Anda di halaman 1dari 47

FAKTOR RISIKO KEJADIAN GIZI KURANG PADA

BALITA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAPARUA
PERIODE JANUARI 2016 SAMPAI DENGAN AGUSTUS
2016

Pendamping:
dr. Joanne Juliette Fransz

Penulis:
dr. Karen Esrella

Puskesmas Saparua, Pulau Saparua


Maluku Tengah 2016
PERNYATAAN MASALAH
FAO (2009) WHO (2009)
kekurangan gizi di dunia 4 jenis masalah kekurangan gizi utama di
1,02 milyar orang (15% Dunia:
populasi dunia) negara Kurang Energi Protein (KEP)
berkembang Anemia Gizi Besi (AGB)
Kurang Vitamin A (KVA)
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY)
Puskesmas Saparua (2015)
jumlah balita dengan gizi SKDI (2007)
kurang sebesar 12,36% Angka kematian balita di Indonesia 44
per 1000 kelahiran hidup
Separuhnya disebabkan oleh kekurangan
gizi
TUJUAN

Tujuan Tujuan
Umum Khusus
TUJUAN UMUM

Mengetahui berbagai masalah penyebab gizi


kurang pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Saparua pada tahun 2016 dengan
menggunakan pendekatan sistem
TUJUAN KHUSUS
Diketahuinya cakupan gizi kurang balita di wilayah
kerja Puskesmas Saparua periode Januari 2016
sampai dengan Agustus 2016

Diketahuinya sebaran faktor faktor yang


mempengaruhi risiko gizi kurang balita di wilayah
kerja Puskesmas Saparua pada tahun 2016
MANFAAT

EVALUATOR PUSKESMAS

MASYARAKAT
MANFAAT BAGI EVALUATOR

Mengembangkan & menerapkan ilmu pengetahuan yg telah


diperoleh selama proses pendidikan

Menjadi suatu pengalaman & pengetahuan tentang evaluasi


program gizi khususnya di wilayah kerja Puskesmas Saparua

Mengetahui berbagai kendala yg dihadapi dalam menjalankan


program puskesmas khususnya mengenai program gizi &
merangsang cara berpikir kritis dan ilmiah
MANFAAT BAGI PUSKESMAS

Mengetahui berbagai masalah yg timbul dalam program gizi di


Puskesmas & pemecahan masalahnya

Memperoleh masukan untuk meningkatkan pelayanan


kesehatan masyarakat khususnya mengenai program gizi
MANFAAT BAGI MASYARAKAT
Mendapatkan pelayanan gizi yg lebih baik dari puskesmas

Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai risiko gizi


kurang pada balita serta faktor faktor lain yg berpengaruh

Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai risiko gizi


kurang pada balita serta faktor faktor lain yg berpengaruh

Memperoleh pembinaan mengenai program perbaikan gizi


sehingga meningkatkan peran serta masyarakat untuk lebih
memperhatikan status gizi balitanya
Status gizi keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan & penggunaan zat zat gizi. (buruk, kurang, baik,
lebih)

Penilaian status gizi:


Klinis
Antropometri WHO NCHS
Biokimiawi

Balita (12 bulan kurang dari 60 bulan):


WHO NCHS
usia 1 6 tahun = [usia x 2 + 8]
Faktor yg berhubungan dengan gizi kurang:
Pola makan

Pengetahuan ibu tentang gizi

Pendidikan kesehatan

Penyakit infeksi

Faktor ekonomi
POLA MAKAN
Gambaran pola menu, frekuensi, & jenis bahan makanan yg
dikonsumsi setiap hari

Pola makan masyarakat pedesaan bahan makanan yg umum &


diproduksi setempat.

Dipengaruhi oleh :
Perilaku (cara berpikir, pandangan tentang makanan) tindakan makan &
memilih makanan berulang kebiasaan makan
Ekonomi, daya beli, ketersediaan uang
Lingkungan ekologi (kondisi tanah, iklim, lingkungan biologi, system usaha tani,
sistem pasar)
Ketersediaan bahan makanan dipengaruhi oleh pertanian, sarana (jalan
raya), UU & pelayanan pemerintah.
Teknologi bahan makanan yg lebih praktis,bergizi, menarik, & awet
PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI

Rendahnya pengetahuan gizi mempengaruhi ketersediaan


pangan dalam keluarga mempengaruhi kuantitas & kualitas
konsumsi pangan kualitas & kuantitas konsumsi pangan
penyebab langsung kekurangan gizi pada balita.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara


/ angket
PENDIDIKAN KESEHATAN

Pemahaman seseorang terhadap suatu masalah dipengaruhi


oleh tingkat pendidikan seseorang.

Semakin tinggi pendidikan ibu semakin kecil kemungkinan


balitanya menderita gizi buruk.
PENYAKIT INFEKSI
Penurunan asupan zat gizi akibat nafsu makan , absorpsi , &
kebiasaan mengurangi makan pada saat sakit.

Peningkatan kehilangan cairan / zat gizi akibat diare, mual / muntah


& pendarahan yg terus menerus.

Meningkatnya kebutuhan dari peningkatan kebutuhan akibat sakit


(human host) & parasit dalam tubuh.

Anak yg menderita gizi kurang akan mengalami penurunan daya


tahan rentan terhadap penyakit infeksi

Anak yg menderita infeksi akan cenderung menderita gizi buruk.


FAKTOR EKONOMI
Sebagian besar masyarakat sebagai petani & nelayan

Tingkat penghasilan rendah

Ketidakmampuan daya beli keluarga

Tidak mampu membeli bahan makanan yg berkualitas baik

pemenuhan gizi pada balitanya akan terganggu


PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT)
Kegiatan pemberian makanan kepada balita dalam bentuk
kudapan yg aman & bermutu beserta kegiatan kegiatan
pendukung lainnya.

Memperhatikan aspek mutu & keamananan pangan.

Mengandung nilai gizi yg sesuai dengan kebutuhan sasaran.

Tujuan : memenuhi kebutuhan zat gizi yg dibutuhkan oleh


balita

PMT Penyuluhan
PMT Pemulihan
PMT PENYULUHAN

Adalah makanan tambahan yg diberikan kepada balita yg


disediakan oleh kader posyandu.

Sebagai sasaran penyuluhan orang tua balita tentang


makanan kudapan (snack) yg baik diberikan untuk balita.

Sebagai sarana untuk menggerakkan perta serta masyarakat


dalam mendukung kesinambungan penyelenggaraan
posyandu.
PMT PEMULIHAN
Diberikan dalam bentuk makanan / bahan makanan local & tidak
diberikan dalam bentuk uang.

Hanya sebagai tambahan terhadap makanan yg dikonsumsi oleh


balita sasaran sehari hari, bukan sebagai pengganti makanan
utama.

Untuk memenuhi kebutuhan gizi balita sasaran sekaligus sebagai


proses pembelajaran & sarana komunikasi antara ibu dari balita
sasaran.

Merupakan kegiatan di luar gedung puskesmas dengan pendekatan


pemberdayaan masyarakat yg dapat diintegrasikan dengan kegiatan
lintas program & sector terkait lainnya.

Dibiayai dari Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), partisipasi


masyarakat, dunia usaha & PemDa.
PERSYARATAN JENIS & BENTUK MAKANAN

PMT Pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan local /


makanan pabrikan.
Diutamakan berupa sumber protein hewani maupun nabati,
vitamin & mineral (sayur & buah setempat).
Diberikan selama 30 hari (gizi kurang ) & 90 hari (gizi buruk).
Bentuknya disesuaikan dengan pola makanan.
METODE
Metode pengumpulan data
wawancara, kuesioner, pengukuran langsung, & data laporan tahunan
Puskesmas Saparua tahun 2016.

Sasaran kegiatan
Seluruh ibu yg membawa anak balitanya yg mengalami gizi kurang yg
datang pada saat posyandu balita di wilayah kerja Puskesmas Saparua

Instrumen
Alat tulis, lembaran kuesioner, timbangan BB, mikrotois, & data laporan
tahunan Puskesmas Saparua tahun 2016

Tempat & waktu kegiatan


Posyandu balita & puskesmas saparua, 6 September 21 Oktober
2016
HASIL
Wilayah kerja di 3 desa:
Saparua : 2.459 jiwa Total : 4.588 jiwa
Tiouw : 1.237 jiwa Luas wilayah : 180 km2
Kepadatan : 25 jiwa/km2
Kulur : 892 jiwa Keluarga miskin : 714 KK

Rata rata jarak tempuh ke puskesmas sekitar 5 menit 1


jam
Presentase balita gizi kurang &kurus
memiliki angka yg perbedaannya
tidak terlalu bermakna tenaga
medis lebih menggunakan rumus
BB/TB atau BB/PB untuk
menentukan status gizi balita saat
posyandu
HASIL KUESIONER
JARAK
Risiko tinggi : waktu tempuh masyarakat ke posyandu
sekitar 45 60 menit

Risiko rendah : rata rata waktu tempuh masyarakat ke


posyandu sekitar 5 30 menit.
TINGKAT PENDAPATAN (EKONOMI)
Risiko tinggi : Jika pendapatan keluarga responden < Rp.
500.000,00 per bulan
Risiko rendah: Jika pendapatan keluarga responden
Rp.500.000,00 per bulan
PENDIDIKAN IBU

Risiko tinggi : bila buta huruf, tamat / tidak tamat SD,


tamat / tidak tamat SMP
Risiko rendah: minimal SMA
PENGETAHUAN KESEHATAN
POLA MAKAN
PENYAKIT INFEKSI
Risiko tinggi: Jika anak balita pernah menderita penyakit
infeksi seperti diare atau ISPA > 2 kali dalam 1 bulan.
Risiko rendah: Jika anak balita menderita penyakit infeksi
seperti diare atau ISPA 2 kali dalam 1 bulan.
DISKUSI
MASUKAN (INPUT)

Tenaga Sarana
Kesehatan Kesehatan
TENAGA KESEHATAN

Program gizi dipegang oleh 1 bidan yg juga


bertanggung jawab untuk poskesdes
Masalah

Lebih memberdayakan kader yg ada, mengingat


jumlah kader yg ada di wilayah kerja Puskesmas
Saparua cukup banyak
Saran Pengadaan perawat gizi
SARANA KESEHATAN
Wilayah desa Kulur cukup luas namun hanya terdapat
1 posyandu
Masalah 1 Data 2016 didapatkan angka gizi kurang pada balita
paling banyak terdapat di desa Kulur

Dibuka 1 posyandu lagi di desa Kulur di tempat yg


Saran 1 berbeda dengan posyandu yg sudah ada sebelumnya

Masalah Ada beberapa sarana medis yg rusak


2

Saran Diadakan pengadaan sarana medis yg baru


2
PROSES (PELAKSANAAN)

Kesadaran org tua yg rendah untuk membawa anak


balitanya ke posyandu (terutama bila sudah lengkap
Masalah 1 imunisasi)

Arisan orang tua yg memiliki balita Uang yg


terkumpul digunakan untuk membiayai PMT
Pemulihan bagi balita yg mengalami gizi kurang

Arisan sebagai tempat untuk berbagi informasi


mengenai perbaikan gizi / dilakukan penyuluhan
Saran 1
Para kader dapat melakukan kunjungan ke rumah
balita yg tidak datang saat dilakukannya kegiatan
posyandu
PROSES (PELAKSANAAN)

PMT diberikan untuk anggota keluarga yg lain


Masalah 2

Mengontrol pemberian PMT melakukan kunjungan


setiap hari / setiap 2 hari
Saran 2
PROSES (PELAKSANAAN)

Hanya memberikan bahan makanan tanpa


mengajarkan cara mengolahnya & tidak
dilakukan penyuluhan
Masalah 3

Diberikan PMT berupa makanan yg sudah diolah


& diberikan catatan mengenai cara mengolah &
manfaat dari bahan makanan yg digunakan
Orang tua diajak untuk ikut mengolah makanan
Saran 3 bersama sama
LINGKUNGAN

Posyandu, pusling, & penyuluhan kesehatan di


sekolah dilakukan secara bersamaan di waktu
yg sama (DESA KULUR)
Masalah 1

Posyandu di desa Kulur tidak dilaksanakan


bersamaan dengan kegiatan puskesmas yg lain
(dilakukan di waktu yg berbeda)
Saran 1
LINGKUNGAN

Faktor pengetahuan orang tua tentang faktor


risiko gizi kurang, makanan yg bergizi seimbang,
& pola makan yg baik
Masalah 2

Sosialisasi & penyuluhan di posyandu, tempat


ibadah, saat arisan, berupa pamflet, atau
pemutaran video
Saran 2
LINGKUNGAN

Tingkat pendapatan & pendidikan orang tua yg


rendah
Masalah 3

Kerjasama lintas sektoral di bidang ekonomi &


pertanian untuk lebih memaksimalkan penjualan
hasil bumi yg ada
Saran 3 Memberdayakan pekarangan rumah untuk
dijadikan kebun bercocok tanam
LINGKUNGAN

Penyakit infeksi sebagai faktor penyebab


kejadian gizi kurang balita
Masalah 4

Meningkatkan cakupan imunisasi & pemberian


rutin vitamin untuk meningkatkan daya tahan
tubuh
Menambah frekuensi jumlah pelayanan
Saran 4 kesehatan untuk deteksi dini infeksi (KULUR)
KESIMPULAN

Pengetahuan kesehatan & pola makan yg baik


Penyuluhan / sosialisasi saat kegiatan posyandu, di tempat ibadah, saat
arisan ibu yg memiliki balita, pamflet

Penyakit infeksi
Meningkatkan cakupan imunisasi & pemberian rutin vitamin
Meningkatkan frekuensi pelayanan kesehatan
SARAN

Bagi Puskesmas Saparua


Dapat membuat suatu media informatif tentang gizi seimbang & pola
makan yg baik di posyandu
Dapat dibuat pelatihan tentang pengaturan pola makan & dengan
menggunakan alat peraga.
Evaluasi & monitoring terhadap kegiatan ini.

Bagi Kader
Aktif & mandiri terjun ke masyarakat untuk memberikan edukasi.
Bekerja sama dengan tenaga kesehatan kesehatan Puskesmas.
SARAN (LANJUTAN)

Bagi Dinas Kesehatan


Dapat melakukan pengadaan tenaga gizi

Bagi Masyarakat
Meningkatkan kerjasama lintas sektoral (pertanian & ekonomi) untuk
lebih meningkatkan kesejahteraan ekonomi
SEKIAN & TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai