(HACCP) “FUYUNGHAI”
DI RUMAH SAKIT TK IV CIJANTUNG KESDAM JAYA
JAKARTA TIMUR
DAFTAR ISI............................................................................................................ i
DAFTAR TABEL................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................
iii BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
V.1 Kesimpulan................................................................................................. 41
V.2 Saran ........................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
42
LAMPIRAN
i
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karakteristik Bahan..............................................................................14
Tabel 2. Kandungan Gizi Fuyunghai .................................................................15
Tabel 3. Analisis Bahaya dan Resiko Bahan
Baku ............................................16 Tabel 4. Analisis Bahaya dan Resiko
Pengolahan Fuyunghai...........................19 Tabel 5. Identifikasi Bayaha dan
Resiko Bahan Baku.......................................24 Tabel 6. Identifikasi Bayaha dan
Resiko Pengolahan Fuyunghai......................29 Tabel 7. Form HACCP
Worksheet Plan ............................................................35
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pohon
CCP ..........................................................................................11 Gambar 2.
Diagram Alir .......................................................................................21 Gambar 3.
Penentuan CCP....................................................................................22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mengurangi resiko atau pengendalian bahaya dalam rantai pasokan pangan. Hal
ini mencakup semua makanan dan bahan makanan, dimulai dari produksi
pertanian, dilanjutkan dengan panen, pengolahan, penyimpanan, penyaluran,
penanganan, persiapan, dan beragam kegiatan lainnya sebelum dikonsumsi
(Knechtges, 2015). Untuk di rumah sakit, penyelenggaraan makanan harus
optimal dan sesuai dengan mutu pelayanan standar kesehatan serta indikasi
penyakit pasien (PGRS, 2005), karena penyelenggaraan makanan yang kurang
memenuhi syarat kesehatan (tidak saniter atau higienis) selain memperpanjang
proses perawatan juga menyebabkan timbulnya infeksi silang (cross infection)
atau infeksi nosokomial (infeksi yang didapatkan di rumah sakit), yang
diantaranya dapat melalui makanan (WHO, 2015). Oleh karena itu diperlukan
suatu pendekatan sistematis melalui pengidentifikasian bahaya baik
mikrobiologis, kimiawi, dan fisik pada proses pengolahan makanan dan
melakukan pengendalian bahaya pada titik kritis yang dikenal dengan HACCP
(Hazard Analysis Critical Control Point).
Suatu cara untuk menjamin keamanan produk yang akan dipasarkan dan
dikonsumsi yaitu dengan menggunakan sistem pengendalian kualitas keamanan
pangan yang mempunyai tujuan dan tahapan jelas, yaitu metode HACCP (Hazard
Analysis Critical Control Point). Menurut Muhandri dan Kadarisman (2008)
HACCP merupakan suatu sistem yang digunakan untuk mengkategorikan bahaya
dan menentukan sistem pengendalian yang memfokuskan pada pencegahan. Salah
satu alasan mengenai pentingnya penerapan sistem HACCP pada industri pangan
adalah karena selama proses produksi memiliki peluang terjadinya pencemaran
yang dapat membahayakan konsumen. Pencemaran tersebut misalnya kontaminasi
silang yang terjadi dari tenaga pemasak yang kurang menjaga kebersihan disaat
proses pembuatan fuyunghai. HACCP dapat diterapkan pada seluruh rantai
pangan dari produk primer sampai pada konsumsi akhir dan penerapannya harus
dipandu oleh bukti secara ilmiah terhadap resiko kesehatan manusia (BSN, 1998).
