Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN GIZI

MASYARAKAT
PELAKSANAAN PROGRAM GIZI PADA KELOMPOK SASARAN BADUTA
STUNTING (12-24 BULAN)
DI PUSKESMAS DUREN SERIBU KOTA DEPOK
Tanggal 22 Februari 2021 s.d 19 Maret 2021

Oleh:
Ezra Luga 1710714098

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI GIZI PROGRAM SARJANA

2021
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN GIZI MASYARAKAT


PELAKSANAAN PROGRAM GIZI PADA KELOMPOK SASARAN REMAJA
DI PUSKESMAS DUREN SERIBU KOTA DEPOK
Tanggal 22 Februari s.d 20 Maret 2021

Oleh:

Ezra Luga 1710714098

Telah dipesentasikan dan disetujui pada

Hai/Tanggal:.../...., Maret 2021

Community Instructor Supervisor

Purwanti A.Mg Muhammad Nur Hasan Syah, S.Gz.,


NIP/NIK. M.Kes
NIP/NIK.
BAB IV
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Fase terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan adalah masa bayi
dan balita, karena pada fase ini dapat menentukan masa depan anak baik seacra
fisik, mental, dan juga perilaku di masa yang akan datang (1). Pada fase ini
balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup dalam jumlah dan juga kualitas
yang lebih banyak karena pada umumnya memiliki aktivitas fisik yang tinggi
(2). Status gizi anak balita di Indonesia yang saat ini banyak terjadi dan menjadi
permasalahan adalah stunting pada anak (3).
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak yang berusia di
bawah lima tahun akibat dari kekurangan gizi yang kronis sehingga anak terlalu
pendek untuk usianya (4). Kekurangan gizi ini terjadi sejak bayi berada dalam
kandungan dan pada masa awal bayi setelah lahir, dan pada Balita/Baduta (Bayi
di Bawah Usia Dua Tahun) yang mengalami stunting akan memiliki tingkat
kecerdasan yang tidak maksimal. Berdasarkan dari hasil Pemantauan Status
Gizi (PSG) tahun 2015, prevalensi stunting di Indonesia adalah 29% dan
mengalami penurunan pada tahun 2016 menjadi 27,5% namun pada tahun 2017
mengalami peningkatan angka stunting menjadi 29,6% (5). Prevalensi stunting
berdasarkan dari hasil pelaksanaan Bulan Penimbangan Balita (BPB) yang
dilakukan pada bulan Agustus 2020, yang dilakukan oleh 28 UPTD Puskesmas
yang ada di Kota Depok didapatkan prevalensi stunting sebesar 5,31% (6).
Stunting pada anak dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
yaitu kemiskinan, sosial budaya, adanya peningkatan paparan terhadap penyakit
infeksi, kerawanan pangan dan akses masyarakat dengan pelayanan kesehatan
(7). Kejadian bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) juga merupakan
faktor penyebab dari stunting pada anak yang berusia 12 bulan (8). Pengetahuan
dan pendidikan orang tua juga secara tidak langsung dapat berhubungan dengan
kejadian stunting pada anak.
Kontribusi yang telah dilakukan oleh Puskesmas Duren Seribu untuk
pencegahan stunting adalah pertemuan pengetahuan stunting dan juga MPASI.
Program untuk mengedukasi mengenai stunting pada anak bayi di bawah umur
dua tahun (baduta) belum ada, untuk itu perlu dilakukan pemberian edukasi
mengenai stunting pada anak baduta untuk orang tua yang berguna untuk
mencegah terjadinya stunting. Intervensi tersebut diharapkan dapat menekan
angka prevalensi stunting pada anak yang terjadi di wilayah Puskesmas Duren
Seribu.

b. Tujuan Kegiatan

1. Tujuan Umum
Mengkaji status stunting pada bayi di bawah umur dua tahun (baduta) dan
faktor yang mempengaruhi di Puskesmas Duren Seribu.

2. Tujuan Khusus
a. Mengkaji status dan prevalensi stunting pada baduta di wilayah
Puskesmas Duren Seribu
b. Mengkaji asupan zat gizi pada baduta di wilayah Puskesmas Duren
Seribu
c. Mengkaji pola asuh yang diterapkan pada baduta di wilayah
Puskesmas Duren Seribu
d. Mengkaji ketersediaan pangan rumah tangga yang memiliki baduta
di wilayah Puskesmas Duren Seribu
e. Mengkaji kejadian infeksi (Diare dan ISPA) pada baduta di wilayah
Puskesmas Duren Seribu
f. Mengkaji akses pelayanan kesehatan keluarga baduta di wilayah
Puskesmas Duren Seribu
g. Mengkaji hygiene dan sanitas pada keluarga baduta di wilayah
Puskesmas Duren Seribu
h. Mengkaji pemberian ASI eksklusif dan MPASI pada anak yang
berada di wilayah Puskesmas Duren Seribu
i. Mengkaji kejadian BBLR pada anak yang berada di wilayah
Puskesmas Duren Seribu
c. Manfaat

1. Manfaat Bagi Responden


Memperoleh informasi mengenai faktor-faktor penyebab dan upaya
untuk mencegah terjadinya anemia pada anak baduta.

2. Manfaat Bagi UPTD Pusekesmas Duren Seribu


Dapat mengevaluasi atau menambah program-program gizi dan
kesehatan khususnya untuk stunting pada baduta.
BAB V
Pengembangan Instrumen Analisis Situasi

a. Kerangka Konsep

Stunting

Asupan Gizi yang Penyakit Infeksi


Tidak Terpenuhi BBLR
(Diare dan ISPA)

Gizi Tidak Pola Asuh &


Terpenuhi Dengan Makan Anak Tidak Akses Sanitasi, Air
Baik (Persediaan Tepat (Pemberian Besih, dan Fasilitas
Pangan Keluarga ASI Eksklusif Pelayanan
Tidak Tercukupi) MPASI Tidak Kesehatan Tidak
Terpenuhi) Terjangkau

Kurangnya Pendidikan, Pengetahuan, dan Pendapatan


Keluarga

Krisis Ekonomi, Sosial, Budaya, dan


Politik
b. Variable Indicator Matrix (VIM)
Tabel 1 Variable Indicator Matrix Baduta

Variabel Indikator Measure Tools Reference


Penyakit Infeksi
Diare Wawancara
Kuesioner (9)
ISPA terstruktur
Ketersediaan Pangan Keluarga
Ketersediaan Ketahanan Pangan:
bahan pangan
- Kurang Wawancara
Akses Pangan Kuesioner (10)
- Cukup terstruktur
Pemanfaatan
Pangan - Baik

Pola Asuh
- Memberi kebebasan
namun tetap
memperhatikan,
membatasi serta
selalu mendampingi
Demokratis anak
- Memberi penjelasan
atas yan diperintahkan
Ibu kepada anak
- Ibu bersifat
komunikatif
Wawancara
- Melarang dan Kuesioner (11)
terstruktur
memaksa mengikuti
aturan-aturan tertentu
Otoriter
- Berorientasi pada
hukuman fisik
maupun verbal
Ibu memberikan
kebebasan seluas
mungkin
Permisif
- Ibu kurang memberi
perhatian

Higiene dan Sanitasi Lingkungan


- Mencuci tangan
dengan sabun
- Menyikat gigi
Perilaku - Menggunting
kuku
Higiene - Membersihkan
mainan
Wawancara
- Menyimpan Kuesioner (12)
makanan terstruktur
- Penyediaan
Jamban
Sanitasi - Air bersih
Lingkungan - Lingkungan
rumah
- Tempat sampah
Pemberian ASI

Pemberian ASI
Eksklusif

Pemberian MPASI

1 Jenis bahan makanan Wawancara Kuesioner (13)


2 Jenis bahan makanan terstruktur
3 Jenis bahan makanan
4 Jenis bahan makanan
Melanjutkan Pemberian
ASI sampai 2 tahun

Asupan Zat Gizi Makro


Asupan Energi Baik ≥ lebih dari 80% Wawancara Food (14)
dalam sehari AKG recall
(kkal), (15)
karbohidrat Tidak Baik < 80%
(gr), protein AKG
(gr), dan lemak
(gr)
dibandingkan
dengan Angka
Kecukupan
Gizi (AKG)
Berat dan Panjang Badan Lahir
BBLR (< 2500 gr)
Berat Badan BB Lahir Normal (≥
2500 gr)
PB lahir pendek (< 48 Wawancara Kuesioner (16)
cm)
Panjang Badan
PB lahir normal (≥ 48
cm)
Akses Pelayanan Kesehatan

Pelayanan
Waktu Tempuh:
Kesehatan
Cepat (<8 menit)
(UKBM)
Lama (>8 menit)
Upaya
Tidak tahu faskes
Kesehatan
Bersumberday
Alat Transportasi
a Masyarakat
Mudah
(Posyandu,
Sulit
Poskesdes,
Tidak tahu faskes
Polindes)
Wawancara Kuesioner (17)
Waktu Tempuh:
Pelayanan Cepat (<20 menit)
Kesehatan Non Lama (>20 menit)
UKBM Tidak tahu faskes
(Rumah Sakit,
Puskesmas, Alat Transportasi
Pustu, Praktik Mudah
Doter, Praktik Sulit
Bidan) Tidak tahu faskes

Tingkat Pendapatan dan Pendidikan Orang Tua


Pendapatan Pendapatan Orang Tua Wawancara Kuesioner (18)
Orang tua UMK Depok
Rp 4.339.514

a. Di bawah UMK
Depok
b. Sama dengan UMK
Depok
c. Di atas UMK Depok
Pendidikan Orang Tua:

Pendidikan Rendah (≤SMP)


Wawancara Kuesioner (19)
Orang Tua Menengah (SMA)
Tinggi (Perguruan
Tinggi)
Studi Situasi Analisis Baduta dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi di
Puskesmas Duren Seribu, 2021

Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta


Jl. Rs. Fatmawati, Pondok Labu, Jakarta Selatan, DKI Jakarta, 12450
Telp. (021) 765 6971 Email: upnvj@upnvj.ac.id Web:

c. Kuisioner

LEMBAR PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN


Kami adalah mahasiswa Sarjana Gizi di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
yang saat ini sedang melakukan aplikasi keilmuan gizi komunitas. Oleh karena itu, kami
mohon kesediaan ibu/bapak untuk melakukan wawancara mengenai gizi dan anak usia
bawah lima tahun (baduta) serta pengukuran berat badan, tinggi badan dan panjang badan.
Keseluruhan kegiatan akan berlangsung selama 1,5 jam. Kami akan merahasiakan seluruh
informasi yang Ibu. Perlu kami informasikan bahwa keikutsertaan ibu dalam kegiatan ini
bersifat sukarela dan diakhir wawancara akan diberikan cindera mata sebagai tanda terima
kasih serta feedback beberapa hasil dari pengukuran.

Inform Consent
Setelah saya mendapat penjelasan mengenai tujuan dan manfaat studi dalam “Studi Situasi
Analisis Baduta Stunting di Puskesmas Duren Seribu“ maka saya:
Nama (usia) : ……………..……………………………………………(……..tahun)
Nama baduta (usia) ) : …………………………………………………..………(……..bulan)
Alamat :……………………………………………………………………....
No. Hp/ WA : ………………………………………………………………............
Alamat e-mail : ………………………………………………………………………

Secara sukarela dan tanpa paksaan setuju untuk menjadi responden dan diwawancarai dalam
studi ini.
Depok, Februari 2021 Tandatangan Responden

(Nama :……………………………..)
Informasi Lapangan
Tanggal Interview : Tanda Tangan
(tanggal-bulan-tahun) Pewawancara
Nama Ketua Tim : Ezra Luga Tanda Tangan
Tanggal Pemeriksaan Ketua Tim
:
(tanggal-bulan-tahun)

Kode Pewawancara Kode


1. Nadiya Rahmah Qurnani 06. Mia Aunillah Najdain
2. Astagina Sekar Sakti 07. Diajeng Nurulita N [ ]
3. Ezra Luga 08. Saskia Ajeng Andiani
4. Dita Afriyanti Puspita 09. Erina Febriani
5. Panji Octo Prasetio 10. Annisa Tantriana

A. Penyakit Infeksi A
1. Diare A1
1 Apakah Ibu tahu apa itu Diare?
1. Ya [ ] A1-1
2. Tidak
2 Bila Ya, apa yang dimaksud dengan diare?
1. Buang air besar sekali sehari
2. Buang air besar lembek kurang dari 3 kali sehari
[ ] A1-2
3. Buang air besar encer 3-4 kali atau lebih dalam
sehari
4. Buang air besar 2 kali sehari
3 Bagaimana cara penularan diare?
1. Melalui makanan dan minuman yang kurang
bersih
[ ] A1-3
2. Penggunaan air yang tercemar
3. Air yang dikonsumsi tidak dimasak dengan baik
4. Semua benar
4 Bagaimana cara pencegahan diare?
1. Memberikan ASI
2. Mencuci tangan [ ] A1-4
3. Perhatikan kebersihan lingkungan
4. Semua benar
5 Bagaimana pengobatan diare pertama kali yang dapat ibu [ ] A1-5
lakukan pada anak?
1. Diberi larutan garam atau oralit buatan
2. Membeli obat di warung
3. Diberikan makanan yang banyak
4. Diberikan jamu tradisional
2. ISPA A2
1 Apakah anak ibu pernah mengalami sakit batuk
pilek/demam pada kurun waktu 1 tahun terakhir?
[ ] A2-1
1. Ya
2. Tidak
2 Apakah kejadian sakit batuk/pilek biasa tersebut lebih dari
14 hari ?
[ ] A2-2
1. Ya
2. Tidak
3 Apakah anak anda mengalami kejadian sakit batuk/pilek
lebih dari 2 kali
dalam kurun waktu 1 tahun terakhir? [ ] A2-3
1. Ya
2. Tidak

B. Ketersediaan Pangan B
1. Tahap 1 B1
1 Apakah Ibu khawatir jika makanan Ibu akan habis
sebelum mendapatkan uang untuk membeli makanan
kembali?

Apakah hal tersebut sering terjadi, kadang terjadi, atau


[ ] B1-1
tidak pernah terjadi pada rumah tangga Ibu dalam 12
bulan terakhir?
1. Sering terjadi
2. Terkadang terjadi
3. Tidak pernah terjadi
2 Makanan yang Ibu beli tidak bertahan lama, dan Ibu tidak
punya uang untuk mendapatkan lebih banyak

Apakah hal tersebut sering terjadi, kadang terjadi, atau


tidak pernah terjadi pada rumah tangga Ibu dalam 12 [ ] B1-2
bulan terakhir?
1. Sering terjadi
2. Terkadang terjadi
3. Tidak pernah terjadi
3 Ibu tidak mampu untuk makan makanan seimbang? [ ] B1-3
Apakah hal tersebut sering terjadi, kadang terjadi, atau
tidak pernah terjadi pada rumah tangga Ibu dalam 12
bulan terakhir?

1. Sering terjadi
2. Terkadang terjadi
3. Tidak pernah terjadi
Jika tanggapan afirmatif (yaitu “sering terjadi” atau “terkadang terjadi”) terhadap
satu atau lebih pertanyaan 1-3, lanjutkan ke tahap 2, jika tidak lanjutkan ke tahap
terakhir
2. Tahap 2 B2
1 Dalam 12 bulan terakhir apakah (Ibu atau orang dewasa
lainnya di rumah Ibu) pernah mengurangi jumlah
makanan atau melewatkan makan karena tidak cukup
B2-
uang untuk makan? [ ]
1
1. Iya
2. Tidak (lewati No 5)
2 Jika Iya, seberapa sering hal tersebut terjadi?
1. Hampir setiap bulan B2-
[ ]
2. Beberapa bulan tapi tidak setiap bulan 2
3. Hanya 1 atau 2 bulan
3 Dalam 12 bulan terakhir, apakah Ibu pernah makan lebih
sedikit dari yang seharunya Ibu makan untuk tidak cukup
B2-
untuk uang makan? [ ]
3
1. Iya
2. Tidak
4 Dalam 12 bulan terakhir, apakah setiap Ibu lapar tapi Ibu
tidak makan karena tidak cukup uang untuk makan? B2-
[ ]
1. Iya 4
2. Tidak
5 Dalam 12 bulan terakhir, apakah berat badan Ibu menurun
karena tidak cukup uang untuk makan? B2-
[ ]
1. Iya 5
2. Tidak
Jika terdapat tanggap afirmatif (“Iya”) terhadap satu atau lebih pertanyaan 4-8
lanjutkan ke tahap 3, jika tidak lanjutkan ke tahap terakhir
3. Tahap 3 B3
1 Dalam 12 bulan terakhir apakah (Ibu / orang dewasa [ ] B3-1
lainnya yang berada di rumah) tidak pernah makan
sepanjang hari karena tidak cukup uang untuk makan?
1. Iya
Tidak (Lewati No 10)
2 Jika iya, seberapa sering hal tersebut terjadi?
1. Hampir setiap bulan
[ ] B3-2
2. Beberapa bulan tapi tidak setiap hari
3. Hanya 1 atau 2 bulan
4. Tahap 4 B4
1 Ibu hanya mengandalkan beberapa jenis makanan dengan
biaya yang rendah untuk memberi makan anak Ibu karena
Ibu kekurangan uang untuk membeli makanan
[ ] B4-1
1. Sering terjadi
2. Terkadang terjadi
3. Tidak pernah terjadi
2 Ibu tidak bisa memberi makan anak Ibu makanan yang
seimbang karena tidak mampu
[ ] B4-2
1. Sering terjadi
2. Terkadang terjadi
3. Tidak pernah terjadi
3 Ibu atau anak Ibu tidak cukup makan karena ibu tidak
mampu menyediakan cukup makan
1. Sering terjadi [ ] B4-3
2. Terkadang terjadi
3. Tidak pernah terjadi
Jika terdapat tanggapan afirmatif (yaitu “sering terjadi” atau “terkadang terjadi”)
terhadap satu atau lebih pertanyaan pada tahap 4 makan lanjutkan pada tahap 5
jika tidak lanjutkan ke tahap terakhir
5. Tahap 5 B5
1 Dalam 12 bulan terakhir, sejak (bulan ini) tahun lalu,
apakah Ibu pernah mengurangi makanan anak Ibu karena
tidak cukup uang untuk makan? [ ] B5-1
1. Iya
2. Tidak
2 Dalam 12 bulan terakhir, apakah anak Ibu pernah
melewatkan makan karena tidak cukup uang untuk
makan? [ ] B5-2
1. Iya
2. Tidak (lewati no 3)
3 Jika iya, seberapa sering hal ini terjadi? [ ] B5-3
1. Hampir setiap bulan
2. Beberapa bulan tapi tidak setiap bulan
3. Hanya 1 atau 2 bulan
4 Dalam 12 bulan terakhir, apakah anak Ibu pernah lapar
tapi Ibu tidak mampu membeli makan?
[ ] B5-4
1. Iya
2. Tidak
5 Dalam 12 bulan terakhir apakan anak Ibu tidak pernah
makan sepanjang hari karena tidak cukup uang untuk
membeli makan? [ ] B5-5
1. Iya
2. Tidak

C. Pola Asuh C
1. Pola Asuh Demokratis C1
1 Apakah Ibu menemani anak saat makan?
1. Iya [ ] C1-1
2. Tidak
2 Apakah Ibu membujuk anak jika tidak mau makan?
3. Iya [ ] C1-2
4. Tidak
3 Apakah Ibu menyiapkan makanan setiap hari?
1. Iya [ ] C1-3
2. Tidak
4 Apakah Ibu membiasakan anak untuk makan pagi?
1. Iya [ ] C1-5
2. Tidak
5 Apakah Ibu menyajikan menu makanan bervariasi?
1. Iya [ ] C1-5
2. Tidak
2. Pola Asuh Otoriter C2
1 Apakah Ibu memarahi anak jika makan sambil bermain?
1. Iya [ ] C2-2
2. Tidak
2 Apakah Ibu memaksa anak jika tidak mau makan?
1. Iya [ ] C2-3
2. Tidak
3 Apakah Ibu menghukum anak jika makanannya tidak
dihabiskan?
[ ] C2-4
1. Iya
2. Tidak
4 Apakah Ibu memarahi anak jika makan tidak tepat waktu? [ ] C2-5
1. Iya
2. Tidak
3. Pola Asuh Permisif C3
1 Apakah Ibu tidak menemani anak saat makan? [ ] C3-1
1. Iya
2. Tidak
2 Apakah Ibu membiarkan anak makan sambil bermain? [ ] C3-2
1. Iya
2. Tidak
3 Apakah Ibu membiarkan anak jika tidak mau makan? [ ] C3-3
1. Iya
2. Tidak
4 Apakah Ibu membiarkan anak makan tidak tepat waktu? [ ] C3-4
1. Iya
2. Tidak
5 Apakah Ibu membiarkan anak makan sendiri? [ ] C3-5
1. Iya
2. Tidak
6 Apakah Ibu membiarkan anak tidak suka makan sayur? [ ] C3-6
1. Iya
2. Tidak

D. Higiene dan Sanitasi Lingkungan D


1. Higiene D1
1 Apakah Ibu mencuci piring dan gelas dengan air dan sabun?
1. Iya [ ] D1-1
2. Tidak
2 Berapa kali Ibu memandikan anak dalam 1 hari?
1. ≥ 2 kali [ ] D1-2
2. < 2 kali
3 Apakah Ibu mencuci tangan ketika hendak memberikan makan
pada anak?
[ ] D1-3
1. Iya
2. Tidak
4 Apakah anak Ibu sebelum dan sesudah makan selalu mencuci
tangan dengan sabun?
[ ] D1-4
1. Iya
2. Tidak
5 Bila anak sedang bermain di luar rumah apakah anak memakai [ ] D1-5
alas kaki?
1. Iya
2. Tidak
6 Apakah Ibu membersihkan kuku anak?
1. Iya [ ] D1-6
2. Tidak
7 Apakah Ibu menggosok gigi anak?
1. Iya [ ] D1-7
2. Tidak
2. Sanitasi Lingkungan D2
1 Apakah Ibu mempunyai jamban keluarga di dalam rumah?
1. Iya [ ] D2-1
2. Tidak
2 Apakah Ibu mempunyai saluran pembuangan air limbah di
rumah?
[ ] D2-2
1. Iya
2. Tidak
3 Apakah Ibu di rumah ada tempat pembuangan sampah?
1. Iya [ ] D2-3
2. Tidak
4 Apakah Ibu mempunyai ventilasi yang cukup baik?
1. Iya [ ] D2-4
2. Tidak
5 Apakah Ibu menampung air bersih untuk memasak?
1. Iya [ ] D2-5
2. Tidak
6 Apakah Ibu membersihkan tempat-tempat penampungan air
minimal satu kali satu minggu?
[ ] D2-6
1. Iya
2. Tidak
7 Apakah sumber air minum bersih yang digunakan?
1. PDAM
2. Sungai/danau/air hujan
[ ] D2-7
3. Sumur bor/pompa
4. Kran/hidran minum
5. Air kemasan

E. Praktik Pemberian ASI dan MPASI E


1. Pemberian ASI E1
1 Apakah anak masih diberikan air susu ibu (ASI) hingga saat
ini?
[ ] E1-1
1. Iya
2. Tidak
2 Apakah saat ini anak diberikan susu formula?
1. Iya [ ] E1-2
2. Tidak
3 Apakah setelah anak Ibu lahir, dilakukan IMD (inisiasi
menyusui dini) anak ditelungkupkan diantara payudara Ibu?
[ ] E1-3
1. Iya
2. Tidak
4 Apakah Ibu memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan kepada
anak Ibu?
[ ] E1-4
1. Iya
2. Tidak
5 Apakah Ibu bersedia memberikan ASI hingga anak berumur 2
tahun?
[ ] E1-5
1. Iya
2. Tidak
2. Pemberian MPASI E2
1 Berapakah usia anak diberikan makanan pendamping ASI
pertama kali?
1. < 6 bulan [ ] E2-1
2. 6 bulan
3. > 6 bulan
2 Berapakah jenis bahan dasar dalam MPASI yang diberikan
kepada anak saat ini?
1. 1 jenis bahan dasar
[ ] E2-2
2. 2 jenis bahan dasar
3. 3 jenis bahan dasar
4. 4 jenis bahan dasar
3 Berapakah frekuensi pemberian MPASI kepada anak dalam
sehari?
1. 1-2 kali makanan utama, 1-2 kali makanan cemilan [ ] E2-3
2. 2-3 kali makanan utama, 1-2 kali makanan cemilan
3. 3-4 kali makanan utama, 1-2 kali makanan cemilan
4 Berapakah porsi pemberian MPASI kepada anak dalam setiap [ ] E2-4
kali makan?
6. 2-3 sendok makan dan ditingkatkan bertahap sampan
½ mangkok kecil atau setara 125 ml
7. ½ mangkok kecil atau setara 125 ml
8. ¾ sampai 1 mangkok kecil atau setara dengan 175-250
ml

A. Asupan Energi (Recall 24 Jam) F


Waktu Nama
Bahan URT Gram
Makan Makanan

B. Berat dan Panjang Lahir Badan G


1. Berat Badan G1
1 Apakah Ibu ingat berat badan anak Ibu saat lahir?
1. Ya (jika iya lanjut no 2) [ ] G1-1
2. Tidak
2 Berapakah berat badan anak Ibu saat lahir? [ ] G1-2
1. > 2500 gram
2. 1500-2500 gram
3. 1000-1500 gram
2. Panjang Lahir Badan G2
1 Apakah Ibu ingat panjang badan anak Ibu saat lahir?
1. Iya [ ] G2-1
2. Tidak
2 Berapakah panjang anak Ibu saat lahir?
1. < 48 cm [ ] G2-2
2. > 48 cm

C. Akses Pelayanan Kesehatan H

1 Dimanakah Ibu dan anak memeriksakan kesehatan?


1. (UKBM) Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (Posyandu, Poskesdes, Polindes)
[ ] H1
2. Non UKBM (Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu,
Praktik Doter, Praktik Bidan)
3. Lainnya (Sebutkan)
2 Berapakah waktu perkiraan waktu tempuh dari rumah Ibu
ke pelayanan kesehatan (UKBM) Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (Posyandu, Poskesdes,
Polindes) [ ] H2
1. < 8 menit
2. > 8 menit
3. Tidak tahu
3 Berapakah waktu perkiraan waktu tempuh dari rumah Ibu
ke pelayanan kesehatan Non UKBM (Rumah Sakit,
Puskesmas, Pustu, Praktik Doter, Praktik Bidan)
, Polindes) [ ] H3
1. < 20 menit
2. > 20 menit
3. Tidak tahu
4 Bagaimana dengan transportasi untuk menuju pelayanan
kesehatan?
[ ] H4
1. Mudah
2. Sulit
5 Transportasi apa yang Ibu gunakan untuk mengunjungi
tempat pelayanan kesehatan?
1. Jalan kaki [ ] H5
2. Angkutan umum
3. Motor/mobil pribadi
F. Tingkat Pendapatan dan Pendidikan Orang Tua I
Petunjuk: Tulis jawaban pada kotak sebelah kanan sesuai dengan pilihan jawaban
yang telah disediakan
1. Pendapatan Orang Tua I1
1 Pendapatan keluarga
UMK Depok = Rp 4.339.514
[ ] I1-1
1. <UMK Depok
2. = UMK Depok
3. > UMK Depok
2 Pekerjaan Ibu
1. Tidak bekerja
2. Buruh
3. Karyawan swasta [ ] I1-2
4. Wirausaha/pedagang
5. Pegawai Negeri Sipil
6. Lainnya, Sebutkan…………………
Pekerjaan Ibu
1. Tidak bekerja
2. Buruh
3. Karyawan swasta [ ] I1-3
4. Wirausaha/pedagang
5. Pegawai Negeri Sipil
Lainnya, Sebutkan…………………
4 Jumlah anggota keluarga Jawaban:
…………...
I1-4
orang

2. Pendidikan Orang Tua I2


1 Tingkat Pendidikan Ibu
1. Tidak pernah sekolah
2. Tamat SD
[ ] I2-1
3. Tamat SMP
4. Tamat SMA
5. Tamat Perguruan Tinggi
2 Tingkat Pendidikan Ayah [ ] I2-2
1. Tidak pernah sekolah
2. Tamat SD
3. Tamat SMP
4. Tamat SMA
5. Tamat Perguruan Tinggi
BAB VI
HASIL ANALISIS SITUASI

a. Pengolahan Data Primer

1. Karakteristik Responden
a. Jenis Kelamin
Tabel 2 Karakteristik Responden Baduta Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (N) Persen (%)


Perempuan 9 45
Laku-laki 11 55
Total 20 100

Berdasarkan Tabel di atas terdapat karakteristik responden menurut jenis


kelamin, dan dapat diketahui bahwa sebagian besar responden Baduta di
wilayah Puskesmas Duren Seribu adalah Laki-laki sebanyak 11 orang (55%)
dan perempuan sebanyak 9 orang (45%).

b. Umur
Tabel 3 Karakteristik Responden Menurut Usia

Jenis Kelamin Frekuensi (N) Persen (%)


12-18 bulan 7 35
19-24 bulan 13 65
Total 20 100

Berdasarkan Tabel di atas, terdapat karakteristik responden baduta


menurut usia, sebanyak 7 baduta berusia 12-18 bulan (35%), dan 13 baduta
lainnya berusia berusia 19-24 bulan (65%).

2. Pendapatan Orang Tua


Tabel 4 Pendapatan Orang Tua Baduta

Pendapatan Orang Tua Frekuensi (N) Persen (%)


Di bawah UMK 15 75
Sama dengan UMK 4 20
Di atas UMK 1 5
Total 20 100
Berdasarkan Tabel di atas terdapat pendapatan orang tua baduta yang
dibandingkan dengan UMK kota Depok yaitu Rp 4.339.514, dan dapat
diketahui bahwa sebagian besar pendapatan orang tua Baduta di wilayah
Puskesmas Duren Seribu adalah di bawah UMK yaitu sebanyak 15 orang tua
(75), yang memiliki pendapatan sama dengan UMK Depok sebanyak 4 orang
tua (20%), dan yang memiliki pendapatan di bawah UMK Depok terdapat 1
orang tua (5%).

3. Pekerjaan Ibu
Tabel 5 Pekerjaan Ibu Baduta

Pekerjaan Ibu Frekuensi (N) Persen (%)


Tidak Bekerja 16 80
Karyawan swasta 1 5
Wirausaha 1 5
Guru 1 5
Asisten Rumah Tangga 1 5
Total 20 100

Berdasarkan Tabel di atas terdapat data pekerjaan Ibu Baduta yang


menjadi responden di wilayah Puskesmas Duren Seribu sebanyak 16 Ibu tidak
bekerja atau sebesar (80%). Selain itu terdapat 1 orang Ibu yang bekerja
sebagai karyawan swasta (5%),1 orang Ibu sebagai Guru (%), dan 1 orang
lainnya bekerja sebagai asisten rumah tangga (5%).

4. Pekerjaan Ayah

Tabel 6 Pekerjaan Ayah Baduta

Pekerjaan Ayah Frekuensi (N) Persen (%)


Buruh 3 15
Karyawan Swasta 4 20
Wirausaha 13 65
Security 1 5
Total 20 100

Berdasarkan Tabel di atas terdapat data pekerjaan ayah Baduta yang


menjadi responden di wilayah Puskesmas Duren Seribu, pekerjaan ayah
baduta paling banyak adalah sebagai wirausaha yaitu 13 ayah (65%), sebagai
karyawan swasta sebenyak 4 ayah (20%), sebagai buruh terdapat 3 ayah
(15%), dan satu orang ayah lainnya bekerja sebagai security (5%).
5. Pendidikan Ibu

Tabel 7 Pendidikan Ibu Baduta

Pendidikan Ibu Frekuensi (N) Persen (%)


SD 2 10
SMP 3 15
SMA 11 55
Perguruan Tinggi 4 20
Total 20 100

Berdasarkan Tabel di atas terdapat data pendidikan Ibu baduta yang


menjadi responden di wilayah Puskesmas Duren Seribu, dan didapatkan
bahwa pendidikan terakhir Ibu baduta paling banyak adalah lulusan SMA
sebanyak 11 orang (55%), dilanjutkan dengan lulusan perguruan tinggi
sebanyak 4 orang (20%). Lalu, untuk lulusan SMP sebanyak 3 orang Ibu
(15%), dan lulusan SD sebanyak 2 orang Ibu (10%).

6. Ketersediaan Pangan

Tabel 8 Ketersediaan Pangan Keluarga Baduta

Ketersediaan Pangan Frekuensi (N) Persen (%)


Tahan pangan 6 30
Rawan pangan tanpa kelaparan 4 20
Rawan pangan dengan derajat kelaparan 10 50
sedang
Total 20 100

Berdasarkan Tabel di atas terdapat karakteristik responden menurut


ketersediaan pangan keluarga baduta yang menjadi responden di wilayah
Puskesmas Duren Seribu. Ketersediaan pangan keluarga yang tahan pangan
sebanyak 6 responden (30%), sedangkan yang rawan pangan tanpa kelaparan
sebanyak 4 responden (20%), dan yang paling tinggi adalah rawan pangan
dengan derajat kelaparan sedang sebanyak 10 orang (50%).
7. ASI Eksklusif
Tabel 9 ASI Eksklusif Baduta

ASI Ekslusif Frekuensi (N) Persen (%)


Mendapat ASI Eksklusif 16 80
Tidak mendapat ASI Eksklusif 4 20
Total 20 100

Berdasarkan Tabel di atas terdapat karakteristik responden menurut


mendapatkan ASI Eksklusif pada baduta yang menjadi responden di wilayah
Puskesmas Duren Seribu. Baduta yang mendapatkan ASI eksklusif sebanyak
16 orang (80%), dan 4 orang baduta lainnya tidak mendapatkan Aksklusif
(20%).

8. Jenis Bahan MPASI

Tabel 10 Banyaknya Jenis Bahan MPASI

Banyaknya Jenis Bahan MPASI Frekuensi (N) Persen (%)


1 jenis bahan makanan 0 0
2 jenis bahan makanan 3 15
3 jenis bahan makanan 10 50
4 jenis bahan makanan 7
Total 20 100

Berdasarkan Tabel di atas terdapat hasil data menurut banyaknya jenis


bahan MPASI yang dikonsumsi baduta yang menjadi responden di wilayah
Puskesmas Duren Seribu. Baduta yang mendapatkan 2 jenis bahan makanan
untuk MPASI sebanyak 3 oeang (15%), 10 orang mendapatkan 3 jenis bahan
makanan (50%), dan 7 orang baduta lainnya mendapatkan 4 jenis bahan
makanan untuk MPASI.

9. Susu Formula

Tabel 11 Konsumsi Susu Formula Baduta

Konsumsi Susu Formula Frekuensi (N) Persen (%)


Ya 9 45
Tidak 11 55
Total 20 100
Berdasarkan Tabel di atas terdapat hasil data menurut konsumsi susu
formula baduta di wilayah Puskesmas Duren Seribu yang menjadi responden.
Sebanyak 9 baduta mengonsumsi susu formula (45%), sedangkan 11 orang
baduta lainnya tidak mengonsumsi susu formula (55%).

10. Pola Asuh

Tabel 12 Pola Asuh Orang Tua Baduta

Pola Asuh Orang Tua Frekuensi (N) Persen (%)


Demokratis 15 75
Permisif 5 25
Otoriter 0 0
Total 20 100

Berdasarkan Tabel di atas terdapat hasil data responden menurut pola


asuh orang tua baduta. Sebanyak 15 orang tua melakukan pola asuh secara
demokratis kepada baduta (75%), dan 5 orang tua lainnya melakukan pola
asuh secara permisif kepada baduta (25%).

11. Berat Badan Lahir Rendah


Tabel 13 Berat Badan Lahir Rendah Pada Baduta

BBLR Frekuensi (N) Persen (%)


Ya 8 40
Tidak 12 60
Total 20 100

Berdasarkan Tabel di atas terdapat hasil data menurut berat badan lahir
rendah pada baduta di wilayah Puskesmas Duren Seribu yang menjadi
responden. Sebanyak 8 orang baduta memiliki berat badan lahir yang rendah
(40%), dan 12 orang baduta lainnya tidak memiliki berat badan lahir yang
rendah (60%).

12. Panjang Lahir


Tabel 14 Panjang Lahir Baduta

Panjang Lahir Frekuensi (N) Persen (%)


< 48 cm 5 25
≥ 48 cm 15 75
Total 20 100
Berdasarkan Tabel di atas terdapat karakteristik responden menurut
panjang lahir baduta. Baduta yang memiliki panjang lahir kurang dari 48 cm
sebanyak 5 orang (25%), dan yang memiliki sama dan elbih dari 48 cm
sebanyak 15 orang baduta (75%).

13. Jarak Ke Fasilitas Kesehatan


Tabel 15 Jarak Menuju Fasilitas Kesehatan

Pendapatan Orang Tua Frekuensi (N) Persen (%)


Dekat 11 55
Jauh 5 25
Kurang tahu 4 20
Total 20 100

Berdasarkan Tabel di atas terdapat karakteristik responden menurut jarak


menuju ke fasilitas kesehatan. Sebanyak 11 orang responden memiliki jarak
rumah yang dekat menuju ke fasilitas keseahatan (55%), 5 orang responden
yang letaknya jauh (25%), dan 4 orang lainnya kurang tahu mengenai jarak
antara rumah menuju fasilitas kesehatan (20%).

14. Asupan Energi


Tabel 16 Asupan Energi Baduta

Asupan Energi Frekuensi (N) Persen (%)


Baik 10 50
Kurang 10 50
Total 20 100

Berdasarkan Tabel di atas terdapat hasil data menurut asupan energi pada
baduta yang menjadi responden di wilayah Puskesmas Duren Seribu. Hasil
yang didapatkan terdapat 10 orang (50%) baduta memiliki asupan energi yang
baik berdasarkan AKG untuk usia 1-3 tahun. Baduta yang asupan energinya
kurang sebanyak 10 orang (50%) dari total responden.

15. Asupan Karbohidrat


Tabel 17 Asupan Karbohidrat Baduta

Asupan Karbohidrat Frekuensi (N) Persen (%)


Baik 4 20
Kurang 16 80
Total 20 100
Berdasarkan Tabel di atas terdapat hasil data responden menurut asupan
karbohidrat pada baduta, terdapat 4 orang baduta (16%) yang asupan
karbohidratnya baik sedangkan 16 orang lainnya (80%) asupan
karbohidratnya kurang dari AKG yang dianjurkan.

