DISUSUN OLEH :
MARGIAN DANI
(P00313013017)
JURUSAN GIZI
PRODI D IV
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui, Menyetujui,
Supervisor Pembimbing/CI
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas anugrah-Nya
sampai saat ini kita diberikan kesehatan dan kekuatan sehingga dapat melaksanakan tugas dengan
baik.
Laporan kegiatan Manajemen Asuhan Gizi Klinik (MAGK) di Rumah Sakit Tentara Tk.II
dr. Soepraoen Malang ini guna melengkapi tugas Praktek tugas Praktek Kerja Lapang (PKL) di
Rumah Sakit Tentara Kota Malang.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Pendapat dan saran-saran
dari para pembaca, para ahli dan sejawat sangat diharapkan.
Kami sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Kolonel CKM dr. Sebastian AB Selaku kepala RS tentara Tk.II dr. Soepraoen Malang.
2. Mayor CKM (K) Sri Budiyanti, SE selaku Kainstaljangwat unit gizi rumah sakit Tentara Tk.
II dr. Seopraoen Malang.
3. Kris Setiowati,S.Gz selaku kepala unit gizi RS Tk.II dr. Soepraoen Malang.
4. Enggar, Amd. Gz. Selaku Clinical Instructure.
5. Seluruh staf pelayanan di unit gizi dan seluruh penjamah makanan RS Tk.II dr. Soepraoen
Malang.
6. Suwarni, DCN, MPH Selaku Supervisor Praktek Kerja Lapangan di RS Tk.II dr. Soepraoen
Malang.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan LaporanPraktek Kerja Lapangan (PKL)
Manajemen Asuhan Gizi Klinik (MAGK) di RS Tk.II dr.Soepraoen Malang ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu penyusun berharap kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan pelaksanaan kegiatan praktek kerja lapangan sebagai implementasi Praktek Kerja
Lapangandimasa yang akan datang.
Wassalamu’alaikumWr. Wb
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................................i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................................v
DAFTAR TABEL .........................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................vii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................1
A. Latar Belakang ....................................................................................................1
B. Tujuan .................................................................................................................3
C. Manfaat ...............................................................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................5
A. Pengertian penyakit DHF ...................................................................................5
B. Penyebaran penyakit DHF ..................................................................................5
C. Faktor penyebab penyakit DHF ..........................................................................6
D. Faktor resiko penyakit DHF................................................................................7
E. Siklus penularan penyakit DHF ..........................................................................8
F. Patogenesis penyakit DHF ..................................................................................8
G. Macam penyakit DHF .........................................................................................9
H. Manifestasi klinis penyakit DHF .......................................................................9
BAB III. DATA-DATA PASIEN .................................................................................10
A. Identitas Pasien ...................................................................................................10
B. Data Subyektif Pasien .........................................................................................10
C. Data Obyektif Pasien ..........................................................................................12
BAB IV. PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI ASUPAN GIZI ....................14
A. Rencana asuhan Gizi ...........................................................................................14
B. Rencana Intervensi ..............................................................................................14
C. Intervensi Edukasi/Konseling .............................................................................16
BAB V. HASIL MONITORING DAN EVALUASI ..................................................18
A. Hasil monitoring dan evaluasi ............................................................................18
3
BAB VI. PEMBAHASAN ...........................................................................................22
A. Intervensi gizi......................................................................................................22
B. Monitoring dan Evaluasi .....................................................................................22
BAB VII. KESIMPULAN ...........................................................................................34
A. Kesimpulan .........................................................................................................34
B. Saran ..................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................36
LAMPIRAN....................................................................................................................37
4
DAFTAR GAMBAR
5
DAFTAR TABEL
6
DAFTAR LAMPIRAN
DOKUMENTASI
7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Dengue Hemoragic Fever (DHF) merupakan salah satu penyakit infeksi yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di
seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan terhadap penyebaran kasus
DHF didaerah urban dan semi urban, sehingga hal tersebut menjadi perhatian utama kesehatan
masyarakat internasional (World Health Organization , 2012). Angka terjadinya kasus DHF
mengalami peningkatan secara drastis diseluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir. Lebih
dari 2,5 milyar penduduk didunia, lebih dari 40%nya beresiko mengalami DHF. Saat ini,
diperkirakan 50-100 juta orang di seluruh dunia terinfeksi Dengue Hemoragic Fever setiap
tahunnya. (WHO, 2012)
Sebelum tahun 1970, hanya sembilan negara yang dilaporkan mengalami epidemi demam
berdarah yang cukup parah, akan tetapi untuk saat ini penyakit Dengue Hemoragic Fever
menjadi endemik di berbagai negara di kawasan Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia
tenggara dan Pasifik Barat yang merupakan daerah paling serius terkena dampak dari penyakit
tersebut. Kasus Dengue Hemoragic Fever di Amerika, Asia tenggara dan Pasifik Barat
melebihi 1,2 juta kasus pada tahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta pada tahun 2010. (WHO, 2012)
Di Indonesia Pada tahun 2012 jumlah kasus DHF meningkat yakni 90.245 kasus dengan
IR 37 per 100.000 penduduk dan Case Fatality Rate (CFR) 0,9 %. Pada tahun 2013 jumlah
penderita DHF terus meningkat yaitu sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal
sebanyak 871 penderita atau CFR 0,7 %. Sementara pada tahun 2014, sampai pertengahan
bulan Desember tercatat penderita DHF di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668 orang,
dan 641 di antaranya meninggal dunia atau dengan CFR 0,9%. (Kemenkes RI, 2015)
Penyakit Dengue Hemoragic Fever (DHF) masih menyebar luas di seluruh wilayah Kota
Malang walaupun kejadiannya pada tahun 2014 menurun jika dibandingkan dengan kasus pada
tahun 2013. Jika pada tahun 2012 peristiwa DHF mencapai 136, maka pada tahun 2013
meningkat menjadi 409 kasus, dan pada tahun 2014 menurun menjadi 160 kasus. Dari jumlah
tersebut terdapat 1 kasus meninggal akibat terserang DHF. Kondisi ini tentunya lebih baik jika
dibandingkan dengan tahun 2013. Angka kesakitan tahun 2014 mencapai 18,89 per 100.000
8
penduduk, artinya ada 18 sampai 19 orang yang sakit DHF dari 100.000 penduduk di Kota
Malang pada tahun 2014. Angka kesakitan ini menurun jika dibandingkan dengan tahun 2013
yang mencapai 48,62 per 100.000 penduduk. Sedangkan angka kematian penyakit DHF (CFR)
pada tahun 2014 adalah 0,63%, artinya setiap 100 orang yang terserang DHF terdapat 0-1
orang yang meninggal. Hal ini sama kejadiaannya dengan tahun 2013 dimana angka kematian
penyakit DHF mencapai 0,49%. (Profil Kesehatan Malang, 2014)
Dampak peningkatan serta meluasnya penyebaran DHF dapat berpengaruh terhadap
perekonomian, dikarenakan kehilangan waktu kerja, waktu pendidikan maupun biaya selama
perawatan penderita DHF selama sakit, selain itu jika tidak ditangani secara serius maka akan
berdampak terhadap tingginya angka kesakitan dan meningkatkan resiko terjadinya kematian
penderita DHF jika tidak ditangani secara cepat dan tepat. (Depkes RI, 2011).
Status gizi adalah keadaan kesehatan akibat interaksi makanan, tubuh manusia dan
lingkungan yang merupakan hasil interaksi antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh
manusia dan penggunaannya. Tanda-tanda atau penampilan status gizi dapat dilihat melalui
variabel tertentu indikator status gizi seperti berat badan, tinggi badan, dan lain lain.
(WHO,2012)
Sumber lain mengatakan bahwa status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status
keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan [requirement] oleh
tubuh untuk berbagai fungsi biologis: (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas,
pemeliharaan kesehatan, dan lain lain).
Status gizi sangat berpengaruh terhadap status kesehatan manusia karena zat gizi
mempengaruhi fungsi kinerja berbagai sistem dalam tubuh salah satunya adalah mengganti sel
jaringan tubuh yang rusak. Pada tahap tumbuh kembang, fungsi immunitas yaitu melindungi
tubuh agar tak mudah sakit dan terkena berbagai penyakit khususnya penyakit DHF.
Pengambilan kasus ini dekarenakan masih tingginya tingkat kesakitan akibat penyakit DHF
yang dimana dari 100.000 jiwa ada 19 jiwa yang terkena penyakit DHF.
Dari data diatas yang menunjukan bahwa perlunya dilakukan proses asuhan gizi serta
edukasi gizi dimana peranan ahli gizi sangat penting dalam proses penatalaksanaan DHF
menggunakan intervensi gizi dengan pemberian terapi diet yang tepat guna mempercepat
proses penyembuhan atau pemulihan pasien dari penyakit DHF. Sehingga penulis tertarik
mengambil kasus diatas, untuk memenuhi tugas MAGK.
9
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan manajemen Asuhan Gizi Klinik
pada pasien DHF di Rumah Sakit Tentara Tk.II dr. Soepraoen Malang yang meliputi
pengkajian gizi pasien,diagnosa gizi, intervensi gizi dan monitoring evaluasi gizi.
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa Mampu
1. Melaksanakan manajemen asuhan gizi klinik kepada pasien anak di ruang rawat inap
Nusa indah.
2. Melaksanakan pengkajian gizi pada pasien DHF anak di ruang rawat inap Nusa indah.
3. Menentukan diagnosa gizi pasien anak di ruang rawat inap Nusa indah.
4. Menyusun intervensi dan melakukan intervensi gizi pada pasien anak di ruang rawat
inap Nusa indah.
5. Melaksanakan monitoring dan evalusaai gizi pada pasien anak di ruang rawat inap
Nusa indah.
6. Memberikan edukasi gizi pada pasien anak dan keluarga pasien di ruang rawat inap
Nusa indah.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Melatih diri dalam melakukan skrinig gizi pasien, melakukan perencanaan dan
mengimplementasikan rencanan asuhan gizi dan menentukan diagnosa gizi serta
memperluas wawasan tentang ilmu gizi klinik.
2. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan perbaikan pelayanan gizi serta adanya pemantauan intensif
khususnya yang berhubungan dengan gizi pasien DHF.
3. Bagi Pasien dan Keluarga
Membantu pasien dan keluarga merubah Pola Hidup tidak sehat serta menerapkan diet
yang telah diberikan sesuai dengan kebutuhan Pasien.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dengue Hemoragic Fever (DHF)
1. Pengertian DHF
World Health Organization Dengue Hemoragic Fever (DHF) merupakan penyakit
yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi dengan salah satu dari empat
virus dengue. Virus tersebut dapat menyerang bayi, anak-anak dan orang dewasa (WHO,
2013).
Sedangkan menurut Depkes RI, DHF adalah penyakit akut yang disebabkan oleh Virus
DHF dan ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk (Aedes aegypti atau Aedes
albopictus) yang terinfeksi virus DHF. (Depkes RI, 2011)
Demam dengue adalah demam virus akut yang disertai sakit kepala, nyeri otot, sendi
dan tulang, penurunan jumlah sel darah putih dan ruam- ruam. Demam berdarah dengue/
dengue hemorraghagic fever (DHF) adalah demam dengue yang disertai pembesaran hati
dan manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah
dan pasien jatuh dalam syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. Keadaan ini disebut
dengue shock syndrome (DSS) (Mardiana, 2010).
2. Penyebaran Penyakit DHF
Epidemi penyakit demam dengue (dengue fever/ DF) pertama kali dilaporkan di
Batavia oleh David Bylon pada tahun 1779. Penyakit ini disebut penyakit demam 5 hari.
Wabah demam dengue terjadi pada tahun 1871- 1873 di Zanzibar kemudian di Pantai Arab
dan terus menyebar ke Samudra Hindia. Quintos dkk, pada tahun 1953 melaporkan kasus
demam berdarah dengue di Philipina, kemudian disusul negara- negara lain seperti
Thailand dan Vietnam. Pada dekade 60-an penyakit ini mulai menyebar ke negara- negara
Asia Tenggara, antara lain Singapura, Malaysia, Srilangka dan Indonesia. Pada dekade 70-
an, penyakit ini menyerang di kawasan Pasifik termasuk di kepulauan Polinesia. Dekade
80-an demam berdarah menyerang negara- negara Amerika Latin, yang dimulai dengan
negara Kuba pada tahun 1981. Penyakit demam berdarah hingga saat ini terus menyebar
luas di negara- negara tropis dan sub tropis.
Kasus DHF di Indonesia, pertama kali terjadi di Surabaya pada tahun 1968, tetapi
konfirmasi pasti melalui isolasi virus baru didapat pada 1970. Di Jakarta, kasus pertama
11
dilaporkan pada 1969. Kemudian, DHF berturut-turut dilaporkan di Bandung dan
Yogyakarta pada 1972. Epidemi pertama di luar Jawa dilaporkan pada 1972 di Sumatra
Barat dan Lampung, disusul oleh daerah Riau, Sulawesi utara dan Bali, penyebaran DHF
di Indonesia semakin meluas, hingga saat ini Indonesia menempati urutan kedua terbesar
setelah Thailand dengan jumlah penderita dan tingkat kematian yang tinggi akibat demam
berdarah.
3. Faktor Penyebab DHF
Penyebab demam dengue dan DHF disebabkan oleh salah satu dari 4 serotipe virus
yang berbeda antigen. Virus ini adalah kelompok flavivirus dan serotype tersebut terdiri
dari DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN 4, sedangkan menurut Depkes RI 2012 menjelaskan
bahwa dari 4 serotype tersebut yang terbanyak kasusnya disebabkan oleh serotype DEN-3
dan DEN-2. Infeksi oleh salah satu jenis serotype akan memberikan imunitas seumur hidup
terhadap serotype tersebut, tetapi tidak menimbulkan kekebalan terhadap serotype yang
lain. (Mardiana, 2010)
Faktor primer dan yang paling efektif terhadap penyakit DHF adalah nyamuk Aedes
aegypti (di daerah perkotaan) yang merupakan nyamuk tropis dan subtropis, akan tetapi
distribusi nyamuk ini dibatasi oleh ketinggian, biasanya tidak dijumpai pada daerah dengan
ketinggian lebih dari 1.000 meter dan faktor sekundernya yaitu nyamuk Aedes albopictus
(di daerah pedesaan). Depkes RI (2012) menjelaskan bahwa Nyamuk Aedes aegypti aktif
menggigit pada waktu pagi hari (pukul 08.00-12.00) dan sore hari (pukul 15.00–17.00).
Nyamuk Aedes aegypti ini hidup dan berkembang biak pada tempat- tempat penampungan
air bersih yang tidak langsung berhubungan dengan tanah seperti: vas bunga, toren air, bak
mandi, tempayan, ban bekas, kaleng bekas, botol minuman bekas.
Perkembangan hidup nyamuk Aedes aegypti dari telur hingga dewasa memerlukan
waktu sekitar 10-12 hari. hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah serta
memilih darah manusia untuk mematangkan telurnya, sedangkan nyamuk jantan tidak
menghisap darah manusia, melainkan hidup dari sari bunga tumbuh- tumbuhan.
Umur nyamuk Aedes aegypti betina berkisar antara 2 minggu sampai 3 bulan atau rata-
rata 1½ bulan, tergantung dari suhu kelembaban udara disekelilingnya. Kemampuan
terbangnya berkisar antara 40-100 meter dari tempat perkembangbiakannya. Tempat
istirahat yang disukai nyamuk Aedes aegypti adalah benda-benda yang tergantung yang
12
ada didalam rumah, seperti gordyn ataupun baju-baju dikamar yang gelap dan lembab,
sehingga menjadi tempat perindukan yang baik bagi nyamuk Aedes aegypti, terutama pada
pemukiman penduduk yang tidak dibersihkan. Kepadatan nyamuk ini akan meningkat pada
waktu musim hujan, dimana terdapat banyak genangan air bersih yang dapat menjadi
tempat perkembangbiakkan nyamuk Aedes aegypti.
Vektor lain penyebab demam berdarah juga dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes
albopictus, namun nyamuk ini kurang berperan dalam menyebarkan penyakit demam
berdarah, jika dibandingkan dengan nyamuk Aedes aegypti. Hal ini karena nyamuk Aedes
albopictus hidup dan berkembangbiak dikebun atau semak- semak, sehingga lebih jarang
kontak dengan manusia dibandingkan dengan nyamuk Aedes aegypti yang berada didalam
dan disekitar rumah.
4. Faktor- Faktor Resiko pada DHF
Infeksi sekunder dengue merupakan faktor risiko untuk DHF, termasuk juga antibodi
pasif pada bayi. Strain virus juga merupakan faktor risiko untuk terkena DHF, tidak semua
tipe virus berpotensi menimbulkan epidemi atau mengakibatkan kasus yang parah. Usia
dan
genetik pejamu juga termasuk faktor risiko terhadap DHF. Walaupun DHF dapat dan
memang menyerang orang dewasa, kebanyakan kasusnya ditemukan pada anak- anak yang
berusia kurang dari 15 tahun, dan bukti tidak langsung memperlihatkan bahwa beberapa
kelompok di masyarakat mungkin justru lebih rentan terhadap sindrom pecahnya
pembuluh darah daripada kelompok lainnya. (WHO, 2012)
5. Siklus Penularan DHF
Nyamuk yang menjadi vektor penyakit DHF adalah nyamuk yang menjadi terinfeksi
saat menghisap darah dari manusia yang sedang sakit dan viremia (terdapat virus dalam
darah). Virus berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari, sehingga kelenjar air liur
nyamuk menjadi terinfeksi dan virus dapat disebarkan ketika nyamuk menggigit dan
menginjeksikan air liur ke luka gigitan pada orang lain. Dalam tubuh manusia, virus akan
berkembang selama 3-14 hari (rata-rata 4-6 hari).
Orang yang di dalam tubuhnya terdapat virus dengue tidak semuanya akan sakit DHF,
tergantung dari status imunitas setiap individu, ada yang mengalami demam ringan dan
sembuh dengan sendirinya, bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit, meskipun tidak
13
mengalami tanda dan gejala sakit, orang tersebut merupakan pembawa virus dengue
selama satu minggu. Akan tetapi pada individu yang imunitasnya lemah, akan tampak
gejala awal seperti demam, sakit kepala, mialgia, hilang nafsu makan, dan gejala
nonspesifik lain termasuk mual, muntah dan ruam kulit.
6. Patogenesis DHF
Virus dengue masuk kedalam tubuh manusia melalui perantara gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus. Virus dengue tersebut akan masuk kedalam sirkulasi darah
dengan masa inkubasi virus terjadi selama 3-15 hari (rata-rata 7-10 hari). Selama masa
inkubasi, virus akan memperbanyak diri dengan cara replikasi. Patogenesis Dengue Fever
menyebabkan perubahan pada fisiologis manusia yaitu:
a. Meningkatnya permeabilitas pembuluh darah mengakibatkan kebocoran plasma,
hipovolemia dan syok. Dengue Fever memiliki ciri yang unik karena kebocoran plasma
khusus ke arah rongga pleura dan peritoneum selain itu periode kebocoran cukup
singkat (24-48 jam).
b. Hemostatis abnormal terjadi akibat vaskulopati, trombositopenia sehingga terjadi
berbagai jenis manifestasi perdarahan. Aktivasi sistem komplemen merupakan temuan
yang konstan pada pasien Dengue Fever. Kadar C3 dan C5 turun, sementara C3a dan
C5a naik. Mekanisme aktivasi komplemen tidak diketahui. Keberadaan kompleks imun
juga dilaporkan pada beberapa kasus Dengue Fever, tetapi kontribusi kompleks
antibodi antigen terhadap aktivasi komplemen pada pasien Dengue Fever belum
berhasil diperlihatkan.
7. Macam-macam DHF
Infeksi virus dengue dapat bersifat asimptomatik atau mengakibatkan penyakit demam
biasa (sindrom virus), Dengue Fever, atau demam berdarah dengue (DHF) termasuk
sindrom syok dengue (DSS).
8. Manifestasi Klinis DHF
Infeksi oleh virus dengue menimbulkan variasi gejala mulai dari sindrom virus
nonspesifik sampai perdarahan yang dapat berakibat fatal sehingga mengakibatkan
terjadinya kegagalan sirkulasi. (Mardiana, 2010)
Tanda atau gejala DHF yang muncul seperti bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu
suhu badan lebih dari 38˚C, badan terasa lemah dan lesu, gelisah, ujung tangan dan kaki
14
dingin berkeringat, nyeri ulu hati, dan muntah. Dapat pula disertai pendarahan seperti
mimisan dan buang air besar bercampur darah serta turunnya jumlah trombosit hingga
100.000/mm3 (Depkes RI, 2012).
Berdasarkan gejala Dengue Fever dikelompokkan menjadi 4 tingkatan:
Derajat 1 : Demam diikuti gejala tidak spesifik. Satu- satunya manifestasi perdarahan
adalah dengan melakukan tes torniquet positif.
Derajat 2 : Gejala yang ada pada tingkat 1 disertai dengan perdarahan spontan ,
perdarahan dapat terjadi di kulit maupun perdarahan lain.
Derajat 3 : Kegagalan sirkulasi ditandai oleh denyut nadi yang cepat dan lemah,
hipotensi, hipotermi dan pasien biasanya menjadi gelisah.
Derajat 4 : Syok berat yang ditandai dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah
tidak dapat diperiksa. Fase kritis pada penyakit ini terjadi pada akhir masa demam.
(WHO, 2012)
15
BAB III
A. Identitas pasien
Nama : An. KA No RM : 219144
Pendidikan : SD Alamat :-
16
4. Riwayat gizi dahulu
5. Tabel 1. Food Frequency
Frekuensi makanan Rata rata
Nama Porsi
makanan g/hari
H M B TP URT Gram
Sumber makanan pokok
Lauk Hewani
Ayam 1x 2 potong 80 80
Ikan 1x 1 potong 40 40
Daging 2x 1 potong 40 80
Lauk nabati
Tahu 1x 1 potong 50 50
Sayuran
Kangkung 3x 2 sdm 20 40
Kacang 2x 2 sdm 20 40
panjang
Sawi 2x 1 sdk 10 20
Tauge 2x 1 sdk 10 20
Wortel 2x 1 sdk 10 20
Buah
17
6. Riwayat Gizi Sekarang
- Pola makan 3x/hari
- Selingan makan 2x/hari
- Pola makan pasien seimbang namun nafsu makan pasien kurang
- Tidak memiliki alergi terhadap makanan tertentu
C. Data data obyektif
1. Data riwayat makan hasil recall 24 jam
Tabel 2. Recall 24 jam
Implementasi Energi (kcal) Protein ( g) Lemak (g) KH (g)
Kategori DB DB DS DB
18
Status Gizi
BBA
= x 100
BBI
26
= 32,5 x 100= 80 ( Gizi Kurang)
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pengukuran antropometri diperoleh data Status gizi pasien
termasuk dalam kategori status gizi kurang.
3. Data pemeriksaan biokimia
Tabel 3. Pemeriksaan biokimia
Pemeriksaan Nilai normal/ Awal kasus Keterangan
satuan
Hemoglobin 10 – 16 g/dl 13,9 Normal
Trombosit 200-400 ribu 158 ribu/ml Rendah
Hematocrit 41 33-38 % Tinggi
Sumber : Buku rekam medik pasien.
4. Data pemeriksaan fisik dan klinis
1. Pemeriksaan fisik : cukup, CM, flu.
2. Pemeriksaan klinis :
Tabel 4. Pemeriksaan fisik dan klinis
Pemeriksaan Kasus Nilai normal Keterangan
Tekanan Darah 90/60 95/60 mmHg Rendah
Respirasi 20 30 – 40 x/mnt Rendah
Nadi 90 120 – 130 x/mnt Rendah
Suhu 38,2 36 - 37𝑜 C Tinggi
Sumber : Buku rekam medis pasien
Kesimpulan :
Keadaan umum pasien dalam keadaan cukup. Pemeriksaan klinis menunjukkan suhu
tinggi, respirasi rendah, tekanan darah rendah dan nadi rendah.
19
BAB IV
P E S
B. Rencana intervensi
a. Rencana intervensi
- Intervensi diet
1) Terapi diet
Jenis diet : Diet Tinggi Energi dan Tinggi Protein (TETP)
20
Pemberian diet tinggi energi dan tinggi protein karena
kebutuhan akan protein pada pasien penderita Dengue
Fever lebih tinggi jika di bandingkan dengan AKG 2013.
Prinsip Diet : Energi tinggi, Protein tinggi, lemak cukup, KH vitamin,
mineral dan serat cukup.
Bentuk makanan : Nasi
Cara pemberian : Oral
2) Tujuan diet
- Memberi asupan tinggi energi dan tinggi protein untuk mencegah kerusakan
jaringan tubuh akibat penyakit Dengue Fever yang di derita oleh pasien serta
meningkatkan status gizi pasien ke normal.
- Memperbaiki Pola makan Pasien, meningkatkan nafsu makan pasien yang
kurang dan mengubah kebiasaan pasien yang gemar makan makanan ringan
seperti snack dan minuman ringan
- Memperbaiki asupan makan pasien sesuai dengan kebutuhan pasien
3) Syarat diet
a. Energi tinggi sesuai dengan kebutuhan yaitu 2275 kkal
b. Protein tinggi 20% dari total kebutuhan yaitu 113,75 gr
c. Lemak cukup 20% dari total kebutuhan yaitu 50,5 gr
d. Karbohidrat cukup 60% dari sisa kebutuhan yaitu 341,2 gr
e. Cairan yaitu 1600 cc per hari
f. Vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kondisi pasien
4) Perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi pada anak 10 tahun
7.𝑛−5
BBI =
2
7.10−5
= = 32,5 kg
2
Sumber : nutritional care procces,2012
Energi : 70 kkal/kg BBI = 70 x 32,5 kg = 2275 Kkal/hr.
20%𝑥2275
Protein : = 113,75 gr
4
21
20 % x 2275
Lemak : = 50,5 gr
9
60 % x 2275
KH : = 341,2 gr
4
Serat : 35 gram/hari
Vitamin c : 50 mg/hari
10 kg I : 4 cc/kgBB/jam x 10 kg = 40
10 kg II : 2 cc/kgBB/jam x 10 kg = 20
6 kg III : 1 cc/kgBB/jam x 6 kg =6
22
BAB V
23
FH.1.5.1 Asupan lemak makanan (mengganti nasi
defisit berat Tim menjadi nasi biasa)
24
2 Mei 2017 Fisik klinis
Tekanan Darah 90/60 mmHg
Suhu: 36oC
Respirasi 20x/menit
Nadi 90x/menit
Biokimia:
Trombosit= 174 ribu/ml (N)
Hemoglobin = 12,7 (N)
Leukosit = 5.100 /cmm (N)
Hematokrit = 36,9 % (N)
Hasil Recall E-1.1
FH- 2 Asupan makanan dan NI – 1.4
Energi: 1445,1 (63,5%) Edukasi tentang pola gizi
zat gizi Kekurangan intake
Cairan : 1500 ( 93,7%) seimbang.
FH.1.1.1 asupan energi makanan dan zat
Protein: 40,6 (35,6%)
defisit berat gizi disebabkan
Lemak: 42,2 (83,5%) ND 1.2
nafsu makan
Karbohidrat: 247,3 (72,4%) FH.1.5.2 intake protein Modifikasi distribusi,
kurang ditandai
defisit berat jenis atau jumlah
dengan hasil recall
makanan (mengganti nasi
FH- 1.5.3.1 < 80% dari total
Tim menjadi nasi biasa)
Asupan karbohidrat defisit kebutuhan untuk
tingkat ringan energi, protein dan
KH
25
Hasil Recall
Energi: 2039,7 (89,6%)
Asupan makanan dan zat gizi
Protein: 101,5 (89,2%)
sudah mencukupi standar
Lemak: 52,5 (103,9%)
kebutuhan sehari
Karbohidrat: 353,1 (103,4%)
26
BAB V
PEMBAHASAN
A. Intervensi Gizi
Rencana terapi diet yang diberikan pada pelaksanaan asuhan gizi pada penderita
demam berdarah (DHF) pada anak yaitu diet TETP 2275 kkal. Yang diberikan dalam bentuk
makanan lunak (tim) pada hari pertama perawatan dan bentuk makanan biasa (NS) pada hari
selanjutnya. Diet yang diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien dimana masalah gizi
utama terdapat pada kurangnya asupan makan dengan rendahnya nafsu makan serta
penggantian makanan bentuk tim menjadi nasi biasa dikarenakan pasien tidak menyukai
makanan lunak.
Diet TETP diberikan dengan tujuan adalah memberikan asupan energi dan protein
yang adekuat guna mengoptimalkan kondisi pasien agar tidak lemah serta membantu
meningkatkan berat badan pasien agar ideal. Snack yang diberikan berupa bubur kacang hijau
dan buah pisang, melon serta semangka. Kemudian menu makanan utama pasien terdiri dari
makanan pokok yaitu nasi, lauk hewani, lauk nabati, dan sayuran dalam batas yang ditentukan.
Dengan standar makanan tersebut asupan makanan pasien belum memenuhi kebutuhan
dikarenakan pasien tidak ada nafsu makanan disebabkan adanya rasa pahit di lidah
dikarenakan kondisi pasien yang demam. Pemberian makanan dengan standar makanan yang
telah dimodifikasi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan asupan makanan atau gizi pasien.
B. Hasil Monitoring dan Evaluasi
1. Antropometri
Tabel 7. Data Antropometri
Tanggal BB Status Gizi
27
2. Biokimia
Tabel 8. Monitoring Perkembangan Biokimia
Nilai
Pemeriksaan normal/ 31/05/201 02/06/2017 Keterangan
satuan 7
Hemoglobin 10-16 g/dl 13,9 12,7 Normal
28
3. Fisik dan klinis
Tabel 9. Monitoring Fisik dan Klinis Selama 3 Hari
Pemeriksaan 31/05/2017 01/06/2017 02/06/2017 03/06/2017
29
Kategori pemenuhan asupan berdasarkan kategori kecukupan gizi (Depkes 1999):
30
b. Asupan Makan Pasien Di Rumah Sakit
Tabel 11. Monitoring Asupan Pasien Di Rumah Sakit
Hari ke-1
Hari ke-2
Hari ke-3
31
Pemantauan makan terhadap konsumsi makanan pasien dilakukan dengan tujuan
untuk menilai asupan zat gizi yang dikonsumsi pasien dan seberapa besar daya terima
pasien terhadap diet yang di berikan. Pemantauan asupan makan dilakukan selama 3
hari yang kemudian dilakukan evaluasi terhadap asupan makannya. Evaluasi tersebut
dilakukan untuk mengetahui persentase jumlah asupan makan pasien yang kemudian
dibandingkan dengan kebutuhan zat gizi sesuai hasil perhitungan. Didapatkan hasil
asupan rata-rata energi sebesar 70% (defisit kurang), protein 56,9%(defisit berat),
lemak 88,6% (baik) dan karbohidrat 81,1% (baik). Berdasarkan hasil pemantauan 3
hari terhadap konsumsi makan pasien dapat diketahui bahwa pada hari pertama dan
kedua asupan energi pasien masih defisit berat sedangkan untuk asupan protein pasien
defisit berat namun pada hari ketiga asupan pasien sudah mencukupi kebutuhannya
untuk keseluruhan kebutuhan gizi.
Hal yang menyebabkan asupan makan An. KA selama hari pertama dan keduan
karena terdapat gangguan alat pengecap yaitu lidah yang terasa pahit sehingga
makanan yang dikonsumsi oleh pasien terasa hambar dan menyebabkan nafsu makan
pasien menurun.
5. Tingkat Konsumsi Makanan dan Zat Gizi
a. Asupan energi
Gambar 1. Asupan Energi Selama 3 Hari
ASUPAN ENERGI
2500
2275 2275 2275
2000 2039.7
Energi(kkal)
1500 1445.1
1298.3
1000
500
0
hari ke-1 hari ke-2 hari ke-3
ASUPAN 1298.3 1445.1 2039.7
KEBUTUHAN 2275 2275 2275
%KEBUUTUHAN 57.07% 63.52% 89.66%
32
Pasien diberikan diet TETP hasil asupan energi pasien dari tanggal 01-03
Mei 2017 dapat dilihat pada Gambar 1. menunjukkan bahwa asupan energi pasien
mengalami peningkatan dari hari ke hari dimana pada hari pertama ke hari kedua
asupan mengalami peningkatan yang disebabkan pada hari kedua bentuk
makanannya menjadi makanan biasa yaitu nasi walaupun masih dalam kategori
defisit berat. Pada hari ketiga asupan makanan pasien sudah mencukupi kebutuhan
hal ini dikarenakan nafsu makan pasien yang telah kembali dikarenakan kondisi
pasien sudah mulai membaik.
b. Asupan Protein
Gambar 2. Asupan Protein Selama 3 Hari
ASUPAN PROTEIN
113.75 113.75 113.75
120
101.5
100
Protein(gram)
80
60 52.3
40.6
40
20
0
hari ke-1 harike-2 hari ke-3
ASUPAN 52.3 40.6 101.5
KEBUTUHAN 113.75 113.75 113.75
%kebuutuhan 45.98% 35.69% 89.23%
33
c. Asupan Lemak
Gambar 3. Asupan Lemak Selama 3 Hari
ASUPAN LEMAK
60
52.5
Lemak(gram)
50 50.5 50.5 50.5
40 42.2
39.6
30
20
10
0
hari ke-1 hari ke-2 hari ke-3
ASUPAN 39.6 42.2 52.5
KEBUTUHAN 50.5 50.5 50.5
% kebutuhan 78.42% 83.56% 103.96%
Asupan lemak pasien selama 3 hari dapat dilihat pada Gambar 3. asupan
lemak pasien mengalami defisit kurang pada hari pertama. Hari kedua serta ketiga
asupan pasien cenderung meningkat dan sudah dalam kategori baik, kenaikan ini
disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi cenderung dominan makanan tumis
atau goreng. Pada hari ketiga sudah mencukupi kebutuhan pasien untuk
kecukupan asupan lemak dimana hal ini dikarenakan makanan hewani dan
sayuran yang dimasak menggunakan inyak dihabiskan sehingga kecukupan
kebutuhan lemak pasien dapat terpenuhi.
34
d. Asupan karbohidrat
Gambar 4. Asupan Karbohidrat Selama 3 Hari
ASUPAN KARBOHIDRAT
400
350 341.2 341.2 353.1
341.2
gram
300
250 247.3
231.1
200
150
100
50
0
hari ke-1 hari ke-2 har ke-3
ASUPAN 231.1 247.3 353.1
KEBUTUHAN 341.2 341.2 341.2
%KEBUTUHAN 67.73% 72.48% 103.49%
35
e. Asupan Serat
Gambar 5. Asupan Serat selama 3 hari
ASUPAN SERAT
40 35 35 35
35
30
25
20 15.8
15 11.4 11.6
10
5
0
hari ke-1 hari ke-2 hari ke-3
ASUPAN 11.4 11.6 15.8
KEBUTUHAN 35 35 35
%KEBUTUUHAN 32.57% 33.14% 45.14%
Asupan serat pasien selama 3 hari masa perawatan dapat dilihat pada
gambar 5. Dimana asupan serat pada hari pertama ke hari ke dua cenderung setara
namun masih dibawah standar kebutuhan hal ini disebakan kurangnya konsumsi
makanan berserat sedangkan pada hari ketiga asupan serat cenderung naik walau
tidak mencapai standar kebutuhan hal ini dikarenakan asupan makanan yang lebih
banyak dari pada hari pertama dan kedua.
36
f. Asupan Vitamin C
Gambar 6. Asupan Vit C selama 3 hari
ASUPAN VITAMIN C
60
50 50 50
50
42
40 33.7 35.7
30
20
10
0
hari ke-1 hari ke-2 hari ke-3
ASUPAN 33.7 35.7 42
KEBUTUHAN 50 50 50
%KEBUTUHAN 67.40% 71.40% 84.00%
asupan vitamin c pasien selama tiga hari dapat dilihat pada gambar 6 dimana
asupan vitamin c pada hari pertama dan kedua cenderung tidak terlalu terjadi
kenaikan asupan yang disebabkan oleh tidak habisnya sayuran dan buah yang di
berikan ke pada pasien sedangkan pada hari ketiga asupan sudah mencukupi
kebutuhan Vit C pasien dikarenakan pasien menghabiskan makanan serta buah
yang diberikan.
37
g. Asupan cairan
Gambar 7. Asupan cairan selama 3 hari
ASUPAN CAIRAN
1800 1600 1600 1600
1600
1400
1200 1500 1500 1500
1000
800
600
400
200
0
hari ke-1 hari ke-2 hari ke-3
ASUPAN 1500 1500 1500
KEBUTUHAN 1600 1600 1600
%KEBUTUHAN 93.7 93.7 93.7
Asupan cairan pasien selama tiga hari dapt dilihat pada gambar 7. Asupan
cairan diperoleh dari infus, minuman serta makanan yang dikonsumsi oleh pasien
selama masa perawatan. Asupan cairan dari hari ke hari cenderung sama dimana
pasien yang dirawat selama 3 hari menghabiskan 3 kantong cairan infus 500cc
ditambah dengan makanan dan minuman yang dikonsumsi sehingga asupan cairan
pasien sudah memenuhi kebutuhannya.
6. Edukasi
Edukasi penting dilakukan dengan tujuan untuk merubah perilaku dengan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan perawatan mandiri
setelah keluar dari rumah sakit (Gultom, 2012). Pada intervensi edukasi yang telah
diberikan mengenai diet TETP pada pasien dan juga keluarga pasien terutama ibu
pasien yang selalu mendampingi pasien dimana selama tiga hari diberikan edukasi
berupa pemberitahuan kepada ibu pasien tentang pentingnya menghabiskan makanan
yang diberikan kepada pasien guna percepatan kesembuhan pasien dan pada hari
pertama perawatan ibu pasien mengatakan bahwa pasien tidak menyukai makan nasi
tim sehingga pada hari kedua diet TETP diganti bentuk makanannya menjadi nasi
biasa dan hal tersebut mampu meningkatkan asupan makanan pasien hingga hari
38
ketiga. Sebelum pasien pulang dijelaskan kembali tentang pentingnya diet TETP bagi
kesembuhan pasien dan edukasi yang dilakukan dapat dikatakan berhasil Karena
pasien memiliki peningkatan asupan makanan yang dibuktikan dari hasil recall selam
3 hari.
39
BAB VI
A. Kesimpulan
1. An.KA masuk rumah sakit dengan keluhan badan panas dan flu . Menurut rekam medik
An.KA didiagnosa DHF (Dengue Hemoragic Fever)/Demam berdarah dengue
2. Berdasarkan hasil pengukuran antropometri diperoleh data pengukuran BB 26 kg. Status
gizi berdasarkan perhitungan menggunakan CDC termasuk dalam kategori status gizi
kurang menurut kriteria penilaian waterlow.
3. Diagnosa gizi
NI.1.4 Kekurangan intake makanan dan minuman oral disebabkan dengan
hilangnya nafsu makan Karena adanya rasa pahit pada lidah ditandai dengan asupan
defisit berat ( kekurangan intake makanan dan zat gizi ditandai dengan hasil recall
<80% kebutuhan).
NI 5. 1 Peningkatan kebutuhan zat gizi ( Protein dan Vitamin C) Berkaitan dengan
Penyakit DHF yang di derita pasien di tandai nilai LAB Trombosit (↓) dan
Hemoglobin serta hematocrit (↑).
4. Berdasarkan diagnosa yang telah ditentukan terapi diet yang anjurkan yaitu
Jenis diet : Diet TETP 2275 Kkal
Bentuk makanan : Nasi
Cara pemberian : Oral
5. Dari hasil monitoring dan evaluasi
Status gizi pasien dari awal kasus sampai akhir berstatus gizi kurang namun ada
peningkatan BB yang menandai adanya perubahan kearah yang positif.
Perkembangan fisik klinis selama 3 hari dari awal masuk rumah sakit sampai hari
2 fisik pasien masih terlihat badan lemah dan flu. Sedangkan pada hari ketiga
kondisi klinis pasien sudah membaik. Fisik pasien pada hari pertama hingga hari
ketiga tekanan darah rendah Nadi dan respirasi normal sampai akhir kasus. Suhu
tinggi dihari pertama dan berangsur menurun pada hari kedua dan ketiga.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan 2 kali pemeriksaan selama kasus yang
menunjukan perubahan kearah yang positif
40
Berdasarkan hasil pemantauan 3 hari terhadap konsumsi makan pasien adalah
energi defisit sedang, cairan cukup, protein defisit berat, lemak defisit ringan,
karbohidrat defisit ringan, serat defisit berat dan vitamin c defisit sedang.
B. Saran
Dengan adanya Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) di Rumah Sakit Tentara Tk.II
dr.Soepraoen kota Malang diharapkan untuk tetap mempertahankan pelayanan gizi yang ada
serta memberikan informasi mengenai kebutuhan gizi pasien dan memotivasi pasien untuk
meningkatkan asupan makanannya juga memberikan informasi terkait dengan gizi untuk
pemulihan pasien.
41
DAFTAR PUSTAKA
Rosnelly, dkk. 2014, Pedoman Praktis Diagnosa Gizi dalam Proses Asuhan Gizi Terstandar
Malang : Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar.
Risallah, dkk. 2014, Panduan Pengkajian dan Perhitungan kebutuhan gizi Rumah Sakit. Malang :
Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar
42
LAMPIRAN
43
RECALL 24 JAM SEBELUM PASIEN DI RAWAT DI RST
MENU ENERGI PROTEIN LEMAK KH
WAKTU MAKAN BAHAN MAKANAN GR
MAKANAN (KKAL) (GRAM) (GRAM) (GRAM)
Nasi putih Beras 100 260 4,8 0,4 57,2
44
RECALL 24 JAM HARI PERTAMA PERAWATAN
WAKTU MENU BAHAN Serat Vit C
gr ENERGI PROTEIN LEMAK KH
(Gram) (mg)
MAKAN MAKANAN MAKANAN (Kkal) (Gram) (Gram) (Gram)
Nasi tim Beras 50 117,1 2,2 0,2 25,7 0,3 0
Perkedel 0,6 0
Tahu 50 38 4,1 2,4 0,9
tahu
Pagi
Jamur 15 4,1 0,3 0,1 0,8 0,3 0,6
Cah jamur
Wortel 15 1,3 0,2 0,1 1,2 0,2 2,7
tiram
Sawi 15 2,3 0,3 0 0,3 0,3 3,8
Telur bumbu 0 0
Telur 50 23,7 6,5 7,7 0,4
komoh
Sore
Tahu 40 30,4 3,2 1,9 0,8 0,5 0
Tahu goreng
Minyak 0 1,5
5 43,1 0 5 0
goreng
45
Buncis 15 5,2 0,3 0 1,2 0,5 0,6
Minyak 0 0
2 17,2 0 2 0
goreng
46
RECALL 24 JAM HARI KEDUA PERAWATAN
WAKTU MENU BAHAN ENERGI PROTEIN LEMAK KH Serat Vit C
gr (Gram) (mg)
MAKAN MAKANAN MAKANAN (Kkal) (Gram) (Gram) (Gram)
Nasi puti Beras 100 360,9 6,7 0,6 79,5 0,8 0
47
RECALL 24 JAM HARI KETIGA PERAWATAN
WAKTU MENU BAHAN ENERGI PROTEIN LEMAK KH Serat Vit C
gr
MAKAN MAKANAN MAKANAN (Kkal) (Gram) (Gram) (Gram) (Gram) (mg)
Pagi Nasi Beras 100 360,9 6,7 0,6 795 0,8 0
Ikan goreng 0 0
Ikan tuna 100 143,9 23,3 4,9 0
tepung
Minyak 3 25,9 0 3 0 0 0
Oseng-oseng 1 3
Buncis 30 10,5 0,6 0,1 2,4
buncis
Minyak 2 17,2 0 2 0 0 0
Ayam 0 0
Daging ayam 60 88,8 8,4 5,9 0
goreng laos
Minyak 0 0
2 17,2 0 2 0
goreng
48
Telur bb 0 0
Telur 60 28,4 7,8 9,2 0,5
merah
Minyak 0 0
2 17,2 0 2 0
goreng
Tempe 1,4 0
Tempe 100 47,6 19 7,7 17
mendoan
Minyak 3 25,9 0 3 0 0 0
Oseng kc Kacang 1 3
30 10,5 0,6 0,1 2,4
panjang panjang
Minyak 0 0
3 25,9 0 3 0
goreng
49
DOKUMENTASI
Pemorsian
50
Sisa Makanan
Penimbangan
51
INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN
52