Penerapan HACCP dalam suatu rumah sakit dinilai sangat penting guna
menghindari bahaya yang akan ditimbulkan oleh makanan, karena pada dasarnya
makanan merupakan sumber energi dan salah satu faktor penyembuh seorang
2
pasien. Oleh karena itu, dengan diterapkannya sistem HACCP yang bersifat
sebagai sistem pengendalian mutu sejak bahan baku dipersiapkan sampai produk
akhir didistribusikan ini diharapkan dapat mencegah risiko terjadinya hal-hal
buruk pada makanan karena adanya bahaya pada suatu produk pangan dan dapat
mencegah terjadinya foodborn disease. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis
ingin melakukan pengamatan tentang analisis bahaya dan titik kendali kritis
(HACCP) pada menu fuyunghai di Rumah Sakit TK IV Cijantung Kesdam Jaya.
I.2 Tujuan
I.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui titik kritis dan cara pencegahan serta pengendaliannya
pada produk Fuyunghai.
I.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran produk fuyunghai.
2. Mengetahui identifikasi penggunaan fuyunghai.
3. Mengidentifikasi sumber sumber bahaya yang mungkin terjadi pada
fuyunghai.
4. Menentukan titik kritisi fuyunghai.
5. melakukan sistem monitoring titik kritis fuyunghai.
6. Menetapkan tindakan koreksi pada fuyunghai.
7. Melakukan pencatatan terkait kegiatan HACCP fuyunghai.
I.3 Manfaat
I.3.1 Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan mengenai HACCP dalam Rumah Sakit
dan implementasinya pada produk fuyunghai.
I.3.2 Bagi Instalasi Gizi
Sebagai bahan evaluasi dan pematauan penyelenggaraan HACCP di
Rumah Sakit TK IV Cijantung Kesdam Jaya terutama pada produk
fuyunghai.
3
I.3.3 Bagi Pasien
Terjaminnya keamanan pangan pada menu fuyunghai yang dikonsumsi
selama menjalani perawatan di Rumah Sakit TK IV Cijantung Kesdam
Jaya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
dan memelihara sistem HACCP. Anggota tim HACCP yang baik dan
lengkap membutuhkan pengetahuan dan keahlian kepakaran tentang
seluruh alur proses produksi, dimulai dari bahan baku, proses
produksi, bahaya yang mungkin timbul, dan produk akhir yang
dihasilkan sampai pada pengiriman dan pendistribusiannya. Jumlah
tim sebaiknya maksimum 5 orang dan minimum 3 orang. Anggota tim
tersebut harus mendapatkan pelatihan penerapan HACCP dan
inspeksi HACCP secara cukup. Tim HACCP harus mempunyai
pengetahuan yang cukup untuk menetapkan lingkup dari rencana
HACCP (apakah hanya masalah keamanan pangan atau termasuk
mutu karakteristik produk), mengidentifikasi bahaya, menetapkan
tingkat keakutan (severity) dan resikonya, mengidentifikasi CCP,
merekomendasikan cara pengendalian, menetapkan batas kritis,
prosedur monitoring dan verifikasi, merekomendasikan tindakan
koreksi yang tepat ketika terjadi penyimpangan serta
merekomendasikan atau melaksanakan investigasi dan atau penelitian
yang berhubungan dengan rencana HACCP. (Putra, 2017)
II.2.2. Langkah 2 : Deskripsi Produk
Langkah kedua dalam penyusunan HACCP adalah
mendeskripsikan produk. Tim HACCP harus memilih produk mana
yang akan dibuat rencana HACCP jika memiliki lebih dari satu jenis
produk. Informasi yang harus ada pada saat mendeskripsikan produk
meliputi komposisi, karakteristik produk jadi, metode pengolahan
yang diterapkan kepada produk tersebut (pH, aw, kadar air), metode
pengawetan yang diterapkan kepada produk tersebut, pengemas
primer, pengemas untuk transportasi, kondisi penyimpanan, metode
distribusi, umur simpan yang direkomendasikan, pelabelan khusus,
petunjuk penggunaan, pengawasan khusus dalam distribus dan
dimana produk akan dijual. (Koswara, 2009)
Deskripsi produk terdiri dari :
a. Nama produk
b. Komposisi
6
c. Karakteristik produk akhir
d. Metode pengawetan
e. Pengemasan – Primer
f. Pengemasan – Pengiriman/pengapalan
g. Kondisi penyimpanan
h. Metode distribusi
i. Masa simpan
j. Pelabelan khusus
k. Persiapan konsumen
Deskripsi yang lengkap dari produk harus digambarkan,
termasuk informasi mengenai komposisi, struktur kimia/fisika,
perlakuan-perlakuan (pemanasan, pembekuan, penggaraman,
pengeringan, pengasapan), pengemasan, kondisi penyimpanan, daya
tahan, persyaratan standar, metode pendistribusian, dan lain-lain.
Didalam menetapkan diskripsi produk, perlu diperhatikan dan
diidentifikasi informasi yang akan berkaitan dengan program
HACCP, agar memberi petunjuk dalam rangka identifikasi bahaya
yang mungkin terjadi, serta untuk membantu pengembangan batas
batas kritis.
II.2.3. Langkah 3 : Identifikasi Penggunaan Produk
Pada tahap ini, Tim HACCP mengidentifikasi cara
penggunaan produk oleh konsumen, cara penyajian, serta kelompok
konsumen yang mengkonsumsi produk. Penting diketahui apakah
produk akan langsung dikonsumsi (ready to eat) atau akan dimasak
terlebih dahulu oleh konsumen. Harus diingat terdapat kelompok
konsumen berisiko tinggi yang meliputi bayi, lansia, kelompok
immunocompromised (ibu hamil, orang sakit, orang yang menjalani
kimoterapi, pasien AIDS). Peruntukan penggunaan produk harus
didasarkan kepada kegunaan yang diharapkan dari produk oleh
konsumen. Tujuan pengguanaan ini harus didasarkan kepada manfaat
yang diharapkan dari produk oleh konsumen. Pengelompokkan
7
konsumsen penting dilakukan untuk menentukan tingkat resiko dari
setiap produk. (Koswara, 2009)
II.2.4. Langkah 4 : Menyusun Diagram Alir
Diagram alir proses disusun dengan tujuan untuk
menggambarkan keseluruhan proses produksi. Diagram alir proses ini
selain bermanfaat untuk membantu tim HACCP dalam melaksanakan
kerjanya, dapat juga berfungsi sebagai pedoman bagi orang atau
lembaga lainnya yang ingin mengerti proses dan verifikasinya.
(Koswara, 2009)
Diagram alir harus meliputi seluruh tahap-tahap dalam proses
secara jelas mengenai:
a. Rincian seluruh kegiatan proses termasuk inspeksi, transportasi,
penyimpanan dan penundaan dalam proses,
b. Bahan-bahan yang dimasukkan kedalam proses seperti bahan baku,
bahan pengemas, air, udara dan bahan kimia,
c. Keluaran dari proses seperti limbah: pengemasan, bahan baku,
product-inprogress, produk reproses (rework), dan produk yang
dibuang (ditolak).
II.2.5. Langkah 5 : Verifikasi Diagram Alir
Agar diagram alir proses yang dibuat lebih lengkap dan sesuai
dengan pelaksanaan di lapangan, maka tim HACCP harus meninjau
operasinya untuk menguji dan membuktikan ketepatan serta
kesempurnaan diagram alir proses tersebut. Bila ternyata diagram alir
proses tersebut tidak tepat atau kurang sempurna, maka harus
dilakukan modifikasi. Diagram alir proses yang telah dibuat dan
diverifikasi harus didokumentasikan. (Koswara, 2009)
Diagram alir proses yang harus diverfikasi ditempat, dapat
dilakukan dengan cara :
a. Mengamati aliran proses
b. Kegiatan pengambilan sampel
c. Wawancara
d. Mengamati operasi rutin/non-rutin
8
II.2.6. Langkah 6 : Identifikasi dan Daftar Semua Bahaya
Terdapat tiga jenis bahaya yang dapat membahayakan, yakni
bahaya biologi, bahaya kimia dan biaya fisik.
1. Bahaya Biologis
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
bahaya biologis yaitu faktor intrinsik (pH, kadar air, aktivitas air,
nutrien, senyawa antimikroba, struktur biologis, dll) dan faktor
ekstrinsik (suhu, kelembaban, gas karbondioksida, dll).
2. Bahaya Kimia
Sumber kontaminan/bahaya kimia pada umumnya
bersumber dari polusi lingkungan, tanah, peralatan, air pengolahan
makanan, bahan kimia yang digunakan saat penanaman/pertanian. 3.
Bahaya Fisik
Bahaya fisik merupakan bahaya/kontaminan yang paling
sering menimbulkan kasus penolakan/pengembalian makanan di suatu
pelayanan penyelenggaraan makanan. Jenis – jenis bahaya fisik
diantaranya ialah serangga, batu, kulit telur, perhiasan, streples,
logam, plastik dll.
II.2.7. Langkah 7 : Menentukan Critical Control Point (CCP) Critical
control point (CCP) atau titik kendali kritis merupakan tahapan atau
prosedur dalam pengolahan pangan dimana pengendalian dapat
dilakukan sehingga dapat menghilangkan atau mengurangi potensi
bahaya hingga mencapai level yang dapat diterima. Level yang dapat
diterima artinya pada kadar atau dosis yang tidak akan menimbulkan
sakit pada manusia yang mengkonsumsinya. Pengelompokan CCP
yakni :
CCP 1 : Bertujuan untuk menghilangkan atau mencegah bahaya CCP
2 : Bertujuan untuk mengurangi bahaya namun tidak dapat
menghilangkan bahaya tersebut.
9
Penentuan Titik Kritis (CCP)
a. Bahan Baku
P1 : Apakah terdapat bahaya dalam bahan baku ini
🡫🡫
Ya 🡫 Tidak 🡪 Bukan CCP
🡫
Bukan CCP
10
P4 : Apakah bahaya dapat meningkat sampai batas tidak
aman?
🡫🡫
Ya 🡫 Tidak 🡪 Bukan CCP
11
II.2.11. Langkah 11 : Menetapkan Prosedur Verifikasi
Prosedur prosedur verifikasi merupakan prosedur untuk
mengidentifikasi semua pelaksanaan program HACCP. Kegiatan –
kegiatan yang termasuk kedalam prosedur verifikasi diantaranya
ialah pemeriksaan kembali rencana HACCP, pemeriksaan catatan
HACCP, pemeriksaan penyimpangan CCP dan prosedur
perbaikannya, pengamatan visual selama produksi, pengambilan
contoh secara acak dan membuat kesesuaian rencana HACCP.
II.2.12. Langkah 12 : Dokumentasi dan Pencatatan
Prosedur dokumentasi dan pencatanan merupakan
prosedur/langkah terakhir dalam kegaitan HACCP. Tujuan
dokumentasi dan pencatatan diantaranya ialah :
1. Bukti keamanan produk berkaitan dengan prosedur dan proses
yang ada.
2. Jaminan pemenuhan peraturan.
3. Kemudahan pelacakan produk dan peninjauan catatan.
4. Rekaman pada pengukuran.
5. Sumber tinjauan data yang diperlukan bila dilakukan audit.
12
BAB III
METODE PENGAMATAN
III.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan dilakukan di ruang dapur Instalasi Gizi Rumah Sakit Tk
IV Cijantung Kesdam Jaya. Kegiatan HACCP ini dilaksanakan selama
satu hari, yaitu pada hari Senin, 21 Oktober 2019 pukul 06.00 – 12.00
WIB untuk mengamati produk fuyunghai telur.
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Deskripsi Produk
IV.1.1. Nama Produk: Fuyunghai
Fuyunghai, adalah masakan khas Tionghoa yang dibuat dari
telur yang didadar dengan campuran berupa sayuran dan daging
(makanan laut), dan lain-lain yang disiram dengan saus asam manis
yang biasanya ditambahkan tomat dan kacang polong tetapi ada juga
saus yang disertai dengan potongan nanas di dalamnya. Namun pada
umumnya fuyunghai di Indonesia banyak yang sudah memodifikasinya
dengan bahan-bahan lainnya.
IV.1.2. Karakteristik Bahan
Bahan Spesifikasi
Telur ayam Ayam negeri, permukaan telur mulus, tidak terdapat kotoran,
kulit telur tidak retak, apabila di kocok tidak menimbulkan
suara, berat rata-rata telur 55 gr,kemasan telur menggunakan
trai.
Bawang Bersih, segar, tidak busuk, berwarna merah, dan tidak berulat.
merah
Bawang Putih Bersih, segar, tidak busuk, berwarna putih, dan tidak berulat.
Daun Bawang Segar, bersih, tidak berlubang, tidak busuk dan tidak berakar.
Telur 55 75 7 5 - 78,1
Minyak 5 50 - 5 - -
Garam 1 - - - - 3.8
IV.1.4. Pengemasan
Pengemasan fuyunghai di kelas VIP dan kelas 1
menggunakan mangkuk kecil porselen yang ditutup menggunakan
plastik wrap, kelas 2 menggunakan mangkuk kecil melamin, kelas
3 menggunakan ompreng makanan yang tertutup rapat.
IV.1.5. Penyimpanan
Fuyunghai telur yang telah dikemas disimpan dalam wadah
tertutup dengan suhu ruang 29,4°C.
IV.1.6. Sistem Distribusi
Distribusi dilakukan secara sentralisasi, yaitu terpusat pada
dapur besar. Makanan yang akan disajikan dibungkus
menggunakan plastik bening (plastic wrap). Hal ini bertujuan
untuk menghindari kontaminasi dan menjaga agar makanan tetap
aman dan bersih. Setelah melakukan pendistribusian di dapur,
makanan dibawa dengan menggunakan troli menuju ruangan
ruangan perawatan dan langsung dibagikan kepada pasien sesuai
dengan jenis diet yang sudah ditetapkan.
15
IV.1.7. Rencana Penggunaan
Menu fuyunghai dapat dikonsumsi secara langsung (ready
to eat) oleh pasien rawat inap kelas VIP sampai kelas III, dengan
diet makanan biasa maupun makanan lunak, disertai dengan diet
maupun non diet.
IV.1.8. Analisis Bahaya dan Resiko (Prinsip 1)
IV.1.4.1. Analisis Bahaya dan Resiko Bahan Baku
No Bahan Bahaya Bahaya terhadap Tingkat Tindakan pengendalian
baku resiko
Kese Mutu
hatan
Ya Tidak
Fisik: Sebelum diolah, cangkang
Cangkang telur di bersihkan dengan
telur & dicuci & memisahkan
Kotoran sampah cangkang telur
ayam
17
Bacillus Ya Tidak dengan spesifikasi
Cerus,
Aspergilus
niger Ya Tidak
18
IV.1.4.1. Analsis Bahaya dan Resiko Proses Pengolahan Fuyunghai
No Tahapan Bahaya Bahaya Ting Tindakan pengendalian
terhadap kat
resik
Kes Mutu
o
ehat
an
Kimia:
Logam berat
pada pisau
19
Ya Tidak
Ya Tidak
6 Pencamp Fisik : Ya Tidak Rendah Menggunakan alat
ura n Kotoran yang masak yang tidak
semua melekat pada bereaksi dengan
bahan wadah&spatula makanan yang
diolah serta alat
harus bersih dan
kering
20
IV.2. Tujuan Penggunaan Produk
Penggunaan produk fuyunghai, bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan gizi pasien rawat inap di Rumah Sakir TK IV Cijantung kesdam
Jaya. Menu fuyunghai ditujukan untuk pasien diet dan non diet.
Pengecekkan
Penimbangan
Peracikan
Pengolahan
Pemorsian
Distribusi
21
IV.4. Penentuan CCP
a. Bahan Baku
P1 : Apakah terdapat bahaya dalam bahan baku ini?
Tidak Ya
b. Tahap Pengolahan
P1 : Apakah terdapat bahaya pada tahap/proses ini?
22
P3 : Apakah proses ini dirancang khusus untuk menghilangkan
Ya
Tidak CCP
P4 : Apakah bahaya dapat meningkat sampai batas tidak
aman?
menghilangkan/mengurangi bahaya?
23
Tabel 5. Penentuan CCP Bahan Baku
No. Bahan Prinsip 1
Baku Bahaya Bahaya Terhadap Tingkat Tindakan Pengendalian
Kesehatan Mutu
Resiko
24
ayam Sebelum diolah,
cangkang telur di
bersihkan dengan
dicuci & memisahkan
sampah cangkang telur
25
4. Bawang Biologis: Tidak Ya Rendah Disimpan ditempat
putih Aspergilus penimpanan bahan
niger, makanan yang kering
Bacillus
cerus, jamur
dan kapang
Ya Tidak Dicuci dengan air
Kimia : mengalir sampai bersih
Residu Pestisida
Tidak Ya Penyortiran bahan
Fisik : sesuai dengan
Bertunas spesifikasi
5. Bawang Biologis Tidak Ya Rendah Disimpan ditempat
merah Aspergilus penyimpanan bahan
niger, makanan yang
Bacillus tempatnya kering
cerus, jamur
dan kapang
Ya Tidak Dicuci dengan air
Kimia mengalir sampai bersih
Pestisida
26
Fisik Tidak Ya Penyortiran barang
Bertunas sesuai dengan
spesifikasi
27
bersih
28
Tabel 6. Penentuan CCP Proses Pengolahan Fuyunghai
No Tahapan Prinsip 1
29
Residu,
pestisida
30
berat
pada
pisau
4. Pemotong Biologi: Ya Tidak Rendah Pisau yang Ya
an bahan bakteri digunakan
yang terbuat dari
terdapat stainless steel,
di tidak ada
talenan kotoran yang
dan Ya Tidak melekat dan
pisau kering
Fisik : Talenan yang
Kotoran digunakan
yang harus dalam
terdapat keadaan
di bersih dan kering
Ya Tidak
talenan
dan
pisau
Kimia:
Logam
berat
pada
pisau
31
5. Pemarutan Biologi: Ya Tidak Rendah Parutan yang Ya
bahan bakteri digunakan
yang terbuat dari
terdapat stainless steel,
di tidak ada
wadah kotoran yang
plastik Ya Tidak melekat dan
dan kering.
parutan Wadah plastik
Fisik : yang digunakan
Kotoran harus dalam
yang keadaan
32
6. Pencampur Fisik : Ya Tidak Rendah Menggunakan Ya
an semua Kotoran alat masak yang
bahan yang tidak bereaksi
melekat dengan
pada makanan yang
wadah & diolah serta alat
spatula harus bersih
dan kering
7. Penggoreng Biologis : Ya Tidak Rendah Menggunakan Ya
an Kontami alat yang tidak
Fuyunghai na si bereaksi dengan
bakteri makanan yang
dari diolah (bahan
tenaga yang terbuat dari
pemasak stainless steel dan
(Staphyloc pyrex)
occusau
reu s), Menjaga
serangga kebersihan
yang ada ruang
di pengolahan
lingkunga
n
33
pengolah Ya Tidak
an Fisik :
Kotoran
yang
melekat Ya Tidak
pada alat
masak
Kimia :
Kontami
na si
logam
berbaha
ya dari
alat
masak
34
Tabel 7. Form HACCP Worksheet Plan
No. Bahan Baku Bahaya Prinsip 3 Prinsip 4
/ Tahap
Proses Batas / What How Who
Limit
Kritis
Fisik :
kotoran
35
Kimia : diterima
pestisida
Fisik :
kotoran
4 Daun Bawang Biologis : Pemasakan Kondisi Pemeriksa Penerima M
daun an secara bahan ke
Listeria dengan visual
bawang makanan sa
monocytog suhu 75oC terhadap
kol
en es yang diterima
Kimia :
pestisida Perebusan
dengan
Fisik: suhu 72oC
Tanah selama 10
menit
Pencucian
dengan air
bersih
36
Kotoran &
sampah
Kimia:
Keberada
an logam
berat
pada air
37
Kotoran
yang
terdapat di
talenan dan
pisau
Kimia:
Logam
berat pada
pisau
38
pada parutan
39
berbahaya
dari alat
masak
40
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari pengamatan ini adalah sebagai berikut:
V.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah Instalasi Gizi Rumah Sakit TK
IV Cijantung Kesdam Jaya perlu memberikan penyuluhan pelatihan
mengenai kedisiplinan dalam pelaksanaan penyelenggaraan makanan
kepada petugas masak agar proses produksi berjalan dengan baik sehingga
menu yang diberikan kepada pasien akan terjamin keamanannya.
41
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional. 2009. Standar Nasional Indonesia ISO 22000 tahun
2009 Tentang Sistem Manajemen Keamanan Pangan-Persyaratan Untuk
Organisasi dalam Rantai Pangan. Jakarta : BSN
Buckle, R.A, dkk. 2010. Ilmu Pangan. Jakarta: UI-Press. Budiono, Doddy Indra.
Daulay, Sere Saghraine. Hazard Analysis Critical Cotrol Point (HACCP) dan
implementasinya dalam industri pangan.
Knechtges, P.L., 2011. Food Savety Teory and Practice. East Carolina University.
Jones & Bartlett. Available from : Google book.
Nurliana. 2004. Tinjauan terhadap peran HACCP (Hazard Analysis Critical
Control Point) dalam mengendalikan bahaya kimia pada makanan. Bogor.
Panduan penyusunan rencana HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)
bagi industri pangan. 2006.
Putra, Aang. 2017. Penyusunan Rencana Hazard Analysis Critical Control Point
(HACCP) pada produksi gula kristal putih (studi kasus di PTPN VII
pabrik gula bungamayang). Lampung
Sari, Amalia Evy Puspita, dkk. 2019. Laporan HACCP (Hazard Analisys Critical
Control Point) Hasil Rancangan HACCP Fuyunghay di Rumah Sakit
Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya. Surabaya: Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Surabaya.
Utari, Sri. 2016. Penerapan HACCP Pada Produksi Surimi Beku Ikan Kurisi Di
PT. Bintang Karya Laut Rembang, Jawa Tengah. Universitas Airlangga.
Surabaya
Utari, Sri. 2016. Penerapan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)
pada Produksi Surimi Beku Ikan Kurisi (Nemipterus Nematophorus) di PT.
Bintang Karya Laut Rembang, Jawa Tengah. Surabaya: Fakultas Perikanan
dan Kelautan Universitas Airlangga.
Lampiran 1
Denah Dapur
pengolahan makan sehat
Keterangan:
10. Ruang pengolahan makanan non sehat
1. Tempat cuci dan pemilihan bahan 11. Ruang susu
masuk 12. Ruang pemorsian
2. Gudang kering 13. Ruang distribusi
3. Gudang basah 14. Ruang Jangum
4. Tempat penerimaan bahan 5. Meja 15. Tempat cuci alat masak dan alat makan
pencatatan/administrasi 6. Ruang ganti 16. Kamar mandi
7. Ruang persiapan 17. Gudang alat
8. Tempat cuci bahan makanan 9. Ruang 18. Ruang simpan gas
Lampiran 2
Proses Penerimaan
Lampiran 3
Proses Penerimaan
Lampiran 4
Proses Penyimpanan
Lampiran 5
Proses Persiapan
Lampiran 6
Proses Pengolahan
Lampiran 7
Proses Pengemasan
Lampiran 8
Proses Distribusi