 45 100,0
viii
TABEL 5.4 DISTRIBUSI FREKUENSI STATUS GIZI BALITA USIA 12-50
BULAN BERDASARKAN INDEKS MASA TUBUH MENURUT UMUR
(IMT/U)DI DESA TALAGASARI KECAMATAN KADUNGORA KABUPATEN
GARUT TAHUN 2018
Status gizi N %
Kurus 1 2,2
Normal 44 97,8
TOTAL 45 100,0
TABEL 5.4 menunjukkan bahwa dari 45 balita terdapat balita dengan status
gizi kurus sebanyak 1 balita (2,2%), dan balita dengan status gizi normal
sebanyak 44 balita (97,8%). Status gizi ini merupakan suatu ukuran yang
menunjukkan keberhasilan dalam pemenuhan gizi untuk balitamaka yang
sangat berpengaruh terhadap hal ini adalah asupan.
viii
TABEL 5.5
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BALITA BERDASARKAN
ASUPAN ENERGI DI DESA TALAGASARI KECAMATAN
KADUNGORA KABUPATEN GARUT TAHUN 2018
AsupanEnergi N %
Kurang 23 51,9
Cukup 14 31,1
Lebih 8 17,8
Total 45 100,0
TABEL 5.5 menunjukkan bahwa dari 45 balita terdapat balita dengan asupan
energi kurang sebanyak 23 balita (51,1%), lalu balita dengan asupan energi
cukup sebanyak 14 balita (31,1%) dan balita dengan asupan energi lebih
sebanyak 8 balita (17,8%). Persentase balita yang kurang asupan energinya
bias disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu dalam pemberian
makanan, adanya gangguan makan pada balita atau kebiasaan
mengkonsumsi makanan jajanan dari pada makanan utama.
TABEL 5.6
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BALITA BERDASARKAN
ASUPAN PROTEIN DI DESA TALAGASARI KECAMATAN
KADUNGORA KABUPATEN GARUT TAHUN 2018
Asupan Protein N %
Kurang 12 26,7
Cukup 10 22,2
Lebih 23 51,1
viii
Total 45 100,0
d. ASI Eksklusif
TABEL 5.7
ASI EKSKLUSIF N %
viii
TOTAL 45 100
TABEL 5.7 menunjukkan bahwa dari 45balita yang berusia 12-24 bulan
terdapat balita dengan perilaku ASI Ekslusif sebanyak 19 balita (42,2%)
dan balita dengan perilaku ASI Non Ekslusif sebanyak 26 balita (57,8%).
Masih banyaknya balita yang tidak mendapatkan ASI Ekslusif dapat
disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu, adanya anggapan
bahwa bayi sudah lapar sehingga diberikan makanan tambahan dan
akibat kondisi ibu yang tidak memungkinkan untuk melakukan proses
laktasi.
TABEL 5.8
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN KEBERHASILAN
INISIASI MENYUSUI DINI PADA BALITA USIA 12-24 BULAN DI DESA
TALAGASARI KECAMATAN KADUNGORA KABUPATEN GARUT
TAHUN 2018
Perilaku IMD n %
IMD 28 62,2
Tidak Melakukan IMD 17 37,8
Total 45 100,0
viii
TABEL 5.8 menunjukkan bahwa dari 45 balita, terdapat balita
dengan IMD sebanyak 28 balita (62,2%) dan balita dengan tidak
melakukan IMD sebanyak 17 balita (37,8%). Persentasi balita yang tidak
mendapatkan perilaku inisiasi menyusui dini dapat disebabkan karena
kurangnya pengetahuan tenaga medis yang menangani persalinan atau
tidak memungkinkan dilakukan IMD.
TABEL 5.9
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BALITA BERDASARKAN
RIWAYAT PENYAKIT ISPA DI DESA TALAGASARI KECAMATAN
KADUNGORA KABUPATEN GARUT TAHUN 2018
ISPA n %
Ya 10 22,2
Tidak 35 77,8
Total 45 100,0
viii
TABEL 5.9 menunjukkan bahwa dari 45 balita terdapat balita
dengan riwayat penyakit ISPA sebanyak 10 balita (22,2%) dan balita
dengan tidak ada riwayat penyakit ISPA sebanyak 35 balita (77,8%).
Masih adanya balita yang terkena ISPA dapat disebabkan karena faktor
lingkungan yang memudahkan balita mudah terpapar penyakit ini.
g. Diare
TABEL 5.10
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BALITA BERDASARKAN
RIWAYAT DIARE DI DESA TALAGASARI KECAMATAN
KADUNGORA KABUPATEN GARUT TAHUN 2018
Diare N %
Ya 5 11,1
Tidak 40 88,9
Total 45 100,0
viii
2. Karakteristik Keluarga Balita
a. Pendidikan Kepala Keluarga
TABEL 5.11
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BALITA BERDASARKAN
PENDIDIKAN KEPALA KELUARGA DI DESA TALAGASARI
KECAMATAN KADUNGORA KABUPATEN GARUT TAHUN 2018
Pendidikan Kepala N %
Keluarga
Tidak Tamat SD 2 4,4
Tamat SD 17 37,8
Tamat SMP/MTS 14 31,1
Tamat SMA/SMK/MA 12 26,7
viii
Total 45 100,0
b. Pendidikan Ibu
TABEL 5.12
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BALITA BERDASARKAN
PENDIDIKAN IBU DI DESA TALAGASARI KECAMATAN
KADUNGORA KABUPATEN GARUT TAHUN 2018
Tamat SD 17 37,8
Total 45 100,0
viii
TABEL 5.12 menunjukkan bahwa dari 45 ibu balita dengan riwayat
pendidikan tidak tamat SD sebanyak 1 orang (2,2%), ibu balita dengan
riwayat pendidikan tamat SD sebanyak 17 orang (37,8%), ibu balita dengan
riwayat pendidikan tamat SMP sebanyak 15 orang (33,3%), ibu balita dengan
riwayat pendidikan tamat SMA sebayak 11 orang (24,4%), ibu balita dengan
riwayat pendidikan tamat D4/S1-S3 sebanyak 1 orang (2,2%). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa riwayat tingkat pendidikan ibu balita di Desa
Talagasari Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut rata-rata Tamat SD.
TABEL 5.13
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BALITA BERDASARKAN
PEKERJAAN KEPALA KELUARGA DI DESA TALAGASARI KECAMATAN
KADUNGORA KABUPATEN GARUT TAHUN 2018
Pekerjaan Kepala N %
Keluarga
Pegawai Swasta 3 6,7
Wiraswasta/Pedagang 18 40,0
Buruh 18 40,0
Tidak Bekerja 2 4,4
Lain-lain 4 8,9
viii
Total 45 100,0
d. Pekerjaan Ibu
Data tingkat pekerjaan ibu didapatkan dari hasil wawancara pada
keluarga balita. Distribusi sampel berdasarkan pekerjaan keluarga balita di
Desa Talagasari Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut tahun 2018 dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
TABEL 5.14
Pekerjaan Ibu N %
Pegawai Swasta 1 2,2
Wiraswasta/Pedagang 4 8,9
Buruh 1 2,2
Tidak Bekerja 39 86,7
Total 45 100,0
viii
TABEL 5.14 menunjukkan bahwa dari 45 ibu balita terdapat 1 orang (2,2%)
ibu balita dengan pekerjaan sebagai pegawai swasta, 4 orang (8,9%) ibu
balita dengan pekerjaan sebagai wiraswasta/pedagang, 1 orang (2,2%) ibu
balita dengan pekerjaan sebagai buruh, 39 orang (86,7%) ibu balita tidak
bekerja/ ibu rumah tangga.
e. Pendapatan Keluarga
TABEL 5.15
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BALITA BERDASARKAN
PENDAPATAN KEPALA KELUARGA DI DESA TALAGASARI
KECAMATAN KADUNGORA KABUPATEN GARUT TAHUN 2018
Pendapatan Keluarga N %
<Rp 1.000.000 12 26,7
Rp 1.000.000-2.000.000 20 44,4
Rp 2000.000-3.000.000 9 20,0
Rp 3.000.000-4.000.000 4 8,9
viii
Total 45 100,0
TABEL 5.16
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN PENGGUNAAN AIR
BERSIH TIDAK BERWARNA, TIDAK BERASA, DAN TIDAK BERBAU DI
DESA TALAGASARI KECAMATAN KADUNGORA KABUPATEN GARUT
TAHUN 2018
viii
TABEL 5.16 menunjukkan bahwa dari 45 sampel keluarga balita, terdapat
41 keluarga balita (91,1%) menggunakan air bersih dan 4 keluarga balita
(8,9%) tidak menggunakan air bersih.
TABEL 5.17
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN STATUS
KEPEMILIKAN JAMBAN DI DESA TALAGASARI KECAMATAN
KADUNGORA KABUPATEN GARUT TAHUN 2018
Kepemilikan
N %
Jamban
Milik sendiri 37 82,2
Milik bersama 8 17,8
Total 45 100,0
viii
Data pembuangan limbah jamban didapatkan dari hasil wawancara
dan terhadap ibu balita di Desa Talagasari Kecamatan Kadungora Kabupaten
Garut. Distribusi sampel berdasarkan tempat pembuangan limbahdi Desa
TalagasariKecamatan Kadungora Kabupaten Garut tahun 2018 dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
TABEL 5.18
viii
TABEL 5.19
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN RIWAYAT
MEROKOK PADA KELUARGA BALITA DI DESA TALAGASARI
KECAMATAN KADUNGORA KABUPATEN GARUT TAHUN 2018
Riwayat Merokok N %
Ya 41 91,1
Tidak 4 8,9
Total 45 100,0
viii
Kadungora Kabupaten Garut tahun 2018 dapat dilihat pada tabel dibawah ini
:
viii
TABEL 5.20
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN PENGGUNAAN
GARAM BERYODIUM PADA KELUARGA BALITA
DI DESA TALAGASARI KECAMATAN KADUNGORA KABUPATEN
GARUT TAHUN 2018
Garam N %
Beryodium 44 97,8
Tidak Beryodium 1 2,2
Total 45 100,0
k. Memiliki Jamban
Data didapatkan dari hasil wawancara dan observasi terhadap ibu
balita di Desa Talagasari Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut yang
hasilnya dikategorikan menjadi ya dan milik tidak. Distribusi sampel
berdasarkan rumah tangga yang memiliki jamban di Desa Talagasari
Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut tahun 2018 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
viii
TABEL 5.21
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN KELUARGA
BALITA YANG MEMILIKI JAMBAN DI DESA TALAGASARI
KECAMATAN KADUNGORA KABUPATEN GARUT TAHUN 2018
Memiliki Jamban N %
Ya 37 82,2
Tidak 8 17,8
Total 45 100,0
viii
TABEL 5.22
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN SUMBER AIR
YANG DIGUNAKAN KELUARGA BALITA DI DESA TALAGASARI
KECAMATAN KADUNGORA KABUPATEN GARUT TAHUN 2018
Sumber air N %
sumur gali/sumur
45 100
pompa/sumur bor
mata air 0 0
PDAM 0 0
sungai 0 0
waduk 0 0
penampungan air
0 0
hujan
Total 45 100,0
a. Risiko Anemia
Anemia merupakan kondisi kurangnya sel darah merah (eritrosit)
seseorang. Anemia dapat terjadi karena kurangnya haemoglobin yang
berarti juga minimnya oksigen keseluruh tubuh (Budiyanto, 2002). Risko
anemia dapat dilihat dari asupan makanan sumber zat besi (Fe).
Distribusi sampel berdasarkan risiko anemia terhadap ibu hamil di
Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut tahun 2018 dapat dilihat pada
table dibawah ini :
viii
TABEL 5.23
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN
ASUPAN FE TERHADAP RISIKO ANEMIA PADA IBU HAMIL
DI DESA TALAGASARI KECAMATAN KADUNGORA KABUPATEN
GARUT TAHUN 2018
Asupan Fe N %
Kurang (<80%) 2 11,1
Baik (80%-110%) 2 11,1
Lebih (>110%) 14 77,8
Total 18 100
Tabel 5.23 menunjukan bahwa dari 18 ibu hamil terdapat ibu hamil
dengan asupan Fe kurang sebanyak 2 ibu hamil (11,1%), ibu hamil
dengan asupan Fe baik sebanyak 2 ibu hamil (11,1%), dan ibu hamil
dengan asupan Fe Lebih sebanyak 14 ibu hamil (77,8%). Persentase
asupan Fe kurang pada ibu hamil bias disebabkan karena kurang
beragamnya mengkonsumsi makanan sumber Fe dan pengetahuan ibu
yang kurang mengenai makanan sumber Fe.
viii
terhadap ibu hamil di Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut tahun
2018 dapat dilihat pada table dibawah ini :
TABEL 5.24
DISTRIBUSI FREKUENSI SAMPEL BERDASARKAN
KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK)
DI DESA TALAGASARI KECAMATAN KADUNGORA KABUPATEN
GARUT TAHUN 2018
TABEL 5.24 menunjukan bahwa dari 18 ibu hamil terdapat ibu hamil yang
mengalami kekurangan energi kronik (KEK) sebanyak 5 ibu hamil (27,8%)
dan ibu hamil yang tidak mengalami kekurangan energi kronik (KEK)
sebanyak 13 ibu hamil (72,8%). Persentase kejadian Kekurangan Energi
Kronik (KEK) pada ibu hamil bias disebabkan karena asupan energi yang
kurang sebelum masa kehamilan.
viii
TABEL 5.25
USIA N %
< 40 tahun 2 15,4
≥ 40 tahun 11 84,6
TOTAL 13 100,0
b. Lama Kerja
Lama kerja didapatkan dari hasil wawancara terhadap kader
posyandu.Distribusi sampel berdasarkan lama kerja sebagai kader
posyandu di Desa Talagasari tahun 2018 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
viii
TABEL 5.26
DISTRIBUSI SAMPEL KADER POSYANDU BERDASARKAN LAMA
KERJA DI DESA TALAGASARI KECAMATAN KADUNGORA
KABUPATEN GARUT TAHUN 2018
Lama Kerja N %
2 tahun 10 76,9
4 tahun 3 23,1
Total 13 100
c. Pendidikan Terakhir
Pendidikan terakhir merupakan jenjang pendidikan formal terakhir
yang diselesaikan oleh kader, data didapatkan dari hasil wawancara
terhadap kader. Distribusi frekuensi pendidikan kader di Desa
Talagasari Kabupaten Garut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
TABEL 5.26
DISTRIBUSI SAMPEL BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN KADER
DI DESA TALAGASARI KECAMATAN KADUNGORA KABUPATEN
GARUT TAHUN 2018
PENDIDIKAN N %
TAMAT SD 6 46,2
TAMAT SMP/MTS 1 7,7
TAMAT SMA/SMK/MA 6 46,2
TOTAL 13 100,0
viii
TABEL 5.26 menunjukkan sebagian besar kader posyandu Desa
Talagasari tamatan SD dan SMA/SMK/MA yaitu masing-masing
sebanyak 6 orang (46,2%), dan tamatan SMP/MTS sebanyak 1 orang
(7,7%). Pendidikan yang dimaksud disini adalah pendidikan formal
yang merupakan bagian dari karakteristik kader. Tingkat pendidikan
seorang kader Posyandu merupakan faktor yang penting dalam
mempengaruhi cakupan pelayanan Posyandu. Pendidikan merupakan
modal untuk bisa menjalankan tugas dan peranannya dengan baik
disamping pelatihan yang didapatnya (Kemenkes RI, 2011).
d. Kategori Pengetahuan
Distribusi sampel berdasarkan pengetahuan kader yang didapat
dari angket berupa pertanyaan mengenai pelayanan kesehatan di
Posyandu. Distribusi frekuensi sampel berdasarkan pengetahuan
kader di Desa Talagasari tahun 2018 dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
TABEL 5.27
DISTRIBUSI SAMPEL BERDASARKAN PENGETAHUAN KADER DI DESA
TALAGASARI KECAMATAN KADUNGORA KABUPATEN GARUT TAHUN
2018
Pengetahuan Kader N %
Kurang 1 7,7
Cukup 11 84,6
Baik 1 7,7
Total 13 100
viii
TABEL 5.27 menunjukkan bahwa hasil pengetahuan kader di Desa
Talagasari dengan kategori kurang sebanyak 1 orang (7,7%), cukup
sebanyak 11 orang (84,6%) dan pengetahuan baik sebanyak 1 orang
(7,7%). Pengetahuan ini dapat dipengauhi oleh usia dan pendidikan
terakhir.
e. Keterampilan Kader
TABEL 5.28
DISTRIBUSI SAMPEL BERDASARKAN KETERAMPILAN KADER DI
DESA TALAGASARI KECAMATAN KADUNGORA KABUPATEN GARUT
TAHUN 2018
Keterampilan N %
Cukup Terampil 13 100
viii
ibu rajin ke posyandu. Keterampilan disini dilihat dalam usaha
melancarkan proses pelayanan di posyandu. Keterampilan kader lebih
kepada keterampilan teknis dalam kegiatan posyandu. Keterampilan
teknis yaitu kemampuan untuk menggunakan alat, prosedur, dan teknik
yang berhubungan dengan bidangnya (Notoatmodjo, 2003).
viii
ENERGI
(4-6 TAHUN)
4. ASUPAN
PROTEIN 26 GRAM AKG 2013 27,30 GRAM 1,3 GRAM
(1-3 TAHUN) BUKAN
ASUPAN MASALAH
PROTEIN 35 GRAM AKG 2013 43,94 GRAM 8,94 GRAM
(4-6 TAHUN)
Riskesdas BUKAN
5. DIARE 14% 11,1 % 2,9%
2013, Jabar MASALAH
Riskesdas BUKAN
6. ISPA 36,4% 22,2% 15,8%
2013, Jabar MASALAH
PENGETAHUAN Wahyuni, BUKAN
7. 9,2% 1,82% 7,38%
IBU BALITA 2009 MASALAH
IBU HAMIL
Depkes RI,
8. IBU HAMIL KEK 19,7 % 27,8 % -8,1 % MASALAH
2018
9. ASUPAN Fe
(TRISMESTER 26 GRAM AKG 2013 106 GRAM 80 GRAM
1) BUKAN
ASUPAN Fe MASALAH
(TRISMESTER 35 GRAM AKG 2013 72,99 GRAM 37,33 GRAM
2)
KADER POSYANDU
PENGETAHUAN Arikunto S,
10. 5% 7,7% 2,7% MASALAH
KADER 2013
viii
KETERAMPILAN Ari Kunto S, BUKAN
11. 5% 0% 0%
KADER 2013 MASALAH
Dari tabel diatas, Desa Talagasari mempunyai 5 masalah gizi, yaitu: stunting,
gizi kurang dan sangat kurang, asupan energi, ibu hamil KEK, dan
pengetahuan kader.
IMPORTANCY
NO MASALAH T R JUMLAH
P S RI DU SB PB PC
STUNTING
1. 5 5 5 4 5 5 5 3 5 937.500
PADA BALITA
STATUS GIZI
KURANG DAN
2. SANGAT 5 5 5 4 4 4 5 4 5 800.000
KURANG PADA
BALITA
ASUPAN
3. 4 5 4 3 2 4 1 4 5 38.400
ENERGI
KEK PADA IBU
4. 5 5 4 3 4 3 2 3 4 86.400
HAMIL
PENGETAHUAN
5. 4 3 2 2 4 1 1 2 2 768
KADER
viii
Dari tabel diatas, masalah stunting pada balita merupakan prioritas
masalahdiikuti masalah status gizi buruk pada balita, dan ibu KEK pada ibu
hamil.
viii
5.3.3 Penyebab Masalah
PENG.IBU PENDAPATAN
ASUPAN ENERGI TENTANG GIZI
DAN PROTEIN KELUARGA
STUNTING
PADA
BALITA
PENG.IBU PENDAPATAN
ASUPAN TENTANG GIZI
KURANG
GIZI
KURANG
DAN
SANGAT
KURANG
PADA
BALITA
RIWAYAT TK. BBLR
PENYAKIT
USIA IBU PENDIDIKAN
ASUPAN Fe SOSIAL EKONOMI
INFEKSI
KEK PADA
IBU HAMIL viii
5.3.4 Alternatif Program
TABEL 5.31 MATRIK PENYUSUNAN ALTERNATIF KEGIATAN
Penyebab
Masalah Alternatif
(Statistikbermakna)
Memberikan edukasi
Asupan energi dan protein tentang cara
pembuatan PMT
Memberikan
Pengetahuan ibu tentang
penyuluhan gizi
gizi
seimbang
Memberikan pelatihan
Pendapatan keluarga
kewirausahaan
Stuntingpada balita
Dirujuk untuk diberi
Riwayat penyakit infeksi
pengobatan
Memberikan edukasi
Pemberian ASI eksklusif tentang pemberian ASI
ekslusif
Memberikan
PB lahir penyuluhan tentang
1000 HPK
Memberikan edukasi
Asupan gizi kurang tentang cara
Gizi Kurang dan pembuatan PMT
Sangat Kurang pada Dirujuk untuk diberi
Riwayat penyakit infeksi
balita pengobatan
Pengetahuan ibu tentang Memberikan
gizi kurang penyuluhan gizi
viii
Memberikan pelatihan
Pendapatan kurang
kewirausahaan
Mengadakan program
keterampilan diluar
Tingkat Pendidikan
bangku sekolah dan
penyuluhan gizi
Memberikan
BB lahir penyuluhan tentang
1000 HPK
Memberikan
UsiaIbu
penyuluhan gizi
Cek kesehatan dan
Riwayat Penyakit Infeksi dirujuk untuk
pengobatan
Memberikan
penyuluhan tentang
Asupan Fe
KEK pada ibu hamil bahan makanan
sumber Fe
Memberikan pelatihan
Sosial Ekonomi
kewirausahaan
Penyuluhan tentang zat
gizi dan bahan
Usia Kehamilan
makanan sesuai
Trismester
viii
5.3.5 Prioritas Program
5. Memberikan edukasi 3 4 2 2 12
tentang pemberian ASI
eksklusif
6. Memberikan penyuluhan 4 4 2 2 16
tentang 1000 HPK
viii
Dari tabel di atas, maka kegiatan 2 merupakan prioritas yang dipilih
untuk masalah gizi buruk, yaitu : Memberikan penyuluhan gizi
(21,33)
2. Gizi kurang dan sangat kurang pada balita
Efisie Jumlah
N Efektif
Daftar Alternatif Kegiatan nsi 𝑀×𝐼×𝑉
o.
M I V C 𝐶
1. Memberikan edukasi tentang cara 4 4 4 3 21,33
pembuatan PMT
5. Mengadakan program 3 3 3 3 9
keterampilandiluarbangkusekolahdanpen
yuluhangizi
6. 4 4 2 2 16
Penyuluhan tentang 1000 HPK
Dari tabel di atas, maka kegiatan 1 merupakan prioritas yang dipilih untuk
masalah gizi buruk, yaitu dengan memberikan edukasi tentang cara
pembuatan PMT (21,33)
viii
3. KEK pada ibu hamil
viii
BAB VI
MONITORING DAN EVALUASI
viii
ibu balita Tujuan gkat ibu balita r /flip kantor
yang khusus: yang chart) desa dan
diselengg meningkat menjadi dari
arakan kan sasaran mahasis
pada pengetah - Menyiapkan wa
bulan uan ibu alat dan
Maret tentang tempat
stunting penyuluhan
- Menyiapkan
materi dan
bahan
penyuluhan
- Menyiapkan
konsumsi
bagi
peserta
Pelaksanaan :
- Pembukaan
- Sambutan-
sambutan
- Pemaparan
materi
- Ice
breaking
- Tanya
jawab
- Penutupan
Edukasi Tujuan Status Sebelum Ibu- Kepala Ibu Lingku 30 Penyuluh Mahasiswa
cara umum : gizi pelaksanaan: ibu Desa balita ngan menit Mahasisw jurusan Gizi
