Oleh:
Ezra Luga 1710714098
2021
LEMBAR PERSETUJUAN
Oleh:
a. Latar Belakang
Fase terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan adalah masa bayi dan balita,
karena pada fase ini dapat menentukan masa depan anak baik seacra fisik, mental, dan juga
perilaku di masa yang akan datang (Rosidah, 2017). Pada fase ini balita membutuhkan
asupan zat gizi yang cukup dalam jumlah dan juga kualitas yang lebih banyak karena pada
umumnya memiliki aktivitas fisik yang tinggi (Apriluana, 2018). Status gizi anak balita di
Indonesia yang saat ini banyak terjadi dan menjadi permasalahan adalah stunting pada anak
(Sari, 2018)
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak yang berusia di bawah lima
tahun akibat dari kekurangan gizi yang kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya
(Buku tnp2k). Kekurangan gizi ini terjadi sejak bayi berada dalam kandungan dan pada
masa awal bayi setelah lahir, dan pada Balita/Baduta (Bayi di Bawah Usia Dua Tahun)
yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan yang tidak maksimal.
Berdasarkan dari hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2015, prevalensi stunting di
Indonesia adalah 29% dan mengalami penurunan pada tahun 2016 menjadi 27,5% namun
pada tahun 2017 mengalami peningkatan angka stunting menjadi 29,6% (Jurnal DPR).
Prevalensi stunting berdasarkan dari hasil pelaksanaan Bulan Penimbangan Balita (BPB)
yang dilakukan pada bulan Agustus 2020, yang dilakukan oleh 28 UPTD Puskesmas yang
ada di Kota Depok didapatkan prevalensi stunting sebesar 5,31% (berita depok).
Stunting pada anak dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu
kemiskinan, sosial budaya, adanya peningkatan paparan terhadap penyakit infeksi,
kerawanan pangan dan akses masyarakat dengan pelayanan kesehatan (Aridiyah, 2015).
Kejadian bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) juga merupakan faktor penyebab
dari stunting pada anak yang berusia 12 bulan (Swathma, 2016). Pengetahuan dan
pendidikan orang tua juga secara tidak langsung dapat berhubungan dengan kejadian
stunting pada anak.
Kontribusi yang telah dilakukan oleh Puskesmas Duren Seribu untuk pencegahan
stunting adalah pertemuan pengetahuan stunting dan juga MPASI. Program untuk
mengedukasi mengenai stunting pada anak bayi di bawah umur dua tahun (baduta) belum
ada, untuk itu perlu dilakukan pemberian edukasi mengenai stunting pada anak baduta
untuk orang tua yang berguna untuk mencegah terjadinya stunting. Intervensi tersebut
diharapkan dapat menekan angka prevalensi stunting pada anak yang terjadi di wilayah
Puskesmas Duren Seribu.
b. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Mengkaji status stunting pada bayi di bawah umur dua tahun (baduta) dan faktor
yang mempengaruhi di Puskesmas Duren Seribu.
2. Tujuan Khusus
a. Mengkaji status dan prevalensi stunting pada baduta di wilayah Puskesmas
Duren Seribu
b. Mengkaji asupan zat gizi pada baduta di wilayah Puskesmas Duren Seribu
c. Mengkaji pola asuh yang diterapkan pada baduta di wilayah Puskesmas Duren
Seribu
d. Mengkaji ketersediaan pangan rumah tangga yang memiliki baduta di wilayah
Puskesmas Duren Seribu
e. Mengkaji kejadian infeksi (Diare dan ISPA) pada baduta di wilayah Puskesmas
Duren Seribu
f. Mengkaji akses pelayanan kesehatan keluarga baduta di wilayah Puskesmas
Duren Seribu
g. Mengkaji hygiene dan sanitas pada keluarga baduta di wilayah Puskesmas
Duren Seribu
h. Mengkaji pemberian ASI eksklusif dan MPASI pada anak yang berada di
wilayah Puskesmas Duren Seribu
i. Mengkaji kejadian BBLR pada anak yang berada di wilayah Puskesmas Duren
Seribu
c. Manfaat
Stunting
Pola Asuh
- Memberi kebebasan
namun tetap
memperhatikan,
membatasi serta
selalu mendampingi
Demokratis anak
- Memberi penjelasan
atas yan diperintahkan
Ibu kepada anak
- Ibu bersifat
komunikatif
Wawancara (Antari,
- Melarang dan Kuesioner
terstruktur 2020)
memaksa mengikuti
aturan-aturan tertentu
Otoriter
- Berorientasi pada
hukuman fisik
maupun verbal
Ibu memberikan
kebebasan seluas
mungkin
Permisif
- Ibu kurang memberi
perhatian
Pemberian ASI
Eksklusif
Pemberian MPASI
a. Di bawah UMK
Pendapatan (Berita
Depok Wawancara Kuesioner
Orang tua Depok)
b. Sama dengan UMK
Depok
c. Di atas UMK Depok
Pendidikan Orang Tua:
Inform Consent
Setelah saya mendapat penjelasan mengenai tujuan dan manfaat studi dalam “Studi Situasi
Analisis Baduta Stunting di Puskesmas Duren Seribu“ maka saya:
Nama (usia) : ……………..……………………………………………(……..tahun)
Nama baduta (usia) ) : …………………………………………………..………(……..bulan)
Alamat :……………………………………………………………………....
No. Hp/ WA : ………………………………………………………………............
Alamat e-mail : ………………………………………………………………………
Secara sukarela dan tanpa paksaan setuju untuk menjadi responden dan diwawancarai dalam
studi ini.
Depok, Februari 2021 Tandatangan Responden
(Nama :……………………………..)
Kelompok Desa No. Responden
Informasi Lapangan
Tanggal Interview : Tanda Tangan
(tanggal-bulan-tahun) Pewawancara
Nama Ketua Tim : Ezra Luga Tanda Tangan
Tanggal Pemeriksaan Ketua Tim
:
(tanggal-bulan-tahun)
A. Penyakit Infeksi A
1. Diare A1
1 Apakah Ibu tahu apa itu Diare?
1. Ya [ ] A1-1
2. Tidak
2 Bila Ya, apa yang dimaksud dengan diare?
1. Buang air besar sekali sehari
2. Buang air besar lembek kurang dari 3 kali sehari
[ ] A1-2
3. Buang air besar encer 3-4 kali atau lebih dalam
sehari
4. Buang air besar 2 kali sehari
3 Bagaimana cara penularan diare?
1. Melalui makanan dan minuman yang kurang bersih
2. Penggunaan air yang tercemar [ ] A1-3
3. Air yang dikonsumsi tidak dimasak dengan baik
4. Semua benar
4 Bagaimana cara pencegahan diare?
1. Memberikan ASI
2. Mencuci tangan [ ] A1-4
3. Perhatikan kebersihan lingkungan
4. Semua benar
5 Bagaimana pengobatan diare pertama kali yang dapat ibu [ ] A1-5
Kelompok Desa No. Responden
B. Ketersediaan Pangan B
1. Tahap 1 B1
1 Apakah Ibu khawatir jika makanan Ibu akan habis sebelum
mendapatkan uang untuk membeli makanan kembali?
1. Sering terjadi
2. Terkadang terjadi
3. Tidak pernah terjadi
Jika tanggapan afirmatif (yaitu “sering terjadi” atau “terkadang terjadi”) terhadap satu
atau lebih pertanyaan 1-3, lanjutkan ke tahap 2, jika tidak lanjutkan ke tahap
terakhir
2. Tahap 2 B2
1 Dalam 12 bulan terakhir apakah (Ibu atau orang dewasa
lainnya di rumah Ibu) pernah mengurangi jumlah makanan
atau melewatkan makan karena tidak cukup uang untuk
B2-
makan? [ ]
1
1. Iya
2. Tidak (lewati No 5)
2 Jika Iya, seberapa sering hal tersebut terjadi?
1. Hampir setiap bulan B2-
[ ]
2. Beberapa bulan tapi tidak setiap bulan 2
3. Hanya 1 atau 2 bulan
3 Dalam 12 bulan terakhir, apakah Ibu pernah makan lebih
sedikit dari yang seharunya Ibu makan untuk tidak cukup
B2-
untuk uang makan? [ ]
3
1. Iya
2. Tidak
4 Dalam 12 bulan terakhir, apakah setiap Ibu lapar tapi Ibu
tidak makan karena tidak cukup uang untuk makan? B2-
[ ]
1. Iya 4
2. Tidak
5 Dalam 12 bulan terakhir, apakah berat badan Ibu menurun
karena tidak cukup uang untuk makan? B2-
[ ]
1. Iya 5
2. Tidak
Jika terdapat tanggap afirmatif (“Iya”) terhadap satu atau lebih pertanyaan 4-8
lanjutkan ke tahap 3, jika tidak lanjutkan ke tahap terakhir
3. Tahap 3 B3
1 Dalam 12 bulan terakhir apakah (Ibu / orang dewasa [ ] B3-1
lainnya yang berada di rumah) tidak pernah makan
sepanjang hari karena tidak cukup uang untuk makan?
Kelompok Desa No. Responden
1. Iya
Tidak (Lewati No 10)
2 Jika iya, seberapa sering hal tersebut terjadi?
1. Hampir setiap bulan
[ ] B3-2
2. Beberapa bulan tapi tidak setiap hari
3. Hanya 1 atau 2 bulan
4. Tahap 4 B4
1 Ibu hanya mengandalkan beberapa jenis makanan dengan
biaya yang rendah untuk memberi makan anak Ibu karena
Ibu kekurangan uang untuk membeli makanan
[ ] B4-1
1. Sering terjadi
2. Terkadang terjadi
3. Tidak pernah terjadi
2 Ibu tidak bisa memberi makan anak Ibu makanan yang
seimbang karena tidak mampu
[ ] B4-2
1. Sering terjadi
2. Terkadang terjadi
3. Tidak pernah terjadi
3 Ibu atau anak Ibu tidak cukup makan karena ibu tidak
mampu menyediakan cukup makan
1. Sering terjadi [ ] B4-3
2. Terkadang terjadi
3. Tidak pernah terjadi
Jika terdapat tanggapan afirmatif (yaitu “sering terjadi” atau “terkadang terjadi”)
terhadap satu atau lebih pertanyaan pada tahap 4 makan lanjutkan pada tahap 5 jika
tidak lanjutkan ke tahap terakhir
5. Tahap 5 B5
1 Dalam 12 bulan terakhir, sejak (bulan ini) tahun lalu,
apakah Ibu pernah mengurangi makanan anak Ibu karena
tidak cukup uang untuk makan? [ ] B5-1
1. Iya
2. Tidak
2 Dalam 12 bulan terakhir, apakah anak Ibu pernah
melewatkan makan karena tidak cukup uang untuk makan?
[ ] B5-2
1. Iya
2. Tidak (lewati no 3)
3 Jika iya, seberapa sering hal ini terjadi?
1. Hampir setiap bulan
[ ] B5-3
2. Beberapa bulan tapi tidak setiap bulan
3. Hanya 1 atau 2 bulan
Kelompok Desa No. Responden
C. Pola Asuh C
1. Pola Asuh Demokratis C1
1 Apakah Ibu menemani anak saat makan?
1. Iya [ ] C1-1
2. Tidak
2 Apakah Ibu membujuk anak jika tidak mau makan?
3. Iya [ ] C1-2
4. Tidak
3 Apakah Ibu menyiapkan makanan setiap hari?
1. Iya [ ] C1-3
2. Tidak
4 Apakah Ibu membiasakan anak untuk makan pagi?
1. Iya [ ] C1-5
2. Tidak
5 Apakah Ibu menyajikan menu makanan bervariasi?
1. Iya [ ] C1-5
2. Tidak
2. Pola Asuh Otoriter C2
1 Apakah Ibu memarahi anak jika makan sambil bermain?
1. Iya [ ] C2-2
2. Tidak
2 Apakah Ibu memaksa anak jika tidak mau makan?
1. Iya [ ] C2-3
2. Tidak
3 Apakah Ibu menghukum anak jika makanannya tidak
dihabiskan?
[ ] C2-4
1. Iya
2. Tidak
4 Apakah Ibu memarahi anak jika makan tidak tepat waktu? [ ] C2-5
1. Iya
Kelompok Desa No. Responden
2. Tidak
3. Pola Asuh Permisif C3
1 Apakah Ibu tidak menemani anak saat makan?
1. Iya [ ] C3-1
2. Tidak
2 Apakah Ibu membiarkan anak makan sambil bermain?
1. Iya [ ] C3-2
2. Tidak
3 Apakah Ibu membiarkan anak jika tidak mau makan?
1. Iya [ ] C3-3
2. Tidak
4 Apakah Ibu membiarkan anak makan tidak tepat waktu?
1. Iya [ ] C3-4
2. Tidak
5 Apakah Ibu membiarkan anak makan sendiri?
1. Iya [ ] C3-5
2. Tidak
6 Apakah Ibu membiarkan anak tidak suka makan sayur?
1. Iya [ ] C3-6
2. Tidak
2. Tidak
6 Apakah Ibu membersihkan kuku anak?
1. Iya [ ] D1-6
2. Tidak
7 Apakah Ibu menggosok gigi anak?
1. Iya [ ] D1-7
2. Tidak
2. Sanitasi Lingkungan D2
1 Apakah Ibu mempunyai jamban keluarga di dalam rumah?
1. Iya [ ] D2-1
2. Tidak
2 Apakah Ibu mempunyai saluran pembuangan air limbah di
rumah?
[ ] D2-2
1. Iya
2. Tidak
3 Apakah Ibu di rumah ada tempat pembuangan sampah?
1. Iya [ ] D2-3
2. Tidak
4 Apakah Ibu mempunyai ventilasi yang cukup baik?
1. Iya [ ] D2-4
2. Tidak
5 Apakah Ibu menampung air bersih untuk memasak?
1. Iya [ ] D2-5
2. Tidak
6 Apakah Ibu membersihkan tempat-tempat penampungan air
minimal satu kali satu minggu?
[ ] D2-6
1. Iya
2. Tidak
7 Apakah sumber air minum bersih yang digunakan?
1. PDAM
2. Sungai/danau/air hujan
[ ] D2-7
3. Sumur bor/pompa
4. Kran/hidran minum
5. Air kemasan
BAB VII
PERENCANAAN PROGRAM GIZI
a. Problem Tree
Keterlambatan
Pubertas Penurunan
Perkembangan Malnutrisi
Melambat Kapasitas Belajar
Fisik dan Kognitif
Keterbatasan Rendahnya
Rendahnya Pemberian
keterampilan Ibu Pengetahuan Ibu
ASI Eksklusif dan
dalam memilih Terkait Asupan Zat
MPASI Gizi Seimbang
makanan Gizi
b. Objective Tree
Keterlambatan
Pubertas Penurunan
Perkembangan Malnutrisi
Melambat Kapasitas Belajar
Fisik dan Kognitif
c. Analisis Partisipasi
- Menginginkn
adanya
penuruunan
prevalensi
stunting
Kelompok Desa No. Responden
d. Analisis Alternatif
Simpulan:
Berdasarkan hasil skoring analisis alternatif tersebut, maka alternatif yang dipilih
adalah alternatif 1 yaitu Peningkatan Asupan Zat Gizi Makro Pada Baduta di
Wilayah Puskesmas Duren Seribu sebagai alternatif strategi untuk menurunkan
prevalensi stunting
Kelompok Desa No. Responden
BAB VIII
PELAKSANAAN PROGRAM INTERVENSI GIZI
Pembukaan kegiatan di
16.00-16.10 -
whatspapp
c. Materi Intervensi
1. Pengertian Stunting
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan fisik yang ditandai dengan
penurunan kecepatan pertumbuhan dan merupakan dampak dari
ketidakseimbangan gizi. Stunting didasarkan pada indeks panjang badan
dibandingkan dengan umur atau tinggi badan disbanding dengan umur dengan
batas Z score kurang dari -2 SD (Apriluana, 2018). Stunting pada balita perlu
Kelompok Desa No. Responden
4. Dampak Stunting
Stunting yang terjadi pada anak yang berusia sebelum 2 tahun dapat membuat
hasil kognitif dan pendidikan yang kurang pada masa anak-anak dan remaja,
perkembangan kognitif tersebut meliputi keterampilan berfikir, keteramilan
belajar, dan pemecahan masalah (Sumartini, 2020). Dampak lainnya adalah
anak nantinya akan mudah terkena penyakit degeneratif seperti obesitas dan
diabetes mellitus (Dasma, 2019). Selain itu, dampak lainnya adalah anak lebih
rentan terkena penyakit infeksi, dan nantinya juga dapat mengalami
keterlambatan pubertas (Buku Modul 1000 HPK)