16. Asupan Lemak


Tabel 18 Asupan Lemak Baduta

Asupan Lemak Frekuensi (N) Persen (%)


Baik 9 45
Kurang 11 55
Total 20 100

Berdasarkan Tabel di atas terdapat hasil data responden menurut asupan


lemak pada baduta, sebanyak 9 orang baduta (45%) asupan lemaknya baik
dan 11 orang baduta lainnya (55%) asupan lemaknya kurang dari AKG yang
dianjurkan.

17. Asupan Protein


Tabel 19 Asupan Protein

Asupan Protein Frekuensi (N) Persen (%)


Baik 20 100
Kurang 0 0
Total 20 100

Berdasarkan Tabel 17 terdapat hasil data responden menurut asupan


protein pada baduta, semua baduta (100%) yang menjadi responden asupan
proteinnya sudah baik sesuai denagan AKG yang dianjurkan.
b. Interpretasi Data Sekunder
Berdasarkan Tabel di bawah diketahui bahwa selama tahun 2020
terdapat jumlah baduta yang melakukan pengukuran di Puskesmas Duren
Seribu sebanyak 964 baduta yang berasal dari 3 kelurahan yaitu Duren Seribu
sebanyak 270 baduta, Duren Mekar sebanyak 350 baduta, dan kelurahan
Bojongsari sebanyak 344 baduta. Dari hasil pengukuran yang dilakukan,
baduta yang mengalami stunting sebanyak 110 orang atau 11,4%. Prevalensi
stunting paling tinggi terjadi di kelurahan Duren Mekar yaitu 12.3%, di
kelurahan Duren Mekar sebesar 12.2% dan di kelurahan Duren Seribu sebesar
9.2%.
Tabel 20 Data Sekunder 1 Baduta Puskesmas Duren Seribu

JUMLAH
JUMLAH
SASARAN JUMLAH TB/U BADUTA
% BADUTA
KELURA BADUTA BADUTA DI DI UKUR
No D/S DI
HAN (6-23 BL) UKUR DAN
RIIL TIMBAN Sangat STUNTIN Norma Tingg
RIIL DITIMBANG Pendek
G Pendek G l i
DUREN 88.2
1 SERIBU 280 247 1 263 4 21 25 219 1 270
DUREN 75.5
2 MEKAR 348 263 7 344 12 31 43 259 5 350
BOJONG 83.1
3 SARI 350 291 4 331 12 30 42 255 5 344
81.9
JUMLAH 978 801 0 938 28 82 110 733 11 964

Berdasarkan Tabel di bawah ini, baduta yang divalidasi pada bulan Agustus 2020
memiliki tinggi badan menurut umur dengan kategori pendek sebanyak 18 baduta,
sedangkan yang memiliki kategori sangat pendek sebanyak 7 baduta

Tabel 21 Data Sekunder II Baduta Stunting Puskesmas Duren Seribu


Nama Baduta J Nama Alamat Z Score Kategori
K Ortu
JUWAN. H L M. RENDI DUREN MEKAR 02/06 -2.05 Pendek
Sangat
LUTFI ISKANDAR L APEP. J DUREN MEKAR 01/06 -2.04 Pendek
HANNAH P SEFRI DUREN MEKAR 4/8 -2.03 Pendek
ZAHRATU PRASETYA
AL PINO L GUNTUR DUREN MEKAR 02/03 -2.05 Pendek
ABIZAR. Y L MAMAN. F DUREN MEKAR 03/03 -2.52 Pendek
ARAZENIA L DANDI KP. KANDANG 01/03 -1.56 Pendek
ARAZENIA L DANDI KP. KANDANG 01/03 -1.56 Pendek
ARVINO NAZRIL L HERYANA DS 03/03 -1.92 Pendek
ABDUL
ARZAN ABAQRI L HAMID DUREN MEKAR 03//04 -0.67 Pendek
Sangat
M. GALAXY L MUJAHIDIN DUREN MEKAR 03/04 -2.15 Pendek
KIKI
ABDULLAH L BAHTIAR DUREN MEKAR 02/04 -2.9 Pendek
FATIMAH P KARISMA DUREN MEKAR 02/04 -2.19 Pendek
Sangat
AZRIL L ZULHAIDIR DUREN MEKAR 01/04 -2.6 Pendek
M MANU L IBNU RUSDI KP DESA 3/1 -3.02 Pendek
Sangat
AL JANENDRA L SUPENDI KP. DESA 4/1 -2.86 Pendek
M. AKMAL L AZIS SRI KP. DESA 2/1 -1.01 Pendek
BRISA DETA P JUANDI KP DESA 4/1 -1.7 Pendek
QIANA SHAUMA P BOY ICHSAN KP DESA 1/1 -1.76 Pendek
M. ZEIN
HAMZAH L JAHRUDIN DUREN SERIBU 01/08 -3.08 Pendek
ELVAN Sangat
SYAHREZA L MA'MUM DUREN SERIBU 01/08 -3.13 Pendek
Sangat
NAZILA ALIKA P RIZAL. A DUREN SERIBU 02/08 -2.18 Pendek
KHAZIA MAHDI
HAZRINA P TRITHOMO DUREN SERIBU 01/02 -2.13 Pendek
KHEIZA PUTRI. YUDHI
H P HIDAYAT DUREN SERIBU 01/02 -2.29 Pendek
FELISYA. A P MANTO DUREN SERIBU 03/02 -1.46 Pendek
MUHAMAD L KHOIRUDIN DUREN SERIBU 01/02 -1.57 Pendek
Sangat
MARCKUES L SRI YANTI DUREN SERIBU 02/02 -1.51 Pendek
BAB VII
PERENCANAAN PROGRAM GIZI

a. Problem Tree

Keterlambatan
Pubertas Penurunan
Perkembangan Malnutrisi
Melambat Kapasitas Belajar
Fisik dan Kognitif

Tingginya Prevalensi Stunting Pada Anak Baduta di Wilayah Puskesmas Duren


Seribu Depok

Rendahnya Asupan Zat Gizi


Tingginya Prevalensi BBLR
Makro Pada Baduta

Keterbatasan Rendahnya
Rendahnya Pemberian
keterampilan Ibu Pengetahuan Ibu
ASI Eksklusif dan
dalam memilih Terkait Asupan Zat
MPASI Gizi Seimbang
makanan Gizi

Kurangnya Sumber Informasi Rendahnya Pendapatan


Mengenai Stunting Keluarga
c. Objective Tree

Keterlambatan
Pubertas Penurunan
Perkembangan Malnutrisi
Melambat Kapasitas Belajar
Fisik dan Kognitif

Menurunnya Prevalensi Stunting Pada Anak Baduta di Wilayah Puskesmas Duren


Seribu Depok

Meningkatnya Asupan Zat Gizi


Menurunnya Prevalensi BBLR
Makro Pada Baduta

Meningkatnya Meningkatnya Meningkatnya


Pemberian ASI keterampilan Ibu Pengetahuan Ibu
Eksklusif dan MPASI dalam memilih Terkait Asupan Zat
Gizi Seimbang makanan Gizi

Tersedianya Sumber Informasi Pendapatan Keluarga


Mengenai Stunting Tercukupi
d. Analisis Partisipasi

Pihak Kategori Karakteristik Motiv Potensi Implikasi


Ibu Pengasuh Perhatian dan Menentukan Memiliki Menjadi
dan Pengasuhan dan pengetahuan sasaran
Pendidik pada anak menyiapkan mengenai utama
Anak makanan yang kesehatan anak
bergizi bagi dan juga dapat
anak dan memilih serta
keluarga serta menyiapkan
menjaga makanan yang
kesehatan bergizi bagi
anak anak dan
keluarga
Ayah Pendukung Menafkahi Bekerja untuk Pekerjaan yang Menjadi
Utama keluarga untuk menafkahi memiliki sasaran
menjamin keluarga guna pendapatan sekunder
ketersediaan mencukupi kurang yang atau
pangan dan kebutuhan berakibat pendukung
mendukung pangan ketersediaan terlaksanany
Istri untuk keluarga terhadap a program
selalu memilih pangan yang
makanan bergizi tidak
bergizi untuk tercukupi
keluarga
Ahli Pendukung Sumber dalam Memberikan - Membantu - Membantu
Gizi Dalam pemberian edukasi yang program yang menentukan
Pemberian edukasi, tepat terkait sudah status gizi
Asuhan Gizi intervensi, dan gizi pada direncanakan baduta
motivasi baduta dan - Membantu
juga - Menginginkan Ibu dalam
pengetahuan adanya melakukan
mengenai peningkatan pemilihan
stunting kesehatan pada bahan
anak baduta makanan

- Menginginkn
adanya
penuruunan
prevalensi
stunting
e. Analisis Alternatif

Goal Menurunkan Prevalensi Stunting Pada


Baduta di Wilayah Puskesmas Duren Seribu
Depok
Kriteria Alternatif 1 : Alternatif 2:
Peningkatan Asupan Zat Menurunnya
Gizi Makro pada Baduta prevalensi BBLR
di wilayah Puskesmas Projek:
Duren Seribu Memberikan edukasi
Projek: mengenai
Memberikan edukasi pentingnya
mengenai asupan gizi pemenuhan gizi pada
seimbang untuk baduta Ibu dari masa
sebelum hamil
1. Sumber Daya 4 4
Manusia 4 3
Dana 3 3
Sarana – Prasarana 3 3
Waktu 5 4
2. Dukungan Kebijakan 4 4
3. Dukungan Masyarakat 5 4
4. Keberlanjutan 5 5
Total Skor 33 30
Keterangan:
1 = Sangat tidak setuju 2 = Tidak setuju 3 = Netral
4 = Setuju 5 = Sangat setuju

Simpulan:
Berdasarkan hasil skoring analisis lternative tersebut, maka lternative yang
dipilih adalah lternative 1 yaitu Peningkatan Asupan Zat Gizi Makro Pada
Baduta di Wilayah Puskesmas Duren Seribu sebagai lternative strategi untuk
menurunkan prevalensi stunting
f. Project Planning Matrix

PROJECT PLANNING MATRIX


Nama Program: API CINTA (Ayo Perangi dan Jangka Waktu: 1 Minggu
Cegah Stunitng Baduta)
Tujuan dan Kegiatan Indikator Program Sumber Asumsi
a) Goal Setelah dilakukannya Profil -Mendapatkan dukungan
Menurunkan prevalensi intervensi selama 1 Kesehatan partisipasi dari
stunting pada baduta di minggu Kota partisipan dan
wilayah Puskesmas Depok stakeholder terkait
Duren Seribu pencegahan stunting
-Keterampilan dari tim
pelaksana untuk
mendukung berjalannya
program
b) Project Purpose Setelah dilakukannya Data Tersedianya anggara dari
Untuk menciptakan intervensi selama 1 Primer sector pendukung lainnya
peningkatan asupan zat minggu setidaknya 2021 serta kerja sama dari
gizi makro pada baduta di 10% dari target partisipan
wilayah Puskesmas Duren populasi mengonsumsi
Seribu asupan zat gizi makro
yang adekuat sesuai
dengan AKG

c) Output/results - Pre dan post test Survei 1. Penduduk yang


1. Meningkatkan skor mengenai stunting anaknya mengalami
pengetahuan 25% pada anak stunting di wilayah
mengenai upaya - Ibu menerina Puskesmas Duren
pencegahan stunting. informasi sehingga Seribu
2. Meningkatkan termotivasi untuk 2. Penduduk yang
pengetahuan mengenai melakukan memiliki anak usia di
pentingnya pencegahan stunting bawah dua tahun di
pemenuhan zat gizi pada anak wilayah Puskesmas
seimbang bagi baduta Duren Seribu
d) Kegiatan A. Pengumpulan Data
1. Pengumpulan data - Melakukan pengumpulan data di Puskesmas Duren
baduta di wilayah Seribu
puskesmas Duren
- Print out kertas kuesioner: Rp 65.000
Seribu
B. Penyuluhan “API CINTA” (Ayo Perangi dan Cegah
2. Penyuluhan kepada Ibu
Stunting Baduta)
mengenai program
- Sumber daya manusia: 20 responden Ibu yang
“API CINTA (Ayo
memili baduta di wilayah Puskesmas Duren Seribu
Perangi dan Cegah
Stunting Baduta) - Cetak leaflet: Rp 100.000

3. Rangkaian kegiatan - Souvenir: Rp 350.000


“API CINTA”:
a. Melakukan penyuluhan Jumlah: Rp 510.000
kepada Ibu yang memiliki
baduta mengenai stunting
pada anak
BAB VIII
PELAKSANAAN PROGRAM INTERVENSI GIZI

a. Waktu dan Tempat Intervensi


1. Waktu Pelaksanaan

Hari : Senin, 8 Maret 2021


Waktu : 16.00 – selesai
Tempat Pelaksanaan : Whatsapp Group

b. Gambaran Umum Kegiatan Intervensi


1. Judul Kegiatan : API CINTA (Ayo Perangi dan Cegah Stunting
Baduta)
2. Tema Kegiatan : Penyuluhan Edukasi Mengenai Faktor, Dampak,
dan Upaya Pencegahan Stunting Pada Baduta
3. Sasaran : Ibu yang memiliki baduta di wilayah Puskesmas
Duren Seribu
4. Rangkaian Kegiatan :

Waktu Kegiatan Keterangan

Pembukaan kegiatan di
15.00-15.10 -
whatspapp

15.10-16.00 Pre Test Melalui gform

16.00-17.00 Penyuluhan API CINTA Melalui voice note, chat, dan


pengiriman gambar tentang materi

17.00-20.00 Post Test Melalui google form

17.30-17.45 Penutupan
Pemberian hadiah dilakukan keesekokan harinya
c. Materi Intervensi
1. Pengertian Stunting
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan fisik yang ditandai
dengan penurunan kecepatan pertumbuhan dan merupakan dampak dari
ketidakseimbangan gizi. Stunting didasarkan pada indeks panjang badan
dibandingkan dengan umur atau tinggi badan disbanding dengan umur
dengan batas Z score kurang dari -2 SD (2). Stunting pada balita perlu
menjadi perhatian khusus karena nantinya akan menghambat
perkembangan fisik dan kognitif anak (20).
2. Penyebab Stunting
Terdapat beberapa faktor dari penyebab stunting:
a. Faktor Rumah dan Keluarga
- Faktor Ibu
 Ibu kurang gizi dari masa sebelum hamil, kehamilan hingga
menyusui
 Ibu hamil di usia remaja
 Ibu melahirkan premature
 Ibu memiliki postur tubuh secara bawaan pendek
- Lingkungan Fisik Rumah Kurang Bersih
 Kebersihan rumah yang kurang
 Sanitasi dan suplai air bersih kurang baik
- Stimulasi dan Perawatan Kurang Memadai
 Pemberian stimulasi dan kegiatan anak kurang baik
 Anak tidak mendapat perawatan kesehatan yang baik
misalya imunisasi
b. Faktor Pemberian Makan
- Kualitas Makanan Kurang Baik
 Makanan rendah gizi
 Jenis makanan yang kurang bervariasi dan kurang sumber
protein hewani
 Makanan pelengkap memiliki kandungan energi yang rendah
- Praktik Pemberian Makan yang Tidak Tepat
 Pemberian makan tidak cukup sering atau porsi makan
kurang
 Pemberian makan yang kurang saat anak sakit dan di masa
pemulihan
 Pemberian makan yang tidak responsive
- Kebersihan Makanan dan Air Kurang Terjaga
 Makanan dan minum terkontaminasi
 Praktik hidup bersih yang kurang misalnya tidak
membiasakan mencuci tangan
c. Faktor Menyusui
- Pratik Menyusui Tidak Tepat
 Tidak melakukan inisiasi menyusui dini ketika lahir
 Tidak melakukan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
pertama
 Pemberhentian menyusui sebelum usia 2 tahun
d. Faktor Infeksi
- Infeksi Klinis
 Infeksi pencernaan atau pernapasan
 Penurunan nafsu makan karena infkesi
Sumber: Modul Pendidikan Keluarga Pada 1000 Hari Pertama
Kehidupan

2. Upaya Pencegahan Stunting


a. Pemenuhan Gizi Selama Masa Hamil dan Menyusui
- Untuk Ibu Hamil
 Mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang untuk ibu
hamil
 Mengnonsumsi buah-buahan yang mengnadung vitamin C
untuk membantu penyerapan zat besi
 Mengonsumsi tablet penambah darah agar tidak mengalami
anemia
- Melakukan inisiasi menyusui dini
- Memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan
- Pemberian MPASI yang bergizi pada usia 6-24 bulan
MPASI yang baik adalah yang kaya energi, protein,
mikronuterien, mudah dimakan anak, dan disukai anak yang
berasal dari bahan makanan local dan terjangkau. Menu Mpasi
berdasarkan acuan WHO-UNICEF adalah menu keluarga dan
komposisi pedoman gizi seimbang yang membedakan hanya
tekstur sesuai dengan usia anak. Menu gizi seimbang pada
anak dikenal dengan 4 bintang, yaitu:
1. Satu bintang terdiri dari makanan pokok yaitu nasi,
jagung, uni, sorgum, singkong, dll
2. Dua bintang yaitu sumber vitamin, buah dan sayur
3. Tiga bintang yaitu kacang-kcangan atau lauk nabati
seperti tempe, tahu, kacang merah, kacang tanah, dll
4. Empat bintang yaitu sumber hewani seperti daging sapi,
ayam, ikan, ati, susu, dll
Terdapat hubungan antara tingkat asupan energi dengan
kejadian stunting pada anak. Asupan energi yang tidak
seimbang dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan
energy yang nantinya terjadi masalah gizi. Anak yang tingkat
asupan energy yang rendah dapat mempengaruhi fungsi dan
structural dari perkembangan otak serta mengakibatkan
pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang terhambat
(Ayungingyas, 2018).
b. Memberikan imunisasi dasar yang lengkap yaitu imunisasi HB, BCG,
polio, DPT, Hib, dan campak
c. Praktik pemberian makan yang responsif, hal ini karena orang tua
perlu memperhatikan bukan saja apa yang dimakan anak melainkan
juga bagaimana proses makan itu berlangsung. Kekurangan gizi pada
anak juga dapat disebabkan karena anak menolak makan sebagai
dampak dari suasana makan yang tidak menyenangkan. Oleh karena
itu, perlu adanya praktik makan yang responsif atau dua arah dari anak
dan orang tua
d. Pembentukan kebiasaan yang baik untuk menjaga kebersihan dengan
mulai mencuci tangan pakai sabun,melakukan proses menyiapkan dan
menyimpan makanan yang higienis, membuang sampah pada
tempatnya, dan menjaga kebersihan rumah

3. Dampak Stunting
Stunting yang terjadi pada anak yang berusia sebelum 2 tahun dapat
membuat hasil kognitif dan pendidikan yang kurang pada masa anak-anak
dan remaja, perkembangan kognitif tersebut meliputi keterampilan
berfikir, keteramilan belajar, dan pemecahan masalah (21). Dampak
lainnya adalah anak nantinya akan mudah terkena penyakit degeneratif
seperti obesitas dan diabetes mellitus (22). Selain itu, dampak lainnya
adalah anak lebih rentan terkena penyakit infeksi, dan nantinya juga dapat
mengalami keterlambatan pubertas (23).

c. Monitoring dan Evaluasi


1) Monitoring
a) Analisis Univariat
Analisis univariat ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan
karakteristik pada variable yang di teliti. Pada kegiatan penyuluhan
yang dilakukan ini, analisis univariat dapat melihat bagaimana
distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan mengenai
stunting pada baduta.

i. Pengetahuan Tentang Stunting Pada Baduta Sebelum


Penyuluhan
Tabel 22 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Stunting Pada Baduta
Sebelum Penyuluhan

Pengetahuan Tentang Frekuensi (N) Persen (%)


Stunting Baduta
Kurang 14 70
Baik 6 30
Total 20 100

Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 20 responden


yang berada di wilayah Puskesmas Duren Seribu 14 Ibu baduta (70%)
diantaranya memiliki pengetahuan yang kurang mengenai stunting
pada baduta, dan 6 lainnya (30%) memiliki pengetahuan yang baik.

ii. Pengetahuan Tentang Stunting Pada Baduta Sesudah


Penyuluhan
Tabel 23 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Stunting Pada
BadutaSesudah Penyuluhan

Pengetahuan Tentang Frekuensi (N) Persen (%)


Stunting Baduta
Kurang 0 0
Baik 20 100
Total 20 100

Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 20 Ibu baduta


yang berada di wilayah Puskesmas Duren Seribu yang menjadi
responden memilliki pengetahuan menegenai stunting yang baik
adalah 20 orang (100%).

b) Analisis Bivariat
Pada kegiatan penyuluhan in, hasil dari bivariat dapat melihat apakah
ada pengaruh yang signifikan terhadap pemberian intervensi melalui
kegiatan penyuluhan dengan pengetahuan stunting pada baduta di
Puskesmas Duren Seribu.

Tabel 24 Uji Normalitas

Statistic df. Sig.


Pretest .163 20 .042
Posttest .223 20 .001
Total 20 100

Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan nilai Sig. pretest sebesar


0.042 yang berart Sig. <0.05 yang artinya tidak terdistribusi normal.
Jika data tidak terdistribus normal maka menggunakan metode non-
paramterik yaitu Wilcoxon Test, sedangkan untuk data terdistribusi
normal menggunakan Paired Sample T-Test.

i. Uji Wilcoxon Test

Tabel 25 Distribusi Ranking Nilai Pre Test dan Post Test


N Mean Rank Sum Of Ranks
Negative Ranks 1 3.5 3.5
Positive Ranks 18 10.36 186.5
Ties 1
Total 20 100

Berdasarkan Tabel di atas, ranking yang diketahui adalah sebagai


berikut:
1. Negative Ranks: Terdapat Ibu baduta yang mengalami penurunan
nilai dari pre test ke post test.Nilai rata-rata penurunan tersebut
adalah sebesar 3.5 sedangkan sum of ranks atau jumlah ranking
negatif adalah sebesar 3.5
2. Positive Ranks: Terdapat 18 Ibu baduta yang mengalami
peningkatan pada saat setelah kegiatan penyuluhan yang
dilakukan dari nilai pre test ke post test. Mean rank atau nilai rata-
rata peningkatan tersebut sebesar 10.36 sedangkan jumlah ranking
positif atau sum of ranks sebesar 186.5.
3. Ties Ranks: Terdapat 1 Ibu baduta yang tidak mengalami
penurunan maupun peningkatan nilai pada saat setelah kegiatan
penyuluhan dilakukan dari nilai pre test dan post test.
Tabel 26 Pengaruh Pemberian Intervensi Terhadap Pengetahuan
Mengenai Stunting Pada Baduta di Puskesmas Duren
Seribu
Post Test- Pre Test
Z -3.718
Asymp. Sig. (2-Tailed) 0.001

Berdasarkan Tabel di atas, dapat diketahui nilai Asymp. Sig. (2-


Tailed) adalah 0.001 yang dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
antara nulai dari pre test dan post test dan dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh pemberian intervensi melalui kegiatan penyuluhan
yang dilakukan terhadpa pengetahuan stunting pada baduta di wilayah
Puskesmas Duren Seribu.
2) Evaluasi
a. Strengths
Kegiatan penyuluhan dilakukan melalui grup whatsapp dengan
mengirimkan rekaman suara dan juga gambar berupa materi
sehingga para responden bisa mendengarkan dan membaca materi
kapanpun dan dimanapun. Selain itu, terdapat leaflet yang menarik
untuk dibaca oleh responden, leaflet dikirimkan melalui grup
whatsapp yang telah dibuat.
b. Weakness
Kegiatan penyuluhan dilakukan melalui daring sehingga tidak
dapat bertatapan langsung dan tidak mengetahui responden secara
langsung. Kegiatan penyuluhan yang dilakukan secara daring juga
membuat tidak semua responden dapat mendengarkan langsung
sesuai dengan waktu penyuluhan sehingga pada saat pengisian post
test perlu penambahan waktu.
c. Oppurtunities
- Kegiatan penyuluhan dilakukan secara daring sehingga
responden bisa dilakukan responden dimanapun
- Kegiatan penyuluhan dilakukan secara daring sehingga para
responden bisa melakukan komunikasi dengan responden
lainnya
- Pemberian gambar dan leaflet materi penyuluhan dapan
memberikan keefektifitasan sebagai media promosi kesehatan.
d. Threats
Pada saat kegiatan penyuluhan, terdapat beberapa responden
yang tidak responsif.

d. Konseling

1) Responden 1
a. Tanggal Pelaksanaan : Jumat, 12 Maret 2021
b. Identitas Responden

Nama Responden An. A


Usia 24 bulan
Jenis Kelamin Laki-laki
Panjang Badan 79.1 cm
Z score -2.23
Nama Ibu Ny. N

Hasil Recall 24 Jam


Makan Pagi ½ porsi mie goreng
Selingan Pagi 1 buah pisang
Makan Siang 1 centong nasi, 1 mangkok kecil sayur asam,
½ potong ayam bakar
Makan Malam 1 centong nasi kuning, 3 potong nugget
ayam
Energi KH Protein Lemak
972 kkal 147.68 g 38.46 g 25.42 g
c. Masalah/Keluhan Responden
Berdasarkan hasil konsultasi gizi, responden baduta An. A
memiliki masalah gizi stunting yaitu panjang atau tinggi badan yang
tidak sesuai dengan umur. Ny. A juga mengatakan bahwa anaknya
sangat suka makan duduk di lantai, dan terkadang tanpa sadar anaknya
suka memakan makanan yang sudah jatuh ke lantai ketika sedang
makan. Anaknya juga jarang mengonsumsi sayur karena tidak
menyukainya, dan berdasarkan hasil recall juga asupan kalori masih
sangat kurang jika dibandingkan dengan AKG (angka kecukupan gizi)
untuk usianya. Berdasarkan AKG asupan kalori untuk usia An. A
adalah 1.300 kkal, sedangkan untuk hasil recall pada saat konsultasi
hanya sebesar 972 kkal.

d. Materi Konseling yang Diberikan


Materi konseling yang diberikan kepada Ny. N adalah untuk
memperhatikan anaknya pada saat makan, dan upayakan untuk tidak
mengonsumsi makanan yang sudah jatuh karena sudah terkontaminasi
dengan kotoran atau bakteri yang bisa saja menyebabkan diare.
Pemberian sayur kepada anaknya dapat dilakukan dengan bentuk-
bentuk yang unik sehingga An. A tertarik untuk mengonsumsi sayur,
lalu untuk pemenuhan asupan kalori pada An. A dapat dengan
memberikan makanan selingan, Ny. N juga disarankan untuk membuat
makanan selingan yang sehat untuk anaknya seperti contohnya bubur
kacang hijau atau bubur sumsum, atau smoothies bowl yang berisi
buah-buahan.

2) Responden 2
a. Tanggal Pelaksanaan: Jumat, 12 Maret 2021
b. Identitas Responden

Nama Responden An. AH


Usia 14 bulan
Jenis Kelamin Laki-laki
Panjang Badan 71 cm
Z score -2.50
Nama Ibu Ny. M

Hasil Recall 24 Jam


Makan Pagi 1 porsi bubur ayam
Makan Siang 1 centong nasi, 1 butir telur dadar
Selingan Siang 2 keping biskuit regal
Makan Malam 1 centong nasi, 1 ekor kecil ikan lele goreng,
1 potong tempe, 1 buah jeruk
Energi KH Protein Lemak
1185.5 kkal 149.82 g 53.43 g 33.68 g

c. Masalah/Keluhan Responden
Berdasarkan hasil konsultasi gizi, An.AH memiliki status gizi
stunting dengan Z score -2.5 dengan kategori pendek. Selain itu,
keluhan lainnya adalah An. AH juga jarang mengonsumsi sayur
karena Ny. M jarang memasak sayur. Dalam hasil recall juga
didapatkan bahwa An. AH tidak mengonsumsi sayur dan juga dalam
asupan energi juga mengalami kekurangan jika dibandingkan dengan
AKG (angka kecukupan gizi) untuk usianya.

d. Materi konseling yang diberikan


Materi konseling yang diberikan kepada Ny. M mengenai
stunting pada anak baduta. Lalu, diberikan materi konseling juga
untuk Ny. M lebih sering memasak sayur agar An. AH mendapatkan
asupan MPASI 4 bintang untuk pemenuhan asupan zat gizi
hariannya. Untuk pemenuhan asupan energi pada An. AH juga dapat
diberikan selingan setelah makan, bisa dengan selingan yang harga
ekonomis dan juga mudah dalam pembuatannya seperti yang terbuat
dari tepung beras, dan untuk konsumsi sayur juga bisa dengan
membuat sayur yang dibentuk-bentuk unik yang nantinya pada saat
makan anak tertarik untuk mengonsumsi sayur.
DAFTAR PUSTAKA

1. Rosidah LK, Harsiwi S. Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Balita


Usia 1-3 Tahun (Di Posyandu Jaan Desa Jaan Kecamatan Gondang Kabupaten
Nganjuk). J Kebidanan. 2017;6(1):24–37.
2. Apriluana G, Fikawati S. Analisis Faktor-Faktor Risiko terhadap Kejadian
Stunting pada Balita (0-59 Bulan) di Negara Berkembang dan Asia Tenggara.
Media Penelit dan Pengemb Kesehat. 2018;28(4):247–56.
3. Sari DF, Oktacia R. Gambaran Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Nangalo Kota Padang. J Kesehatan Mercusuar.
2018;1(1).
4. TNP2K. 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil
(Stunting). Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Bencana; 2017. 5 p.
5. Teja M. Stunting Balita Indonesia Dan Penanggulangannya. Pus Penelit Badan
Keahlian DPR RI. 2019;XI(22):13–8.
6. Sari IP. Tahun Ini, Prevalensi Stunting di Depok 5,31 Persen [Internet]. berita
depok. 2020. Available from: https://berita.depok.go.id/pemerintahan/tahun-
ini-prevalensi-stunting-di-depok-531-persen-5417#:~:text=Tahun Ini%2C
Prevalensi Stunting di Depok 5%2C31 Persen&text=Dengan prevelensi
stunting sebesar 5%2C31 persen
7. Aridiyah FO, Rohmawati N, Ririianty M. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kejadian Stunting Pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan. J
Pustaka Kesehat. 2015;3(1):163–70.
8. Swathma D, Lestari H, Teguh R. Analisis Faktor Risiko BBLR, Panjang
Badan Bayi Saat Lhir Dan Riwayat Imunisasi Dasar Terhadap Kejadian
Stunting Pada Balita Usia 12-36 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kandai
Kota Kendari Tahun 2016. JIMKesmas. 2016;1–10.
9. Solin AR, Hasanah O, Nurchayati S. Hubungan Kejadian Penyakit Infeksi
Terhadap Kejadian Stunting Pada Balita 1-4 Tahun. JOM FKp [Internet].
2019;6(1):65–71. Available from: jom.unri.ac.id
10. Faiqoh RB Al, Suyatno, Apoina K. Hubungan Ketehanan Pangan Keluarga
Dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia
24-59 Bulan Di Daerah Pesisir. J Kesehat Masy. 2018;6(5):413–21.
11. Antari LIB. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kejadian Stunting Pada
Balita Usia 24-59 Bulan di Desa Yangapi Kabupaten Bangli, Bali. Politeknik
Kesehatan Denpasar. 2020.
12. Khairiyah D, Fayasari A. Perilaku Higiene dan Sanitasi Meningkatkan Risiko
Kejadian Stunting Balita Usia 12-59 Bulan di Banten. Ilmu Gizi Indones.
2020;3(2):123.
13. Puspita A, Pratiwi R. Metode Dan Pola Waktu Pemberian Asi Ekskusif
Sebagai Faktor Risiko Growth Faltering Pada Bayi Usia 2-6 Bulan. J Kedokt
Diponegoro. 2017;6(2):120–30.
14. Resti MM. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada
Balita 24-59 Bulan di Jorong Talaok Kecamatan Hiliran Gumanti Kabupaten
Solok Tahun 2019. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang. 2019.
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019
Tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk Masyarakat
Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia [Internet]. 2019;1–14.
Available from:
http://scioteca.caf.com/bitstream/handle/123456789/1091/RED2017-Eng-
8ene.pdf?sequence=12&isAllowed=y
%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.regsciurbeco.2008.06.005%0Ahttps://www.res
earchgate.net/publication/305320484_SISTEM_PEMBETUNGAN_TERPUS
AT_STRATEGI_MELESTARI
16. Illahi RK. Hubungan Pendapatan Keluarga, Berat Lahir, dan Panjang Lahir
Dengan Stunting Balita 24-59 Bulan di Bangkalan. J Manaj Kesehat.
2017;3(1):1–14.
17. Nainggolan O, Hapsari D, Indrawati L. Pengaruh Akses ke Fasilitas Kesehatan
terhadap Kelengkapan Imunisasi Baduta (Analisis Riskesdas 2013). Media
Penelit dan Pengemb Kesehat. 2016;26(1):15–28.
18. Basith A, Agustina R, Diani N. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Anemia Pada Remaja Putri. Dunia Keperawatan. 2017;5(1):1.
19. Anisa P. Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada
Balita Usia 25-60 Bulan di Kelurahan Kalibaru Depok Tahun 2012. Univ
Indones [Internet]. 2012;1–125. Available from: lib.ui.ac.id/file?
file=digital/20320460-S-Paramitha Anisa.pdf
20. Maywita E. Faktor Risiko Penyebab Terjadinya Stunting Pada Balita Umur 12-
59 Bulan Di Kelurahan Kampung Baru Kec. Lubuk Begalung Tahun 2015. J
Ris Hesti Medan Akper Kesdam I/BB Medan. 2018;3(1):56.
21. Sumartini E. Studi Literatur: Dampak Stunting Terhadap Kemampuan Kognitif
Anak. Pros Semin Nas Kesehat. 2020;127–34.
22. Dasman H. Empat Dampak Stunting Bagi Anak dan Negara Indonesia.
Conversat (Disipln Ilmiah, gaya Jurnalistik) [Internet]. 2019;22–4. Available
from: http://repo.unand.ac.id/21312/1/Empat dampak stunting bagi anak dan
negara Indonesia.pdf
23. Kemendikbud. Modul Pendidikan Keluarga pada 1000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK). Discuss Pap [Internet]. 2019;12. Available from:
https://www.who.int/nutrition/global-target-2025/discussion-paper-extension-
targets-2030.pdf?ua=1
LAMPIRAN

Pretest
1. Di bawah ini yang merupakan pengertian dari stunting adalah?
a. Kondisi berat badan anak menurut, sangat kurang atau di bawah normal
b. Kondisi gagal tumbuh pada anak sehingga anak terlalu pendek untuk
usianya
c. Kondisi kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat badan ideal

2. Di bawah ini yang merupakan faktor penyebab stunting adalah


a. Faktor rumah tangga dan menyusui
b. Faktor pemberian makan dan penyakit infeksi
c. Semua benar

3. Kondisi Ibu kurang gizi dari masa seblum hamil dan kehamilan serta
menyusui dapat menyebabkan stunting pada anak
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu

4. Pemberian makanan yang rendah gizi pada anak menjadi salah satu faktor
penyebab stunting
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu

5. Faktor menyusui dari penyebab stunting di bawah ini adalah


a. Tidak melakukan Inisiasi menyusui dini
b. Tidak memberikan ASI eksklusif
c. Semua benar

6. Di bawah ini yang bukan merupakan dampak dari stunting pada anak adalah
a. Anak mengalami malnutrisi
b. Tumbuh kembang anak terjaga
c. Anak lebih mudah terkena infeksi

7. Keterlambatan perkembangan kognitif dan fisik pada anak merupakan


dampak dari stunting
a. Ya
b. Tidak
c. Kurang tahu

8. Memberikan MPASI yang bergizi pada anak merupakan upaya untuk


pencegahan stunting
a. Ya
b. Tidak
c. Kurang tahu

9. Di bawah ini yang merupakan menu MPASI gizi seimbang bagi baduta terdiri
dari…
a. 2 jenis bahan dasar
b. 3 jenis bahan dasar
c. 4 jenis bahan dasar

10. Di bawah ini yang merupakan upaya pencegahan stunting lainnya adalah
a. Praktik pemberiann makan yang responsif
b. Membentuk kebiasaan makan yang baik
c. Semua benar

Post Test

11. Di bawah ini yang merupakan pengertian dari stunting adalah?


a. Kondisi berat badan anak menurut, sangat kurang atau di bawah normal
b. Kondisi gagal tumbuh pada anak sehingga anak terlalu pendek untuk
usianya
c. Kondisi kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat badan ideal

12. Di bawah ini yang merupakan faktor penyebab stunting adalah


a. Faktor rumah tangga dan menyusui
b. Faktor pemberian makan dan penyakit infeksi
c. Semua benar

13. Kondisi Ibu kurang gizi dari masa seblum hamil dan kehamilan serta
menyusui dapat menyebabkan stunting pada anak
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
14. Pemberian makanan yang rendah gizi pada anak menjadi salah satu faktor
penyebab stunting
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu

15. Faktor menyusui dari penyebab stunting di bawah ini adalah


a. Tidak melakukan Inisiasi menyusui dini
b. Tidak memberikan ASI eksklusif
c. Semua benar

16. Di bawah ini yang bukan merupakan dampak dari stunting pada anak adalah
a. Anak mengalami malnutrisi
b. Tumbuh kembang anak terjaga
c. Anak lebih mudah terkena infeksi

17. Keterlambatan perkembangan kognitif dan fisik pada anak merupakan


dampak dari stunting
a. Ya
b. Tidak
c. Kurang tahu

18. Memberikan MPASI yang bergizi pada anak merupakan upaya untuk
pencegahan stunting
a. Ya
b. Tidak
c. Kurang tahu

19. Di bawah ini yang merupakan menu MPASI gizi seimbang bagi baduta terdiri
dari…
a. 2 jenis bahan dasar
b. 3 jenis bahan dasar
c. 4 jenis bahan dasar

20. Di bawah ini yang merupakan upaya pencegahan stunting lainnya adalah
a. Praktik pemberiann makan yang responsif
b. Membentuk kebiasaan makan yang baik
c. Semua benar
Pengambilan Data
Penyuluhan Online
Pre Test dan Post Test
Leaflet
Penyuluhan Online

Anda mungkin juga menyukai