viii
pembuata Memperb balita - Membuat Posy dan dan Posya a Dibuat oleh
n aiki status menin struktur andu Aparat balita ndu Materi mahaswiswa
makanan gizi balita gkat/b kepanitiaan RW 13 penyuluh Dari posyandu
tambahan aik - Menyebar dan 6 an (PPT) atau kantor
(PMT) Tujuan undangan atau Alat desa dan dari
untuk khusus: pemberitahuan penyuluh mahasiswa
balita Memperb lain ke ibu an
yang aiki status balita yang (proyekto
memiliki gizi balita menjadi r /flip
status gizi yang gizi sasaran chart)
kurang kurang - Menyiapkan
dan dan alat dan tempat
sangat sangat demonstasi
kurang kurang - Menyiapkan
dengan bahan PMT
sasaran - Menyiapkan
pemberia konsumsi bagi
n PMT peserta
yaitu Pelaksanaan :
kepada - Pembukaan
ibu balita - Demonstrasi
dan balita masak PMT
yang Penutupan
diselengg
arakan
pada
bulan
Maret
2019
viii
Penyuluh Tujuan Penge Sebelum Bidan Kepala Ibu Lingku 30 Penyuluh Mahasiswa
an Umum: tahuan pelaksanaan: Desa Desa hamil ngan menit Mahasisw jurusan Gizi
tentang Meningkat ibuha - Membuat dan RW 03 a Dibuat oleh
zat gizi kan miltent struktur Aparat Materi mahaswiswa
dan pengetah ang kepanitiaan penyuluh Dari posyandu
bahan uan pada gizi - Menyebar an (PPT) atau kantor
makanan ibu hamil menin undangan Alat desa dan dari
sesuai gkat atau penyuluh mahasiswa
trismester Tujuan dan pemberitah an
Dengansa Khusus: dapat uan lain (proyekto
saranpen 1.meningk menga pada ibu r /flip
yuluhan atkan plikasi hamil yang chart)
ibu hamil penegtah kan menjadi
yang uan ibu bahan sasaran
diselengg hamil makan - Menyiapkan
arakanpa tentang an alatdantem
dabulanM gizi yang pat
aret dikosu penyuluhan
2. msi - Menyiapkan
Mengingk sehari- materi dan
atkan hari bahan
pengetah sesuai penyuluhan
uan Ibu trimse - Menyiapkan
hamil ster. konsumsi
tentang bagi
bahan peserta
makanan Pelaksanaan :
sesuai - Pembukaan
trimester - Sambutan-
viii
sambutan
- Pemaparan
materi
- Ice
breaking
- Tanya
jawab
- Penutupan
viii
6.2 Evaluasi
Edukasi cara pembuatan Resep makanan PMT Persiapan : Ibu balita mampu
PMT balita gizi kurang balita - Mempersiapkan memahami makanan
resep PMT PMT yang baik untuk
- Uji coba resep balita gizi kurang
- Penyiapan bahan
Pelaksanaan :
- Membuat
138
makanan PMT
Penyuluhan tentang zat Materi tentang zat gizi Persiapan : Ibu hamil mampu
gizi dan bahan makanan dan bahan makanan - Membuat media mengetahui tentang
sesuai trisemester pada ibu hamil sesuai materi jumlah zat gizi dan
dengan trisemester penyuluhan bahan makanan yang
- Membuat surat baik untuk mereka
undangan peserta konsumsi dalam
penyuluhan setiap trisemester
- Mempersiapkan
tempat
penyuluhan
Pelaksanaan :
mahasiswa mampu
menjelaskan materi
penyuluhan
138
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
138
dengan tempat pembuangan limbah ke septic tank sebanyak 22 orang
(48,9%), %). Sedangkan dari 45 balita terdapat balita dengan asupan
protein kurang sebanyak 12 balita (26,7%), lalu balita dengan asupan
protein cukup sebanyak 10 balita (22,2%).
Besar presentase balita yang mendapat ASI eksklusif dari 45 balita
yang berusia 12-24 bulan terdapat balita dengan perilaku ASI Ekslusif
sebanyak 19 balita (42,2%)
Besar presentase balita yang memiliki riwayat penyakit ISPA dari 45
balita terdapat balita dengan riwayat penyakit ISPA sebanyak 10 balita
(22,2%)
Besar presentase balita yang memiliki riwayat diare dari 45 balita
terdapat balita dengan riwayat diare sebanyak 10 balita (11,1%)
Besar persentase keluarga balita yang telah memiliki sarana air bersih
dari 45 sampel keluarga balita, terdapat 41 keluarga balita (91,1%)
menggunakan air bersih.
Besar persentase keluarga balita yang telah memiliki jamban dari 45
sampel keluarga balita terdapat keluarga dengan tempat pembuangan
limbah ke septic tank sebanyak 22 orang (48,9%), keluarga dengan
tempat pembuangan limbah ke saluran terbuka (selokan) sebanyak 19
orang (42,2%), dan keluarga dengan tempat pembuangan limbah ke
tempat lain sebanyak 4 orang (8,9%).
Besar persentase keluarga balita yang telah menkonsumsi garam
beryodium dari 45 sampel keluarga balita terdapat keluarga balita
dengan penggunaan garam beryodium sebanyak 44 balita (97,8%),
Besar persentase riwayat merokok pada keluarga balita yang dari 45
sampel keluarga balita terdapat keluarga balita dengan ada riwayat
merokok sebanyak 41 keluarga balita (91,1%)
138
Gambaran asupan zat besi terhadap risiko anemia pada ibu hamil
menunjukan bahwa dari 18 ibu hamil terdapat ibu hamil dengan
asupan Fe kurang sebanyak 2 ibu hamil (11,1%), ibu hamil dengan
asupan Fe baik sebanyak 2 ibu hamil (11,1%), dan ibu hamil dengan
asupan Fe Lebih sebanyak 14 ibu hamil (77,8%). Persentase asupan
Fe kurang pada ibu hamil bias disebabkan karena kurang beragamnya
mengkonsumsi makanan sumber Fe dan pengetahuan ibu yang
kurang mengenai makanan sumber Fe.
Besar persentase ibu hamil yang mengalami KEK berdasarkan
indikator LILA 18 ibu hamil terdapat ibu hamil yang mengalami
kekurangan energi kronik (KEK) sebanyak 5 ibu hamil (27,8%)
Besar persentase pengetahuan kader di Desa Talagasari dengan
kategori kurang sebanyak 1 orang (7,7%), cukup sebanyak 11 orang
(84,6%) dan pengetahuan baik sebanyak 1 orang (7,7%).
Pengetahuan ini dapat dipengauhi oleh usia dan pendidikan terakhir.
Besar persentase tingkat keterampilan Kader Posyandu dari 4
posyandu di Desa Talagasari Kabupaten Garut terdapat 13 kader yang
cukup terampil (100%).
7.2 Saran
Saran yang dapat dilakukan diluar dari prioritas masalah dan kegiatan
intervensi yang sudah direncanakan, untuk proses pemantauan
tumbuh kembang bayi dan balita perlu dilengkapi sarana dan
prasarana Posyandu terutama untuk alat ukur panjang badan yang
sesuai yaitu Infantometer agar pengukuran lebih akurat. Maka
pemerintah desa perlu memperhatikan hal tersebut.
138
DAFTAR PUSTAKA
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/situasi-balita-
pendek-2016.pdf
http://www.inilahkoran.com/berita/jabar/74918/jumlah-balita-tubuh-pendek-di-
garut-meningkat-gratisOleh : Nul Zainul Mukhtar05 Januari 2018 01:51
138
139
Rencana Strategis Program Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA. (2015-
2019). Departemen Kesehatan.
Riset Kesehatan Dasar . (2013). Kementerian Kesehatan RI.
Setia, G C dkk. (2012). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan
Kejadian Diare Akut pada Balita di Puskesmas Kdungora Kabupaten
Garut Tahun 2012. Bhakti Kencana Medika, Volume 2, No. 4,
September 2012.
Wahyuni, I. S. (2009). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Gizi
dengan Status Gizi Anak Balita di Desa Ngemplak Kecamatan Karang
Pandan Kabupaten Karanganyar. Karya Tulis Ilmiah pada Program
Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Waryono. (2010). Gizi reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama.